Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

PEMERIKSAAN KADAR ENZIM AMYLASE

OLEH

KELOMPOK : IV (EMPAT)

KELAS : 17C

DIAN AMALIA RAHMAN (17 3145 453 086)

MARIA FAUSTINA PETRIN NAHAK (17 3145 453 095)

NURLELA SAENI (17 3145 453 102)

SRI MEGA SUATRAT (17 3145 453 109)

ULFA MAYANG SARI (17 3145 453 115)

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2019
A. Judul Percobaan
Pemeriksaan Kadar Enzim Amylase
B. Metode Percobaaan
Metode CNPG3 Blocked Substrate Kinetic
C. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal: Selasa, 10 Desember 2019
waktu : 10.00-selesai
Tempat: Laboratorium Patologi Klinik DIII TLM Universitas Megaresky
D. Prinsip Percobaan
α-Amylase akan menghidrolisis 2-Chloro-p-Nitrophenyl-α-D-Malto
trioside (CNP3) untuk mengeluarkan 2-Chloro-p-Nitrophenol dan
menghasilkan 2-Chloro-p-Nitrophenyl-α-D-Maltoside (CNPG2)
maltotrioside (G3) dan glucose (G). Kecepatan peningkatan absorbanya pada
panjang gelombang 405 nm sesuai dengan aktivitas α-Amilase.
E. Landasan Teori
Enzim adalah sebagai katalisator, yaitu sebuah zat/ protein yang
mempercepat reaksi kimia tanpa menjadi reaktan. Untuk mengkatalisis
suatu reaksi, maka enzim harus berikatan dengan satu atau lebih molekul
reaktan yang disebut substrat. Dalam beberapa reaksi, satu substrat dipecah
menjadi beberapa produk atau dua substrat membentuk satu molekul yang
lebih besar (Susantiningsih, 2014).
Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana
hampir semua enzim adalah protein. Enzim dapat meningkatkan kecepatan
reaksi kimia secara nyata dan sangat spesifik. Kecepatan reaksi enzim
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, pH, substrat,
konsentrasi enzim dan lain sebagainya (Ferrier, 2014).
Pemanfaatan Enzim
Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam
dua kelompok:
1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau
organ akibat penyakit tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan
mengikuti prinsip bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya
tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah yang signifikan. Apabila
enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih
besar dari yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang
bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi kematian (yang
diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-
besaran. Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti
keracunan bahan kimia (yang merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan
akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus), berkurangnya aliran darah
sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya,
atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak
mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya
menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan mengakibatkan
kebocoran membran (Susantiningsih, 2014).
2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan
untuk mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan
enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat diketahui
dan diukur berapa jumlahnya. Pengukuran dengan enzim memberikan
hasil yang sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan dengan
pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk mengukur kadar
senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena
kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur (Susantiningsih, 2014).
Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim
sebagai obat, pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu
enzim dengan demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai
sasaran pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai
sasaran pengobatan. Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu
kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang
seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-
reaksi tertentu (Jansen, 2015).
Keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan enzim
dengan penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan
permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ruang ekstra sel dan
kedalam aliran darah sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk
diagnostik penyakit tersebut. Karena itu kadar enzim baik dalam plasma,
urin dan darah dapat menjadi petanda mengenai penyakit tertentu (Jansen,
2015).
Amilase adalah hidrolase glikosida terutama diproduksi di pankreas dan
kelenjar ludah dan dalam jumlah yang sangat kecil di jaringan lain. Enzim
amilase dapat menjadi penanda biokimia yang paling umum digunakan
untuk diagnosis pankreatitis akut, tetapi sensitivitas berkurang dengan
terjadinya hipertrigliseridemia, dan alkoholisme kronis. Pankreatitis akut
biasanya ditandai dengan nyeri hebat pada perut bagian atas yang menyebar
ke punggung dan disertai dengan mual dan muntah (Matull, 2016).
Pada pankreatitis akut, tingkat darah amilase meningkat dengan cepat
dalam waktu enam jam dari onset penyakit, waktu paruh 10-12 jam, tetap
tinggi selama 3-5 hari, dan akhirnya diekskresikan oleh ginjal. Setelah
mencapai tingkat puncak, berikutnya amilase serum kembali ke level
normal, namun hal ini tidak berhubungan dengan resolusi gejala klinis.
Peningkatan kadar amilase serum juga dapat ditemukan pada keadaan
inflamasi intraabdominal lain dan gangguan saliva serta pada pasien yang
memiliki penurunan klirens ginjal (Matull, 2016).
Macroamylasemia adalah suatu kondisi di mana amilase tetap terikat
dengan imunoglobulin atau polisakarida untuk membentuk kompleks
dengan berat molekul besar yang mengarah ke peningkatan kadar serum
amilase . Hipertrigliseridemia kompetitif mengganggu uji amilase, sehingga
pada pasien ini akan dijumpai nilai negatif palsu (kadar amilase yang
rendah). Sensitivitas dan spesifisitas amilase sebagai uji diagnostik untuk
untuk mendiagnosis pankreatitis akut tergantung pada nilai ambang batas.
Pada tingkat cut-off 1000 IU / L, memiliki sensitivitas sekitar 55-84% dan
spesifisitas hingga 95% . Pembersihan enzim amilase melalui urin
meningkat 3 kali dalam waktu 1-2 minggu pada pasien dengan kondisi
ginjal normal (Ahmed, 2010).
Apabila enzim amylase darah terjadi kenaikan, maka akan
dikhawatirkan terjadi adanya hipersekresi enzim-enzim yang ada pada
pancreas. Pankreas adalah kelenjar memanjang yang terletak di belakang
dan di bawah lambung, di atas lengkung pertama duodenum. Pankreas
merupakan kelenjar campuran yang mengandung jaringan eksokrin dan
endokrin. Bagian eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-
kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantung-kantung
atau asinus yang berhubungn dengan duktus yang akhirnya bermuara ke
duodenum. Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau
jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau Langerhans yang tersebar di
seluruh pankreas. Hormon terpenting yang disekresikan oleh sel-sel pulau
Langerhans adalah insulin dan glukagon. Pankreas eksokrin mengeluarkan
getah pankreas yang terdiri dari dua komponen yaitu sekresi enzimatik
poten dan sekresi alkali encer yang kaya akan natrium bikarbonat
(NaHCO3). Enzim-enzim pankreas secara aktif disekresi oleh sel asinus.
Komponen NaHCO3 encerdi sekresikan secara aktif oleh duktus yang
melapisi bagian awal duktus pankreatikus dan kemudian mengalami
modifikasi sewaktu melewati duktus. Enzimyang disekresi pankreas adalah
enzim-enzim proteolitik, amilase pankreas, dan lipase pankreas. Seperti
amilase liur, amilase pankreas berperan penting dalam pencernaan
karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi disakarida. Amilase
disekresikan melalui getah pankreas dalam bentuk aktif karena amilase tidak
membahayakan sel-sel sekretorik (Sherwood, 2014).
Amilase menyerang pati dan glikogen. Kerja memecah molekul pati
yang dimiliki getah pankreas terjadi akibat enzim α-amilase pankreas. Kerja
enzim ini serupa dengan kerja enzim amilase liur, menghidrolisis pati dan
glikogen menjadi maltosa, maltotriosa (tiga residu α-glukosa yang
dihubungkan melalui ikatan α) dan campuran senyawa oligosakarida tak
bercabang, serta beberapa glukosa. Hipersekresi enzim pada pancreas akan
mengakibatkan enzim-enzim yang ada pada saluran pencernaan akan
terserap lebih ke dalam aliran darah dan menyebabkan terdeteksinya enzim
ini dalam keadaan yang tinggi (Richard, 2014).
F. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mikropipet 25 dan
1000 µl, photometer, pemanas 30/37 0C, tabung tabung reaksi, dan
timer.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah serum, dan
reagen.
G. Prosedur Kerja
a) Pra analitik
Persiapan Pasien: Tidak ada persiapan khusus.
Persiapan spesimen: Spesimen terbaik adalah serum (yang tidak
terhemolisis). Plasama EDTA atau citrat tidak dapat digunakan
karena mengikat calcium yang diperlukan untuk aktivitas amilase.
Amilase dalam serum stabil 7 hari pada suhu kamar (18-30 0C) atau
2 bulan pada suhu 2-8 0C.
Persiapan reagen: Reagen telah siap digunakan, stabil sampai tanggal
kadaluarsa. Pada suhu 2-8 0C. Absorbans reagen harus <0,600 AU
terhadap aquabidest pada λ= 405 nm. Reagen yang keruh karena
telah terkontaminasi oleh bakteri tidak dapat digunakan.
b) Analitik
1. Dipipet larutan kerja atau reagen sebanyak 1000 µL pada tabung
reaksi.
2. Diinkubasi larutan tersebut selama 5 menit pada suhu 37 0C.
3. Dipipet 25 µL serum kedalam larutan reagen yang telah diinkubasi
tersebut dan dihomogenkan.
4. Diinkubasi larutan yang telah ditambahkan serum tersebut selama 1
menit pada suhu 37 0C.
5. Diserap larutan dan serum tersebut pada alat spektrofotometer lalu di
periksa dengan panjang gelombang 405 nm pada suhu 37 0C.
6. Ditunggu hasilnya akan muncul pada layar alat dan dicatat hasil yang
tertera pada alat.
c) Pasca analitik
Nilai normal:
 Amylase: 25-125 U/L
H. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
a. Tabel Hasil Pemeriksaan Enzim Amylase
No Jenis Kelamin Hasil Nilai Keterangan
. Pemeriksaan Rujukan
Wanita 25 U/L 25-125 U/L Normal
1.

b. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan uji fungsi pankreas. Tes
yang lazim dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan
pankreas pada umumya dilakukan berdasarkan deteksi kebocoran zat –
zat tertentu dari sel pankreas ke dalam peredaran darah. Sebagian besar
dari tes tersebut merupakan tes yang mengukur aktivitas enzim dalam
serum atau plasma. Aktivitas enzim yang paling sering diukur adalah
aktivitas enzim pencernaan salah satunya yaitu enzim amylase.
Yang mana dalam praktikum ini dilakukan dengan melihat kadar
enzim amylase dalam serum. Amilase adalah hidrolase glikosida
terutama diproduksi di pankreas dan kelenjar ludah dan dalam jumlah
yang sangat kecil di jaringan lain. Enzim amilase dapat menjadi penanda
biokimia yang paling umum digunakan untuk diagnosis pankreatitis akut,
tetapi sensitivitas berkurang dengan terjadinya hipertrigliseridemia, dan
alkoholisme kronis.
Percobaan kadar amylase ditentukan dengan menggunakan metode
CNPG3 blocked substrate kinetic. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah α-
Amylase akan menghidrolisis 2-Chloro-p-Nitrophenyl-α-D-Malto
trioside (CNP3) untuk mengeluarkan 2-Chloro-p-Nitrophenol dan
menghasilkan 2-Chloro-p-Nitrophenyl-α-D-Maltoside (CNPG2)
maltotrioside (G3) dan glucose (G). Kecepatan peningkatan absorbanya
pada panjang gelombang 405 nm sesuai dengan aktivitas α-Amilase.
Untuk pemeriksaan kadar enzim amylase pertama-tama dilakukan
penyiapan serum dimana disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge. Kemudian disentrifuge
selama ±15 menit pada kecepatan 6000 rpm. Diambil serum darah dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Alasan mengapa darah disetrifuge
adalah agar benang-benang fibrin yang seakan-akan terus terbentuk
dalam darah dapat dihentikan sesegara mungkin. Sehingga dapat
digunakan untuk bahan spesimen yang akan diujikan pada beberapa
pengujian berikutnya. Namun, jika sampel terlalu cepat disentrifuge
maka benang fibrin masih terus terbentuk yang akan mengganggu
pemeriksaan, misalnya menyebabkan penyumbatan pada probe. Dan
setelah disentrifuge agar diambil bagian serumnya.
Selanjutnya Yang kedua dilakukan pengukuran absorban blanko.
Dimana disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian dipipet
ragen yang tersedia sebanyak 1000 µL. Diinkubasi selama 5 menit pada
suhu 37 0C. Selain itu dilakukan inkubasi pada suhu ruangan selama
beberapa 5 menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dapat bercampur
dengan baik.
Yang berikut dilakukan pengukuran absorban sampel. Dimana
disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kemudian dipipet 25 µL serum
ke dalam reagen yang telah diinkubasi, dan dihomogenkan. Diinkubasi
selama 1 menit pada suhu 37 0C. Selain itu dilakukan inkubasi pada suhu
ruangan selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan
sampel dapat bercampur dengan baik, sehingga pada saat pengukuran
absorban hasilnya pun sesuai dengan yang diharapkan. Lalu diserap pada
alat dengan panjang gelombang 405 nm sehingga ditunggu hasil kadar
amylase yang akan muncul pada layar alat.
Dari praktikum ini didapatkan hasil pemeriksaan 25 U/L yang mana
bahwa didapatkan enzim amylase darah normal. Hal ini mengindikasikan
bahwa penghasil enzim amylase darah, pancreas dalam keadaan normal.
Karena apabila terjadi kenaikan, maka akan dikhawatirkan terjadi adanya
hipersekresi enzim-enzim yang ada pada pancreas. Pankreas adalah
kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah lambung, di
atas lengkung pertama duodenum. Pankreas merupakan kelenjar
campuran yang mengandung jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian
eksokrin yang predominan terdiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik
seperti anggur yang membentuk kantung-kantung atau asinus yang
berhubungn dengan duktus yang akhirnya bermuara ke duodenum.
Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan
endokrin terisolasi, pulau-pulau Langerhans yang tersebar di seluruh
pankreas. Hormon terpenting yang disekresikan oleh sel-sel pulau
Langerhans adalah insulin dan glukagon. Pankreas eksokrin
mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen yaitu
sekresi enzimatik poten dan sekresi alkali encer yang kaya akan natrium
bikarbonat (NaHCO3). Enzim-enzim pankreas secara aktif disekresi oleh
sel asinus. Komponen NaHCO3 encerdi sekresikan secara aktif oleh
duktus yang melapisi bagian awal duktus pankreatikus dan kemudian
mengalami modifikasi sewaktu melewati duktus. Enzimyang disekresi
pankreas adalah enzim-enzim proteolitik, amilase pankreas, dan lipase
pankreas. Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan penting dalam
pencernaan karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi
disakarida. Amilase disekresikan melalui getah pankreas dalam bentuk
aktif karena amilase tidak membahayakan sel-sel sekretorik (Sherwood,
2014).
Adapun faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
kesalahan interpretasi data yaitu kesalahan inkubasi, karena jika inkubasi
kurang sempurna, maka working reagen yang dipakai juga kurang
berfungsi secara maksimal. Selain itu juga dari faktor pengambilan cairan
plasma yang kurang akan membuat pembacaan hasil pada
spektrofotometri akan menjadi rendah palsu. Selain itu, dari faktor
spektrofotometri , pada pembacaan, idealnya dilakukan pencucian ulang,
hal ini bisa menjadikan hasil menjadi tinggi palsu, karena pada
spektrofotometri bisa saja masih tertinggal sisa dari cairan yang diuji
sebelumnya dengan blanko yang sama.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil enzim amylase dalam
serum pasien yaitu 25 U/L. Dari hasil tersebut hasil termasuk dalam
kategori nilai normal.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed Z. Al-Bahrani, B. J. 2010. Clinical Laboratory Assessment of Acute


pancreatitis. Elsevier, 26-48.
Ferrier, D. 2014. Lippincott's illustrated Reviews: Biochemistr (6 ed.). Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins.
Jansen, E. H. 2015. Role of Biomarkers In Diagnosis and Prognostic Evaluation
of Acute Pancreatitis. Journal of Biomarkers.
Matull W. R, P. S. 2016. Biochemical Marker of Acute Pancreatitis. Journal Clin Pathol,
340-344.
Richard, S. 2014. Tinjauan klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Susantiningsih, T. 2014. Enzymes Functions In Metabolisme. Journal Majority

Anda mungkin juga menyukai