Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN PATIENT SAFETY


“Metode Sterilisasi dan Desinfeksi”

Disusun oleh:

1. Anggie Monika A P1337420120092


2. Firma Chikitasari P1337420120018
3. Nur Analia P1337420120027
4. Kurnia Ramadhan P1337420120069
5. Riksa Rizki Fuadi P1337420120047

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Manajement Patient
Safety yang berjudul “Metode Sterilisasi dan Desinfeksi”. Selain itu, makalah ini juga b
ertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Tidak lupa, penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada


Ibu Sri Widiyati ,SKM,MKes. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Patient
Safety. Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu, penulis mohon maaf yang sebesar-
sebarnya atas segala kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Penulis juga
mengharapkan kritik serta saran pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat dip
ergunakan untuk membantu perbaikan mendatang.

Demikian, sekian dan terimakasih.

Semarang, 27 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. Definisi Sterilisasi dan Disinfeksi...........................................................................................6
2. Cara Sterilisasi dan Desinfeksi................................................................................................6
3. Sterilisasi dengan Cara Kimia ..........................................................................................6
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada
pasien yang beresiko terinfeksi atau telat terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaima
na terjaninya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi
nya penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virol
ogi dan parasitologi. Selain itu diperlukan juga cara untuk mengurangi atau mengata
si terjadinya infeksi tersebut.
Infeksi merupakan komplikasi pasca bedah yang sering terjadi. Manifestasi perta
ma yang sering timbul adalah kenaikan suhu tubuh. Bila suhu tubuh pasien naik, seb
aiknya segera dilakukan pemeriksaan luka. Adanya infeksi, tidak selalu terdapat ket
egangan pada daerah luka, tetapi yang pasti ada indurasi. Daerah yang paling sering
terkena infeksi adalah jaringan lemak superfisial dekat fascia, tetapi sepsis dapat terj
adi pada setiap jaringan (Nealon, 1996).
Sumber infeksi dapat berasal dari udara, alat dan pembedah, kulit penderita, vise
ra, dan darah. Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain
melalui perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan, misalnya serangga, ma
nusia, atau benda yang terkontaminasi, seperti peralatan bedah.
Untuk mencegah terjadinya suatu infeksi pada tindakan-tindakan tertentu, maka
harus mempergunakan peralatan yang steril (Bouwhuizen, 1986). Instrumen bedah d
ikatakan tidak steril apabila terdapat kontaminasi material yang nampak (debu, kotor
an) dan mikroorganisme patogen atau mikroorganisme yang menimbulkan penyakit
(Schaffer et al, 2000). Oleh karena itu, seorang perawat perlu mengetahui cara atau
metodologi seperti sterilisasi dan disinfeksi guna mengurangi kemungkinan terjadin
ya infeksi pada pasien yang ditimbulkan karena kurang bersih dan sterilnya instrume
nt kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi?
2. Bagaimana metode atau cara sterilisasi dan desinfeksi?
3. Bagaimana syarat sterilisasi dan desinfeksi?
4. Bagaimana aplikasi sterilisasi dan desinfeksi dalam dunia keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi.
2. Untuk mengetahui metode atau cara sterilisasi dan desinfeksi.
3. Untuk mengetahui syarat dari sterilisasi dan desinfeksi.
4. Untuk mengetahui aplikasi sterilisasi dan desinfeksi dalam dunia keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Sterilisasi dan Disinfeksi


1.1 Serilisasi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media,
dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya seperti
protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus. Proses sterilisasi dipergunakan pada
bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang
bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan
obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
mikroorganisme.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih
berfungsi.
b. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah,dan tanggal pelakasaan
sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai.
e. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya. Bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.
1.2 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pengurangan jumlah kemungkinan
mikroorganisme ke tingkat bahaya yang lebih rendah pada area yang terindikasi
kontaminasi oleh mikroorganisme. Desinfeksi membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dalam jalan membunuh
mikroorganisme patogen.
Desinfektan yang tidak berbahaya bagi kulit disebut antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan
mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan desinfeksi digunakan pada
benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya
tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut
dari debris organic dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses disinfeksi.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuan membunuh beberapa
kelompok mikroorganisme. Disinfektan tingkat tinggi dapat membunuh virus
seperti influenza dan herpes, tetapi dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau
M, tuberculosis.
Untuk mendisinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari
desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Tiap disinfektan
tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan yang diberi
disinfektan dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah:
a. Mencegah terjadinya infeksi
b. Mencegah makanan menjadi rusak
c. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industry
d. Mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam
melakukan biakan murni.
 Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,
bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya seperti protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus.
Sedangkan Disinfeksi adalah proses pengurangan jumlah
kemungkinan mikroorganisme ke tingkat bahaya yang lebih rendah pada
area yang terindikasi kontaminasi oleh mikroorganisme dan membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik,
hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dalam jalan
membunuh mikroorganisme patogen.
2. Cara Sterilisasi dan Desinfeksi
2.1 Srerilisasi
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap:
-Pembersihan sebelum sterilisasi
-Pembungkusan
-Proses sterilisasi
-Penyimpanan yang aseptik.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara:
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
 Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 %
efektif namun terbatas penggunaanya.
 Panas kering
sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll. Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilaln tergnatung
dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak
sesuai dengan ketentuan maka sterilisasipun tidak akan bisa dicapai
secara sempurna
 Uap air panas
konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik
disinfeksi termurah Waktu 15 menit setelah air mendidih Beberapa
bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini: Clostridium perfingens dan Cl.
Botulinum
 Uap air panas bertekanan
menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs,
apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui
autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus
Bila media yang telah distrerilkan. diinkubasi selama 7 hari berturut-
turut apabila selama 7 hari: Media keruh maka otoklaf rusak Media
jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan
tekanan dalam autoklaf
 Pasteurisasi
Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu
Membunuh kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus,
Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah)
dengan Suhu 65 C/ 30 menit
 Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara
kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
- Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
- Daya kerja absorbsi as. Nukleat
-          Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
-          Kelemahan penetrasi lemah
 Sinar Gamma Daya
Kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada sterilisasi bahan
makanan, terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau
penampilan  Bahan disposable: alat suntikan cawan petri dpt distrelkan
dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga
“sterilisasi dingin

3.  Sterilisasi dengan Cara Kimia


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia

 Rongga (space)
 Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
 Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
 Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
 Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat
sangat mudah menguap
 Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:

1. Jenis bahan yang digunakan


2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi

 Alkohol
- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
- Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi membran sel rusak & enzim
tidak aktif
 Halogen
- Mengoksidasi protein kuman
 Yodium
- Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit
- Efektif terhadap berbagai protozoa
 Klorin
- Memiliki warna khas dan bau tajam
- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah

 Fenol (as. Karbol)


- Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan
tegangan permukaan
- Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
 Peroksida (H2O2)
- Efektif dan nontoksid
- Molekulnya tidak stabil
- Menginaktif enzim mikroba
 Gas Etilen Oksida
- Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik

2.2 Desinfeksi

1. Desinfeksi tingkat rendah : dipakai untuk membunuh sebagian bakteri , tidak


memiliki daya bunuh terhadap spora bakteri . semua fungsi maupun semua virus
kurang kecil juga maupun ukuran sedang

2. Desinfeksi tingkat Rendah : Membunuh mikroba vegetatif , fungi ,


mikobacterium tubercolosis , virus ukuran kecil dan sedang tapi tidak pada spora

3. Desinfeksi tingkat Tinggi : Dapat menghancurkan semua mikroba vegetatif ,


fungi , virus , ukuran kecil dan sedang kecuali sejumlah spora bakteri.

3. Syarat dari Sterilisasi dan Desinfeksi


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya:
a. Sterilisaror (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah,dan tanggal pelakasaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai.
e. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya. Bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.
Kriteria desinfeksi yang ideal:

a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar.


b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH, temperature, daln
kelembaban.
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia.
d. Tidak bersifat korosif.
e. Tidak berbau/baunya disenangi.
f. Bersifat biodegradable mudah diurai
g. Larutan stabil.
h. Mudah digunakan dan ekonomis.
i. Aktivitas berspektrum luas.
4. Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksi dalam Dunia Keperawatan
Dalam dunia keperawatan sterilisasi dan disinfeksi selalu dilakukan.
a. Sterilisasi dilakukan untuk instrument atau alat bedah agar terhindar dari
mikroorganisme yang berbahaya.
b. Perawat harus menjaga kebersihan tangan sebelum berinteraksi dengan pasien.
Perawat perlu memakai disinfektan berupa antiseptik.
c. Perawat perlu memastikan sterilnya alat yang digunakan untuk proses
keperawatan. Seperti menggati balutan luka, perawat harus memastikan balutan
yang digunakan steril dan sebelum melakukan tindakan perawat harus mencuci
tangan dan menggunakan disinfektan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari data dan fakta yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media,
dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya seperti
protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma dan virus. Desinfeksi adalah proses
pengurangan jumlah kemungkinan mikroorganisme ke tingkat bahaya yang lebih
rendah pada area yang terindikasi kontaminasi oleh mikroorganisme. Dari kedua
pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa sterilisasi dan desinfeksi memiliki
perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun sterilisasi
memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman
penyebab penyakit.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tet
api pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini di
karenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk k
edepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica.2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

http://eprints.umm.ac.id/26066/1/jiptummpp-gdl-indahayumu-37046-2-babi.pdf
https://www.scribd.com/doc/186841219/Sterilisasi-Dan-Desinfeksi

https://www.academia.edu/12028645/
MAKALAH_ILMU_DASAR_KEPERAWATAN_IV_MIKROBIOLOGI_STERILISA
SI_DAN_DESINFEKSI_FAKULTAS_ILMU_KESEHATAN_UNIVERSITAS_MUH
AMMADIYAH_PURWOKERTO

Anda mungkin juga menyukai