Di susun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
MAKALAH KONSEP LABORATORIUM KLINIK (PEMERIKSAAN URINE).
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. KONSEP LABORATORIUM KLINIK DAN PEMERIKSAANNYA.........3
1. Tes Kehamilan................................................................................................6
2. Protein Urine...................................................................................................6
3. Urine Reduksi.................................................................................................7
4. Urine Accton.................................................................................................10
5. Bilirubin........................................................................................................13
6. PH Urine.......................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Menurut Soebrata (2009) pada buku Penuntun Laboratorium
Klinik, jika urine disimpan kemungkinan terjadi perubahan susunan
oleh kuman- kuman. Kuman-kuman biasanya ada karena urine untuk
pemeriksaan biasanya tidak dikumpulkan dan tidak ditampung secara
steril. Kuman-kuman mengurai ureum dengan membentuk amoniak
dan karbondioksida. Amoniak menyebabkan pH urine menjadi basa
dan terjadilah pengendapan kalsium dan magnesium fosfat. Reaksi ini
juga dapat merusak eritrosit dan silinder. Sebagian dari amoniak hilang
ke udara sehingga urine tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk
menentukan ureum. Selain itu juga glukosa akan diurai oleh kuman-
kuman sehingga hilang dari urine.
B. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Akurasi dan Keandalan: Kualitas hasil pemeriksaan laboratorium sangat
penting. Oleh karena itu, laboratorium harus memiliki kontrol kualitas
yang ketat untuk memastikan akurasi dan keandalan setiap kali melakukan
pemeriksaan.
2. Uji Fungsi Hati: Pemeriksaan ini meliputi pengukuran enzim hati seperti
SGOT (AST), SGPT (ALT), bilirubin, dan albumin. Berguna untuk
mendeteksi gangguan hati dan penyakit hati.
4
9. Pemeriksaan Serologi: Melibatkan analisis serum darah untuk mendeteksi
antibodi atau antigen tertentu yang terkait dengan infeksi atau kondisi
kesehatan tertentu.
PEMERIKSAAN URINE
Tes urine dilakukan dengan menampung urine di dalam wadah khusus. Adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
5
Bersihkan area di sekitar lubang kencing menggunakan tisu khusus yang
disediakan oleh tim medis.
Sebaiknya tampung urine yang keluar di tengah-tengah aliran.
Volume urine yang ditampung minimal 30-60 ml.
Hindari menyentuh bagian dalam wadah untuk menghindari kontaminasi
bakteri.
1. Tes Kehamilan
2. Protein Urine
6
Dalam pemeriksaan urine acak, kadar normal protein dalam urine berkisar
antara 0–20 mg/dL. Sementara untuk pemeriksaan protein urine 24 jam,
nilai normalnya adalah kurang dari 80 mg/dL. Meski demikian, standar
nilai normal protein urine bisa berbeda-beda tergantung laboratorium
tempat Anda menjalani pemeriksaan.
7
dilakukan pemeriksaan glukosa urin yang pada umumnya digunakan
metode benedict dan carik celup.
Metode benedict
8
Positif(+++) : Coklat mudah pada strip
Kadar gula yang tinggi dibuang melaui air seni, dengan demikian
penderita diabetes melitus akan kekurangan energi/tenaga, mudah lelah,
lemas, gatal-gatal dan sabagainya. Kurang dari 0,1% dari glukosa normal
disaring oleh glomerulus muncul dengan urin(kurang dari 130 mg/24 jam).
Sehingga glukosaurian (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai
ambang ginjal terlampaui atau daya readsorbsi tubulus yang menurun
(Nurjannah, 2015).
Normalnya glukosa hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil dalam
urin. Ketika tingkat glukosa sangat kecil didalam urin dan glukosa dalam
darah melebihi ambang batas gula didalam ginjal, maka glukosa dalam
urin akan sangat meningkat. Kehadiran glukosa dalam urin merupakan
indikasi terjadinya diabetes melitus. Adanya glukosa dalam urin pada
hakikatnya diatur oleh 2 faktor yaitu Kadar Zat glukosa dalam urin dan
Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dalam urin
(Gandasoebrata, 2007).
9
dan peroksidasi akan menguraikan gram menjadi asam glutanoat dan
hidrogen peroksida. Kemudian hidrogenperoksida ini akan mengkatalis
antara kalium iodida dan hidrogen peroksidase sehingga membentuk
warna biru muda, hijau sampai coklat.
4. Urine Accton
10
warna yang digunakan untuk berbagai uji bromsulfoftalein dan
fenosulfonftalein (Riswanto, 2010).
Benda-benda keton dalam urine terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan
asam β-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urine yang
diperiksa harus segar (Immanuel, 2011).
11
6. Malabsorbsi/ kelainan pankreas
7. Kelainan kongenital dari metabolisme asam amino
Ada beberapa metode yang digunakan untuk pemeriksaan keton
urine diantaranya yaitu metode pemeriksaan menggunakan cara rothera,
gerhardt dan menggunakan dipstick atau carik celup. Pada pemeriksaan
keton urine ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sampel urine
yang akan dilakukan tes. Sampel urine segar apabila disimpan terlalu
lama, maka asam asetat menjadi tidak stabil atau terkontaminasi dengan
bakteri, hal ini menyebabkan hasil negatif palsu serupa dengan urine yang
bersifat asam, misalnya setelah konsumsi asam askorbat dalam jumlah
besar. Juga urine yang sangat berubah warna dapat memalsukan tes hasil
(Luppa & Junker, 2018).
Metode Dipstick
Metode Dipstick atau disebut juga dengan carik celup, ada yang dibuat
untuk mendeteksi zat-zat keton dalam urine sama halnya pada metode
Rothera, carik celup juga menggunakan natrium nitropussida sebagai
dasar reaksi untuk menimbulkan warna (Gandasoebrata R, 2010).
Prosedur:
a) Nyalakan alat Urine Analyzer.
b) Dicelupkan strip urine pada sampel hingga membasahi bantalan
strip selama 10 detik.
c) Urine yang berlebihan dihilangkan dengan meletakannya diatas
tisu.
d) Letakkan strip diatas meja strip.
e) Tekan tombol enter dan mesin penggerak baki akan otomatis
masuk kedalam alat pembaca.
f) Tunggu sekitar 1 menit hingga alat mengeluarkan hasil.
g) Hasil pemeriksaan akan keluar secara otomatis berupa print out
data.
12
Metode Rothera
Metode ini berdasarkan pada reaksi antara nitropussida dan asam aceto-
acetat atau aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Metode ini
bersifat sangat peka terhadap asam asetoasetat (positif sampai
1:400.00), tingkat kepekaan terhadap aseton 1:200.00, sedangkan asam
β-hidroksibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini. Pada metode
ini reagen yang digunakan yaitu rothera yang terdiri dari
natriumnitropussida 5 gram dan amoniumsulfat 200 gram (R.
Gandasoebrata, 2010).
Prosedur:
5. Bilirubin
13
seperti myoglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase akan menghasilkan
25% kadar bilirubin di dalam darah (Lubis, 2013). Pada pemeriksaan
laboratorium, kadar bilirubin dibagi menjadi 3 yaitu kadar bilirubin total,
bilirubin direk dan bilirubin indirek. Perhitungan kadar bilirubin indirek
didapat dari selisih kadar bilirubin total dengan kadar bilirubin direk
(Seswoyo, 2016).
14
c) Peyumbat tabung
d) Gelas ukur
Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode foam :
a) Masukkan 5 ml urine dalam tabung reaksi.
b) Sumbat tabung dengan karet penyumbat, kocok kuat-kuat.
c) Baca hasilnya :
(-) jika busa berwarna kuning hilang dalam waktu 5 menit
(+) jika busa berwarna kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit
d) Nilai Normal :
(-) jika busa berwarna kuning hilang dalam waktu 5 menit
Sumber : https://medlab.id/pemeriksaan-bilirubin-urine/
6. PH Urine
15
Jika hasil pH urine berada di bawah 5,0 artinya urine bersifat asam.
Sementara itu, hasil yang lebih tinggi dari 8,0 menandakan sifat basa.
Apabila angkanya tergolong rendah,maka berisiko terhadap batu ginjal.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan
dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang
menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga
dapat menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau program. Persyaratan
pendirian juga perlu diperhatikan, agar bidan dapat memberikan pelayanan yang
bermutu kepada setiap pasien.
B. Saran
Di harapkan jika membuka Praktek Mandiri Bidan dapat memperhatikan
hal-hal yang harus disiapkan terlebih dahulu dan melengkapi semua hal yang
berhubungan dengan Praktek Mandiri Bidan sehingga saat menjalankan praktek
Bidan dapat melaksanakan tugas sesuai standar dan pelayanan yang bermutu
untuk Masyarakat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pagana, K. D., & Pagana, T. J. (2020). Mosby's Diagnostic and Laboratory Test
Reference. Elsevier Health Sciences.
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-tes-
urine#mcetoc_1gscfm3pngod (2023)
https://hellosehat.com/urologi/tes-urine/
https://www.alodokter.com/ketahui-prosedur-pemeriksaan-protein-urine
Repository.poltekkes-kdi.ac.id/1076/1/KTI SANTI NOVRILIA
http://patologiklinik.com/2017/08/08/pemeriksaan-keton-urin
American Diabetes Association, (2017). Standards of Medical Care in Diabetes
2018 M. Matthew C. Riddle, ed., Available at: https://diabetesed.net/wp-
content/uploads/2017/12/2018-ADA-Standards-of-Care.pdf.
Aritonang, A.R. (2016). Pemeriksaan Keton Urine Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Yang Di Rawat Inap Di RSUD. H. Adam Malik Medan.
Aru,W. Sudoyo. (2014) . Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing.
Jakarta.
Chairani C, Karlina S. (2020). Pemeriksaan Keton Urine Pada Penderita
Diabetes Melitus. Prosidding Seminar Kesehatan P.
Diana (2012). Pemeriksaan Keton Urine Pada Pasien Diabetes Melitus.
Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4,
No.5:93-99.
Gandasoebrata, R., 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Ed. 16. Dian
Rakyat.Jakarta.
Nautu N. (2019) Gambaran Kadar Glukosa Urine dan Berat Jenis Urine Pada
Penderita Penderita Diabetes Melitus di RSUD Prof.Dr. W.Z Johannes
Kupang. Kupang.
https://medlab.id/pemeriksaan-bilirubin-urine/
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5909/5/Chapter%202.pdf
18
19