Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

“PEMERIKSAAN UREUM”

OLEH:

NAMA : CINDIRASMI LIMBANA


NIM : B1D119075
KELAS : 2019 B
KELOMPOK : 3 (TIGA)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino. Dalam
katabolisme protein di pecah menjadi asam amino dan deaminasi ammonia.
Amonia dalam proses ini di sintesis menjadi urea. Ureum adalah produk
limbah dari pemecahan protein dalam tubuh. Siklus urea (disebut juga siklus
ornithine) adalah reaksi pengubahan ammonia (NH3) menjadi urea
(CO(NH2)2). (Irendem 2016).
Reaksi kimia ini sebagian besar terjadi di hati dan sedikit terjadi di
ginjal. Hati menjadi pusat pengubahan ammonia menjadi urea terkait fungsi
hati sebagai tempat menetralkan racun. Urea bersifat racun sehingga dapat
membahayakan tubuh apabila menumpuk di dalam tubuh. Meningkatnya urea
dalam darah dapat menandakan adanya masalah pada ginjal. Peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dapat di sebabkan oleh prerenal (dekompensasi
jantung, dehidrasi yang berlebihan, peningkatan katabolisme protein dan diet
tinggi protein), penyebab renal (glomerulonephritis akut, nefritis kronis,
penyakit ginjal polikistik, dan nekrosis tubular) dan penyebab postrenal
(semua jenis obstruksi pada saluran kemih, seperti batu ginjal, kelenjar prostat
yang membesar dan tumor). (Irendem 2016).
Peningkatan kadar ureum darah bergantung pada tingkat kerusakan
LFG. Pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan tapi
sudah terjadi peningkatan kada urea dan kreatinin serum. Pada LFG 30%,
mulai terjadi keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang, dan penurunan berat badan. Pada LFG (Irendem 2016).
Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada
semua organ akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal, dimana
terjadi retensi sisa pembuangan metabolisme protein, yang di tandai oleh
homeostasis cairan yang abnormal dan elektrolit dengan kekacauan metabolik
dan endokrin. Kadar ureum yang tinggi dan berlangsung kronik merupakan
penyebab utama manifestasi dari sindrom uremia, yang di bagi dalam
beberapa bentuk yaitu:
1. Pengaturan fungsi regulasi dan eksresi yang buruk, seperti keseimbangan
volume cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, retensi nitrogen
dan metabolisem lain serta gangguan hormonal.
2. Abnormalitas sistem tubuh (sistem gastrointenstinal, hematologi,
pernafasan, kardiologi, kulit dan neuromuscular). (Irendem 2016).
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologi
dengan etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Kriteria penyakit
ginjal kronik yaitu kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3
bulan, serta adanya tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests). Dengan
penurunan LFG kurang dari 60ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal. (Irendem 2016).
Peningkatan kadar ureum darah bergantung pada penurunan fungsi
filtrasi glomerulus. Penurunan fungsi ginjal 15% (<15ml/mnt)
mengidifikasikan adanya gagal ginjal dan uremia. Dungsi ginjal antara lain
mengatur keseimbangan asam asa, hormonal/ eritropetin dan eksresi sampah
bisa metabolism seperti ureum. Bila ureum tidak dikeluarkan dalam tubuh
dapat terjadi sindrom uremia ini terutama terjadi pada penderita penyakit
ginjal yang kronis dan akan memberikan manesfistasi pada bagian anggota
tubuh yang lain seperti gastrointenstinal, kulit, hematologi, saraf dan otot,
kardiovaskuler, endokrim dan sistem lainnya berupa kerusakan. Oleh karena
itu karena itu peningkatan kadar ureum maupun kreatinin dapat di gunakan
sebagai indikator penting untuk mengetahui fungsi ginjal. . (Irendem 2016).
1.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan

Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi


ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas
penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisa

1.3 Prinsip Percobaan

Adanya kelainan pada ginjal dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan


urin secara makroskopis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ureum merupakan produk sisa dari metabolism protein yang secara
normal dipindahkan dari darah ke ginjal. Jumlah ureum dalam darah
ditentukan oleh diet protein dan kemampuan ginjal mengekskresikan urea.
Jika ginjal mengalami kerusakan,Urea Akan Terakumulasi Dalam darah.
Peningkatan urea plasma menunjukkan kegagalan ginjal dalam melakukan
fungsi filtrasinya. (Vitasari Indriani 2017).
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin
diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan
sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar
yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi
ginjal. . (Vitasari Indriani 2017).
Ureum dalam darah merupakan unsur utama yang dihasilkan dari
proses penguraian protein dan senyawa kimia lain yang mengandung nitrogen.
Ureum dan produk sisa yang kaya akan nitrogen lainnya, secara normal akan
dikeluarkan dari dalam pembuluh darah melalui ginjal, sehingga peningkatan
kadar ureum dapat menunjukan terjadinya kegagalan fungsi ginjal. (A
Suryawan 2016).
Kadar ureum dalam darah mencerminkan keseimbangan antara
produksi dan eksresi urea. Kadar ureum dalam darah mempunyai nilai rujukan
normal yaitu 20-40 mg/dL. Bila kadar ureum darah tinggi maka disebut
uremia. Sumber protein tinggi dalam makanan dapat dijumpai pada telur,
susu, daging, semua jenis kacang-kacangan termasuk olahannya seperti tempe
dan tahu yang juga menjadi pemicu peningkatan kadar urea dalam darah,
sementara penurunan kadar ureum dapat disebabkan oleh hypervolemia
(overhidrasi), kerusakan hati yang berat, diet rendah protein, malnutrisi,
kehamilan dan penambahan cairan glukosa intravena yang lama dan juga
konsumsi obat fenotiazin. (A Suryawan 2016).
walaupun tidak berhubungan secara langsung, ureum dapat
dihubungkan dengan fungsi ginjal dan masih digunakan untuk menghitung
laju filtrasi glomerulus. Nilai ureum yang meningkat menunjukkan penurunan
fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan meningkatkan faktor
risiko,penyakit kardiovaskular seperti peningkatan kadar homosistein, stres
oksidatif, partikel kolesterol, serta remodeling ventrikel. (A Suryawan 2016).
Ureum dan kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan
fungsi ginjal masih normal, sementara kreatinin merupakan metabolisme
endogen yang berguna untuk menilai fungsi glomerulus. Kreatinin diproduksi
dalam jumlah yang sama dan diekskresikan melalui urine setiap hari, dengan
nilai normal kreatinin <1,5mg/dl ureum merupakan produk nitrogen yang
dikeluarkan ginjal berasal dari diet protein penderita gagal ginjal, kadar ureum
serum memberiksn gambaran tanda paling baik untuk timbulnya ureum toksik
danm merupakan gejala yang dapat dideteksi dibandingkan kreatinin. (A
Suryawan 2016).
Peningkatan kadar ureum darah bergantung pada tingkat kerusakan
LFG. Pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan tapi
sudah terjadi peningkatan kada urea dan kreatinin serum. Pada LFG 30%,
mulai terjadi keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan
kurang, dan penurunan berat badan Pada LFG <30% pasien memperlihatkan
gejala dan tanda uremia yang nyata, seperti anemia, peningkatan tekanan
darah, mual dan sebagainya, sedangkan pada LFG 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi
yang lebih serius antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Beberapa
komplikasi yang manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal
yang terjadi antara. (rendem 2016).
Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari
makanan. Orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein,
biasanya kadar ureumnya berada diatas rentang normal, sedangkan kadar
ureum yang rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan
rendahnya protein dalam asupan makanan, namun bila kadarnya sangat
rendah bisa mengindikasikan penyakit ungsi hati yang berat (rendem 2016).
Kadar ureum bertambah dengan bertambahnya usia, walaupun tanpa
penyakit ginjal, bila ginjal rusak atau kurang baik fungsinya, maka kadar
ureum akan meningkat dan meracuni sel-sel tubuh. Meningkatnya kadar
ureum didalam darah dinamai uremia, batas normal ureum 10-50 mg/dl
Kadar ureum banyak dipengaruhi oleh faktor ekstra renal. Hal-hal
yang dapat
meningkatkan kadar ureum antara lain adalah:
1. Asupan makanan tinggi protein.
2. Peningkatan katabolisme protein misalnya akibat infeksi, uka
bakar, obat kortikosteroid. (rendem 2016)

GAMBAR

(R. Kerja) (Urea 0,4 g/l) (Urea 30mL)


Pemeriksaan Nilai Normal Pria dan
wanita
Pria 14-39 mg/Dl

Wanita 12-33mg/dL
BAB III
METODE PRAKTIKUM
WAKTU DAN TEMPAT
a. Waktu
Adapun waktu yang digunakan pada praktikum kali ini
Yaitu:
Hari : Selasa
Tanggal : 02 Oktober 2021
Pukul : 08-11 WITA
b. Tempat
Adapun tempat dilaksanakan praktikum Bakteriologi di Laboratorium
Mikrobiologi DIV Analisis Kesehatan Lantai 1 Gedung Di Universitas
Megarezky Makassar
CARA KERJA
1. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 5℃
2. Diukur absorbansi pada panjang gelombang 52nm dengan reagen blanko
standar, standar test,
3. Di pipet masing-masing kedalam tabung.

Standar Sampel
Reagen 1 ml 1000 ml
Standar 10 ml _
Spesimen _ 10 ml
Metode:
1. Metode pemeriksaan ureum adalah enzimatik (glutamat
dehidrogenase)

2. pemeriksaan kreatinin menggunakan metode kolorimetri (Jaffe).


ALAT DAN BAHAN
a. Serum
b. Spektofotometer/photometer 5010
c. Tabung reaksi
d. Micropipete 100 µ
e. Micropipette 10 µ
f. Sallow tip
g. Tisu
h. Mixter shaker
i. Rak tabung reaksi
j. Reagen ureum
k. Blue tip
 Reagen RI
 Reagen R2
 Reagen R3 (Enzyem)
PEMERIKSAAN BUN (Blood Irea Nitrogen)
A. Metode
Metode yang digunakan adalah enzimatik UV Test (Urea-GLDH)
B. Prisip
Reaksi Ezimatis:
Urea +2H20 Urease 2NH4+ HCO3
2-Oxoglutart + NH4+ NADI GLDH L-glutamate + NAD+ H2O
C. Alat dan Bahan
a. Alat:
- Yellow tip
- White tip
- Mikropipet
- Spektofotometer ERBA
- Pipet ukur 1 ml
- Stopwatch
- Tabung serologi
- Beaker gelas
b. Bahan
- Aquadest
- Reagen diasys urean FS monoreagen (dibust dengan mencampurkan4
bagian RI dengan 1 bagian R2 (20 ml R1+ 5 ml R2).
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu
ruang
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko, stsndar,
test.
3. Dipepet masing-masing kedalam tabung:
Blanko Standar Sampel
Aquadest 5 µl - -
Standar - 5 µl -
Sampel - - 5 µl
Monoregent 500 µl 5000 µl 500 µl
4. Campuran dihomegenkan, lalu diinkubasi selama 1menit pada suhu 255℃
5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektofotometer pada panjang
gelombang 340 nm.
6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar urea pada sampel.

CARA PERSIAPAN REAGEN


1. Petugas Menyiapkan Tabung Reaksi Untuk Reagen Kerja Enzymeria
2. Petugas Menambah 10µreagen Ri Pada Tabung Reaksi
3. Petugas Menambahkan 10 µ Reagen R3 pada tabung tersebut
4. Petugas Mencampur Laritan Hingga Homogeny Dengn Menggunakan
Mixer Shaker.
5. petugas mengambil sejumlah 100 µ reagen kerja enzyme ria dan meletakan pada
tabung baru
6. petugas menambahkan 10 µ serum sampel pada tabung reaksi tersebut
7. petugas mencampur larutan hingga homogen menggunakan mixer shaker.
8. petugas menginkubasi atau memberikan campuran bereaksi sempurna
selama 5 menit pada temperature 20-25℃ atau 3 menit pada temperature
37℃
9. petugas menambahkan reagen R2 pada tabung reaksi tersebut
10. petugas mencampur larutan hingga homogeny dengan menggunakan
mixer shaker.
11. Petugas menginkubasi atau memberikan campuran bereaksi sempuma
selama 10 menit pada temperature 20-25-℃ atau 5 menit pada
temperature 37℃.petugas membaca hasil photometer 5010
12. Petugas membaca hasil pemeriksaan yang tertera pada alat pemeriksaan
13. Petugas melakukan pencatatan hasil pemeriksaan.
ENJELASAN JENIS SAMPEL
Unit analisis pada penelitian ini adalah kadar ureum dan kreatinin
serum.

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada Praktikum Kimia Klinik III Yang Di Laksanakan Pada
Hari, Selasa Tanggal 02 November 2021. Bertempat Di Laboratorium
Patologi Klinik DIV Teknologi Laboratorium Medis Lantai 2 Gedung D
Universitas Megarezky Makassar.

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui


pemeriksaan ureum, dan yang pertama-tama Diinkubasi selama 5 menit pada
suhu 5℃ Diukur absorbansi pada panjang gelombang 52nm dengan reagen
blanko Warna aakan stabil dalam waktu 30 menit.

ada beberapa faktor-faktor yang bisa menyebabkan kadar ureum tinggi, antara lain

 Konsumsi makanan berprotein tinggi yang berlebihan.


 Dehidrasi berat.
 Sumbatan pada saluran kemih.
 Penyakit gagal ginjal.
 Nefropati diabetik.
 Luka bakar berat.
 Pendarahan di dalam saluran cerna.
 Konsumsi antibiotik tertentu.

Uruem adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan didistribusikan melalui cairan intraseluler dan
ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian difiltrasi oleh glomerulus dan
sebagian direabsorbsi pada keadaan dimana urin terganggu

Ureum merupakan zat sisa dari pemecahan protein dan asam amino di
dalam hati. Kadar ureum dapat diukur melalui tes blood urea nitrogen (BUN).
Batas normal kadar ureum dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme


yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal
berfungsi menyaring sisa hasil metabolisme (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Untuk mengetahui
fungsi ginjal, biasanya dinilai kadar kreatinin, ureum, dan hasil analisa urine.
Kreatinin adalah hasil produk akhir kreatin. Ureum adalah hasil metabolisme
protein dalam tubuh. Kedua zat ini dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Bila
terjadi gangguan atau kerusakan pada ginjal, kadar zat ini dapat meningkat

membutuhkan inkubasi di luar alat, melainkan inkubasi langsung di dalam


alat. Jadi, dipastikan terlebih dahulu spektrofotometer dalam keadaan siap
untuk menjalankan prosedur pemeriksaan sebelum mencampurkan sampel
dengan reagen. Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan ureum pada
pasien atas nama Dina. Nilai absorbansi yang diperoleh pada saat pengukuran
larutan standar dan sampel berturut-turut adalah 0,042 dan 0,229 dengan
konsentrasi standard dan sampel berturut-turut adalah 42,8 mg/dl dan 233,4
mg/dl. Nilai normal kadar ureum wanita dewasa adalah 0,6 s.d. 1,1 mg/dl.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar ureum darah pasien meningkat. Adapun
masalah klinis pemeriksaan kadar ureum adalah sebagai berikut. Peningkatan
Kadar Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada
peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea,
kreatinin, asam urat).

Penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan umumnya


bersifat irreversible ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi.
Kenaikan plasma kreatinin 1-2 mg/dl dari normal menandakan penurunan
LFG (Laju Filtrasi Ginjal) ±50%. Asupan protein yang tinggi diketahui dapat
meningkatkan aliran darah ginjal dan LFG. Ureum berasal dari penguraian
protein terutama protein yang berasal dari makanan, oleh karena itu ureum
dipengaruhi jumlah protein dalam diet. (Hampir seluruh ureum dibentuk di
dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino) terutama yang berasal dari
makanan. Urea berdifusi bebas masuk ke alam cairan intra sel dan ekstrasel.
Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan
nitrogen yang stabil, sekitar 25gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar
dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.
Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum. Dikumpulkan 3-5 ml
darah vena pada tabung bertutup merah, hindari hemolisis. Dicentrifuge darah
kemudian pisahkan serum-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan untuk
puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk
mengurangi pengaruh diet terhadap hasil laboratorium. Pada praktikum ini,
diukur kadar ureum menggunakan spektrofotometer dengan reagen Erba.
Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kinetik enzimatik. Pengukuran
berdasarkan atas reaksi enzimatik yang memanfaatkan enzim urease yang
sangat spesifik terhadap urea. Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Diambil 2 tabung serologis, lalu diisi dengan reagent
sebanyak 500 μL kemudian ditambahkan secara berturut-turut larutan standar,
dan sampel sebanyak 5 μL. Dalam proses pemipetan diusahakan agar tidak
timbul gelembung udara dan harus menggunakan tip yang bersih.
Penambahan larutan standard dan sampel dilakukan sesaat sebelum larutan

BAB V
HASIL PERCOBAAN
Pada praktikum pemeriksaan asam urat terhadap kelompok 1 dan 2
dapat memperoleh hasil ureum sebagai berikut:
N0 Nama Kelompok Hasil
1 Kelompok 2 2C: 1. 8m/ dl
2A: O.143A
2 Kelompok 3 3C: 3mg/ dL
3A D-value:0.0110A

DAFTAR PUSTAKA
Vitasari Indriani (2017) Hubungan Antara Kadar Ureum, Kreatinin Dan Klirens
Kreatinin Dengan
A Suryawan (2016) Proteinuria Pada Penderita DiabetesMellitus Gambaran Kadar
Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Pasien
Rendem 2016 Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rsud
Sanjiwani Gianyar

Anda mungkin juga menyukai