Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH QC DAN VALIDASI METODE

Pemantapan Mutu Internal (PMI) Laboratorium Medik

DISUSUN OLEH KELOMPOK II


KELAS 2018B
Lisa NIM: 18 3145 353 043
Sipra Asprilla Sidabutar NIM: 18 3145 353 052
Yulius Ontaha NIM: 18 3145 353 061
Balantita Dria Mileni NIM: 18 3145 353 070
Juli Saputri NIM: 18 3145 353 081

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan, kekuatan dan kesehatan untuk bisa menyelesaikan
makalah QC dan Validasi Metode ini tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan kami untuk menyusun Makalah berjudul
Pemantapan Mutu Internal (PMI) Laboratorium Medik ini, yaitu dalam rangka
memenuhi tugas dari mata kuliah QC dan Validasi Metode. Dalam penyusunan
makalah ini, Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik
sengaja maupun tidak disengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang kami miliki. Untuk itu kami memohon maaf atas
segala kekurangan tersebut dan penulis tidak menutup diri terhadap segala saran
dan kritik serta masukan yang bersifat kontruktif bagi kami.
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah QC dan Validasi Metode yang membantu dalam berbagai ilmu. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih, semoga hasil makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca.

Makassar, 21 Mei 2021


Penulis

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
I.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
I.3 Tujuan ............................................................................................... 2
I.4 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 3
II. 1 Definisi Pemantapan Mutu .............................................................. 3
II. 2 Pemantapan Mutu Laboratorium ..................................................... 5
II. 3 Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control) .................... 6
II. 4 Manfaat Pemantapan Mutu Internal ................................................ 6
II. 5 Tujuan Pengendalian Mutu Internal ................................................ 6
II. 6 Tahap Pemantapan Mutu Internal (PMI)......................................... 7
II. 7 Pemantapan Mutu Internal Diberbagai Bidang ............................... 9
II. 8 Kesalahan Yang Biasa Terjadi ..................................................... 11
BAB III. KESIMPILAN DAN SARAN .................................................... 12
IV.1 Kesimpulan ................................................................................... 12
IV.2 Saran ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Faktor yang mempengaruhi mutu pemeriksaan laboratorium .. 5

iii
DAFATAR TABEL
Tabel 1.1 Faktor kesalahan pada saat sebelum pemeriksaan, saat
pemeriksaan, dan sesudah pemeriksaan ..................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Satu bentuk pelayanan kesehatan adalah pelayanan pemeriksaan
laboratorium klinik, yaitu pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan
dokter dalam mendiagnosis, memantau dan meramalkan penyakit seorang
penderita (Rosita, 2013).
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat
diperlukan pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium kesehatan
adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan
keakuratan hasil pemeriksaan laboratorium (Rosita, 2013).
Salah satu program pemantapan mutu laboratorium yaitu pemantapan
mutu laboratorium intra laboratorium (Pemantapan Mutu Internal) merupakan
kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pelaksanaan pemantapan
mutu internal laboratorium untuk mengendalikan hasil pemeriksaan
laboratorium tiap hari serta untuk mengetahui penyimpangan hasil
laboratorium agar segera diperbaiki (Rosita, 2013).
Akurasi (ketetapan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan analit yang sebenarnya. Akurasi dapat dinilai dengan
pemeriksaan bahan kontrol dan dihitung sebagai nilai biasnya (d%) (Rosita,
2013).
Presisi (ketelitian) adalah kedekatan hasil pemeriksaan yang dilakukan
berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh
kesalahan acak yang tidak dapat dihindari. Presisi dinyatakan dalam nilai koefisien
variasi (%KV atau %CV) (Rosita, 2013).
Standar deviasi atau SD, adalah ukuran sebaran yang merefleksikan
distribusi nilai disekitar mean atau merupakan akar kuadrat varians. Standar
deviasi selalu merupakan kuantitas yang tidak negatif. Jika nilai-nilai di dalam
suatu kumpulan data mendekati mean, standar deviasinya akan menjadi kecil
(yaitu, jika nilai-nilai didistribusikan dekat disekitar mean). Jika nilai-nilai di

1
dalam suatu kumpulan data tidak dekat dengan mean, standar deviasinya akan
mejadi besar. Sedangkan koefisien variasi adalah simpangan baku suatu sampel
dibagi dengan mean sampel tersebut serta dinyatakan dalam persen (Rosita,
2013).
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Pemantapan Mutu ?
2. Apa Pengertian Pemantapan Mutu Laboratorium ?
3. Apa Pengertian Pemantapan Mutu Internal ?
4. Apa Manfaat Pemantapan Mutu Internal ?
5. Apa Tujuan Pengendalian Mutu Internal ?
6. Bagaimana Tahap Pemantapan Mutu Internal (PMI) ?
7. Bagaimana Pemantapan Mutu Internal Diberbagai Bidang ?
I.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Defisini Dari Pemantapan Mutu
2. Untuk Mengatahui Pengertian Pemantapan Mulaboratorium
3. Untuk Pengertian Pemantapan Mutu Internal
4. Untuk Mengetahui Manfaat Dari Pemantapan Mutu Internal
5. Untuk Mengetahui Tujuan Pengendalian Mutu Internal
6. Untuk Mengetahui Tahap Pemantapan Mutu Internal (PMI)
7. Untuk Mengetahui Pemantapan Mutu Internal Diberbagai Bidang
I.4 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui tentang penerapan pengendalian,
pencegahan, pengawasan dalam pemantapan mutu internal di laboratorium
untuk mengendalikan hasil agar nantinya dalam dunia kerja dapat
mengendalikan pemeriksaan laboratorium setiap hari dan dapat mengetahui
penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
II.3 Definisi Pemantapan Mutu
Menurut (Maria Tuntun, dkk. 2018), Untuk menghasilkan pemeriksaan
laboratorium yang dapat dipercaya/ bermutu, maka setiap tahap pemeriksaan
laboratorium harus dikendalikan. Pengendalian setiap tahap ini untuk
mengurangi atau meminimalisir kesalahan yang terjadi di laboratorium. Agar
dapat melakukan pengendalian mutu di laboratorium dengan baik, maka Anda
harus dapat menjelaskan konsep mutu. Beberapa tokoh penting telah
menelurkan konsep mutu produk atau jasa, yaitu:
1. William Edwards Deming (1900-1993)
Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. mutu
tidak berarti segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada
Pelanggan tentang apa yang mereka inginkan dengan tingkat kesamaan
yang dapat diprediksi serta tergantungannya terhadap harga yang mereka
bayar. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa
pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen,
sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa
puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik
berupa barang maupun jasa.
2. Philip B. Crosby (1926 –2001)
Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai
dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu
tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi. Mutu adalah
pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan yang mungkin
timbul yaitu standard of zero defect atau memperlakukan prinsip benar sejak
awal. Teori yang diungkapkan oleh Philip B Crosby bahwa bekerja tanpa
salah (standard of zero defect) adalah hal yang sangat mungkin, ungkapan
ini mendorong untuk selalu berusaha agar berhati-hati dalam setiap tahap
kegiatan di laboratorium.

3
Philip B Crosby mengungkapkan empat Dalil Mutu sebagai berikut:
a. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.
b. Sistem mutu adalah pencegahan.
c. Standar kerja adalah Tanpa Cacat (Zero Defect).
d. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.
3. J.M. Juran (1904-2008):
Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama
yaitu:
a. teknologi; yaitu kekuatan;
b. psikologis, yaitu rasa atau status;
c. waktu, yaitu kehandalan;
d. kontraktual, yaitu ada jaminan;
e. etika, yaitu sopan santun.
J.M. Juran memperkenalkan tiga proses mencapai mutu (trilogy Juran)
diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan,
menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan
meningkatkan kemampuan proses.
b. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar
pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan
mengukur kinerja yang sesungguhnya,
c. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari:
mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk
mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
J.M.Juran berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan untuk
meningkatkan mutu laboratorium harus tahap demi tahap sebab semua
bentuk peningkatan mutu harus dilakukan secara bertahap (Maria Tuntun,
dkk. 2018)

4
II.2 Pemantapan Mutu Laboratorium
Pemantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan mutu yang
digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan menggunakan konsep
pengawasan proses statistik (statistical process control). Pengawasan proses
dengan statistik adalah sebuah cara yang memungkinkan operator menentukan
apakah suatu proses sedang berproduksi, dan mungkin terus berproduksi
keluaran yang sesuai. Sedangkan jaminan mutu adalah suatu sistem
manajemen yang dirancang untuk mengawasi kegiatan-kegiatan pada seluruh
tahap (desain produk: produksi, penyerahan produk serta layanan), guna
mencegah adanya masalahmasalah kualitas dan memastikan bahwa hanya
produk yang memenuhi syarat yang sampai ke tangan pelanggan (Riyono,
2007)

Gambar 1.1. Faktor yang mempengaruhi mutu pemeriksaan laboratorium


(sumber: Stamm 1982 dalam Sukorini U 2010)
Hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang bermutu menjadi tujuan
kegiatan pemeriksaan laboratorium sehari-hari. Anda sebagai tenaga ATLM
bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan laboratorium klinik yang dapat
dipercaya. Untuk mendapatkan hasil tersebut, maka Anda harus dapat
melakukan pengendalian mutu hasil pemeriksaan. Pelayanan laboratorium
klinik harus fokus pada mutu, efektif, efisien dan profesional. Hal ini akan

5
menentukan keunggulan kompetitif dan kelangsungan laboratorium pada era
globalisasi sekarang ini. Hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh
laboratorium harus memenuhi standar mutu, agar dapat dipercaya dan
memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti
ketepatan (accuracy) dan ketelitian (precision) yang tinggi, serta
didokumentasikan dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah
(Maria Tuntun, dkk. 2018).
II.3 Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal laboratorium (PMI) dilakukan
untuk mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan untuk
mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki (Maria
Tuntun, dkk. 2018).
II.4 Manfaat Pemantapan Mutu Internal
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium
antara lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat,
kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Hasil
laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pengguna laboratorium. Manfaat lain yaitu pimpinan
laboratorium akan mudah melaksanakan pengawasan terhadap hasil
laboratorium. Kepercayaan yang tinggi terhadap hasil laboratorium ini akan
membawa pengaruh pada moral karyawan yang akan akhirnya akan
meningkatkan disiplin kerja di laboratorium tersebut. Cakupan objek
pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik
dan tahap pasca-analitik (Maria Tuntun, dkk. 2018).
II.5 Tujuan Pengendalian Mutu Internal
Tujuan pengendalian mutu internal terutama ialah untuk memverifikasi
stabilitas perkiraan pada saat pengujian di laboratorium, dan pada dasarnya adalah
sebuah kontrol pada ketidaktepatan. Program ini memiliki berbagai prosedur, tapi

6
semua didasarkan pada penggunaan sampel kontrol yang dipilih yang dianalisis
dalam setiap seri analitis. Perbedaan dalam berbagai program tergantung pada
jumlah sampel kontrol yang diperlukan dan penyajian data. Dalam kimia klinik,
sampel kontrol memiliki umumnya dua tingkat konsentrasi yang disarankan.
Tentunya, semakin tinggi jumlah kontrol, semakin mudah mendapatkan keputusan
menerima atau menolak seri analitis (Rosita, 2013).
II.6 Tahap Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Menurut (Maria Tuntun, dkk. 2018), Ada tiga tahap pemantapan mutu
internal (PMI) yang dilakukan, yaitu:
1. Tahap Pra Analitik
Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium
sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi:
1) Persiapan pasien
2) Pemberian identitas spesimen
3) Pengambilan dan penampungan spesimen
4) Penanganan spesimen
5) Pengiriman spesimen
6) Pengolahan dan penyiapan spesimen
Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif
sesuai dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan
mencegah tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu sama lainnya
Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin bahwa
spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula
serta memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang terbesar,
yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen
yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan.
Spesimen dari pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah.
Jika bahan baku tidak baik, tidak memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan,
maka akan didapatkan hasil/ output pemeriksaan yang salah. Sehingga
penting sekali untuk mempersiapkan pasien sebelum melakukan

7
pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya
ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar tidak
merugikan laboratorium.
2. Tahap Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
3. Uji kualitas reagen
4. Uji Ketelitian – Ketepatan
Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil
pemeriksaan spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi
dapat menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk
menegakkan diagnosis terhadap pasiennya.
Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik
secara berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan
pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami kendala atau gangguan yang
berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat aktivitas
laboratorium, sehingga dapat mengganggu performa/ penampilan
laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan laboratorium itu sendiri.
Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, laboratorium harus
melakukan uji ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian disebut juga pemantapan
presisi, dan dapat dijadikan indikator adanya penyimpangan akibat
kesalahan acak (random error). Uji ketepatan disebut juga pemantapan
akurasi, dan dapat digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik
(systemic error). Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan yaitu dengan
menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed control sera).
Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak dalam rentang nilai kontrol,
maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen pasien dianggap layak
dilaporkan.
3. Tahap Pasca Analitik

8
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik yaitu
sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
1. Penu Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Diberbagai lisan hasil
2. Interpretasi hasil
3. Pelaporan Hasil
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik
hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika
dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang
peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien dapat
membuat klinisi salah memberikan diagnosis terhadap pasiennya.
Kesalahan dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil pemeriksaan
juga dapat berbahaya bagi pasien.
Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk
dilaksanakan sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang
berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan sehingga membantu
klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan atau pemulihan
kesehatan pasien yang ditanganinya.
II.7 Pemantapan Mutu Internal Diberbagai Bidang
Menurut (Maria Tuntun, dkk. 2018), Pemantapan Mutu Internal diberbagai
bidang laboratorium yaitu:
1. Bidang Kimia Klinik
Pemantapan Mutu Kimia Klinik adalah segala usaha agar hasil akhir
pemeriksaan kimia klinik akurat, reliabel dan valid. Pemantapan mutu dikenal
dua macam,yaitu Pemantapan mutu internal dan eksternal laboratorium klinik.
Pemantapan mutu (quality assurance) kimia klinik adalah segala usaha /
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium. Kegiatan ini terdiri atas empat komponen penting,
yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu eksternal (PME),
verifikasi, validasi, audit, dan pendidikan dan pelatihan.
2. Bidang Urinalisis

9
Pengendalian Mutu Internal bidang urinalisis adalah pemeriksaan
makroskopis, kimia dan mikroskopis urine. Tujuan dari melakukan
pengendalian mutu ini adalah untuk mengetahui apakah proses analisis yang
dilakukan telah sesuai dengan ketentuan yang ada, jika melihat dari metode,
alat analisis, dan reagensia yang digunakan. Agar hasilnya dapat dipercaya
maka diperlukan pemantapan mutu secara internal.
3. Bidang Hematologi
Pemantapan mutu internal bidang hematologi adalah kegiatan
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh laboratorium klinik
secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan hematologi yang
memenuhi aspek-aspek teknis yaitu presisi dan akurat. Pemantapan mutu
internal bidang hematologi dilakukan secara mandiri oleh laboratorium klinik
dengan memonitor prosedur tes-tes hematologi yang merupakan indikator
kinerja laboratorium. Prosedur kontrol kualitas internal hematologi serupa
dengan kontrol kualitas internal pada umumnya yang melibatkan penggunaan
material kontrol dan pengukuran berulang (repeated measurement) pada
spesimen rutin. Analisis bahan kontrol dilakukan bersamaan dengan sampel
pasien
4. Bidang Mikrobiologi
Pengendalian Mutu Mikrobiologi Klinik terdiri dari tiga tahapan
kegiatan yang mempengaruhi hasil uji laboratorium.
a. Tahapan Preanalitik kegiatan: Permintaan pemeriksaan, Penulisan
permintaan pemeriksaan, Persiapan pasien, Pengambilan spesimen,
Identifikasi spesimen, Transportasi specimen.
b. Tahap Analitik: Pemeriksaan spesimen (ID /AST).
c. Tahap Pasca Analitik: Penulisan hasil, Interpretasi hasil, Penyampaian hasil,
Tindakan yang diambil berdasarkan hasil. Tercapainya hasil yang
berkualitas dapat terganggu atau rusak pada tahapan mana saja dalam proses
pemeriksaan laboratorium.
Cakupan Pengendalian Mutu Mikrobiologi meliputi Pengendalian
mutu spesimen, peralatan, reagensia, media, sistem identifikasi, AST,
personil. Sedangkan Pengendalian Mutu Spesimen tergantung dari

10
kesesuaian specimen, cara pengumpulan spesimen, volume spesimen yang
dikumpulkan, sistem pengiriman (penggunaan media transport,
penyimpanan yang tepat selama transportasi, waktu pengiriman).
5. Bidang Imunoserologi
Tujuan dari PMI imunoserologi adalah untuk meningkatkan kualitas
hasil pada pemeriksaan laboratorium bidang imunoserologi, sehingga dapat
dibuat interpretasi klinik yang sesuai berdasarkan hasil laboratorium tersebut.
PMI dalam bidang imunserologi memilki tantangan karena kompleksitas dari
setiap metode imunoserologi. Variabilitas ini ditimbulkan dari berbagai
tahapan, termasuk sumber antigen, antibodi yang dideteksi, sistem deteksi
antibodi, konjugasi dan variasi metodologi. Akurasi dan presisi sangat penting,
akurasi berarti bahwa suatu pemeriksaan memberikan hasil yang benar,
menggambarkan konsentrasi analit yang sesungguhnya. Sedangkan presisi
berarti bahwa kombinasi dari reagen, alat dan faktor-faktor lain yang
berpengaruh bisa memberikan hasil yang reproducible.
II.8 Kesalahan Yang Biasa Terjadi
Menurut (Maria Tuntun, dkk. 2018), Berikut ini ada beberapa contoh
kesalahan yang dapat terjadi pada saat sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan,
dan sesudah pemeriksaan.

Tabel 1.1 Faktor kesalahan pada saat sebelum pemeriksaan, saat pemeriksaan, dan
sesudah pemeriksaan.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan
Pemantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan mutu yang
digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan menggunakan konsep
pengawasan proses statistik (statistical process control). Pemantapan mutu
internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau
mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat.
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal
laboratorium antara lain mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan
meningkat, Tujuan pengendalian mutu internal terutama ialah untuk
memverifikasi stabilitas perkiraan pada saat pengujian di laboratorium, dan
pada dasarnya adalah sebuah kontrol pada ketidaktepatan. Ada tiga tahap
pemantapan mutu internal (PMI) yang dilakukan, yaitu tahap pra analitik, tahap
analitik, dan tahap pasca analitik.
III.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa khususnya dalam bidang ATLM, kita
perlu mempelajari dan memahami tentang Pemantapan mutu laboratorium
medik khususnya Pemantapan Mutu Internal (PMI). Karena pada dasarnya
ini merupakan suatu yang akan kita kerjakan dalam dunia kerja nantinya
sebagai seorang TLM. Sehingga penulis, membuat makalah ini sebagai suatu
ilmu yang dapat kita sama-sama pelajari untuk menambah pengetahuan kita
tentang Pemantapan Mutu Internal (PMI) dalam suatu laboratorium medik.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran serta kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah ini ke depannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Tuntun Maria, dkk. 2018. Bahan Ajar Laboratorium Medik Kendali Mutu. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. http://bppsdmk.kemkes.go.id
Riyono, 2007. Pengendalian Mutu Laboratorium Kimia Klinik Dilihat Dari Aspek
Mutu Hasil Analisis Laboratorium. Surakarta: STIE AUB. Jurnal Ekonomi
dan Kewirausahaan. Vol. 7, No. 2. https://media.neliti.com
HB Rosita. 2013. Pemantauan Mutu Internal Tes Fraksi Lipid Di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin (UNHAS). Makassar: Universitas
Hassanudin. http://digilib.unhas.ac.id/

13

Anda mungkin juga menyukai