PENCAPAIAN MUTU DI
LABORATORIUM
SISTEM PENJAMINAN MUTU
KELOMPOK III:
Maqfira DG Sitaba NIM: 18 3145 353 045
Selviana NIM: 18 3145 353 066
Yulius Ontaha NIM: 18 3145 353 061
Juli Saputri NIM: 18 3145 353 081
Irma Suriani Marzuki NIM: 18 3145 353 082
PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM
Pemantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan mutu yang
digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan menggunakan
konsep pengawasan proses statistik (statistical process control).
Pengawasan proses dengan statistik adalah sebuah cara yang
memungkinkan operator menentukan apakah suatu proses sedang
berproduksi, dan mungkin terus berproduksi keluaran yang sesuai.
Jaminan mutu adalah suatu sistem manajemen yang dirancang untuk
mengawasi kegiatan-kegiatan pada seluruh tahap (desain produk:
produksi, penyerahan produk serta layanan), guna mencegah adanya
masalahmasalah kualitas dan memastikan bahwa hanya produk yang
memenuhi syarat yang sampai ke tangan pelanggan
STRATEGI PENCAPAIAN
STANDAR MUTU
Strategi pencapaian standar mutu adalah
pendekatan atau taktik yang digunakan
dalam mencapai standar mutu yang telah
ditetapkan. Standar mutu tersebut menjadi
patokan perusahaan untuk menentukan
berbagai stra- tegi agar dapat menghasilkan
produk yang sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan
Strategi 5 Q Framework Untuk Tercapainya Mutu Pemeriksaan
Laboratorium
Analisa Kesalahan
Siklus 1
Selain itu dibuat pembaharuan pada Standart Operasional Prosedur (SOP), yang
meliputi:
• Ukuran sediaan seharusnya 3x2 cm dan dibuat spiral
• Pewarnaan Ziehl Neelsen, Carbol fuchsin asam alkohol
• Kondisi sediaan harus bersih
• Sediaan tidak boleh terlalu tebal atau terlalu tipis
Siklus 2
Setelah permasalahan pemeriksaan tahap analitik diperbaiki, hasil pemeriksaan BTA tetap negatif ,
maka kemungkinan permasalahan pada pra analitik.
a. Quality Control
1) Pada QC dilakukan pengamatan pada tahap pra analitik :
2) Uji kualitas specimen
b. Quality assement
Pada Laboratorium rujukan didapatkan BTA positif 3+ dengan sampel yang sama
C. Quality improment
Indentifikasi akar permasalahan pada tahap pra analitik adalah
a. Waktu pengambilan
b. Transpot spesimen
c. volume spesimen
d. Quality Planning
Dalam QP dilakukan standarisasi pemecahan masalah, menetapkan ukuran-ukuran untuk menilai
kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah-langkapemecahan masalah dan untuk
diimplementasikan pada QLP. Selain itu dibuat pembaharuan pada Standart Operasional Prosedur
(SOP), yang meliputi :
a. Volume spesimen sputum 3-5 cc
b. Pengambilan spesimen sputum pagi hari
c. Transpot spesimen : hindari guncangan dan sinar matahari
Siklus 3
Setelah permasalahan pemeriksaan tahap pra analitik diperbaiki, hasil pemeriksaan BTA tetap negatif,
maka kemungkinan permasalahan pada pasca analitik
a. Quality Control
Pada QC dilakukan pengamatan pada tahap pasca analitik :
Pengontrolan pada ketepatan pencatatan hasil
b. Quality assement
Pada laboratorium rujukan pencatatan dan pelaporan hasil mikroskopis TB rutin dilakukan Pada
register 04,05 dan 06, dan pencatatan hasil dilakukan segera setelah pemeriksaan Mikroskopis TB
c. Quality improment
Diindentifikasi akar permasalahan pada tahap pasca analitik adalah
Pencatatan hasil :
a. Formulir register 05 TB
b. Hasil tidak segera dicatat
d. Quality Planning
Dalam QP dilakukan standarisasi pemecahan masalah, menetapkan ukuran-ukuran untuk menilai
kinerja suatu laboratorium serta mendokumentasikan langkah-langkapemecahan masalah dan untuk
diimplementasikan pada QLP. Selain itu dibuat pembaharuan pada Standart Operasional Prosedur
(SOP), yang meliputi :
a. pencatatan dan pelaporan hasil mikroskopis TB rutin dilakukan pada register 04,05,06 untuk
menegakkan diagnosa.
b. Pencatatan hasil dilakukan segera setelah pemeriksaan mikroskopis TB guna menghindari
kesalahan pemeriksaan
THANK YOU !