Disusun Oleh:
Kelas A
Ajeng Ayu Nur Faizah P3.73.34.2.22.101
Wahyudi P3.73.34.2.22.147
Warsiyatun P3.73.34.2.22.148
Eben Jenrisden Munthe P3.73.34.2.22.109
Wiwik Puji Rahayu P3.73.34.2.22.150
Nur Sefia Ningsih P3.73.34.2.22.129
Ruth Sarah Indah P3.73.34.2.22.134
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sehingga makalah dengan judul Quality Control ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Sistim
Manajemen Mutu dan kepada seluruh pihak yang mendukung dalam menyusun
makalah ini yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu di sini, sehingga
makalah ini terselesaikan sebagai mana mestinya, dengan penuh kesadaran
penulis mengakui banyaknya kekurangan dan kekeliruan sehingga menjadikan
tulisan ini kurang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
dari pembaca sangat penulis harapkan demi menambah wawasan dalam proses
belajar terutama di bidang ilmu Manajemen Laboratorium.
Semoga, makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi seluruh mahasiswa
jurusan Teknilogi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III, dan
penulis sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi agama, nusa
dan bangsa.
Hal
Kata Pengantar………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………..
BAB I Pendahuluan……………………………………………......
A. Latar Belakang……………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………
BAB II Tinjauan Pustaka……………………………………………
A. Definisi Laboratorium………………………………………
B. Mutu Pemeriksaan Laboratorium Klinik…………………...
C. Pemantapan Mutu Internal………………………………….
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil…………………..
E. Pelaporan…………………………………………………...
BAB III Pembahasan………………………………………………...
A. Tahap Pra Analitik………………………………………….
B. Tahap Analitik……………………………………………...
C. Westgard Rules……………………………………………..
D. Six Sigma…………………………………………………...
E. Contoh Pemantauan Mutu Internal (PMI) Protein Total…...
F. Tahap Paska Analitik……………………………………….
BAB IV Penutup……………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga
pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau
bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi,
dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan
dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam rangka
pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada
masyarakat. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
laboratorium (lab) adalah suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi
dengan peralatan dan bahan-bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu
untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktik pembelajaran,
kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi bahan tertentu
(PERMENPAN No. 3 Tahun 2010).
Laboratorium klinik merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan.
Pelayanan laboratorium klinik yang berfokus pelanggan, bermutu, efektif,
efisien dan profesional akan menentukan keunggulan kompetitif,
kelangsungan hidup dan pertumbuhan rumah sakit di era globalisasi
sekarang ini. Semakin pesatnya kemajuan teknologi serta meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan akan mendorong tuntutan
masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kesehatan di rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta
(Sukorini, dkk, 2010). Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004).
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk
membantu diagnosa penyakit pada penderita atau menegakkan diagnosa
penyakit disamping untuk follow up terapi. Sebelum hasil pemeriksaan
laboratorium dikeluarkan oleh bagian laboran tentulah sudah melalui
berbagai tindakan/penanganan. Tahap-tahap tindakan/penanganan dalam
pemeriksaan laboratorium haruslah diperhatikan secara memadai agar
supaya dapat dicegah hasil yang tidak sesuai dengan keadaan
penderita. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-
menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini
mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska
analitik. Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara lain:
persiapan penderita, pengambilan dan penanganan spesimen, kalibrasi
peralatan, uji kualitas air, uji kualitas reagen, uji kualitas media, uji
kualitas antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan
ketepatan, pencatatan dan pelaporan hasil.
Pada laboratorium klinik, sistem kontrol kualitas merupakan salah satu
tahapan yang harus dilakukan dalam proses analisa suatu spesimen. Proses
kontrol kualitas ini harus dilakukan setiap hari dan dilaporkan dalam jangka
waktu tertentu biasanya dalam kurun waktu satu bulan. Tujuan kontrol
kualitas ini agar dapat mengetahui apakah proses analisa yang dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang ada, dilihat dari metode, alat analisa, reagen
yang digunakan sehingga hasil kontrol yang ada digunakan sebagai acuan
apakah sudah masuk dalam faktor ketelitian dan ketepatan (presisi dan
accuracy) dalam proses analisa (Clinical and Laboratory Standards
Institute, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Labortorium?
2. Apa definisi Laboratorium Klinik?
3. Bagaimana cara menentukan mutu laboratorium klinik?
4. Apa yang dimaksud dengan pemantapan mutu internal (PMI)?
5. Bagaimana cara memanajemen pengendalian mutu di laboratorium?
6. Apa saja jenis kegiatan pemantapan mutu internal (PMI)?
7. Apa yang dimaksud dengan quality control dan manfaatnya dalam
laboratorium klinik?
8. Apa saja peran quality control di laboratorium klinik?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami peranan quality control yang ada
dalam segala kegiatan yang ada di laboratorium klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Laboratorium
Laboratorium (lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya
dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut
secara terkendali. Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu
tempat yang digunakan untuk melakukan percobaan maupun pelatihan
yang berhubungan dengan ilmu fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu
lain, yang merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka
seperti kebun dan lain-lain (Sukarso, 2005).
Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi
klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau
bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
364/MENKES/SK/III/2003).
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan
menempati posisi terpenting dalam diagnostik in vitro. Dengan pengukuran
dan pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data ilmiah yang tajam
untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui
pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok pasien.
Indikasi permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting
dalam kedokteran laboratorium. Informasi laboratorium dapat digunakan
untuk diagnosis awal yang dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik. Analisis laboratorium juga merupakan bagian integral
dari penapisan kesehatan dan tindakan preventif kedokteran (Kee, J. L.
2008).
B. Mutu Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang terbaik adalah apabila
tes tersebut teliti, akurat, sensitif, spesifik, cepat, tidak mahal dan dapat
membedakan orang normal dari abnormal.
- Teliti atau presisi adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang
hampir sama pada pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode
yang sama. Namun teliti belum tentu akurat.
- Tepat atau akurat adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang
sama atau mendekati nilai biologis yang sebenarnya (true value), tetapi
untuk dapat mencapainya mungkin membutuhkan waktu lama dan
biaya yang mahal.
- Sensitif adalah kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil
yang diperiksa. Secara teoritis tes dengan sensitifitas tinggi sangat
dipilih namun karena nilai normalnya sangat rendah misalnya enzim
dan hormon, atau tinggi misalnya darah samar, dalam klinik lebih
dipilih tes yang dapat menentukan nilai abnormal (Kahar H. 2005).
6. Jenis QC di laboratorium
a. Control limit
Digunakan untuk menilai suatu prosedur pemeriksaan in control
atau out control. Batasan kontrol dihitung dari nilai rata-rata dan
standar deviasi dari hasil pengukuran kontrol. Perhatikan data
sebelumnya untuk mengetahui akurasi.
b. Control chart
Metode grafik untuk menampilkan hasl kontrol dan mengevaluasi
apakah suatu prosedur pemeriksaan in control atau out control.
c. Control rule
Suatu ukuran/standar untuk memberikan keputusan terhadap perjalanan
suatu pemeriksaan apakah in control atau out control.
7. Kesalahan-Kesalahan
Tipe kesalahan yang ditemukan selama proses pemeriksaan :
a. Kesalahan acak/random eror
Penyebab :
1) Penanganan reagen, kalibrator, dan control tidak konsisten
2) Fluktuasi dalam temperatur
3) Fluktuasi dalam volume
4) Fluktuasi listrik
5) Perawatan instrumen tidak konsisten
6) Kondisi lingkungan kerja tidak konsisten
7) Penyimpanan yang tidak tepat dari reagen dan kalibrator
Penyelesaian: bahan kontrol dikerjakan ulang menggunakan reagen
yang sama
b. Kesalahan sistemik/systematic eror
Penyebab:
1) Perubahan no. lot reagen, no. lot kalibrator
2) Perubahan kalibrasi
3) Perubahan terhadap instrumen
Penyelesaian: diidentifikasi penyebabnya diperbaiki sesuai
penyebab yang ditemukan.
E. Pelaporan
1. Hasil penilaian secara keseluruhan
a. Penyelenggara pelayanan di laboratorium sesuai dengan standar.
b. Penyelenggara pelayanan di laboratorium tidak sesuai dengan
standar.
2. Hasil temuan pada setiap faktor input, proses dan out put apabila
terdapat variable “tidak“ dapat menggunakan form laporan “ketidak
sesuaian”.
3. Rekomendasi berdasarkan hasil temuan.
BAB III
PEMBAHASAN
B. Tahap Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeriksaan dan kalibrasi alat
3. Uji kualitas reagen
4. Uji ketelitian-ketepatan
C. Westgard Rules
Westgard Rules adalah aturan dasar yang diterbitkan pada tahun
1981 oleh Dr. James Westgard untuk mengevaluasi kontrol kualitas
laboratorium kesehatan. Terdapat 6 aturan dasar yang bisa digunakan
secara terpisah atau kombinasi untuk mengevaluasi kualitas analitik suatu
pemeriksaan. Diperlukan pemahaman masing-masing aturan dan
kemungkinan penyebabnya, apakah random error atau systematic error,
sehingga kita bisa mendeteksi dan mengatasi terjadinya pelanggaran
dari Westgard Rules. Berikut beberapa aturan dari Westgard Rules:
1-2s Rule
- Nilai kontrol berada di luar batas ± 2s
- Normalnya sekitar 4,5% nilai kontrol bisa berada di antara
batas 2s dan 3s, walaupun tidak ada kesalahan analitik
- Sebab: random error atau systematic error
Cek nilai kontrol tes yang lain dan identifikasi sumber errornya.
Jika tidak ada masalah, penyebabnya bisa karena random error,
hasil pemeriksaan masih bisa dikeluarkan.
1-3s Rule
- Nilai kontrol di luar batas ± 3s
- Bisa karena random error atau awal dari systematic
error yang memerlukan perbaikan besar.
- Hasil pasien tidak bisa dikeluarkan
2-2s Rule
- Sebab: systematic error
- Terjadi pada dua nilai kontrol
- Melebihi batas ± 2s
- Terjadi pada sisi mean yang sama
- Aplikasi pada kontrol within run: nilai QC normal (level 1)
dan abnormal (level 2) melebihi batas ± 2s pada sisi mean
yang sama. Menunjukkan systematic error dan berpengaruh
pada keseluruhan kurva QC.
- Aplikasi pada kontrol across run: nilai QC pada satu level
berturut-turut berada di luar batas ± 2s di sisi mean yang
sama. Systematic error hanya mempengaruhi satu bagian
kurva QC.
D. Six Sigma
Menurut American Society of Quality, Six Sigma adalah
sebuah tool atau cara perusahaan dapat mengembangkan kapasitas proses
bisnis. Tujuan metode ini adalah meningkatkan performa dan menurunkan
kemungkinan kesalahan. Pada akhirnya, Six Sigma mampu mewujudkan
proses sebuah perusahaan yang kualitas produksinya lebih baik,
meningkatkan keuntungan, dan bahkan meningkatkan semangat karyawan.
Six Sigma mendapatkan namanya dari kata “six” yang berarti enam (6)
dan “sigma” yang berarti standar deviasi, yaitu salah satu ukuran sebaran
data dalam ilmu statistika. Metodologi ini berasal dari kurva lonceng
dalam statistika, di mana satu sigma melambangkan satu standar deviasi
dari mean atau rata-rata.
PROTEIN
LOT Mean SD -3SD +3SD
TOTAL
LEVEL 1 31253 (N) 5.5 0.3 4.7 5.9
LEVEL 2 31254 (P) 7.35 0.41 8.6 11
TANGGAL LEVEL 1 LEVEL2
1 5.49 7.28 LEVEL1 LEVEL2
2 5.38 7.99 Mean 5.47 7.17
3 5.53 7 SD 0.28 0.50
4 5.48 7.15 CV 5.18 7.06
5 5.3 7.89 Bias% 0.38 2.33
6 5.48 7.78 TE% 10.76 16.45
7 5.44 7.28 Tea 10 10
8 5.89 7.2 SIGMA 1.85 1.08
9 5.63 7.37
10 5.89 8.22
11 5.63 7.37
12 5.39 6.62
13 5.47 6.58
14 5.39 7.12
15 5.31 6.56
16 5.81 7.53
17 5.78 7.14
18 5.2 6.96
19 5.12 6.81
20 5.5 7.28
21 5.45 6.38
22 5.35 6.56
23 5.2 6.68
24 6.08 8.07
25 5.88 7.33
26 5.98 7.54
27 4.87 7.3
28 5.04 6.38
29 5.31 7.48
30 5.35 6.39
31 5.22 7.3
TOTAL PROTEIN
3.00
2.00
1.00 level 1
MULTIRULES
level 2
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
-1.00
-2.00
-3.00
Keterangan:
Tanggal 10 : 1 – 2s (Warning)
Tanggal 21 : 1 – 2s (Warning)
Tanggal 27 : 1 – 2s (Warning)
Tanggal 28 : 2 - 2s (Sistematis)
Tanggal 30 : 1 – 2s (Warning)
Pembahasan :
Nilai TEA (Total Error Allowable) disajikan dari CLIA (Clinical Laboratory
Improvement Amendment)
Kesimpulan :
Hasil Pemantapan Mutu Internal (PMI) bidang Kimia Klinik (Protein Total) yang
menggunakan alat Sysmex BX-3010 dengan bahan kontrol Dyasis untuk level 1
didapatkan hasil Sigma 1,85 (382.000 kesalahan/1 juta tes) dan level 2 didapatkan
hasil Sigma 1,08 (650.000 kesalahan/1 juta tes). Sehingga untuk aturan kontrol
yang digunakan yaitu maximum N, multirules and maximum preventive action.
A. Kesimpulan
Dari hasil makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Laboratorium (lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen,
pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium
biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-
kegiatan tersebut secara terkendali.
2. Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik,
patologi anatomi dan atau bidang lainnya.
3. Penerapan Pemantapan Mutu Internal (PMI) di laboratorium
klinik adalah suatu kegiatan pengawasan untuk peningkatan
mutu yang merupakan konsep mutu dari teknik dan kegiatan
operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan
pemantapan mutu.
4. Quality Control (QC) adalah salah satu komponen dalam proses
kontrol dan merupakan elemen utama dari sistem manajemen
mutu. Memberikan keyakinan bagi laboratorium bahwa hasil
yang dikeluarkan adalah akurat dan presisi.
5. Dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta ataupun
internasional.
6. Bahan kontrol adalah suatu bahan yang digunakan dalam
laboratorium untuk memantau ketepatan hasil suatu
pemeriksaan, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan
klinis.
7. Pada analisa Pemantauan Mutu Internal (PMI) semakin baik
presisi dan akurasi suatu metode maka semakin besar sigma
artinya mutu semakin baik dan kesalahan semakin rendah.
8. Berdasarkan hasil Pemantapan Mutu Internal (PMI) bidang Kimia
Klinik (Protein Total) yang menggunakan alat Sysmex BX-3010
dengan bahan kontrol Dyasis untuk level 1 didapatkan hasil Sigma
1,85 (382.000 kesalahan/1 juta tes) dan level 2 didapatkan hasil
Sigma 1,08 (650.000 kesalahan/1 juta tes). Sehingga untuk aturan
kontrol yang digunakan yaitu maximum N, multirules and
maximum preventive action.
DAFTAR PUSTAKA