Anda di halaman 1dari 30

ui

MAKALAH

METODOLOGI KEPERAWATAN

“ Pemeriksaan Laboratorium Kimia Darah ”

Leukosit, Eritrosit, Hemoglobin, Albumin,Ureum, Kreatinin.

Disusun oleh:

1. Riyas Sobirin P1337420120001


2. Lu`lu` Atinnuha P1337420120046
3. Riksa Rizki Fuadi P1337420120047
4. Ivania Ayu P P1337420120060
5. Alifya A.N P1337420120061

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


ui

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan yang
berjudul “Pemeriksaan Laboratorium Kimia Darah Leukosit, Eritrosit, Hemoglobin, Al
bumin, Ureum, Kreatinin” ini dapat diselesaikan dengan baik .

Adapun tujuan dari pembuatan makalah Metodologi Keperawatan ini adalah untuk men
ambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi penulis. Serta untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Metodologi Keperawatan Tahun 2020/2021.

Sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada


Bapak Mugi Hartoyo, MN. Selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Keperawatan.
Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu, penulis mohon maaf yang sebesar-
sebarnya atas segala kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Penulis juga mengharapkan
kritik serta saran pembaca yang sifatnya membangun sehingga dapat dipergunakan untuk me
mbantu perbaikan mendatang.

Demikian, sekian dan terimakasih.

Semarang, 24 Januari 2021

Penulis
ui

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Leoukosit ................................................................................................ 7

2.2 Eritrosit ................................................................................................... 10

2.3 Hemogloblin ........................................................................................... 13

2.4 Albumin .................................................................................................. 16

2.5 Ureum ..................................................................................................... 20

2.6 Kreatin .................................................................................................... 22

BAB III PENUTUP


ui

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tes atau pemeriksaan kimia darah adalah tes untuk mengukur kadar beberapa zat kimia di
dalam darah Anda. Dengan tes ini, Anda dapat mengetahui seberapa baik organ-organ tubuh
Anda bekerja, serta mencari tahu adanya masalah-masalah kesehatan tertentu. Tes ini
biasanya terdiri dari berbagai jenis. Umumnya, tes kimia darah akan mengukur enzim,
elektrolit, hormon, serta zat kimia dalam darah lainnya.

Dalam pemeriksaan kimia darah, berikut adalah beberapa aspek mendasar yang akan
diukur: natrium, kalium, klorida, karbon dioksida, glukosa, blood urea nitrogen ( BUN ).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas , maka penulis membahas
beberapa pokok permasalahan perihal hak dan kewajiban perawat sebagai berikut :

1.2.1 Apa yang pengertian tes kimia darah ?


1.2.2 Apa yang tujuan dari tes kimia darah yang akan dilakukan ?
1.2.3 Apa saja peralatan dan bahan yang di butuhkan dalam pelaksanaan tes kimia
darah ?
1.2.4 Apa saja indikasi kontra indikasi dalam pelaksanaan tes kimia darah ?
1.2.5 Apa saja persiapan tindakan yang harus dilakukan perawat pada klien ?
1.2.6 Apa saja langkah – langkah atau prosedur yang harus dilakukan dalam
pelaksanaan tes kimia darah ?
1.2.7 Apa saja tindakan keperawatan pasca pemeriksaan dalam pelaksanaan tes
kimia darah ?
1.2.8 Apa saja hal – hal yang harus di perhatikan dalam pelaksanaan tes kimia
darah?
1.3 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
ui

1.3.1 Untuk mengetahui dan mengkaji pengertian tes kimia darah.


1.3.2 Untuk mengetahui dan mengkaji tujuan dari tes kimia darah yang akan
dilakukan.
1.3.3 Untuk mengetahui dan mengkaji peralatan dan bahan yang di butuhkan
dalam pelaksanaan tes kimia darah.
1.3.4 Untuk mengetahui dan mengkaji indikasi kontra indikasi dalam pelaksanaan
tes kimia darah.
1.3.5 Untuk mengetahui dan mengkaji persiapan tindakan yang harus dilakukan
perawat pada klien.
1.3.6 Untuk mengetahui dan mengkaji langkah – langkah atau prosedur yang
harus dilakukan dalam pelaksanaan tes kimia darah.
1.3.7 Untuk mengetahui dan mengkaji tindakan keperawatan pasca pemeriksaan
dalam pelaksanaan tes kimia darah.
1.3.8 Untuk mengetahui dan mengkaji hal – hal yang harus di perhatikan dalam
pelaksanaan tes kimia darah.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengertian dari tes


kimia darah , tujuan, peralatan dan bahan, Indikasi dan Kontra indikasi,
Persiapan tindakan yang dilakukan perawat pada klien, Langkah prosedur,
Tindakan keperawatan pasca pemeriksaan, Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan tes kimia darah .

1.4.2 Bagi responden

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfat bagi responden sebagai


informasi tentang pengertian dari tes kimia darah , tujuan, peralatan dan
bahan, Indikasi dan Kontra indikasi, Persiapan tindakan yang dilakukan
perawat pada klien, Langkah prosedur, Tindakan keperawatan pasca
pemeriksaan, Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tes kimia
darah .
ui

1.4.3 Bagi Iimu Pengetahuan

Sebagai tambahan pustaka dalam menigkatkan ilmu pengetahuan


khususnya tentang tentang pengertian dari tes kimia darah , tujuan, peralatan
dan bahan, Indikasi dan Kontra indikasi, Persiapan tindakan yang dilakukan
perawat pada klien, Langkah prosedur, Tindakan keperawatan pasca
pemeriksaan, Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tes kimia
darah .

BAB II

PEMBAHASAN

1. LEUKOSIT
A. Definisi
Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh.
ui

B. Tujuan Pemeriksaan
 untuk menegakkan diagnosa penyakit
 untuk mendapatkan gambaran distribusi masingmasing jenis leukosit, setiap
jenis leukosit berasal dari sel yang sama dan saling berhubungan, namun tiap
populasi relatif berbeda dalam tingkat maturasi, fungsi dan mekanisme
kontrolnya
C. Peralatan dan Bahan
Alat:
 Pipet lekosit atau clinipet 20 µl, pipet volumetrik 0,5 ml
 Tabung ukuran 75 x 10 mm
 Kamar hitung improved neubauer dan kaca penutup
 Pipet Pasteur
 Mikroskop
Bahan atau Reagens.
Larutan pengencer dapat menggunakan salah satu dari larutan berikut :
1. Turk : asam asetat glasial 3 ml
2. Gentian violet 1% 1 ml
3. Akuades 100 ml
Penambahan gentian violet bertujuan memberi warna pada inti dan granula lekosit.
Larutan ini melisiskan eritrosit dan trombosit tetapi tidak melisiskan lekosit
maupun eritrosit berinti.
1. HCl 1%
2. Asam asetat 2%

D. Indikasi
1. Pada penderita leukositosis
2. Pada ibu hamil
3. Pada penderita infeksi saluran pencernaan
E. Kontra Indikasi
1. -

F. Persiapan tindakan yang dilakukan perawat kepada klien

1. Persiapan pasien: tidak memerlukan persipan khusus


ui

 Persiapan sampel: darah kapiler, EDTA


 Prinsip: Darah diencerkan dengan larutan asam lemak, sel-sel
eritrosit akan mengalami hemolisis serta darah menjadi lebih encer
sehingga sel-sel lekosit lebih mudah dihitung.

G. Langkah Prosedur

 Membuat pengenceran.
 Cara pipet lekosit.
Dengan pipet lekosit darah diisap sampai tanda 0,5 , bila lebih letakkan
ujung pipet pada bahan yang tidak meresap misal plastik, sampai darah tepat
pada tanda 0,5. Bersihkan bagian luar pipet tersebut dari darah dengan tissue.
Kemudian isaplah larutan pengencer sampai tanda 11. (pengencer 1: 20).
Peganglah pipet lekosit tersebut sedemikian rupa sehingga kedua ujung pipet
terletak diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Homogenkan selama 3
menit agar semua eritrosit hemolisis

 Cara tabung,
Dengan menggunakan clinipet 20 µl, pipet volumetris 0,5 ml (sistem tabung)
a. Larutan pengencer sebanyak 0,38 ml dimasukkan dengan
menggunakan pipet 0,5 ml ke dalam tabung ukuran 75 x 10 mm
b. Tambahkan 20 µl darah EDTA, darah kapiler ke dalam tabung
tersebut (pengencer 1: 20). Pada waktu mengambil darah EDTA
jangan lupa menghomogenkan darah dengan baik. Sebelum
memasukkan 20 µl darah ke dalam larutan pengencer, hapuslah
kelebihan darah yang ada di dalam pipet. Hati-hati agar darah di
dalam pipet tidak ikut terserap.
c. Darah yang tersisa di dalam pipet dibilas dengan mengisap dan
mengeluarkan larutan pengencer sebanyak 3 kali.
d. Tabung tersebut ditutup dengan parafilm dan dicampur hingga
homogen. Pencampuran dilakukan selama 1 menit

 Menghitung Jumlah Lekosit.


ui

1. Letakkan KH dengan hati-hati di bawah mikroskop dalam keadaan rata air.


Turunkan kondensor atau kecilkan diafragma. Gunakanlah pembesaran
kecil untuk mencari daerah yang akan di hitung. Setelah itu penghitungan
sel dilakukan dengan menggunakan lensa objektif 10x dan lensa okuler
10x.
2. Pada hitung lekosit minimal sel yang dihitung 100 sel dengan menghitung
semua lekosit yang ada pada kempat bidang 1,2,3 dan 4 (gbr.1) diharapkan
syarat minimal sel yang harus dihitung dapat dicapai. Volume yang
dihitung sebesar 4 ( 1 x 1 x 0,1 ) = 0,4 ul (mmk). Bila jumlah lekosit dalam
2 buah bidang 1 dan 3 telah melebihi jumlah 100 sel dengan catatan bahwa
volume yang dihitung sebesar 2 ( 1 x 1 x 0,1 ) = 0,2 ul (mmk).
3. Cara menghitung lekosit dalam KH dapat dilihat pada gbr. 2. Mulailah
menghitung dari sudut kiri atas, terus kekanan, kemudian turun kebawah
dan dair kanan kekiri ; lalu turun lagi kebawah dan dimulai lagi dari kiri ke
kanan. Cara seperti ini dilakukan pada ke-empat bidang besar.
4. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas suatu
bidang. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas
harus dihitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis batas selah
kanan atau bawah tidak turut dihitung.

 Penghitungan.

Jumlah lekosit yang dihitung = jumlah lekosit x faktor pengencer


Volume yang dihitung (ul)

Bila jumlah lekosit dalam ke 4 bidang besar (1,2,3,4 ) adalah N, maka:

N x 20 μl
=50 N /μl darah atau 0 ,05 N x 10 g/l
Jumlah lekosit = 0,4
Nilai rujukan = 4.000 – 10.000/ µl

H. Tindakan keperawatan pasca pemeriksaan


ui

1. Memberikan edukasi
2. Melakukan pengkajian terhadap kebutuhan dasar pasien

I. Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Pemasangan turniquet terlalu lama
2. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabk
an trombosit menurun.
3. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan eritrosit, leukosit,
dan trombosit menurun.

2. ERITROSIT
A. Definisi
Eritrosit atau sel darah merah adalah salah satu komponen darah yang bersifat pad
at. Eritrosit berbentuk seperti cakram atau bikonkaf, tidak mempunyai inti dengan uku
ran 0,007 mm, tidak bergerak, dan berwarna kuning kemerah-merahan. Eritrosit bersif
at kenyal sehingga bisa berubah bentuk sesuai pembuluh darah yang dilalui (Syaifudi
n, 2016).
B. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dapat menggambarkan parameter penting dari fungsi dan strukt
ur eritrosit.
C. Peralatan dan Bahan

Alat:

1. Pipet eritrosit atau clinipet 20 µl, pipet volumetrik 4 ml


2. Tabung ukuran 75 x 10 mm
3. KH Improved Neubauer dan kaca penutup
4. Pipet Pasteur
5. Mikroskop

Bahan/ Reagens
Larutan pengencer dapat digunakan salah satu dari larutan berikut :
a. Larutan hayem
ui

Natrium – sulfat ………………….......... 2,50 g


Natrium – chlorida …………………...... 0,50 g
Merkuri – chlorida …………………...... 0,25 g
Akuades ………………………….......... ad 100ml
Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tak dapat dipergunakan karena akan
mengakibatkan presipitasi protein, rouleoux, aglutinasi.

b. Larutan Gower

Natrium – sulfat ………………….......... 12,5 g


Asam asetat glasial ………………. ........ 33,3 ml
Akuades ………………………….......... ad 200 ml
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleoux sel-sel erirosit

c. Larutan Formal Sitrat.

d. Formalin 40 % ……………………. 10 ml
Larutan sodium sitrat 0,109 M ….... 1000 ml
Larutan ini mudah dibuat dan tidak berubah dalam jangka lama. Bentuk diskoid
eritrosit tetap dipertahankan dan tidak menyebabkan terjadinya aglutinasi

D. Indikasi
1. Polichytemia

E. Kontra Indikasi
-

F. Persiapan tindakan yang dilakukan perawat kepada klien

1. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus


2. Persiapan Sampel: darah kapiler, EDTA
3. Prinsip: Darah diencerkan dengan larutan pengencer isotonis agar
mencegah hemolisis eritrosit dan memudahkan menghitung eritrosit.
ui

G. Langkah Prosedur
a. Membuat pengenceran.
 Cara pipet
Dengan pipet eritrosit, pipetlah darah sampai tanda 0,5 serta encerk
an dengan larutan pengencer sampai tanda 101 ( pengencer 1 : 200
). Homogenkan selama 3 menit.
 Cara tabung
 Larutan pengencer sebanyak 4 ml dimasukkan ke dalam tabung ukuran 75
x 10 mm.
 Dibuat pengencer darah 1 : 200 dengan menambahkan 20 µl darah EDTA
/ darah kapiler ke dalam tabung yang telah berisi larutan pengencer.
 Tindakan selanjutnya sama seperti seperti yang telah diterangkan pada hitu
ng lekosit
b. Menghitung Jumlah Eritrosit.

Sebaiknya jumlah sel yang dihitung minimal 200 eritrosit. Untuk hitung
eritrosit, dihitung semua eritrosit yang ada pada kelima bidang sedang yaitu A, B,
C, D, dan E pada gambar 1, luas masing-masing bidang adalah 1/5 x 1/5 mm 2 atau
0,2 x 0,2 mm2. Volumenya (0,2 x 0,2 x 0,1) x 5 = 0,02 mmk atau 0,02 µl.

c. Perhitungan.

Jumlah eritrosit yang dihutung


x faktor pengenceran
Jumlah eritrosit = Volume yang dihitung (ml )

Bila jumlah eritrosit yang dihitung dalam bidang sebesar A, B, C, D, E adalah N,

maka :

N x 200
= 10.000 N/μl
= 5 (0,2 x 0,2 x 0,1)
Jumlah eritrosit
ui

H. Tindakan keperawatan pasca pemeriksaan

1) Memberikan edukasi

2) Melakukan pengkajian terhadap kebutuhan dasar pasien

I. Hal-hal yang harus diperhatikan


1) Pemasangan turniquet terlalu lama
2) Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabk
an trombosit menurun.
3) Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan eritrosit, leukosit,
dan trombosit menurun.

3. HEMOGLOBIN

A. Definisi

Hemoglobin (Hb) adalah protein kaya zat besi dalam sel darah merah
yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Protein ini juga berfungsi memberi warna
merah pada darah.

B. Tujuan Pemeriksaan
untuk mengetahui ada atau tidaknya kondisi yang memerlukan perhatian khusus,
misalnya anemia.
C. Peralatan dan Bahan

Alat:

1. SpektrofotometeR
2. Mikropipet 20 ml dan 5 ml
3. Tabung reaksi

Bahan:

 Larutan Drabkin :
1. KCN 0,768 mmol/l …………. 50 mg
2. K3Fe(CN)6 0,607 mmol/l ………. 200 mg
3. KH2PO4 1,029 mmol/l ………..140 mg
4. Non ionic detergent ………… 0,5 – 1 ml
5. Akuades deionized ad ……… 1000 ml
ui

 PH 7,0 – 7,4
 Warna harus kuning pucat, jernih, bila dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 540 nm, dengan air sebagai blanko, serapan harus nol. Larutan
ini harus disimpan dalam botol coklat dan tiap bulan dibuat larutan baru.
 Cyanmethemoglobin standar (siap pakai)
 Antikoagulan EDTA
 Darah Vena/ kapiler

D. Indikasi

- Pada ibu hamil

E. Kontra indikasi

F. Persiapan tindakan yang dilakukan perawat kepada klien

Pengukuran Hb dengan metode cyanmethemoglobin adalah hemoglobin dengan


K3Fe(CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin yang kemudian menjadi hemoglobin
sianida (HiCN) oleh KCN.

G. Langkah Prosedur
1. Di Siapkan Alat dan Bahan yang akan digunakan.
2. Dipipet larutan Drabkin sebanyak 5 mk kemudian dimasukkan kedalam tabung
reaksi.
3. Dipipet darah vena/kapiler Sebanyak 20 ml
4. Kelebihan darah yang melekat pada bagian luar pipet dihapus dengan kain kasa
kering/kertas tissue
5. Darah dalam pipet dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi larutan Drabkin.
6. Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan Drabkin tersebut.
7. Campur larutan ini dengan cara menggoyang tabung perlahan-lahan hingga larutan
homogen dan dibiarkan selama 3 menit.
8. Baca dengan spektrofotometer pada gelombang 546 nm, sebagai blanko digunakan
larutan Drabkin.
9. Kadar Hb ditentukan dengan perbandingan absorban sampel dengan absorban standa
Perhitungan:
ui

C Sampel = A Sampel X C Standar / A Standar


Interpretasi Hasil
•Laki – laki dewasa : 13,0 – 18,0 g/dl
•Wanita dewasa : 11,5 -16,5 g/dl
•Wanita hamil : 11,0 – 16,5 g/dl
•Anak – anak (3 -6 tahun) : 12,0 – 14,0 g/dl
•Bayi : 13,5 – 19,5 g/dl

Kesimpulan
•Cara cyanmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar
hemoglobin dilaboratorium karena larutan standar Cyanmethemoglobin sifatnya
stabil, muda diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ±2%.
•Kadar hemoglobin bayi baru lahir tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara
13,5 – 19,5 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun pada umur 3 tahun mencapai
kadar paling rendah yaitu 12,0 – 14,0 g/dl.

H. Tindakan Keperawatan Pasca Pemeriksaan


1. Memberikan edukasi
2. Melakukan pengkajian

I. Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Penentuan nilai hemoglobin tergantung pada kemampuan untuk mengabsorbsi
cahaya pada ratio kuning hijau yang merupakan spectrum sinar tampak.
2. Darah diencerkan dengan menggunakan larutan yang mengandung kalium sianida
dan kalium ferisianida yang akan mengubah semua jenis hemoglobin.
3. Dalam pemeriksaan hemoglobin metode cyanmethemoglobin digunakan photometer
menggunakan larutan Drabkin.

4. ALBUMIN

A. Definisi

Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah manusia yang diproduksi oleh
organ hati. Albumin berfungsi untuk mengatur tekanan dalam pembuluh darah dan menjaga
ui

agar cairan yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor ke jaringan tubuh sekitarnya.
Saat albumin rendah dalam darah (hipoalbuminemia), pasien akan membutuhkan albumin
dari luar untuk meningkatkan albumin ke nilai normal. Kondisi rendahnya kadar albumin
dalam darah ini dapat disebabkan oleh gangguan organ ginjal dan hati, adanya proses
peradangan, atau pada orang-orang yang menderita kekurangan gizi (malnutrisi). Selain pada
keadaan hipoalbuminemia, albumin tambahan dalam bentuk infus ini dapat diberikan sebagai
salah satu terapi dari keadaan: Penyakit kuning pada bayi baru lahir, sebelum dilakukan
tindakan transfusi darah tukar.Syok hipovolemik, yaitu gangguan aliran oksigen ke jaringan
akibat tubuh kehilangan 20 persen cairan atau darah. Infus albumin akan mengganti albumin
yang kurang dalam darah, dan meningkatkan tekanan di dalam pembuluh darah sehingga
cairan di luar pembuluh darah akan menuju ke dalam pembulluh darah

B. Tujuan

Pemeriksaan albumin adalah sebuah tes yang bertujuan untuk mencari tahu berapa jumlah
albumin di dalam darah, sekaligus memeriksa kondisi kesehatan tubuh.

C. Alat dan Bahan

Alat :

a. Perlengkapan sampling: tourniquet, kapas alkohol, jarum vakuitaner, holder,


plester, tabung penampung darah, kapas kering

b. Tabung sentrifus dan sentrifus

c. Mikropipet dan tip

d. Tabung reaksi dan rak

e. Pipet tetes

f. Corong

g. Kertas saring Whatman No. 1

h. Kuvet
ui

i. Spektrofotometer

j. Automated Clinical Analyzer Respon 920

Bahan :

a. Sampel darah vena

b. Antikoagulan EDTA

c. Larutan NaCl fisiologis 0,85 %

d. Akuades

e. Toluol 99,5 %

f. Larutan drabkins (Riswanto, 2013)

1) Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6).......................(200 mg)

2) Kalium sianida (KCN) ..................................... (50 mg)

3) Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) ............... (140 mg) berfungsi untuk


menstabilkan pH 7 – 7,4 dimana reaksi dapat berlangsung sempurna pada saat
yang tepat

4) Non ionik .........................................................(0,5-1 ml) berfungsi


mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh
protein plasma

g. Reagen albumin

Reagen KIT albumin metode bromocresol green siap pakai yang berisi komposisi
sesuai dengan tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Reagen KIT Albumin

No Reagen Kosentrasi
ui

1. Citrate buffer pH 4,2 30 mmol/L

2. Bromocreol green 0,26 mmol/

3. Standard 5 gr/dl

D. Indikasi

1. Penderita penyakit hepar


2. Penderita penyakit ginjal

E. Kontra Indikasi

1. -

F. Persiapan tindakan yang dilakukan perawat kepada klien

1. Mempersiapkan alat yang akan digunakan


2. Memastikan identitas pasien

G. Langkah dan prosedur

1. Tahap pengambilan darah vena

1) Pasien diposisikan duduk dengan posisi lengan pasien lurus dan telapak tangan
menghadap keatas, siku tidak boleh dibengkokkan. Dipilih lengan yang lebih
banyak melakukan aktivitas

2) Pasien diminta untuk mengepalkan tangannya

3) Memasang tourniquet ± 5-10 cm diatas lipat siku

4) Melakukan palpasi atau perabaan untuk memastikan posisi vena

5) Mendesinfektan dengan menggunakan alkohol 70 % pada kulit yang akan


ditusuk dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa
terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan tidak boleh dipegang lagi
ui

6) Menusuk bagian vena yang telah dibersihkan dengan jarum. Lubang jarum
menghadap ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat.
Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit.
Namun bila darah tidak keluar, ganti posisi penusukan

7) Jika darah berhasil masuk semprit, darah dihisap hingga memperoleh volume ±
3 ml

8) Tourniquet dilepaskan dan pasien diminta membuka kepalan pada tangannya

9) Meletakkan kapas kering pada bekas tusukan lalu jarum ditarik

10) Pasien diminta untuk menekan kapas tersebut selama ± 2 menit. Darah berhenti,
bagian bekas tusukan diplester

11) Jarum dilepaskan dari spuit dan darah dimasukkan kedalam tabung penampung
melalui dinding tabung secara perlahan untuk menghindari hemolisis

2. Tahap pengukuran kadar hemoglobin untuk membuat hemolisat

1) Tabung reaksi diisi dengan 5,0 mL larutan drabkins

2) Menambahkan 20 µL whole blood

3) Menghomogenkan

4) Menginkubasi selama 3 – 5 menit pada suhu kamar

5) Kuvet diisi dengan campuran larutan tersebut

6) Membaca absorbansi pada panjang gelombang 540 nm

7) Menghitung kadar hemoglobin berdasarkan rumus :

Diperoleh data :

Absorbansi sampel : 0,398

Faktor koreksi : 42,61


ui

Kadar Hemoglobin : 16,9 gr/dl

3. Tahap pembuatan hemolisat

Hemolisat dibuat dengan mengencerkan eritrosit murni sebanyak 20X, sehingga


kadar hemoglobin dalam hemolisat dapat dihitung sebagai berikut:

16,9
Kadar hemolisat = = 0,845 g/dl
20

H. Tindakan Keperawatan Pasca Pemeriksaan

1. Membacakan hasil
2. Memberikan edukasi

I. Hal – hal yang harus dihindari

1. Hasil pemeriksaan albumin tidak akan akurat apabila Anda mendapatkan cairan
infus dalam tubuh, atau minum air putih dalam jumlah banyak. 
2. Jumlah albumin dalam darah bisa menurun selama masa kehamilan. 
3. Konsumsi beberapa jenis obat-obatan bisa memengaruhi kadar albumin.

5. UREUM

A. Definisi

Sampah utama metabolisme protein adalah ureum atau urea. Ureum merupakan
senyawa nitrogen non protein yang ada di dalam darah (Sumardjo, 2008). Ureum adalah
produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan
didistribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian
difiltrasi oleh glomerulus dan sebagian direabsorbsi pada keadaan dimana urin terganggu
(Verdiansah, 2016). Jumlah ureum dalam darah ditentukan oleh diet

B. Tujuan
ui

Ureum atau blood urea nitrogen (BUN), yaitu tes untuk menentukan kadar urea nitrogen
dalam darah yang merupakan zat sisa dari metabolisme protein dan seharusnya dibuang
melalui ginjal.

C. Alat dan Bahan

a. Alat

- tabung reaksi

- tabung sentrifuge

- sentrifuge

- clinikpett

- rak tabung

- sprektofotometer sinotik

- tips biru dan kkuning

b. Bahan

- sample darah

- larutan standar

- larutan blangko

D. Indikasi

E. Konta Indikasi

-
ui

F. Persiapan tindakan yang dilakukan perawat kepada klien

1. Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.

2. Persiapan sample : darah sebanyak 2 cc yang ditampung dalam tabung sentripuge


yang kemudian di sentripuge selama 5 menit.

3. Persiapan reagen berupa larutan kerja dan standar terlebih dahulu diperiksa tanggal
kedaluwarsa reagen tersebut.

4. Persiapan alat berupa sprektofmeter yang harus dipanaskan terlebih dahulu.

G. Langkah atau Prosedur

H. Tindakan Keperawatan Pasca Pemeriksaan


1. Membacakan hasil
2. Memberikan edukasi

I. Hal-hal yang perlu diperhatikan


ui

 Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan . anda bisa pulang atau kembali
beraktivitas dengan normal

6. KREATIN

A. Definisi

Kreatinin merupakan produk sampah dari pemecahan sel-sel otot selama beraktivitas.
Ginjal yang sehat akan membuang kreatinin dari sirkulasi melalui urine. Kerusakan ginjal
akan menyebabkan peningkatan kreatinin dalam darah.

B. Tujuan

Pemeriksaan ini untuk mengukur konsentrasi kreatinin dalam darah. Pemeriksaan


kreatinin berfungsi untuk menguji kemampuan ginjal dalam menyaring darah dan urine.
Apabila fungsi ginjal terganggu, laju pembersihan ginjal pun akan ikut terganggu. 

Uji kreatinin biasanya juga dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi ginjal
lainnya, termasuk tes kadar urea dalam darah (BUN). Maka dari itu, tes kreatinin sering
direkomendasikan ketika seseorang melakukan pemeriksaan rutin. 

C. Alat dan Bahan

Alat Kimia Analyser

1. Komponen Utama Alat Kimia Analyser

Komponen utama alat kimia analyser meliputi hardware (alat kimia analyser) dan
software (komputer atau PC). Hardware meliputi sampel tray, reagent tray, reaction tray,
probe sampel, probe reagent, probe wash, photometer lamp dan ion sekektive electrode (ISE)
module. Sedangkan PC berisi software aplikasi program untuk operating analyser (Medsys
Inc.2016).

Sampel tray merupakan tempat untuk meletakkan sampel. Probe sampel jarum untuk
mengaspirasi sampel. Reagen tray adalah tempat meletakkan sampel. Reagen probe adalah
ui

jarum untuk mengaspirasi reagen yang terdiri dari 2 probe yaitu probe R1 dan probe R2.
Reaction tray adalah tempat cuvet yang digunakan untuk mereaksikan pemeriksaan. Mixing
unit adalah bagian yang berfungsi untuk mencampurkan. Lamp photometer, sebagai sumber
cahaya, probe wasing pots tempat untuk melakukan pencucian jarum aspirasi. Cuvette
washing station adalah tempat cuvet dilakukan pencucian.

Prinsip Kerja Alat kimia analyser : pengambilan reagen dilakukan oleh Reagent Probe
dan pengambilan sampel oleh Sampel Probe. Pencampuran reaksi dilakukan oleh mixing unit
di dalam tray reaction. Pembacaan absorbansi secara spektrofotometer. Hasil pembacaan
abosrban selanjutnya dikonversi ke hasil sesuai satuan hasil (Medys Inc.2016 ).

Berikut spesifikasi alat Tokyo Boeki kimia analyser

Througput : Jumlah test per jam 480 Test

Minimal volume pembacaan cuvette : 120 mikron

Jenis Sampel yang digunakan : Serum, Plasma, Whole blood

Reagent Cooling : With Cooling unit on Board

Aquabidest yang digunakan : 5 Liter/Jam

Tipe Mixing system : Stirer Mixing unit (Pengaduk)

Open sytem : Open system reagent

Tipe pemeriksaan : Kimia, Koagulasi, Imunologi

Tipe reaksi : End Point, Rate (Medsys Inc, 2016)

2. Tray Reagen

Reagen (reagent tray) yang dilengkapi dengan pendingin. Suhu di dalam reagent tray
adalah 8-12ºC. Reagen sisa setelah digunakan pemeriksaan dapat disimpan dalam reagent
tray, tidak perlu diambil disimpan di dalam refrigerator karena sudah ada pendingin pada
reagent tray (Medys Inc.2016 ).
ui

3.Alur Proses Pemeriksaan

Prinsip pemeriksaan rutin :

a. Sebelum dilakukan pemeriksaan alat dihidupkan selanjutnya dilakukan prime untuk


pengisian selang- selang yang digunakan untuk pipetting (Transpot fluida : sampel, reagen).

b. Selanjutnya dilakukan running kontrol : mengetahui kondisi reagen terakhir di alat apakah
reagen masih dalam kondisi stabil

c. Apabila kontrol tidak masuk dapat dilakukan kalibrasi : menyesuaikan kondisi reagen
dengan alat agar kontrol masuk dan selanjutnya dapat dilakukan running pasien

d. Apabila kontrol sudah masuk dapat dilakukan running pasien.

e. Apabila alat sudah melakukan pemeriksaan, untuk mengakhiri running sampel, sebelum
alat akan di shutingdown, dalam jangka waktu lebih dari 10 jam dilakukan cell washing
(Pencucian cuvette reaksi) ( Medsys Inc, 2016 )

- BAHAN

Bahan Pemeriksaan The National Kidney Disease Education Program


merekomendasikan penggunaan serum kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi
glomerulus, digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ginjal (Miller, 2005). Serum
darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen
menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses
pembekuan darah. Serum merupakan cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara
mensentrifugasi sejumlah darah yang dibiarkan membeku tanpa antikoagulan (Sadikin,
2013).

Pemakaian serum pada pemeriksaan kreatinin untuk mencegah pencemaran spesimen


oleh antikoagulan yang mungkin dapat mempengaruhi. Pemakaian serum harus selalu hati-
hati agar tidak terjadi hemolisis karena dapat mengganggu metode pemeriksan sehingga
memberikan hasil tidak semestinya (Sacher, 2009).

D. Indikasi
ui

- Mengukur fungsi ginjal

E. Kontra Indikasi

F. Persiapan Tindakan yang Dilakukan Perawat Kepada Klien

Pemeriksaan kreatinin dibagi menjadi dua metode, yaitu menggunakan sampel darah
dan urine. Meski begitu, persiapan pemeriksaan ginjal ini tidak jauh berbeda. 

Pada umumnya, sebelum uji kreatinin dilakukan, Anda akan diminta untuk berpuasa
semalaman. Bila tidak memungkinkan, setidaknya Anda tidak mengonsumsi daging yang
dimasak karena dapat memengaruhi kadar kreatinin. 

Selain itu, petugas medis juga akan meminta Anda untuk berhenti memakai obat-obatan
di bawah ini sementara waktu. 

 Aminoglikosida

 Cimetidine

 Obat-obatan kemoterapi (cisplatin)

 Obat-obatan yang merusak ginjal, seperti cephalosporin

 Obat non-steroid anti inflamasi (NSAIDS)

 Trimethoprim

G. Langkah Atau Prosedur

Tes darah

Pada saat kadar kreatinin diuji dengan sampel darah, petugas kesehatan akan
mengambil darah dari pembuluh darah di lengan Anda. Hal ini dilakukan dengan bantuan
jarum kecil. 
ui

Setelah jarum dimasukkan, darah dalam jumlah yang sedikit akan dikumpulkan ke
dalam tabung. Anda mungkin akan merasa sedikit sakit ketika jarum dimasukkan dan
dikeluarkan. Prosedur ini biasanya hanya memakan waktu kurang dari lima menit dan tidak
jauh berbeda dengan prosedur pengambilan sampel darah lainnya. 

Pemeriksaan kadar kreatinin darah dapat diukur absorbansinya dengan panjang gelomba
ng tertentu menggunakan spektrofotometer dan prinsip pembacaanya terbentuk sinar dari spe
ktrum dengan panjang gelombang tertentu dan memiliki alat pengurai seperti prisma yang da
pat menyeleksi panjang gelombang tertentu dari sinar putih

. 1. Metode Jaffe Reaction yaitu kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membent
uk senyawa kuning jingga.

2. Metode kinetik yaitu dasar metodenya relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan s
ekali pembacaan.

3. Metode enzimatik yaitu dasar metode ini adanya substrat dalam sampel berekasi dengan en
zim membentuk senyawa enzim substrat. Pada prisipnya, kreatinin akan bereaksi dengan asa
m pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa kompleks yang bewarna kuning jingga, in
tensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar kreatinin yang terdapat pada sampel.
Dari ketiga metode tersebut, yang paling banyak digunakan adalah metode Jaffe Reaction, me
tode ini menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan non deproteinasi. Unt
uk deproteinasi cukup memakn waktu yang lama sekitar 30 menit, sedangkan pada non deptr
oteinasi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu 2-3 menit. Kadar kreatinin dapat
diperiksa secara http://repository.unimus.ac.id 11 semi otomatis menggunakan fotometer dan
secara otomatis menggunakan automated chemistry analyzer (Alviani V, 2016).

H. Tindakan Keperawatan Pasca Pemeriksaan


1. Membacakan hasil
2. Memberikan edukasi

H. Hal – hal yang perlu diperhatikan

Faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin darah:

1. Perubahan massa otot.


ui

2. Diet kaya daging.


3. Aktifitas fisik berlebihan
4. Obat-obatan.
5. Peningkatan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.
6. Usia dan jenis kelamin

BAB III

PENUTUP
ui

A. Kesimpulan
Dari data dan fakta yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa da
rah adalah jaringan penghubung yang memungkinkan adanya komunikasi antar sel dalam tub
uh dan dengan lingkungan. Seperti membawa oksigen, zat-zat gizi, sekresi hormon, dan lain-l
ain, darah secara umum berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian yang cair dan pa
dat. Apabila diperiksa dibawah mikroskop tampak banyak benda bulat kecil didalamnya yang
dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat,
yang terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (tro
mbosit). Cairan tempat sel-sel berada merupakan bagian cair yang disebut cairan darah, yang
terdiri dari 91 % air, protein 8 % dan mineral 1 %. Sel-sel darah membentuk 45 % dan cairan
darah membentuk 55 % dari seluruh volume darah.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pa
da kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
ui

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1116/5/Chapter3.pdf

https://www.alodokter.com/kreatinin-dan-kesehatan-ginjal

https://www.alodokter.com/albumin

https://youtu.be/fzcAbx6_L4U

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/692/5/Chapter II.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1116/5/Chapter3.pdf

http://m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/kreatinin

Anda mungkin juga menyukai