Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK II

disusun oleh:
ALLIFIA AFINI WULANDARI
152110113072

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
BAB I PENDAHULUAN
1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Albumin
2. Tujuan Praktikum : Praktikum ini beertujuan u tuk menentukan kadar albumin
dalam serum atau plasma dengan sistem fotometer.
3. Dasar Teori : Serum albumin dapat mengalami perubahan warna dengan
keberadaan reagem bromocresol hijau dalam kondisi sedikit asam. Serum albumin
mengalami perubahan warna dari kuning kehijauan sampai hijau kebiruan.

BAB II METODE PENELITIAN


1. Waktu dan Tempat Praktikum: Selasa, 19 September 2023 di Laboratorium
Hematologi Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang digunakan
anatara lain aquades, larutan standart albumin, reagen albumin dengan komposisi
buffer sitrat oH 4.2 30 mmol/L dan bromocresol 0.26 mmol/L. Kemudian dibaca
absorbansinya menggunakan fotometer.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar
albumin adalah serum.
4. Cara Kerja

Diinkubasi pada
Disiapkan 4 tabung Diisikan masing-
waterbath dengan
serta diberi label masing tabung sesuai
suhu 37°C selama 10
untuk identitas dengan ketentuan
menit

Setelah inkubasi Sambil menunggu


selesai dilanjutkan inkubasi selesai,
dibaca dengan alat disiapkan setting alat
fotometer pada fotometer

 Ketentuan isi tabung :


a. Tabung blanko : Aquades 10 μl + Reagen 1000 μl
b. Tabung standart : Larutan standart trigliserida 10 μl + Reagen 1000 μl
c. Tabung sampel : Sampel 10 μl + Reagen 1000 μl
 Rentang Referensi
- Normal : 3.5 – 5.2 g/dL
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan
Hasil praktikum pemeriksaan kadar albumin yang dilakukan menunjukkan
hasil pada sampel satu adalah 8.5 mg/dL dan pada sampel dua adalah 8.4mg/dL. Dari
praktikum yang dilakukan menunjukkan hasil presisi yang baik, sedangkan untuk
akurasi nilai yang didapat di atas batas normal. Hasil tidak normal bisa dipengaruhi
oleh pemipetan, sampel serum yang sudah lama dan kadar albumin dalam tubuh orang
tersebut tinggi.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar

Gambar Interpretasi Hasil


- Sampel 1

8.5 g/dL

- Sampel 2

8.4 g/dL

3.
Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka lain
Albmin merupakan protein terbanyak dalam serum, presentasenya kurang
lebih 55,2% dalam serum. Konsentrasi albumin termasuk yang paling tinggi
dibandingkan dengan protein lain dengan berat molekulnya 66,4 kDa lebih rendah
dari globulin serum yaitu 147 kDa (Purba, 2020). Albumin dalam tubuh berperan
untuk pengikatan dan transpor protein zat-zat di dalam plasma, sebagai kontributor
utama untuk menjaga tekanan osmotik plasma dan juga berperan dalam pengikatan
dan pengangkutan senyawa endogen eksogen termasuk zat-zat gizi. Secara umum
albumin di dalam tubuh mempertahankan tekanan onkotik plasma, peranan albumin
terhadap tekanan onkotik plasma mencapai 80% yaitu 25 mmHg (Safitri, 2022).
Pengukuran kadar albumin di dalam tubuh dilakukan untuk mendiagnosis dan
memantau penyakit liver seperti chirrhosis. Kadar albumin dalam tubuh juga
menggambarkan kesehatan dan keseimbangan nutrisi dari individu sehingga
digunakan untuk mendeteksi adanya malnutrisi dan untuk dugaan awal pada pasien
lanjut usia.
Perubahan konsentrasi albumin serum biasanya terjadi dalam bentuk
penurunan (hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia merupakan rendahnya kadar
albumin didalam darah akibat abnormalitas. Hipoalbuminemia menggambarkan
pasokan asam amino yang tidak memadai dari protein, sehingga menggangu sintesis
albumin serta protein lain oleh hati. Hipoalbuminemia dapat memunculkan
terbentuknya edema karena gerakan air keluar dari ruang vaskular dan masuk ke
ruang interstitial (Suriani, 2021). Berbagai keadaan dapat menyebabkan
hypoalbuminemia, yang pertama hypoalbuminemia disebabkan oleh kurangnya
ketersediaan bahan mentah sintesis protein, yang kedua hypoalbuminemia disebabkan
oleh gangguan tempat sintesis, yaitu organ hati. Yang ketiga, hypoalbuminemia
disebabkan oleh terjadinya kehilangan albumin melalui alat pembuangan atau
ekskresi (Suriani, 2021).
Dalam proses pengendalian mutu dilaboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan pada proses
pra-analitik dapat memberikan konstribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium,sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pra-analitik ekstra
laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi
persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. Pada proses pemeriksaan yang
melalui banyak tahapan, dapat pula memberikan kemungkinan keselahan yang terjadi
lebih besar dibandingkan proses pemeriksaan yang lebih sedikit tahapan yang dilalui
(Melati, 2021). Presisi (ketelitian) adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang
sama pada setiap pengulangan pemeriksaan. Akurasi (ketepatan) adalah kesesuaian
antara hasil pemeriksaan dengan true value yang tidak harus selalu sama rentangnya
karena ada nilai rentang yang dapat digunakan sebagai standar. Uji ketepatan dapat
digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik.

BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar albumin yang telah dilakukan,
diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 8.5 g/dL dan
pada sampel 2 menunjukkan kadar 8.4 g/dL.

DAFTAR PUSTAKA
Melati, F.D.P., Widiany, F.L. and Inayah, I., 2021. Asupan Lemak Jenuh dengan
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein pada Lansia
Hiperkolesterolemia. JURNAL NUTRISIA, 23(1), pp.44-51
Purba, H., Purba, S.K.R. and Napitupulu, L., 2020. Pemeriksaan Kadar Albumin
Pada Pasien Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Yang Rawat Inap Di
Rumah Sakit Adam Malik. The Indonesian Journal of Medical
Laboratory, 1(1), pp.19-25.
Safitri, A. and Gayatri, S.W., 2022. Hubungan Antara Kadar Albumin Serum dan
Tingkat Kecukupan Protein Ibu Hamil. UMI Medical Journal, 7(1), pp.20-
25.
Suriani, E., Permatasari, R. and Yusnita, W., 2021. Kadar Albumin Serum Dan
Protein Urine Pada Anak Penderita Sindrom Nefrotik. In PROSIDING
SEMINAR KESEHATAN PERINTIS (Vol. 4, No. 2, pp. 80-83).
BAB I PENDAHULUAN
1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar SGOT
2. TujuanPraktikum : Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar SGOT
dalam serum pada sistem fotometer.
3. Dasar Teori :
BAB II METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Praktikum: Selasa, 19 September 2023 di Laboratorium
Hematologi Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi, mikropipet
beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang dibutuhkan adalah
aquades, larutan standart, reagen 1 dengan komposisi tris pH 7.65 80 mmol/L, l-
aspartat 240 mmol/L, LDH (Laktat Dehidrogenase >900 U/L dan reagen 2 dengan
komposisi 2-oksoglutarat 12 mmol/L dan NADH 0.18 mmol/L.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar
SGOT adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen R1 : R2 = 4 : 1

Disiapkan 2 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 800μl +
monoreagen R2 200 μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar Total Protein

Diisikan masing- Diinkubasi pada


Disiapkan 2 tabung waterbath dengan
masing tabung sesuai
untuk sampel suhu 37°C selama 1
dengan ketentuan
menit

Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
 /Ketentuan isi tabung :
a. Tabung sampel : Sampel 100 μl + Monoreagen 1000 μl
 Rentang Referensi
- Normal perempuan : <31
- Normal laki-laki : <35

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan
Hasil praktikum pemeriksaan kadar SGOT yang dilakukan menunjukkan hasil
pada sampel satu adalah 22 U/L dan pada sampel dua adalah 19 U/L. Dari praktikum
yang dilakukan menunjukkan hasil presisi dan akurasi baik.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar
Gambar Interpretasi Hasil
- Sampel 1

22 U/L

- Sampel 2

19 U/L

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Aspartat Aminotransferase (ASAT/AST) pada awalnya dikenal dengan nama
Glutamat Oksalat Transaminase merupakan enzim dari kelompok enzim
aminotransferase atau transaminase. Enzim transminase merupakan enzim yang
mengkatalisis konversi dari asam amino α-keto menjadi asam amino melalui transfer
gugus amino. ASAT merupakan salah satu enzim yang dijumpai dalam otot jantung
dan hati. Enzim ini ditemukan dalam konsentrasi sedang pada otot rangka, ginjal dan
pankreas. ASAT akan meningkat tajam pada penyakit hepatobiliari. Meningkatnya
kadar ASAT juga dikaitkan dengan kerusakan hati atau otot skeletal atau liver.
Pemeriksaan untuk fungsi hati biasanya tidak menentukan etiologi pasti penyakit hati.
Pemeriksaan ini hanya sebagai petunjuk apakah hati normal/sakit, dan apabila sakit,
seberapa luas dan berat penyakitnya
Hati sangat rentan terjadi kerusakan karena penyakit infeksi, virus, atau
paparan senyawa kimia berupa radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Organ hati
memiliki kapasitas yang tinggi dalam mengikat bahan kimia sehingga bahan kimia
lebih banyak terkonsentrasi pada organ hepar jika dibandingkan dengan organ
lainnya. Kerusakan pada hati akan menyebabkan enzim hati lepas ke aliran darah
sehingga kadar enzim hati meningkat dalam darah dan menandakan adanya gangguan
fungsi hati. SGPT dan SGOT merupakan enzim yang keberadaan dan kadarnya dalam
darah digunakan sebagai penanda gagal hati. Enzim ini biasanya terdapat pada sel
hati. Kerusakan hati melepaskan enzim hati ini ke dalam aliran darah, menyebabkan
kadarnya dalam darah meningkat, menunjukkan disfungsi hati. Peningkatan SGOT
tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel hati, sehingga diperlukan
pemeriksaan SGPT untuk menunjang diagnosa. Jika kedua enzim ini meningkat,
maka sudah dapat dipastikan adanya kerusakan pada sel hati
Dalam proses pengendalian mutu dilaboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan pada proses
pra-analitik dapat memberikan konstribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium,sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pra-analitik ekstra
laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi
persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. Pada proses pemeriksaan yang
melalui banyak tahapan, dapat pula memberikan kemungkinan keselahan yang terjadi
lebih besar dibandingkan proses pemeriksaan yang lebih sedikit tahapan yang dilalui
(Melati, 2021). Presisi (ketelitian) adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang
sama pada setiap pengulangan pemeriksaan. Akurasi (ketepatan) adalah kesesuaian
antara hasil pemeriksaan dengan true value yang tidak harus selalu sama rentangnya
karena ada nilai rentang yang dapat digunakan sebagai standar. Uji ketepatan dapat
digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik.

BAB IV KESIMPULLAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar SGOT yang telah dilakukan,
diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 22 U/L dan
pada sampel 2 menunjukkan kadar 19 U/L.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, K., Agritubella, S.M. and Meisa, H.R., 2023. Serum Glutamc Oxaloacetic
Transaminase (SGOT) and Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT) Values in Alcohol Drinkers. Jurnal Ilmu Kesehatan Mandira
Cendikia, 2(6), pp.33-38.
Melati, F.D.P., Widiany, F.L. and Inayah, I., 2021. Asupan Lemak Jenuh dengan
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein pada Lansia
Hiperkolesterolemia. JURNAL NUTRISIA, 23(1), pp.44-51
Muhammadong, M. and Rahmawati, R., 2022. Analisis Kadar Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutmic Pyruvic
Transaminase (SGPT) pada Petugas Berisiko Tinggi. Jurnal Keperawatan
Profesional (KEPO), 3(2), pp.131-137.
Rampa, E., Sinaga, H. and Putri, N., 2021. Pemeriksaan SGOT, SGPT Dan Jumlah
Leukosit Pada Penderita Dm Di Rsud Wamena Kabupaten Jayawijaya
Papua. Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS), 8(1), pp.17-21.
BAB I PENDAHULUAN
1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar SGPT
2. Tujuan Praktikum : Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar SGOT
dalam serum pada sistem fotometer.
3. Dasar Teori :

BAB II METODE PENELITIAN


1. Waktu dan Tempat Praktikum: Rabu, 20 September 2023 di Laboratorium
Hematologi Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi, fotometer,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang dibutuhkan
adalah aquades, larutan standart, reagen 1 dengan komposisi tris pH 7.65 80 mmol/L,
l-aspartat 240 mmol/L, LDH (Laktat Dehidrogenase >900 U/L dan reagen 2 dengan
komposisi 2-oksoglutarat 12 mmol/L dan NADH 0.18 mmol/L.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar
SGPT adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen R1 : R2 = 4 : 1

Disiapkan 2 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 800μl +
monoreagen R2 200 μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar Total Protein

Diisikan masing- Diinkubasi pada


Disiapkan 2 tabung waterbath dengan
masing tabung sesuai
untuk sampel suhu 37°C selama 1
dengan ketentuan
menit

Dibaca absorbansinya
 Ketentuan isi tabung : satu-satu
a. Tabung sampel : Sampel 100 μl + Monoreagen 1000 μl menggunakan
 Rentang Referensi fotometer
- Normal Perempuan : <31
- Normal laki=laki : <41

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan
Hasil praktikum pemeriksaan kadar SGPT yang dilakukan menunjukkan hasil
pada sampel satu adalah 8 U/L dan pada sampel dua adalah 9 U/L. Dari praktikum
yang dilakukan menunjukkan hasil presisi dan akurasi baik.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar
Gambar Interpretasi Hasil
- Sampel 1

8 U/L

- Sampel 2

9 U/L

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Alanin aminotransferase (ALAT/ALT) pada awalnya dikenal dengan nama Glutamat
Piruvat transaminase (GPT) merupakan enzim dari kelompok enzim aminotransferase
atau transaminase. Transaminase merupakan enzim dari kelompok enzim
aminotransferase atau transaminase. Enzim transminase merupakan enzim yang
mengkatalisis konversi dari asam amino α-keto menjadi asam amino melalui transfer
gugus amino. SGPT memiliki spesifitas yang relatif tinggi untuk kerusakan hati.
SGPT merupakan suatu jaringan yang terdapat pada jaringan hati yang secara efektif
dalam mendiagnosis kerusakan pada sel hati. Ketika sel hati mengalami kerusakan
akibat virus, alkohol, obat-obatan atau gangguan hati lainnya akan terjadi pengeluaran
enzim SGPT dari sel hati ke dalam darah. Semakin berat kerusakan pada hati maka
semakin tinggi pula Enzim Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) dari dalam
sel hati kedalam darah. Aktifitas SGPT didalam hati dapat dideteksi meskipun dalam
jumlah sangat kecil.
Hati sangat rentan terjadi kerusakan karena penyakit infeksi, virus, atau
paparan senyawa kimia berupa radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Organ hati
memiliki kapasitas yang tinggi dalam mengikat bahan kimia sehingga bahan kimia
lebih banyak terkonsentrasi pada organ hepar jika dibandingkan dengan organ
lainnya. Kerusakan pada hati akan menyebabkan enzim hati lepas ke aliran darah
sehingga kadar enzim hati meningkat dalam darah dan menandakan adanya gangguan
fungsi hati. SGPT dan SGOT merupakan enzim yang keberadaan dan kadarnya dalam
darah digunakan sebagai penanda gagal hati. Enzim ini biasanya terdapat pada sel
hati. Kerusakan hati melepaskan enzim hati ini ke dalam aliran darah, menyebabkan
kadarnya dalam darah meningkat, menunjukkan disfungsi hati. Peningkatan SGOT
tidak selalu menunjukkan adanya kelainan di sel hati, sehingga diperlukan
pemeriksaan SGPT untuk menunjang diagnosa. Jika kedua enzim ini meningkat,
maka sudah dapat dipastikan adanya kerusakan pada sel hati
Dalam proses pengendalian mutu dilaboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan pada proses
pra-analitik dapat memberikan konstribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium,sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pra-analitik ekstra
laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi
persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. Pada proses pemeriksaan yang
melalui banyak tahapan, dapat pula memberikan kemungkinan keselahan yang terjadi
lebih besar dibandingkan proses pemeriksaan yang lebih sedikit tahapan yang dilalui
(Melati, 2021). Presisi (ketelitian) adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang
sama pada setiap pengulangan pemeriksaan. Akurasi (ketepatan) adalah kesesuaian
antara hasil pemeriksaan dengan true value yang tidak harus selalu sama rentangnya
karena ada nilai rentang yang dapat digunakan sebagai standar. Uji ketepatan dapat
digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik.

BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar SGPT yang telah dilakukan,
diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 22 U/L dan
pada sampel 2 menunjukkan kadar 19 U/L.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, K., Agritubella, S.M. and Meisa, H.R., 2023. Serum Glutamc Oxaloacetic
Transaminase (SGOT) and Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT) Values in Alcohol Drinkers. Jurnal Ilmu Kesehatan Mandira
Cendikia, 2(6), pp.33-38.
Melati, F.D.P., Widiany, F.L. and Inayah, I., 2021. Asupan Lemak Jenuh dengan
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein pada Lansia
Hiperkolesterolemia. JURNAL NUTRISIA, 23(1), pp.44-51
Muhammadong, M. and Rahmawati, R., 2022. Analisis Kadar Serum Glutamic
Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutmic Pyruvic
Transaminase (SGPT) pada Petugas Berisiko Tinggi. Jurnal Keperawatan
Profesional (KEPO), 3(2), pp.131-137.
Rampa, E., Sinaga, H. and Putri, N., 2021. Pemeriksaan SGOT, SGPT Dan
Jumlah Leukosit Pada Penderita Dm Di Rsud Wamena Kabupaten
Jayawijaya Papua. Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS), 8(1),
pp.17-21.

Anda mungkin juga menyukai