DISUSUN OLEH
NAMA : YULIUS ONTAHA
NIM : 18 3145 353 061
KELAS : 2018B
Gambar 2.1. Hepar Tampak Anterior dan Permukaan Posterior (Netter, 2003): (Meutia,
2018).
Hati berfungsi sebagai factor biokimia utama dalam tubuh, tempat
metabolism banyak zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum
operasi terencana (David C, 1995).
Hati memiliki banyak fungsi yang kompleks dan beragam, fungsi hati
adalah sebagai filter semua darah yang datang dari usus melalui vena porta,
kemudian menyimpanya dan mengubah bahan-bahan makanan yang diterima vena
porta. Selanjutnya, bahan-bahan makanan tersebut dikirim ke dalam darah sesuai
dengan kebutuhan. Hati juga akan menjaga kebutuhan organ dalam tubuh,
khususnya otak, terhadap zat-zat racun yang tak terelakan diabsorpsi melalui usus
(detoksifikasi), misalnya amonia dari usus yang merupakan zat sangat beracun.
Bakteri dan protein bakteri yang memasuki sistem vena porta melalui dinding usus
akan dimakan oleh sel-sel Kuffer dalam hati. Hal ini perlu dilakukan, terutama
untuk endoktosin yang berbahaya dari bakteri E. Coli (Ardi dan Ari, 2012).
Pemeriksaan fungsi hati merupakan salah satu pemeriksaan kimia klinik
yang sering di minta oleh dokter. Hal ini di karenakan peran hati sebagai organ
tubuh yang penting dan merupakan organ pusat metabolisme. Hati menerima
pasokan darah dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatica dan menampung aliran
darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang diabsorpsi di usus
(Hasni, dkk. 2018).
Dua macam enzim yang sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati
termasuk dalam golongan aminotransferase. Pada penyakit hati kadar SGOT
(Serum Glutamic Oxalacetic Transminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic
Transminase) dalam serum cenderung berubah sejajar. Jika sel hati mengalami
kerusakan, maka enzimenzim itu yang dalam keadaan normal terdapat didalam sel
dan masuk kedalam peredaran darah. Semakin banyak sel-sel hati yang rusak maka
semakin tinggi pula kadar SGOT atau SGPT yang terukur didalam darah (Hasni,
dkk. 2018).
Kerusakan hati sebagian pada kebanyakan kasus sel yang mati atau sakit,
maka akan diganti dengan jaringan hati yang baru. Radang hati merupakan penyakit
mematikan yang menyerang hati, dimana hati berfungi sebagai organ vital pusat
metabolisme dan detoksifikasi racun yang sangat penting bagi tubuh. Radang hati
juga disebabkan dari pola hidup yang tidak sehat, seperti: aktifitas yang berat tanpa
di imbangi istirahat yang cukup, olahraga berlebihan (Novita dan Riski, 2019).
Riwayat alkoholisme, terutama masa minum berlebihan belakangan ini
harus mendorong pemeriksaan cedera sel hati. Pasien harus ditanyakan tentang
ikterus, perdarahan intestinalis atas atau masalah perdarahan selama operasi
terdahulu. Gambaran fiisik fisik penyakit hati meliputi gejala sisa alkoholisme
kronik seperti asites, ikterus, telangiektasia, eritamia palmaris, hepatomegaly, dan
ginekomastia. Gambaran klinik yang menunjukan insufisensi hati dapat ditentukan
jumlahnya melalui pemeriksaan laboratorium (David C, 1995).
Jenis-jenis penyakit hati antara lain yaitu Hepatitis, Liver, Sirosis, Kanker
Hati, Jaundice (penyakit kuning), Kegagalan Hati, Kolangitis, Leptospirosis dan
Abses Hati. Penyakit-penyakit hati akut akan banyak mempengaruhi fungs-fungsi
hati, penyakit tesebut dapat diketahui dari gejala klinis maupun fisik yang timbul
pada diri pasien, gejala klinis dapat diketahui dari apa yang dirasakan oleh pasien,
sedangkan gejala fisik dapat diketahui dari keadaan tubuh pasien. Oleh karena itu,
gejala-gejala yang timbul pada kerusakan hati akut menjadi kompleks, sehingga
seorang pakar penyakit dalam terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan
jenis penyakit yang diderita oleh pasien, karena adanya beberapa gejala-gejala yang
mirip pada beberapa penyakit. Seorang pakar pada suatu ketika bisa saja melakukan
kesalahan yang mungkin salah satunya melakukan kesalahan pada hasil diagnosa
dikarenakan keterbatasan daya ingat dan faktor usia pakar/dokter yang bisa
berlanjut pada kesalahan dalam mengambil solusi penanganan penyakit yang
diderita oleh pasien (Ardi dan Ari, 2012).
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) merupakan salah satu
enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati. Enzim ini ditemukan dalam
konsentrasi sedang pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Saat terjadi cedera
terutama pada sel-sel hati dan otot jantung, enzim ini akan dilepaskan ke dalam
darah. Fungsi utama enzim ini sebagai biomarker/penanda adanya gangguan pada
hati dan jantung. Pada perokok aktif, dapat terjadi peningkatan kadar serum SGOT
dalam darah. Menurut Saranya10 merokok menyebabkan terjadinya peroksidasi
lipid yang merusak membran biologis pada hati dan jantung. Lain halnya dengan
Wannamethee dan Shaper dalam penelitiannya terhadap perokok yang berusia 40-
59 tahun menemukan bahwa merokok tidak menyebabkan kerusakan hati, namun
hanya meningkatkan efek alkohol pada cedera sel hati pada peminum berat (Vania,
dkk. 2016)
Pemerikasaan kimia darah digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
hati pada saat selesai aktivitas fisik, menentukan diagnosis, mengetahui berat
ringannya penyakit, mengikuti perjalanan penyakit dan penilaian hasil
npengobatan. Pengukuran kadar aminotranferase sebagai tes fungsi hati.
Peningkatan enzim aminotranferase (SGOT dan SGPT), biasanya mengarah pada
perlukaan hepatoselular atau inflamasi (Novita dan Riski, 2019).
(Wening dkk, 2008) Nilai Normal untuk masing-masing Pemeriksaan
Laboratorium
Harahap Novita S dan Pranata Riski. 2019. Pengaruh Aktifitas Fisik Continuous
Running Dan Interval Running Terhadap Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT). Medan: Fakultas ilmu Kesehatan - Universitas Negeri Medan.
Vol 3, No 1. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/
Hasni, dkk. 2018. Gambaran Hasil Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt Pada Penghirup
Lem Di Jalan Abdul Kadir Kota Makassar. Makassar: Universitas
Indonesia Timur. Vol 8, No 2. https://uit.e-journal.id/MedLAb/article
Pujiyanta Ardi dan Pujiantoro Ari. 2012. Sistem Pakar Penentuan Jenis Penyakit
Hati Dengan Metode Inferensi Fuzzy Tsukamoto. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan. Vol 6, No 7.
Sari Wening, dkk. 2008. Care Yourself Hepatitis. Jakarta: Penebar Plus
Sulastri. 2016. Perbandingan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT Terhadap Sampel
Serum dan Plasma EDTA. Jurnal Medika: http://jurnal.stikeswhs.ac.id/
LAMPIRAN BUKTI BUKU
LAMPIRAN BUKTI JOURNAL