Anda di halaman 1dari 6

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu
banyak digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi.
Laringitis didefenisikan sebagai suatu proses inflamasi yang melibatkan
laring dan dapat disebabkan oleh berbagai poses baik infeksi maupun non
infeksi.
Laringitis adalah inflamsi laring akibat terlalu banyak menggunakan
menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi asap, dan
poluton atau bagian dari saluran nafas atas.
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang
berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan
akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
B. Etiologi

Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak


menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan
polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.
Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya
mengenai pita suara.
C. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan
suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas.
Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi
seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus
yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi
saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan
merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada
laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini
akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika
berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
D. Phatway
Virus/bakteri ispa debu/asp

Epitel terkikis infeksi

Peradangan
Inflamasi
Nyeri
menghasilkan sekret

peningkatan suhu tubuh


ketididakefektifan
bersihan
jalan napas
Hipertermi

E. Manifiestasi Klinik
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara
yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran
serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan
sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak bersuara
sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3.  Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan
demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38
derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,
peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius,
dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8.  Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang
terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa
anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat,
pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium
yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam
jiwa anak.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring
yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
G. Penatalaksanaan
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di
hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan
antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek
dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan
tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan
dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi
yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi
akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien
sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan
kebiasaan merokok.
H. pencegahan
1. Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat
tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,
2. minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir
yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah
untuk dibersihkan,
3. batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan
kering.
4. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan
menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara
5. meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan
tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian

1. meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat,

status perkawinan, ruang rawat, nomor RM, diagnose medic, yang

mengirim, cara masuk, alas an masuk, keadaan umum, dan tanda-tanda

vital

2. keluhan utama

3. data riwayat penyakit

a. riwayat kesehatan sekarang, meliputi keluhan atau yang berhubungan

dengan gangguan atau penyakit di rasakan saat ini dan keluhan yang di

rasakan setelah pasien oprasi.

b. riwayat kesehatan dahulu, meliputi penyakit yang lain yang dapat

mempengaruhi penyakit sekarang.

c. riwayat kesehatan keluarga.

4. Keadaan klien meliputi sirkulasi, integritas ego, makanan dan cairan,

neurosensori, nyeri/ketidaknyamanan, pernapasan, keamanan, balutan

abdomen, dapat tampak sedikit noda., seksualitas.

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Nyeri

3. Hipertermi
C. Rencana intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Intevensi :

a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Observasi respon

nonverbal dari ketidakyamanan (misalnya wajah meringis) terutama

ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif.

b. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.

c. Ajarkan pasien untuk batuk efektif

Anda mungkin juga menyukai