MANAJEMEN LABORATORIUM
Disusun Oleh :
NAMA:MUSLIANA
NIM:AK.21.037
KELAS:5 B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
hidayah dan inayah-Nya, sholawat serta salam kepada junjungan kita Baginda
Rasulullah SAW beserta keluarga dan para Sahabat-Nya, sehingga penulis dapa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemantapan Mutu Internal dan
Pemantapan Mutu Eksternal”.
Terimakasih saya ucapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah
Pengendalian mutu Ibu Susanti S.ST.,M.KES yang telah memberi pembimbingan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Sehingga kami ucapkan
banyak permohonan maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
kritik dan saran sangat diharapkan agar kedepannya dapat kami gunakan sebagai
pendorong dan pendukung dalam menyelesaikan dan memperbaiki tugas
selanjutnya. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini nantinya akan
bermanfaat bagi kita semua baik sebagai penulis ataupun bagi para pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
2.1 Pemantapan Mutu Internal (PMI)...................................................4
2.2 Tujuan Pemantapan Mutu Internal .................................................4
2.3 Manfaat Pemantapan Mutu Internal (PMI).....................................4
2.4 Tahap-tahap Pemantapan Mutu Internal (PMI) .............................5
2.5 Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Diberbagai Bidang........10
2.6 Pemantapan Mutu Eksternal (PME)...............................................12
2.7 Manfaat Pemantapan Mutu eksternal Laboratorium (PME)...........13
2.8 Program Nasinal Pemantapan Mutu Eksternal (PME)...................13
BAB III..........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.....................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pemantapan mutu internal dan eksternal?
2. Apa tujuan pemantapan mutu internal dan eksternal?
3. Apa manfaat dari pemantapan mutu internal dan eksternal?
4. Bagaimanakah tahapan pelaksanan pemantapaan mutu internal?
3
BAB II
PEMBAHASAN
6
Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan
pengulangan pengambilan spesimen agar tidak merugikan laboratorium.
2. Tahap Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
a) Pemeriksaan specimen
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai
dengan protap masing-masing parameter.
b) Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
Wadah spesimen harus dilakukan kalibrasi dan dan
pemeliharaan peralatan Laboratorium secara teratur dan terjadwal.
Karena salah satu yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah
peralatan laboratorim dan wadah spesimen.
c) Uji kualitas reagen
Pengujian kualitas dilakukan degan control assayed yang sudah
diketahui nilainya. Nilai pengujian harus berada pada rentang yang
ditentukan. Pemantapan mutu ini sebagai usaha untuk mendapatkan
hasil yang akurat reliable dan valid. Dan juga usaha dalam
meminimalisir penyebab kesalahan.
d) Uji Ketelitian - Ketepatan
Dilakukan uji ketelitian dan ketepatan dikarenakan hasil
laboatorium ini digunakan sebagai penentuan diagnosis serta
pemantauan perjalanan penyakit sehingga akurasi dan presisi dalam
hasil pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan.Nilai Presisi
menunjukkan seberapa dekat suatu hasil bila dilakukan berulang
dengan sampel yang sama. Ketelitian dipengaruhi kesalahahan acak
yang tidak dapat dihindarkan. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai
koefisien variasi (% KV / % CV) yang dihitung dengan rumus :
KV (%) = SD x 100
X
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
7
X = Rata-rata hasil Pemeriksaan berulang Presisi (ketelitian)
sering dinyatakan sebagai impresism/metodi (ketidak
telitian)
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti sistem / metode
tersebut dan sebaliknya.
Akurasi (ketepatan) atau inakurasi (ketidak tepatan) dipakai
untuk menilai adanya kesalahan acak atau sistematik / keduanya.
Nilai akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar.
Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan control
dan dihitung sebagai nilai biasnya ( d %).
d (%) = X – NA
NA
X = hasil pemeriksaan bahan control
NA = Nilai Aktual/ sebenarnya dari bahan control.
Nilai d dapat positif (menunjukkan nilai yang lebih tinggi
dari seharusnya) atau negative (menunjukkan nilai yang lebih rendah
dari seharusnya). Akurasi dapat dinilai dari studi “Recovery” dengan
melakukan pemeriksaan bahan sampel yang telah ditambahkan analit
murni, kemudian hasilnya dihitung terhadap hasil yang diharapkan :
R (%) = Hasil Pemeriksaan (observasi) x 100
Hasil Perhitungan (diharapkan)
Akurasi yang baik nilai R mendekati 100%. Akurasi
dapat dinilai berdasarkan perbandingan hasil pemeriksaan
dengan system (reagen kit) lain melalui uji korelasi
menggunakan persamaan :
Y = ax + b dan r (koefisien koreasi)
Y = persamaan regresi
A = slope, semakin mendekati 1 menujukkan korelasi yang
baik
8
b.= intersep , semakin mendekati 0 menunjukkan korelasi
yang baik
r = koefisien korelasi semakin mendekati 1 menunjukkan
korelasi yang baik.
Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa
hasil pemeriksaan spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga
klinisi dapat menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk
menegakkan diagnosis terhadap pasiennya. Walaupun tingkat kesalahan
tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak sebesar tahap pra analitik,
laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada tahap ini. Kegiatan
tahap analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan dibandingkan
tahap pra analitik, karena semua kegiatannya berada dalam laboratorium.
Sedangkan pada tahap pra analitik ada hubungannya dengan pasien, yang
kadang-kadang sulit untuk dikendalikan. Laboratorium wajib melakukan
pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara berkala atau sesuai kebutuhan,
agar dalam melaksanakan pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami
kendala atau gangguan yang berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat
dapat menghambat aktivitas laboratorium, sehingga dapat mengganggu
performa/ penampilan laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan
laboratorium itu sendiri. Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan,
laboratorium harus melakukan uji ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian
disebut juga pemantapan presisi, dan dapat dijadikan indikator adanya
penyimpangan akibat kesalahan acak (random error). Uji ketepatan disebut
juga pemantapan akurasi, dan dapat digunakan untuk mengenali adanya
kesalahan sistemik(systemic error). Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan
yaitu dengan menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed
control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak dalam rentang
nilai kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen pasien dianggap
layak dilaporkan.
9
3. Tahap Pasca Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik
yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
a) Pencatata hasil
Selain untuk pemantauan data juga digunakan untuk evaluasi,
macam-macam pencatatan antara lain :
- Buku registrasi pendaftaran
- Buku permintaan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
- Buku rujukan
- Buku ekspedisi pengambilan hasil
b) Interpretasi hasil
c) Pelaporan Hasil
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca
analitik hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih
kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap
memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah memberikan diagnosis
terhadap pasiennya. Kesalahan dalam menginterpretasikan dan
melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasien. Ketiga
tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk dilaksanakan
sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang berkualitas
tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan sehingga membantu klinisi
dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan atau pemulihan
kesehatan pasien yang ditanganinya.
2.5 Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Diberbagai Bidang
a. Bidang Hematologi
Pemantapan mutu bidang hematologi dilakukan secara mandiri
oleh laboratorium klinik dengan memonitor prosedur tes-tes hematologi
yang merupakan indikator kinerja laboratorium. Prosedur kontrol kualitas
internal hematologi serupa dengan kontrol kualitas internal pada umumnya
yang melibatkan penggunaan material kontrol dan pengukuran berulang
10
pada spesimen rutin. Analisis tersebut dilakukan bersamaan dengan
sampel pasien.
b. Bidang Urinalisa
Pengendalian mutu internal bidang urinalisa meliputi pemeriksaan
makroskopis, kimia, dan mikroskopis urin. Tujuan dari melakukan
pengendalian mutu ini adalah untuk mengetahui apakah proses analisis
yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan yang ada, jika melihat dari
metode, alat analisis, dan reagensia yang digunakan. Dengan dilakukannya
pemantapan mutu pada bidang urinalisa maka hasil yang dikeluarkan akan
lebih bermutu
c. Bidang Mikrobiologi
Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium
mikrobiologi antara lain :
1. Pemantapan mutu media
Semua program yang dilakukan pada pemantapan mutu media
bertujuan untuk meyakinkan bahwa media yang digunakan dapat
mendukung pertumbuhan organisme pada specimen, menghambat
organisme komersial serta dapat menunjukan respon biokimiawi yang
khas dan stabil.
2. Pemantapan mutu cat
Dengan dilakukannya pemantapan mutu cat, dapat melihat
kemampuannya dalam membedakan organisme yag positif dan
negatif. Hal ini dilakukan tiap minggu dan juga ketika menggunakan
cat baru atau membuat / mencampur cat baru.
3. Uji Sensitivitas Antibiotik
Presisi dan akurasi harus dikontrol dengan menggunakan
strains ysng sudah diketahui sensitivitasnya terhadap obat anti
mikroba.
4. Strain Standart
Diuji bersama kultur klinis, yang dilakukan setiap minggu atau
tiap 5 batch
11
5. Pemantapan Mutu Alat
Pemantapan mutu pada alat dilakukan pada autoclave,
incubator, pH meter, centrifuge, pipet, timer serta alat – alat yang
memerlikan pemantauan mutu harian yaitu refigrator, freezers dan
waterbath.
d. Jenis Kesalahan Pada Pemantapan Mutu Internal
a. Inheren Random Error
Merupakan kesalahan yang disebabkan oleh limitasi metodik
pemeriksaan
b. Sistematik Shift
Merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang sama
disebabkan oleh standar kalibrasi
c. Random Error
Merupakan kesalahan dengan pola yang tidak diketahui
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Didalam suatu laboratorium perlu dilakukan quality control baik
untuk petugas laboratorium mauoun terhadap alat dan didalamnya.Quality
control yang dilakukan diantaranya ialah dengan melakukn pemantapan mutu
internal dan eksternal.Semuanya dilakukan agar laboratorium sesuai dengan
standar mutu yang sudah berlaku dan kecil kemungkinan terjadinya
kesalahan.Dengan melakukan quality control hasil akhir yang didapatkn oleh
sebuah laboratorium yaitu akreditasi atau pengakuan yang diberikan oleh
badan yang berwenang,karena laboratorium sudah sesuai dengan standar
akreditasi yang ditentukan.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang tekah dijelaskan pemantapan mutu
laboratorium perlu dilakukan agar kualitas mutu suatu laboratorium tersebut
memiliki mutu yang lebih baik serta untuk mengurangi error dari fase pra-
analitik, analitik, maupun pasca analitik.
15
DAFTAR PUSTAKA