Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KIMIA KLINIK II

“PEMERIKSAAN AMILASE”

Disusun Oleh :
NELLY DWI PRAJATIWI
151710113042
KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Pemeriksaan kadar amilase
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui kadar amilase pada sampel serum dengan sistem fotometer.
1.3 Dasar Teori
Amilase merupakan enzim yang berasal dari pankreas, kelenjar ludah, dan
hepar. Enzim amilase berperan mengubah zat tepung menjadi gula. Pada
pankreatitis akut, kadar amilase serum meningkat menjadi dua kali lipat kadar
normalnya. Peningkatan kadar amilase dimulai 2 sampai 12 jam setelah
makan, dan memuncak dalam 20 sampai 30 jam, kembali normal dalam 2
sampai 4 hari. Pankreatitis akut sering dikaitkan dengan inflamasi, nyeri yang
berat, dan nekrosis akibat enzim pencernaan (termasuk amilase) yang keluar
ke jaringan di sekitarnya. (Aiyer, 2005).
Enzim amilase dihasilkan oleh sejumlah organ, seperti kelenjar liur,
kelenjar pancreas, kelenjar air mata, kelenjar prostat, cairan semen, testis,
ovarium, tuba faloppi, uterus, paru-paru, susu, otot lurik dan jaringan lemak.
Peningkatan kadar amilase serum dapat terjadi setelah pembedahan abdomen
yang mengenai kandung empedu (batu atau saluran empedu) dan lambung
(gastrektomi parsial). Setelah pembedahan abdomen, dokter bedah mungkin
menganjurkan pemeriksaan amilase serum secara rutin selama 2 hari untuk
memastikan apakah pankreas mengalami cedera. (Aiyer, 2005).
Selain kadar amilase serum, kadar amilase urine juga sangat membantu
untuk menetapkan signifikansi kadar amilase serum apakah normal atau
sedikit meningkat, terutama jika pasien menunjukkan gejala pankreatitis.
Kadar amilase juga dapat diperoleh dari cairan abdomen, cairan asites, efusi
pleura, dan saliva. (Aiyer, 2005).
Ada dua jenis isoenzim amilase, jenis P (berasal dari pankreas) dan jenis S
(berasal dari saliva). Peningkatan jenis P lebih sering terjadi pada pankreatitis
akut. Penigkatan jenis S dapat terjadi akibbat parotitis, tumor ovarium dan
bronkogenik. Isoenzim amilase biasanya diperlukan untuk menentukan apakah
peningkatan kadar amilase serum berasal bukan dari pankreas. (Aiyer, 2005).
Mekanisme kerja enzim α-amilase terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap
pertama degadasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara
acak. Degadasi ini terjadi sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya
viskositas dengan cepat. Tahap kedua terjadi pembentukan glukosa dan
maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak. Keduanya merupakan kerja enzim
α-amilase pada molekul amilosa. Pada molekul amilopektin kerja α-amilase
akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri α-limit dekstrin, serta
oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih glukosa yang mengandung
ikatan α-1,6-glikosidik. (Wilkinson et al, 2012).
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu :
Selasa, 14 Mei 2019 : Pemeriksaan Amilase
Tempat : RP. Kimia Klinik, Farmako Lt. 1 Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga
2.2 Alat dan Reagen Praktikum
a. Pemeriksaan Alkaline Phosphatase
1) Fotometer
2) Waterbath
3) Mikropipet
4) Tabung serologi
5) Tip biru dan kuning
6) Microtube 1,5 ml
Reagen :
MES Buffer pH 6.0 50 mmol/L
CNPG3 2.27 mmol/L
Calcium chloride 60 mmol/L
Sodium chloride 70 mmol/L
Activator 900 mmol/L
2.3 Bahan Pemeriksaan
Bahan yang digunakan pada pemeriksaan amilase adalah serum.
2.4 Cara Kerja

25 μL 1000 μL
sampel reagen

Sampel

Inkubasi pada suhu 370c selama 1 menit

Homogenkan, baca absorbansi lagi


setelah 1,2, dan 3 menit pada fotometer
dengan panjang gelombang 405 nm. K
faktor 3178
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan Amilase


Dari hasil praktikum didapatkan :

Parameter yang diukur Hasil


Sampel 70 U/L

Pembahasan
Prinsip pemeriksaan amilase yaitu dengan bantuan enzim amilase
yang merubah 5CNPG3 menjadi 3 CNP, 2CNPG2, 3 maltotriose, dan 2
glucose. CNP (2 chloro 4 nitrophenol) yang terbentuk akan diukur dengan
panjang gelombang 405 nm dengan reaksi kinetik meningkat yaitu
berdasarkan peningkatan absorbansi per satuan waktu. (Wang, 2009).
Berikut reaksi yang terjadi :

Sampel yang digunakan pada pemeriksaan amilase yaitu serum, serum


telah dipisahkan dari sel darah merah dan zat-zat koagulan dengan cara
sentrifugasi, biasanya berwarna kuning pucat. Dalam praktikum ini yang
diambil adalah serum darah probandus, sebab pada serum terdapat zat-zat
yang akan diperiksa, sedangkan plasma hanyalah zat-zat sisa yang tidak
perlu untuk diperiksa dan tidak dapat dijadikan parameter dalam
mendiagnosa suatu penyakit. Selain itu pada serum juga tidak terdapat
faktor pembekuan fibrinogen. dimana fibrinogen ini terdapat pada plasma
atau serum yang dapat mengakibatkan pengukuran absorban meningkat 3-
5 %. Tabung yang akan digunakan pada saat pengukuran di fotometer ada
1 macam yaitu sampel. Setelah tabung diisi masing-masing reagen dan
sampel, tabung perlu diinkubasi pada suhu 370 c. Proses inkubasi
bertujuan enzim yang digunakan dalam reaksi dapat bekerja secara
optimal seperti berada pada kondisi dalam tubuh.
Reagen yang digunakan pada pemeriksaan amilase berisi MES-Buffer
(pH 6.0) 50 mmol/L, CNPG 2.27 mmol/L, Kalsium klorida 60 mmol/L,
Sodium klorida 70 mmol/L, dan Aktivator 900 mmol/L. MES buffer
berfungsi sebagai dapar yaitu untuk mempertahankan pH saat reaksi
berlangsung, sebab jika terjadi perubahan pH maka pemeriksaan enzim
metode kinetik menjadi sangat sensitif. CNPG berfungsi sebagai substrat,
dimana substrat ini akan dihidrolisis oleh enzim amilase. kalsium klorida
berguna untuk menstabilkan molekul enzim, selain itu kalsium klorida
juga berfungsi untuk mempertahankan aktivitas enzim. sodium klorida
memiliki fungsi sebagai penghomogen yaitu berguna sebagai campuran
larutan buffer dan substrat. sedangkan aktivator berguna untuk
mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya, agar reaksi yang
berlangsung menjadi lebih stabil. (Wang, 2009).
Metode fotometer yang digunakan pada pemeriksaan amilase yaitu
metode fotometer kinetik meningkat metode fotometer kinetik meningkat
(increase) yaitu suatu metode kinetik untuk pengukuran kecepatan enzim
membentuk suatu produk. pengukuran pada metode tersebut didasarkan
oleh kenaikan absorbansi per satuan waktu pada praktikum ini
menggunakan kinetik meningkat, dimana praktikum ini mengukur
kecepatan enzim untuk membentuk produk. pembacaan hasil dilakukan
pada 60 detik pertama, 60 detik kedua, dan 60 detik ketiga dengan
menggunakan panjang gelombang 405 nm sebab campuran antara serum
dan reagen tidak menghasilkan warna yang pekat atau tidak menunjukkan
perubahan intensitas warna yang signifikan. pada praktikum ini yang
dibaca adalah produknya yaitu CNP.
Prinsip dari fotometer yaitu jika suatu molekul dikenai suatu radiasi
elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi molekul
tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa
penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Banyaknya sinar yang
diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya
molekul yang menyerap radiasi, sehingga spectra absorpsi juga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif. (Notoatmodjo, 2007).
Pada pemeriksaan amilase preparasi reagen menggunakan sampel start
dengan K faktor 3178. Penggunaan K faktor tersebut berpengaruh pada
hasil absorbansi sampel. Sampel bertujuan untuk menghilangkan beberapa
interferensi yang mengganggu pemeriksaan kadar amilase. Karena
pembacaan dilakukan pada panjang gelombang daerah UV yaitu 405 nm.
Oleh sebab itu tidak ada pengaruh interferensi yang mengganggu
pembacaan.
Setelah kadar amilase pasien diketahui, selanjutnya dapat
dibandingkan dengan nilai normalnya. Hasil pemeriksaan sampel normal
yaitu 70 U/L. Hasil pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh cara pemipetan
yang mana proses pemipetan yang baik akan menghasilkan nilai atau hasil
pemeriksaan yang sesuai dengan keadaan tubuh sebenarnya, tetapi proses
pemipetan yang kurang baik yang mana saat melakukan pengambilan
sampel atau pengambilan reagent kurang baik dapat mengakibatkan
interferens hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan keadaan tubuh
pasien. Jika waktu inkubasi pada pemeriksaan bilirubin tidak sesuai
prosedur akan mempengaruhi hasil karena perubahan dari zat-zat terlarut
didalamnya. Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil temuan
laboratorium yaitu sampel darah hemolisis. (Hardjoeno, 2003).
Akurasi hasil pemeriksaan kadar amilase serum dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya persiapan pasien, pengumpulan sampel,
persiapan sampel, dan metode yang digunakan. Jika terdapat penundaan
yang tidak sesuai dengan prosedur dapat mempengaruhi hasil kadar
amilase darah. (Gandasoebrata, 2007).
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, meliputi beberapa
pemeriksaan dari sampel serum, didapatkan hasil kadar amilase yaitu 70 U/L.
Dapat disimpulkan bahwa kadar dari pemeriksaan tersebut dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Aiyer, Prasanna V. 2005. Review: Amylases and Their Applications. African


Journal of Biotechnology Vol. 4 (13), pp. 1525-1529.

Gandasoebrata R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat : Jakarta.

Hardjoeno, H. 2003. Interprestasi Hasil Tes Laboraturium Diagnostik. Jakarta :


EGC.
Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Wang, Nam Sun. 2009. Experiment no. 5: Starch Hydrolysis by Amylase.


Department of Chemical & Biomolecular Engineering. University of
Maryland

Wilkinson, Judith & Ahern Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Alih Bahasa, Esty Wahyuningsih. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai