Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP LABORATORIUM KLINIK


( PEMERIKSAAN URINE )
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
BIOKIMIA

Di susun Oleh :

1) Fitriani Putri Radja W (P1337424423222)


2) Putri Nur Syakila Rahmah (P1337424423210)
3) Ofi Mei Saputri (P1337424423199)
4) Yuni Lydya Cristianti (P1337424423194)
5) Shinta Ayu Komalasari (P1337424423185)
6) Intan Dwi Luri Aprilia (P1337424423183)

Dosen Pengampu : dr. Amalia Nuggetsiana S,M.Si.Med.SpA

PRODI KEBIDANAN SEMARANG DAN PROFESI PROGRAM


SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
MAKALAH KONSEP LABORATORIUM KLINIK (PEMERIKSAAN URINE).
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Semarang, Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. KONSEP LABORATORIUM KLINIK DAN PEMERIKSAANNYA.........3
1. Tes Kehamilan................................................................................................6
2. Protein Urine...................................................................................................6
3. Urine Reduksi.................................................................................................7
4. Urine Accton.................................................................................................10
5. Bilirubin........................................................................................................13
6. PH Urine.......................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................17
A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam bidang Laboratorium pemeriksaan urine tidak hanya


dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urine, tetapi
juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti : hati, saluran
empedu, pancreas, cortex adrenal, dan lain-lain (Chairlan, 2011).
Urinealisis merupakan pemeriksaan yang paling sering
dilakukan. Selain karena sampel yang mudah didapat, pemeriksaanya
mudah dilakukan. Pemeriksaan Urinealisis sebaiknya dilakukan <1 jam
setelah pengambilan sampel. Spesimen urine yang terbaik adalah urine
segar yang segera diperiksa, namun yang sering terjadi adalah
penundaan pengiriman sampel, seringkali dengan banyaknya sampel
urine yang harus diperiksa dan kondisi lain yang menyebabkan
terjadinya penundaan pemeriksaan (Rosita, 2011).
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine
sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi
hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan
periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang
terbentuk mengalami pemekatan (Gandasoebrata, 2007).
Salah satu penegakan diagnosis infeksi saluran kemih adalah
pemeriksaan urine kultur. Pada pemeriksaan urine kultur, waktu dan
suhu penyimpanan harus diperhatikan, sesuai dengan SOP in
Microbiology Dir Lab Kes Dep Kes RI 2000 bahwa semua spesimen
urine harus sudah diproses kurang dari 2 jam setelah pengambilan atau
disimpan pada suhu 20C-80C selama maksimum 18 jam. Urine
mengandung sisa metabolisme, garam terlarut, dan materi organik yang
dapat menjadi media bagi pertumbuhan bakteri, sehingga waktu dan
suhu penyimpanan dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri.

1
Menurut Soebrata (2009) pada buku Penuntun Laboratorium
Klinik, jika urine disimpan kemungkinan terjadi perubahan susunan
oleh kuman- kuman. Kuman-kuman biasanya ada karena urine untuk
pemeriksaan biasanya tidak dikumpulkan dan tidak ditampung secara
steril. Kuman-kuman mengurai ureum dengan membentuk amoniak
dan karbondioksida. Amoniak menyebabkan pH urine menjadi basa
dan terjadilah pengendapan kalsium dan magnesium fosfat. Reaksi ini
juga dapat merusak eritrosit dan silinder. Sebagian dari amoniak hilang
ke udara sehingga urine tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk
menentukan ureum. Selain itu juga glukosa akan diurai oleh kuman-
kuman sehingga hilang dari urine.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari Pembuatan Makalah Konsep Dasar Praktik Klinik


( Pemeriksaan Urine ) adalah : Agar Mahasiswa dapat mengetahui Dalam
pemeriksaan Laboratorium Klinik ( Pemeriksaan Urine ) dapat dilakukan
berbagai macam pemeriksaan,yaitu Pemeriksan Kehamilan,Urine
Reduksi,Protein Urine,Urine Accton,Bilirubin dan Ph Urine. Dengan
Pemeriksaan Urine ini dapat di deteksi berbagai macam penyakit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP LABORATORIUM KLINIK DAN PEMERIKSAANNYA

Laboratorium klinik adalah bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan


yang bertugas untuk melakukan berbagai jenis pemeriksaan diagnostik untuk
membantu mendiagnosis, memantau, dan mengelola penyakit atau gangguan
kesehatan pada pasien. Tujuan utama dari laboratorium klinik adalah untuk
memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan dalam waktu yang singkat
untuk membantu tenaga medis dalam proses diagnosis dan pengobatan. Berikut
adalah beberapa poin kunci mengenai konsep laboratorium klinik:

1. Peralatan dan Teknologi: Laboratorium klinik dilengkapi dengan peralatan


canggih dan teknologi modern untuk melakukan berbagai jenis
pemeriksaan. Beberapa peralatan umum meliputi spektrofotometer,
mikroskop, alat pengukur elektrolit, mesin hematology, dan alat analisis
molekuler seperti PCR (Polymerase Chain Reaction).

2. Personel Terlatih: Laboratorium klinik dijalankan oleh staf medis dan


teknisi laboratorium yang terlatih dengan baik. Mereka memiliki
pengetahuan tentang prinsip-prinsip analisis laboratorium dan memahami
pentingnya mematuhi prosedur standar yang ketat untuk memastikan
integritas dan akurasi hasil.

3. Sampel Pasien: Laboratorium menerima berbagai jenis sampel dari pasien,


termasuk darah, urin, tinja, cairan tubuh, jaringan, dan lain-lain. Sampel-
sampel ini diambil sesuai dengan prosedur yang tepat untuk masing-
masing jenis pemeriksaan.

4. Etika dan Kerahasiaan: Laboratorium klinik harus menjaga etika dan


kerahasiaan dalam mengelola data pasien dan hasil pemeriksaan. Data
pasien harus dilindungi dan hanya diakses oleh personel yang berwenang.

3
5. Akurasi dan Keandalan: Kualitas hasil pemeriksaan laboratorium sangat
penting. Oleh karena itu, laboratorium harus memiliki kontrol kualitas
yang ketat untuk memastikan akurasi dan keandalan setiap kali melakukan
pemeriksaan.

Pemeriksaan Laboratorium Klinik Umum:

1. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count/CBC): Mengukur


komponen darah seperti jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Pemeriksaan ini membantu dalam mendeteksi anemia, infeksi,
dan gangguan darah lainnya.

2. Uji Fungsi Hati: Pemeriksaan ini meliputi pengukuran enzim hati seperti
SGOT (AST), SGPT (ALT), bilirubin, dan albumin. Berguna untuk
mendeteksi gangguan hati dan penyakit hati.

3. Profil Lipid: Pemeriksaan ini mengukur kolesterol total, LDL (kolesterol


jahat), HDL (kolesterol baik), dan trigliserida. Penting untuk menilai risiko
penyakit kardiovaskular.

4. Glukosa Darah: Digunakan untuk mendiagnosis diabetes dan mengawasi


pengelolaannya.

5. Pemeriksaan Urin Lengkap: Mengukur komponen dalam urin untuk


membantu mendeteksi masalah ginjal, infeksi saluran kemih, dan kondisi
medis lainnya.

6. Pemeriksaan Faecal Occult Blood Test (FOBT): Mencari adanya darah


yang tidak terlihat dalam tinja, dapat membantu mendeteksi kanker
kolorektal atau penyakit pencernaan lainnya.

7. Uji Kehamilan: Mengukur hormon hCG dalam urine untuk


mengkonfirmasi kehamilan.

8. Pemeriksaan Kultur Bakteri: Menganalisis sampel dari berbagai jaringan


atau cairan tubuh untuk mengetahui jenis dan keberadaan bakteri atau
jamur.

4
9. Pemeriksaan Serologi: Melibatkan analisis serum darah untuk mendeteksi
antibodi atau antigen tertentu yang terkait dengan infeksi atau kondisi
kesehatan tertentu.

10. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction): Mengamplifikasi dan


mendeteksi DNA atau RNA dari patogen seperti virus atau bakteri.
Pemeriksaan ini khususnya relevan dalam diagnosa penyakit menular dan
genetik.

11. Pemeriksaan Kimia Darah: Melibatkan analisis berbagai komponen kimia


dalam darah, seperti elektrolit, enzim, dan produk sisa metabolisme
lainnya.

PEMERIKSAAN URINE

Proses pembentukan urine tidak terjadi begitu saja, melainkan melibatkan


ginjal, ureter, kandung kemih, serta uretra. Organ-organ tersebut adalah bagian
dari saluran kemih yang berperan penting dalam menyaring limbah dan mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit.
Apabila salah satu atau beberapa dari komponen tersebut rusak, tentu akan
memengaruhi urine. Baik itu, volume, warna, tekstur, hingga kandungan di
dalamnya.
Maka dari itu, tes urine diperlukan untuk menilai, apakah ada perubahan pada
urine yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Berikut ini beberapa fungsi dari
prosedur uji urine.

 Bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin.


 Mendiagnosis masalah kesehatan jika mengalami gejala tertentu.
 Memantau kondisi kesehatan jika telah didiagnosis menderita penyakit.
 Menilai fungsi ginjal sebelum operasi.
 Memantau perkembangan kehamilan yang tidak normal, seperti diabetes
gestasional.

Tes urine dilakukan dengan menampung urine di dalam wadah khusus. Adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

5
 Bersihkan area di sekitar lubang kencing menggunakan tisu khusus yang
disediakan oleh tim medis.
 Sebaiknya tampung urine yang keluar di tengah-tengah aliran.
 Volume urine yang ditampung minimal 30-60 ml.
 Hindari menyentuh bagian dalam wadah untuk menghindari kontaminasi
bakteri.

1. Tes Kehamilan

Untuk memastikan kehamilan, dibutuhkan alat tes kehamilan atau


test pack yang dimasukkan ke dalam urine yang telah ditempatkan pada
wadah. Tes urine dapat mendeteksi adanya hormon HCG yang dihasilkan
oleh plasenta.

2. Protein Urine

Pemeriksaan protein urine adalah prosedur pemeriksaan yang


dilakukan untuk menilai jumlah protein yang terdapat dalam urine. Jika
ternyata diketahui terdapat kelebihan protein dalam urine, hal ini dapat
mengindikasikan penyakit tertentu, khususnya kelainan pada ginjal.
Pada kondisi ginjal yang sehat, normalnya tidak ditemukan kadar protein
dalam urine. Bila memang ditemukan, jumlahnya pun hanya sedikit.
Namun, bila ginjal mengalami gangguan, maka kemampuan ginjal untuk
menyaring dan menyerap protein dalam darah akan terganggu. Akibatnya,
kondisi ginjal yang bocor tersebut akan membuat sejumlah protein
terbuang melalui urine. Untuk menentukan apakah terdapat gangguan
ginjal yang ditandai dengan terbuangnya protein melaui urine, diperlukan
pemeriksaan protein urine.
Pemeriksaan protein urine terdiri dari 2 jenis, yakni pemeriksaan
urine sewaktu dan pemeriksaan urine 24 jam. Pemeriksaan urine 24 jam
ini dilakukan pada sampel urine yang terkumpul dalam waktu 24 jam
terakhir. Prosedur pengambilan sampel bisa dilakukan di laboratorium
maupun di rumah.

6
Dalam pemeriksaan urine acak, kadar normal protein dalam urine berkisar
antara 0–20 mg/dL. Sementara untuk pemeriksaan protein urine 24 jam,
nilai normalnya adalah kurang dari 80 mg/dL. Meski demikian, standar
nilai normal protein urine bisa berbeda-beda tergantung laboratorium
tempat Anda menjalani pemeriksaan.

Langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara berikut:


 Cuci tangan sampai bersih.
 Bersihkan organ kelamin dengan tisu pembersih, Bagi pria,
bersihkan bagian lubang saluran kemih di ujung penis. Sementara
bagi wanita, usapkan tisu pembersih dari arah vagina menuju anus.
 Saat buang air kecil, buanglah urine di wadah steril khusus yang
sudah disediakan. Usahakan agar tidak menyentuh bagian dalam
wadah sampel karena dapat menyebabkan kontaminasi.
Pemeriksaan protein urine bisa dilakukan dengan metode tes celup atau dip
stick dan metode kuantitatif menggunakan mesin khusus.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar protein urine tinggi, hal
ini bisa mengindikasikan adanya gangguan kesehatan, seperti:
 Gangguan ginjal, meliputi infeksi ginjal atau infeksi saluran kemih,
gagal ginjal akut maupun kronis, sindrom nefrotik, dan
glomerulonefritis
 Gangguan jantung, meliputi gagal jantung, endokarditis, dan
penyakit jantung
 Diabetes
 Tekanan darah tinggi atau hipertensi
 Penyakit limfoma Hodgkin
 Gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan lupus
 Preeklamsia
 Malaria
3. Urine Reduksi

Glukosa urin adalah keadaan abnormal dimana gula (glukosa)


diekskresikan ke dalam urin. Sehingga untuk mengetahui hal tersebut perlu

7
dilakukan pemeriksaan glukosa urin yang pada umumnya digunakan
metode benedict dan carik celup.

Metode benedict adalah metode yang memanfaatkan sifat glukosa


sebagai zat pereduksi yang pada prinsipnya, glukosa dalam urine akan
mereduksi cuprisulfat (dalam benedict) menjadi cuprosulfat yang terlihat
dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Sehingga pada
interpretasi hasil akan didapatkan hasil yang positif (+) apabila terjadi
perubahan warna dari biru menjadi hijau, dan akan didaptkan hasil yang
negatif (-) apabilah tidak terjadi perubahan warna/tetap berwarna biru.
Sedangkan metode carik celup/dipstik adalah alat diagnostik dasar yang
digunakan untuk menentukan perubahan patologis dalam urin pada
urinalisis standar.

Prinsip dari pemeriksaan ini yaitu D-glukosa oleh enzim glukosa


oksidase diubah menjadi Dglukonolaktondan H2O2. H2O2 yang terbentuk
akan mengoksidasi kromogen membentuk senyawa berwarna coklat. Pada
interpretasi hasil akan didapatkan hasil yang positif (+) apabila terjadi
perbahan warna coklat pada strip tes, dan akan didapatkan hasil yang
negatif (-) jika berwarna biru pada strip reagen.

 Metode benedict

Neg (-) : Biru

Positif (+) : Hijau keruh

Posiif (++) : Hijau kekuningan keruh

Posiif (+++) : Jingga/warna lumpur keruh

Positif(++++) : Merah bata keruh

 Metode carik celup

Neg (-) : Biru pada strip

Positif (+) : Hijau kekuningan pada strip

Positif(++) : Coklat kekuningan pada strip

8
Positif(+++) : Coklat mudah pada strip

Positif(++++) : Coklat tua pada strip

Pada umumnya glukosa urine merupakan gugus gula sederhana yang


masih ada didalam urin setelah melewati proses dalam ginjal, yang
disebabkan karena kekurangan hormon insulin yaitu yang mengubah
glukosa menjadi glikogen.

Glukosaurin (kelebihan gula didalam urin) terjadi karena nilai


ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun,
sehingga terjadi diabetes melitus (Subawa, 2010).

Kadar gula yang tinggi dibuang melaui air seni, dengan demikian
penderita diabetes melitus akan kekurangan energi/tenaga, mudah lelah,
lemas, gatal-gatal dan sabagainya. Kurang dari 0,1% dari glukosa normal
disaring oleh glomerulus muncul dengan urin(kurang dari 130 mg/24 jam).
Sehingga glukosaurian (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai
ambang ginjal terlampaui atau daya readsorbsi tubulus yang menurun
(Nurjannah, 2015).

Normalnya glukosa hanya ada dalam jumlah yang sangat kecil dalam
urin. Ketika tingkat glukosa sangat kecil didalam urin dan glukosa dalam
darah melebihi ambang batas gula didalam ginjal, maka glukosa dalam
urin akan sangat meningkat. Kehadiran glukosa dalam urin merupakan
indikasi terjadinya diabetes melitus. Adanya glukosa dalam urin pada
hakikatnya diatur oleh 2 faktor yaitu Kadar Zat glukosa dalam urin dan
Ambang ginjal terhadap pengeluaran zat glukosa dalam urin
(Gandasoebrata, 2007).

Ketika kadar glukosa didalam tubuh meningkat kemudian


dikeluarkan melalui urin maka ikatan glukosa pada strip urin dilekati oleh
dua enzim yaitu ikatan gram oksidase(GOD) dan gram peroksidase (POD),
juga zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna
biru(negatif) jika teroksidasi dan zat warna iodid jika berubah warna coklat
jika (Positif). Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan Ikatan oksidasi

9
dan peroksidasi akan menguraikan gram menjadi asam glutanoat dan
hidrogen peroksida. Kemudian hidrogenperoksida ini akan mengkatalis
antara kalium iodida dan hidrogen peroksidase sehingga membentuk
warna biru muda, hijau sampai coklat.

4. Urine Accton

Keton disebut juga badan keton atau ketone bodies terbentuk


selama proses katabolisme asam lemak. Benda keton merupakan produk
dari hasil metabolisme lemak (Mundt & Shananah, 2011).
Keton memilki struktur kecil dan dapat dieskresikan ke dalam
urine. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau
serum, kemudian baru urine. Ketonuria (keton dalam urine) terjadi akibat
ketosis. Benda keton yang di jumpai di urin terutama adalah aseton dan
asam asetoasetat (Riswanto, 2010).
Salah satu komplikasi dari DM adalah Ketoasidosis Diabetik
(KAD). Ketoasidosis Diabetik suatu keadaan gawat darurat DM, dimana
kadar gula darah meningkat tinggi, disertai dengan peningkatan keasaman
darah akibat timbunan badan keton dan kekurangan cairan. Keadaan ini
disebabkan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan-
perjalanan penyakit Diabetes Melitus. Tanda khasnya adalah kesadaran
menurun disertai kekurangan cairan/dehidrasi berat (Hendra dkk, 2017).
Ketidakseimbangan hormoral terutama produksi insulin yang tidak
cukup untuk mengimbangi aktivitas glukagon didalam tubuh
memungkinkan kondisi metabolisme yamg cenderung mengarah
keproduksi yang relative banyak keton badies yang disebut ketosis
(Hartono, 2012).
Kadar keton dalam urine dapat menunjang diagnosa seorang dokter
kepada pasiennya selain juga diimbangi dengan nilai parameter lainnya.
Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis Diabetik (Ketoasidosis),
kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang
berat, pingsan akibat panas, kematian janin, selain itu juga pengaruh obat
dapat mempengaruhi kadar keton dalam arine antara lain : asam askorbat,
senyawa levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat

10
warna yang digunakan untuk berbagai uji bromsulfoftalein dan
fenosulfonftalein (Riswanto, 2010).
Benda-benda keton dalam urine terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan
asam β-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urine yang
diperiksa harus segar (Immanuel, 2011).

Keton adalah salah satu parameter yang dapat dideteksi dalam


pemeriksaan urin dipstick. Sesuai dengan namanya, pemeriksaan ketonuria
adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya keton di dalam urin. Keton
merupakan hasil metabolism lemak, terdiri dari aseton, asam asetoasetat,
dan asam betahidroksibutirat. Pada orang normal, keton tidak dapat
dideteksi dalam urin karena semua hasil metabolisme lemak ini dipecah
menjadi air dan karbon dioksida. Pada kondisi puasa atau kelaparan berat
dimana terdapat kekurangan karbohidrat sebagai sumber energi, badan kita
akan menggunakan cadangan lemak sebagai sumber energy, sehingga
terjadi peningkatan keton sebagai hasil metabolisme lemak.

Dalam praktis klinis, pemeriksaan ketonuria sering diminta pada


pasien diabetes mellitus, terutama jika pasien datang dengan kondisi
penurunan kesadaran. Jika ditemukan keton pada urin pasien, disertai
dengan peningkatan kadar glukosa, hasil analisa gas darah asidosis, keton
darah positif, dan riwayat diabetes melitus tidak terkontrol, maka
diagnosisnya adalah diabetes melitus dengan penyulit diabetes
ketoasidosis. Selain itu, hasil keton yang positif juga bisa ditemukan pada
pasien dengan muntah berulang, kelaparan jangka waktu lama, dan
malabsorbsi. Orang normal setelah latihan atau olahraga yang berat pun
juga bisa menunjukkan hasil yang positif.
Berikut kepentingan klinis dari ketonuria:
1. Diabetic asidosis
2. Monitoring dosis insulin
3. Kelaparan jangka waktu lama
4. Latihan berat
5. Muntah

11
6. Malabsorbsi/ kelainan pankreas
7. Kelainan kongenital dari metabolisme asam amino
Ada beberapa metode yang digunakan untuk pemeriksaan keton
urine diantaranya yaitu metode pemeriksaan menggunakan cara rothera,
gerhardt dan menggunakan dipstick atau carik celup. Pada pemeriksaan
keton urine ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sampel urine
yang akan dilakukan tes. Sampel urine segar apabila disimpan terlalu
lama, maka asam asetat menjadi tidak stabil atau terkontaminasi dengan
bakteri, hal ini menyebabkan hasil negatif palsu serupa dengan urine yang
bersifat asam, misalnya setelah konsumsi asam askorbat dalam jumlah
besar. Juga urine yang sangat berubah warna dapat memalsukan tes hasil
(Luppa & Junker, 2018).

 Metode Dipstick
Metode Dipstick atau disebut juga dengan carik celup, ada yang dibuat
untuk mendeteksi zat-zat keton dalam urine sama halnya pada metode
Rothera, carik celup juga menggunakan natrium nitropussida sebagai
dasar reaksi untuk menimbulkan warna (Gandasoebrata R, 2010).
Prosedur:
a) Nyalakan alat Urine Analyzer.
b) Dicelupkan strip urine pada sampel hingga membasahi bantalan
strip selama 10 detik.
c) Urine yang berlebihan dihilangkan dengan meletakannya diatas
tisu.
d) Letakkan strip diatas meja strip.
e) Tekan tombol enter dan mesin penggerak baki akan otomatis
masuk kedalam alat pembaca.
f) Tunggu sekitar 1 menit hingga alat mengeluarkan hasil.
g) Hasil pemeriksaan akan keluar secara otomatis berupa print out
data.

12
 Metode Rothera

Metode ini berdasarkan pada reaksi antara nitropussida dan asam aceto-
acetat atau aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Metode ini
bersifat sangat peka terhadap asam asetoasetat (positif sampai
1:400.00), tingkat kepekaan terhadap aseton 1:200.00, sedangkan asam
β-hidroksibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini. Pada metode
ini reagen yang digunakan yaitu rothera yang terdiri dari
natriumnitropussida 5 gram dan amoniumsulfat 200 gram (R.
Gandasoebrata, 2010).

Prosedur:

a) Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi.


b) Tambahkan 1 gram (sepucuk pisau) reagen rothera, kocok
hingga larut.
c) Peganglah tabung dalam sikap miring dan dengan hati-hati
teteskan 1-2 ml ammonium hidroksida pekat (harus menyusun
lapisan atas dari cairan di dalam tabung).
d) Letakkan tabung dalam posisi tegak dan bacalah hasil lewat 3
menit.
e) Baca hasil, warna ungu kemererah-merahan pada perbatasan
kedua lapisan cairan menandakan adanya zat-zat keton semakin
cepat warna terbentuk maka senakin banyak jumlah zat keton
yang ada. Warna coklat berarti negative. Pada test ini tidak
dapat memberikan penilaian secara semikuantitatif oleh karena
itu hasil dinyatakan dengan positif atau kuantitatif oleh karena
itu hasil dinyatakan dengan positif atau negatif (Gandasoebrata
R, 2010)

5. Bilirubin

Bilirubin (C33H36N4O6) adalah pigmen yang berbentuk kristal berwarna


jingga dan merupakan hasil akhir pemecahan heme melalui proses reduksi
oksidasi. Penghancuran sel eritrosit yang tidak matang dan protein heme

13
seperti myoglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase akan menghasilkan
25% kadar bilirubin di dalam darah (Lubis, 2013). Pada pemeriksaan
laboratorium, kadar bilirubin dibagi menjadi 3 yaitu kadar bilirubin total,
bilirubin direk dan bilirubin indirek. Perhitungan kadar bilirubin indirek
didapat dari selisih kadar bilirubin total dengan kadar bilirubin direk
(Seswoyo, 2016).

Bilirubin Direct adalah bilirubin bebas yang terdapat didalam hati


dan tidak lagi berikatan dengan albumin. Bilirubin ini dengan mudah
berikatan dengan asam glukoronat membentuk bilirubin glukorosida atau
hepatobilirubin dari hati bilirubin ini masuk kedalam saluran empedu dan
eksresikan ke dalam usus. Didalam usus, flora usus akan mengubahnya
menjadi urobilirubin untuk kemudian dibuang keluar dari tubuh melalui
urine dan feses. Bilirubin direct bersifat larut dalam air. Dalam keadaan
normal, bilirubin direct ini tidak ditemukan dalam plasma darah.
Peningkatan kadar bilirubin direct menunjukkan adanya gangguan pada
hati (kerusakan sel hati)atau saluran empedu (batu atau tumor) (Richard A.
McPherson, 2004).

Tujuan dari tes bilirubin adalah mengevaluasi hepatobilier dan


eritropoetik, mendiferensial diagnosis ikterus serta memonitor
progresifitasnya. Hasil tes laboratorium yang tepat sangat bermanfaat bagi
klinis dalam menegakkan diagnosis, menyingkirkan suatu dugaan
diagnosis/ penyakit, meramalkan prognosis, monitoring terapi dan sebagai
tes saring untuk mendeteksi penyakit (Henry JB, 2007).

Pemeriksaan Bilirubin Metode Foam


Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin urine secara kasar. Prinsip :
Berdasarkan sifat bilirubin II yang larut dalam air, bila urine dikocok akan
memberikan busa berwarna kuning yang tidak hilang dalam waktu 5
menit.
Alat dan Bahan :
a) Sampel urine
b) Tabung reaksi

14
c) Peyumbat tabung
d) Gelas ukur
Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode foam :
a) Masukkan 5 ml urine dalam tabung reaksi.
b) Sumbat tabung dengan karet penyumbat, kocok kuat-kuat.
c) Baca hasilnya :
(-) jika busa berwarna kuning hilang dalam waktu 5 menit
(+) jika busa berwarna kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit
d) Nilai Normal :
(-) jika busa berwarna kuning hilang dalam waktu 5 menit

Sumber : https://medlab.id/pemeriksaan-bilirubin-urine/
6. PH Urine

Tes tingkat pH urine adalah pemeriksaan yang digunakan untuk


mengukur keasaman dan basa urine Anda. Tes ini adalah prosedur yang
sederhana dan tidak menyakitkan.
Beberapa penyakit, diet, dan obat akan memengaruhi kadar asam atau
basa urine Anda, seperti:
 Acetazolamide,
 Amonium klorida,
 Methenamine mandelate,
 Potassium citrate,
 Natrium bikarbonat, dan
 Diuretik tiazid.
Tingkat keasaman atau basa yang tidak normal biasanya menunjukkan
adanya penyakit ginjal atau masalah pada saluran kencing.
Pemeriksaan ini biasanya hanya memperlihatkan seberapa pekat urine.
Semakin kental urine, artinya semakin sedikit cairan yang didapatkan
tubuh dari minuman.
Pemeriksaan pH urine akan menunjukkan kadar asam-basa dalam
urine. Nilai rata-rata pH urine adalah 6,0. Namun, angka tersebut juga bisa
berubah antara 4,5-8,0.

15
Jika hasil pH urine berada di bawah 5,0 artinya urine bersifat asam.
Sementara itu, hasil yang lebih tinggi dari 8,0 menandakan sifat basa.
Apabila angkanya tergolong rendah,maka berisiko terhadap batu ginjal.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan
dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan
masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang
menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga
dapat menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau program. Persyaratan
pendirian juga perlu diperhatikan, agar bidan dapat memberikan pelayanan yang
bermutu kepada setiap pasien.

B. Saran
Di harapkan jika membuka Praktek Mandiri Bidan dapat memperhatikan
hal-hal yang harus disiapkan terlebih dahulu dan melengkapi semua hal yang
berhubungan dengan Praktek Mandiri Bidan sehingga saat menjalankan praktek
Bidan dapat melaksanakan tugas sesuai standar dan pelayanan yang bermutu
untuk Masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Pagana, K. D., & Pagana, T. J. (2020). Mosby's Diagnostic and Laboratory Test
Reference. Elsevier Health Sciences.

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-tes-
urine#mcetoc_1gscfm3pngod (2023)
https://hellosehat.com/urologi/tes-urine/
https://www.alodokter.com/ketahui-prosedur-pemeriksaan-protein-urine
Repository.poltekkes-kdi.ac.id/1076/1/KTI SANTI NOVRILIA
http://patologiklinik.com/2017/08/08/pemeriksaan-keton-urin
American Diabetes Association, (2017). Standards of Medical Care in Diabetes
2018 M. Matthew C. Riddle, ed., Available at: https://diabetesed.net/wp-
content/uploads/2017/12/2018-ADA-Standards-of-Care.pdf.
Aritonang, A.R. (2016). Pemeriksaan Keton Urine Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 Yang Di Rawat Inap Di RSUD. H. Adam Malik Medan.
Aru,W. Sudoyo. (2014) . Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing.
Jakarta.
Chairani C, Karlina S. (2020). Pemeriksaan Keton Urine Pada Penderita
Diabetes Melitus. Prosidding Seminar Kesehatan P.
Diana (2012). Pemeriksaan Keton Urine Pada Pasien Diabetes Melitus.
Fatimah, R.N. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta: J MAJORITY. Vol. 4,
No.5:93-99.
Gandasoebrata, R., 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Ed. 16. Dian
Rakyat.Jakarta.
Nautu N. (2019) Gambaran Kadar Glukosa Urine dan Berat Jenis Urine Pada
Penderita Penderita Diabetes Melitus di RSUD Prof.Dr. W.Z Johannes
Kupang. Kupang.
https://medlab.id/pemeriksaan-bilirubin-urine/
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5909/5/Chapter%202.pdf

18
19

Anda mungkin juga menyukai