PEMERIKSAAN ALBUMIN
Disusun oleh:
RIZKY DEWI PRABANDARI
151910113021
KELOMPOK 4
LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII-TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Absorbansi dibaca
menggunakan fotometer
pada panjang gelombang
546 dengan metode
endpoint.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Berikut adalah hasil praktikum pengukuran kadar albumin dalam serum menggunakan
fotometer program endpoint metode BCG dengan panjang gelombang 546nm:
Sedangkan untuk presisinya dinyatakan dalam kofisien variasi (KV). Joyce (2007)
mengatakan bahwa semakin dekat nilai standart deviasi dengan 0 (nol) maka hasilnya akan semakin
baik. Rumus untuk menghitung presisi yakni:
𝑿𝟏+𝑿𝟐 𝟒,𝟎+𝟑,𝟔
𝑿= => 𝑿= =3,8
𝟐 𝟐
b. Standart Deviasi
SD = 0,08
KV = 0,02%
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa presisi antara sample pertama
dengan sample kedua sangat baik, karena nilai SD dan KV mendekati angka nol (0).
Gambar 3.1.1
Nilai standart hasil praktikum albumin
Gambar 3.1.2
Hasil sample pertama praktikum albumin
Gambar 3.1.3
Hasil sample kedua praktikum albumin
3.2 Pembahasan
Prinsip pemeriksaan kadar albumin yakni dengan penambahan Brom Cresol Green (BCG)
pada pH 4,1 dengan buffer sitrat, maka indikator yang semula berwarna kuning akan menjadi warna
hijau biru. Intensitas warna yang terbentuk akan sebanding dengan kadar albumin dalam sample
(Doumnas dan Peters, 2009).
Reaksi yang terjadi:
Menurut Mohri et al. (2006) sample yang dapat digunakan untuk uji albumin adalah plasma
heparin, plasma EDTA atau serum. Pada praktikum yang kami lakukan, sample yang digunakan
adalah serum. Serum adalah cairan bening yang dipisahkan dari sel-sel darah menggunakan sentrifus
dan sudah tidak mengandung fibrinogen. Namun untuk sample plasma heparin dan plasma EDTA
kurang dianjurkan, karena dapat mengakibatkan hasil pemeriksaan yang sedikit lebih rendah
daripada jika menggunakan serum.
Pemeriksaan albumin menggunakan panjang gelombang 546nm karena pada pengukuran
albumin terbentuk intersintas warna yakni hijau kebiruan, sehingga digunakan panjang
gelombang yang termasuk ke dalam daerah visible. Berdasarkan uji praktikum yang telah kami
lakukan, didapatkan hasil absorbansi sample 1 adalah 4,0 g/dL dan absorbansi sample kedua adalah
3,6 g/dL, hal ini menunjukkan bahwa kadar albumin dalam sample serum probandus ada dalam
range nilai normal yakni 3.5 – 5.2 g/dL. Presisi antara sample pertama dengan sample kedua sangat
baik, karena nilai SD dan KV mendekati angka nol (0).
Pada pemeriksaan albumin tidak terdapat interferens bilirubin sampai kadar 40 mg/dL,
asam askorbat sampai kadar 30 mg/dL, lipemia sampai kadar 500 mg/dL, dan hemoglobin sampai
kadar 400 mg/dL. Jika didapatkan hasil terlampau tinggi pada kadar-kadar tersebut maka dapat
mengakibatkan hasil tinggi palsu pada pemeriksaan albumin.
BAB IV
KESIMPULAN
Albumin adalah protein dengan konsentrasi tertinggi dalam plasma manusia, larut dalam
air dan mengendap pada pemanasan. Pemeriksaan albumin digunakan sebagai uji fungsi
sintesis hati. Hipoalbuminemia yakni terjadi penurunan kadar albumin serum yang abnormal.
Hiperalbuminemia disebabkan oleh tubuh yang mengalami dehidrasi sehingga albumin
meningkat untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Kadar albumin dapat
dijadikan sebagai penanda perjalanan penyakit dalam tubuh.
Berdasarkan uji praktikum yang telah kami lakukan, didapatkan hasil absorbansi sample
1 adalah 4,0 g/dL sedangkan absorbansi sample kedua adalah 3,6 g/dL, hal ini menunjukkan
bahwa kadar albumin dalam sample serum probandus ada dalam range nilai normal yakni 3.5
– 5.2 g/dL. Presisi antara sample pertama dengan sample kedua sangat baik, karena nilai SD
dan KV mendekati angka nol (0).
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Doumas B. T., Peters, T. Jr. 2009. Origin of dye-binding methods for measuring serum albumin.
J Clin Chem. 55(3):583-584
Ilmiah, M., Anniwati, L., & Soehartini, S. (2018). Metode Bromcresol Green (Bcg) Dan
Bromcresol Purple (Bcp) Pada Sirosis Hati Yang Mendapat Infus Albumin. Indonesian
Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 20(2), 73.
https://doi.org/10.24293/ijcpml.v20i2.1070
Indrawati, A., & Syarif, J. (2019). Gambaran Kadar Albumin Darah Pada Usia Lanjut Yang
Tinggal Di Jalan Bung Lorong 10 Kecamatan Tamalanrea Makassar. Jurnal Media
Laboran, 9(2), 44–48.
Kurdanti, W., Hadi, H., & Susetyowati, S. (2004). Hubungan antara Kadar Serum Albumin Awal
dengan Lama Rawat Inap dan Status Pulang Pasien Dewasa di Rumah Sakit. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 1(1), 19. https://doi.org/10.22146/ijcn.15356
Lipemik, S. (n.d.). Perbedaan Kadar Albumin pada Serum Lipemik dengan dan Tanpa
Penambahan FlokulanGgamma-Siklodekstrin Inkubasi 23°C. Poltekkes Kemenkes
Yogyakrta email : rizalimaulana97@gmail.com the differences of albumin levels on lipemic
serum with and without adding f
Mohri, M., Shakeri, S., Zadeh, L. 2006. Effects of Common Anticoagulant on Routine Plasma
Biochemistry of Cattle. Comp Clin Pathol 2007;16:207-209