Anda di halaman 1dari 86

Pemeriksaan laboratorium

Metabolisme Karbohidrat

PENGANTAR

Tujuan Pemeriksaan laboratorium

Menegakkan diagnosa
Memantau pengobatan
Memantau perjalanan penyakit
(prognosis)
Check up/skrining

Pemeriksaan Laboratorium
untuk Diagnosis


Memberi konfirmasi atau menolak suatu


diagnosis klinis

melengkapi gambaran sementara yang telah


dibuat sebelum pemeriksaan lab.
Diagnosis suatu penyakit berdasarkan :
history pasien (bila ada)
adanya gejala/tanda-tanda klinis
hasil investigasi
pemeriksaan lab.

Pemeriksaan Laboratorium
pada pemantauan penyakit

mengamati arah perkembangan penyakit


untuk penentuan terapi/penanganan
terbaik

PERAN PEMERIKSAAN LAB DALAM


PROSES PEMANTAUAN PENGOBATAN

Melihat respon dari suatu pengobatan

melihat komplikasi dari suatu


pengobatan

memantau/mencegah efek toksik obat


(keluar batas terapi aman)

Terapi yangterbaik adalah tercapainya


kesembuhan tanpa efek samping

Pemeriksaan Lab untuk Screening

Mendeteksi dini keadaan subklinis


pada orang sehat

mencegah lebih baik


daripada mengobati !

Apa yang diharapkan dari


pemeriksaan Laboratorium

Hasil yang akurat dan dapat dipercaya


Layanan yang baik

QC adalah landasan di dalam menilai hasil itu


BENAR atau TIDAK

ASPEK PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

1.Pra-Analitik
2.Analitik
3.Pasca-Analitik

Aspek Pengendalian Mutu


Preanalitik
Persiapan

Penderita
Pengambilan bahan
Labelling
Pengiriman bahan
Stabilitas sample
Penggunaan
antikoagulan
Kondisi sample
Homogenisasi

Analitik

Postanalitik

Alat

Reagen

Kontrol
Kalibrator

Pelaporan hasil
Interpreatsi

Persiapan pasien

Pasien puasa 12 14 jam sebelum diambil


darah
Selama kurang lebih 3 hari, porsi makan
seperti biasa
Hindari obat-obatan sebelum pengambilan
spesimen
Menghindari latihan fisik yang berlebihan,
dll

MUTU HASIL LABORATORIUM


Tergantung pada :
Metoda & Peralatan
Sumber Daya Manusia
Sistem Pengendalian Mutu Terpadu

SUMBER-SUMBER KESALAHAN
PADA PEMERIKSAAN LAB.
Proses Pra-analitik :
jenis spesimen salah
identitas/label salah
penyimpanan/transportasi tidak tepat

Proses Analitik :
SDM
Prosedur pemeriksaan atau mengoperasikan

instrumen salah
Alat-alat tidak dikalibrasi

Proses Pasca-analitik :
transkrip hasil salah

Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Laboratorium

Normal ?

Ada perbedaan hasil vs hasil


sebelumnya ?

Konsisten/sesuai dengan temuan


klinis ?

Untuk menghasilkan hasil akurat & konsisten


diperlukan metoda pemeriksaan yang :
Akurasi baik
Presisi baik
Sensitifitas & Spesifitas analitik baik
Sensitifitas & Spesifisitas Diagnostik
baik
Negative Predictive Value
Positive Predictive Value

AKURASI (KETEPATAN)
Akurasi menyatakan kesesuaian
hasil pemeriksaan dengan nilai
benar (actual value)
Secara kuantitatif disebut inakurasi
yang dihitung sebagai perbedaan
nilai rata-rata pemeriksaan replikat
(berulang-ulang) dengan nilai benar

AKURASI (KETEPATAN)
d % (inakurasi) =
Nilai rata-rata replikat (x) nilai benar ()
Nilai benar ()
d% semakin kecil, semakin baik
ketepatan hasil pemeriksaan

PRESISI (KETELITIAN)
Kesesuaian antara hasil-hasil pada
pemeriksaan berulang
Secara kuantitatif disebut impresisi yaitu
penyimpangan dari hasil pemeriksaan
terhadap nilai rata-rata

TOLOK UKUR PRESISI

SD (Standard Deviation)
Dan
CV (Coefficient of Variation)

STANDAR DEVIASI (SD) atau


SIMPANGAN BAKU (SB)
Merupakan ukuran bagaimana nilai-nilai hasil
pemeriksaan secara seri pada sampel yang sama
terdistribusi

SD =

2
x)

(xi
N-1

KOEFISIEN VARIASI (KV) atau


COEFICIENT OF VARIATION (CV)
Adalah SD yang dinyatakan dalam persen
terhadap nilai rata-rata. Semakin kecil
penyimpangan yang diukur dengan SD atau
CV, berarti semakin dekat hasil
pemeriksaan satu sama lainnya dari satu
pemeriksaan berulang
Reproduksi baik

KOEFISIEN VARIASI (KV) atau


COEFICIENT OF VARIATION (CV)

CV =

SD
x 100 %
X

Validitas hasil laboratorium ditentukan:

1.Sistem Analisa

2. Sistem QC

Analytical System

Laboratory Results

Quality Control System

Quality
Goal

-Sistem Analisa
Sistem yang digunakan untuk memproduksi hasil
pemeriksaan meliputi:
Reagen, Kalibrator, Kontrol, Instrumen,
Alat-alat pendukung, Disposables, Prosedur Tes.

- Sistem QC Sistem yang digunakan untuk memverifikasi


apakah hasil pemeriksaan dapat
diterima/dilaporkan.

Sistem QC meliputi:
Seleksi Material Kontrol
Jumlah Kontrol
Proses menentukan x dan SD
Menetukan Batasan Kontrol

Bahan Kontrol
Bahan/sampel yang sifatnya stabil yang
digunakan untuk tujuan Quality Control
Umumnya digunakan produk komersial dalam
bentuk vial/aliquot
Terdapat 2 bentuk produk komersial bahan
kontrol assayed dan unassayed
Variasi antar vial harus kecil (tidak ada)

Bahan Standar/Kalibrator
Suatu bahan atau sampel yang
telah diketahui nilainya dan
digunakan untuk mengkalibrasi
suatu sistem pemeriksaan

Kalibrasi
Suatu proses pemeriksaan dan
adjustment dari sistem
pemeriksaan (instrumen, reagen,
dll) sehingga diketahui hubungan
respon pengukuran dengan nilai
standar/kalibrator

Pemeriksaan Laboratorium
Pada Gangguan
Metabolisme Karbohidrat

Penyakit metabolik
yang ditandai dengan
kadar glukosa darah tinggi
(Hiperglikemia)

Terjadi gangguan
metabolisme karbohidrat
karena produksi insulin kurang
atau karena resistensi insulin

DIABETES MELITUS
Masalah Kesehatan penting
yang harus segera ditanggulangi

Jml. Penduduk > 20 th

Jml. DM

Th 2000

125 juta

5,6 juta

Th 2020

178 juta

8,2 juta

Dengan asumsi prevalensi DM 4,6 %


Diabetes Atlas (IDF) th 2000

Bagaimana mendeteksi Diabetes


Melitus ?

Kalau ada keluhan banyak kencing, banyak


minum, dan badan terasa lemah

GDP > 126 mg/dl, GDPP > 200 mg/dl,


GDS > 200 mg/dl

LANGKAH-2 DIAGNOSIS DM
Keluhan Khas DM -

Keluhan Khas DM +
GDP > 126
atau
GDS > 200

GDP < 126


atau
GDS < 200

GDP > 126


atau
GDS > 200

Ulang GDS/GDP
GDP > 126
atau
GDS > 200

GDP < 126


atau
GDS < 200

Diabetes MelItus

GDP atau
GDS
< 110

GDP 110-125
atau
GDS 110-199

TTGO, GD 2 jam

> 200

140-199

TGT

GDPT

< 140

Normal

KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

Faktor penyebab
Penyakit Jantung

Kerusakan pada
pembuluh darah,
berakibat
pendarahan pada
otak karena
tekanan Darah
Tinggi

Terganggunya
fungsi ginjal

KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS


Kesembuhan yang lama pada luka yang
mengakibatkan infeksi sehingga harus
mengalami Amputasi

Impotensi yang
merisaukan
Komplikasi pada
mata mengakibatkan
kebutaan

KELOMPOK RISIKO TINGGI

DIABETES MELITUS
Usia > 45 tahun
IMT > 23 kg/m2
Tekanan darah > 140/90 mmHg
Riwayat keluarga DM
Riwayat abortus berulang, bayi
lahir cacat/BBL > 4 kg
K-HDL < 35 mg/dl,
Trigliserida > 250 mg/dl

Pemeriksaan DM

Pemeriksaan penyaring

Dilakukan pada orang dengan kelompok yang


tidak bergejala tapi punya resiko

Uji Diagnostik

Dilakukan pada orang yang menunjukkan gejala /


tanda-tanda DM

Pemeriksaan laboratorium

Urin: glukosa, albumin, benda keton dan sedimen,


mikroalbumin
Darah: kadar gula darah, test toleransi glukosa oral,
kurva harian glukosa, kadar HbA1c, kadar
fruktosamin, kadar insulin, kadar c-peptide, status
asam basa.
Dasar penetapan kadar gula darah: reduksi (cupricupro), kondensasi (o-toluidin), enzimatik (glukosa
oksidase, hexikinase, dehidrogenase)
Pem enzimatik pem terbaik yang umum dipakai

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Penting dalam Pengelolaan DM

PERAN/FUNGSI :
Untuk skrining & diagnosis
Mengetahui pengendalian DM
Deteksi adanya faktor risiko yang
memicu terjadinya komplikasi
Menilai hasil terapi

Pemeriksaan Laboratorium
untuk DM Komplikasi PJK
Glukosa Puasa
Profil Lipid
(Chol T, LDL, HDL, TG, Apo B)
HbA1c
MAU

Diabetic Dyslipidaemia

Triglyceride
VLDL Triglyceride
Small Dense LDL
HDL-cholesterol

Glukosa

Beberapa pemeriksaan Glukosa

Glukosa Puasa
Glukosa 2 jam Post Prandial (setelah makan)
Glukosa Sewaktu
Test Toleransi Glukosa Oral

Pemeriksaan Glukosa

Glukosa puasa : Pemeriksaan glukosa yang dilakukan


dengan syarat pasien harus puasa 12 14 jam sebelum
pengambilan darah
Glukosa 2 jam PP : pemeriksaan yang dilakukan setelah
pasien makan sesuai porsi biasa dan sebelumnya telah puasa
selama 12 14 jam
Glukosa sewaktu : pemeriksaan glukosa yang dilakukan
sewaktu-waktu
Test toleransi glukosa oral (TTGO) digunakan untuk menilai
adanya gangguan toleransi glukosa. Pengambilan darah
dilakukan 2 kali:

Puasa
2 jam setlah pemberian larutan glukosa 75 g dalam 200 mL air

Persyaratan spesimen pemeriksaan


Glukosa

Sampel :

Darah :

Urin :

Plasma vena atau serum


Darah kapiler (whole blood)
Volume : 0.5 mL
Urin post prandial
Urin sewaktu
Volume : 10 mL

Metode :

Darah :

Kimia : metode ortho-toluidin


Enzimatik : glucose oxidase / glucose hexokinase

Urin :

Carik celup
Konvensional (metode reduksi/Benedict)

Persyaratan spesimen pemeriksaan


Glukosa

Antikoagulan : Heparin / EDTA / Fluoride


Penolakan sampel : Hemolisis, beku ulang
Suhu penyimpanan sampel : 2 8 o C
Stabilitas Sampel:
Serum/plasma heparin/EDTA
Suhu 15 25 o C : 8 jam
Suhu 2 -8 o C
: 72 jam
Plasma Fluoride/iodoacetat
Suhu 15 25 o C : 24 jam
Urine Sewaktu
: Segera dikerjakan

Penanganan spesimen

Sentrifugasi spesimen darah harus dilakukan


maksimal 1 jam setelah pengambilan spesimen
Jika tidak dapat dipenuhi waktu pemisahan spesimen
maka digunakan pengawet yaitu sodium iodoacetat
atau sodium fluoride (NAF)
Untuk pemeriksaan dengan sampel urine 24 jam,
ditambahkan pengawet asam asetat glasial sebanyak
5 mL pada wadah penampung sebelum
penampungan urin

Metode Pemeriksaan Glukosa

Metode yang direkomendasikan : metode


enzimatik :

Metode glucose oxidase (GOX)


Metode hexokinase

Metode Heksokinase
Hexokinase

Glucose + ATP
G-6-PD

Glucose-6-phosphate

NADP +
( Or NAD

Glucose-6-phosphate + ADP
6-phosphogluconate

NADPH + H +
+)

( Or NAD + )

Metode yang banyak dikembangkan dalam penggunaan secara rutin.


Sampel dideproteinasi dengan penambahan larutan barium hydroksi
(Ba[OH]2) dan Zink sulfat (ZnSo4)
Supernatan dicampur dengan reagen yang mengandung ATP, NAD+,
heksokinase, dan G-6-PD
Diinkubasi pada 25o C dan diukur hingga reaksi komplit dan NADH
diukur.
Pengukuran pada panjang gelombang 340 nm.
Sampel hemolisis (Hb > 0.5 g/dL) tidak dapat digunakan karena adanya
ester fosfat dan enzym yang dihasilkan oleh eritrosit yang mengganggu
pengukuran
Reaksi menghasilkan produk yang berwarna yang diukur dengan sistem
spektrofotometri. Sistem oksidasi reduksi mengandung phenazine
methosulfat (PMS) dan senyawa subsitusi tetrazolium, 2 (-iodophenyl)3(-nitrophenyl-5-phenyltetrazlium chloride (INT) yang beraksi dengan
NADPH yang dihasilkan.

Metode Glucose Oxidase


Glucose + 2H2O + 2O

Glucose oxidase

Gluconic acid 2H2O2

Peroxidase

O-Dianisidine + H2O2
(colorless)

Oxidized o-Dianisidine+H2O
(colored)

Metode Glucose Oxidase

Glukosa oksidase sangat spesifik terhadap -D-glucose


Glukosa terdiri dari 36% bentuk - dan 64% dalam bentuk secara berturut-turut, maka untuk reaksi komplit dibutuhkan
mutarotation bentuk - ke bentuk -. Secara komersial
glukosa oksidase mengandung enzim, mutarotase yang
mempercepat reaksi ini.
Reaksi kedua melibatkan peroksidase yang kurang spesifik
dibanding glukosa oksidase. Banyak substrat yang dapat
menghambat reaksi ini (mis : asam urat, asam askorbat,
bilirubin, hemoglobin, tetrasiklin, dan glutation (menghambat
pada reaksi kromogen dengan H2O2) sehingga menghasilkan
nilai yang lebih kecil.
Glucose oxidase cocok untuk pengukuran glukosa CSF

Metode Glucose Dehydrogenase


Glucose dehydrogenase

D-Glucono--lactone

Glucose

NAD +

NADH + H +

Metode Glucose Dehydrogenase

Enzym glukosa dehidrogenase (-D-glucose: NAD


oxidoreductase) mengkatalisa oksidasi glukosa
menjadi gluconolactone.
Mutarotase ditambahkan untuk mempercepat
terjadinya keseimbangan reaksi. Jumlah NADH yang
dihasikan proporsional dengan kadar glukosa.
Reaksi ini sangat spesifik terhadap glukosa, tidak
ada interference dari antikoagulan umumnya, dan
memberikan hasil yang pada akhirnya sesuai dengan
prosedur heksokinase.

Self Monitoring of Blood Glucose


Test Strips
Perlu dilakukan oleh pasien diabetes untuk
Mengontrol kadar glukosa darah.
Penggunaan test strips :Simpel dan praktis
Metode : bahan celup yang berwarna karena adanya
reaksi kromogenik oksidase peroksidase.
Pengamatan warna dilakukan dengan
membandingkan secara visual antara strips dengan
warna chart pada desain meter khusus.

Self Monitoring of Blood Glucose


Alat yang Portable

Menggunakan reflectance photometer untuk mengukur jumlah cahaya yang


direfleksikan dari test pad yang mengandung reagen

Sampel diletakkan pada test pad yang dilekatkan pada sandaran plastik.

Test strip kemudian dimasukkan ke alat pengukur dan hasil akan ditunjukkan pada
digital display screen

Beberapa alat menggunakan metode pengukuran electrochemistry. Reaksi


enzimatik terjadi dalam suatu elektroda yang tergabung pada test strip
menghasilkan aliran elektron. Jumlah glukosa secara langsung proporsional
terhadap kadar glukosa sampel yang kemudian dikonversi ke pembacaan digital.

Kedispilinan dalam menjalankan prosedur sangat penting untuk mendapatkan hasil


yang akurat

Waktu dan cara pembuatan hapusan pada strips adalah faktor kritis yang harus
diperhatikan

Penggunaan tenaga yang berlebihan saat pembuatan hapusan dan blotting dapat
menurunkan kadar glukosa hingga 50%

Umunya kesalah yang sering terjadi dengan SMBG berhubungan dengan


penggunaan yang tepat, waktu dan pemindahan sampel darah.

Interpretasi Hasil
Keluhan Khas DM -

Keluhan Khas DM +
GDP > 126
atau
GDS > 200

GDP < 126


atau
GDS < 200

GDP > 126


atau
GDS > 200

Ulang GDS/GDP
GDP > 126
atau
GDS > 200

GDP < 126


atau
GDS < 200

Diabetes MelItus

GDP atau
GDS
< 110

GDP 110-125
atau
GDS 110-199

TTGO, GD 2 jam

> 200

140-199

TGT

GDPT

< 140

Normal

PEMERIKSAAN HbA1c (A1C)


Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara
GLUKOSA & HEMOGLOBIN
Jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung pada kadar
glukosa darah
Ikatan HbA1c stabil, dapat bertahan 2-3 bln
Kadar HbA1c mencerminkan kadar glukosa darah ratarata dalam jangka waktu 2-3 bln

MBG = (33,3 x Kadar HbA1c) - 86

PEMERIKSAAN HbA1c
(Memori Glukosa)

A1C

Normal

1
Kontrol I

5
(minggu)

9
Kontrol II

MANFAAT
PEMERIKSAAN HbA1c (A1C)
Menilai kualitas pengendalian DM
Menilai efek terapi atau perubahan
terapi setelah 8-12 minggu

JADWAL/FREKUENSI
PEMERIKSAAN HbA1c (A1C)
Setelah diagnosis dipastikan
(untuk evaluasi awal)
Secara periodik (pengelolaan)
- Setiap 3 bln (bila sasaran blm tercapai)
- Minimal 2 kali dalam setahun

KELEBIHAN
PEMERIKSAAN HbA1c (A1C)
Tidak perlu puasa
sebelum pemeriksaan
Menggambarkan kadar glukosa
darah dalam jangka panjang
Hemat biaya

Persyaratan spesimen HbA1C

Sampel
Stabilitas

Metode

: darah EDTA 300


: 7 hari suhu 2-8oC
: 3 hari suhu 15 30oC
:

Metode Ion Exchange Chromatography


Metode HPLC
Metode agar gel elektroforesis
Metode Immunoassay (EIA)
Metode Affinity Chromatography
Metode Kolorimetri

Metode pemeriksaan HbA1C

Metode Ion Exchange Chromatography: harus


dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom,
kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens
yang mengganggu adalah adanya HbS dan
HbC yang bisa memberikan hasil negatif
palsu

Metode pemeriksaan HbA1C

Metode HPLC: prinsip sama dengan ion


exchange chromatography, bisa diotomatisasi,
serta memiliki akurasi dan presisi yang baik
sekali. Metode ini juga direkomendasikan
menjadi metode referensi

Metode pemeriksaan HbA1C

Metode agar gel elektroforesis: hasilnya


berkorelasi baik dengan HPLC, tetapi
presisinya kurang dibanding HPLC. Hb F
memberikan hasil positif palsu, tetapi
kekuatan ion, pH, suhu, HbS, dan HbC tidak
banyak berpengaruh pada metode ini

Metode pemeriksaan HbA1C

Metode Immunoassay (EIA): hanya


mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C
yang labil maupun HbA1A dan HbA1B,
mempunyai presisi yang baik

Metode pemeriksaan HbA1C

Metode Affinity Chromatography: non-glycated


hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1C tidak
mengganggu penentuan glycated hemoglobin, tak
dipengaruhi suhu. Presisi baik. HbF, HbS, ataupun
HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi
metode ini mengukur keseluruhan glycated
hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan
metode ini lebih tinggi dari metode HPLC

Metode pemeriksaan HbA1C

Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2


jam), lebih spesifik karena tidak dipengaruhi
non-glycosylated ataupun glycosylated labil.
Kerugiannya waktu lama, sampel besar, dan
satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh
klinisi, yaitu m mol/L

Interpretasi Hasil

HbA1C akan meningkat secara signifikan bila


glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C
bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol
glukosa darah pada penderita DM (glukosa
darah tak terkontrol, terjadi peningkatan
HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur
eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx
lebih intensif untuk menghindari komplikasi

Interpretasi Hasil Pemeriksaan HbA1C


Kriteria pengendalian DM sesuai Konsensus DM
Indonesia tahun 2006 :
< 6.5%
: baik
6.5 8.0%
: sedang
> 8%
: buruk

MIKROALBUMINURIA
Berarti ditemukan sejumlah kecil albumin di dalam
urine
Merupakan indikasi gangguan filtrasi glomerulus
stadium dini (reversibel)
Dapat dideteksi dengan pemeriksaan Mikroalbumin di
dalam urine

Pemeriksaan untuk memantau komplikasi


nefropati: mikroalbuminuria serta heparan
sulfat urine (pemeriksaan ini jarang
dilakukan)
Pemeriksaan lainnya yang rutin adalah
pemeriksaan serum ureum dan kreatinin untuk
melihat fungsi ginjal

Persyaratan Spesimen

Sampel : Urine 24 jam/urine sewaktu 5 mL


Pengawet
:

Stabilitas :

Sampel disimpan pada suhu 2-8oC


Ditambahkan 5 mg asam borat untuk 30 mL urin
7 hari suhu 20-25oC
1 bulan suhu 2 8 oC
6 bulan suhu -20oC

Interferensi : bilirubin (> 25mg/dL), Hb (>300


mg/dL), creatinin (>5 g/dL), aceton (>60 mmol/L),
gula (>20 g/dL), asam urat (>700 mg/dL), urea,
urobiinogen (>200 mg/dL)

Mikroalbuminuria: ekskresi albumin di urin sebesar 30-300 mg/24 jam


atau sebesar 20-200 mg/menit
Mikroalbuminuria ini dapat berkembang menjadi makroalbuminuria.
Sekali makroalbuminuria terjadi maka akan terjadi penurunan yang
menetap dari fungsi ginjal
Pengukuran mikroalbuminuria secara semikuantitatif dengan
menggunakan strip atau tes latex agglutination inhibition, tetapi untuk
memonitor pasien tes-tes ini kurang akurat sehingga jarang digunakan.
Yang sering adalah cara kuantitatif: metode Radial Immunodiffusion
(RID), Radio Immunoassay (RIA), Enzym-linked Immunosorbent assay
(ELISA), dan Immunoturbidimetry. Metode kuantitatif memiliki presisi,
sensitivitas, dan range yang mirip, serta semuanya menggunakan antibodi
terhadap human albumin
Sampel yang digunakan untuk pengukuran ini adalah sampel urine 24
jam.

Interpretasi Hasil pemeriksaan MAU


Berdasarkan konsensus DM Indonesia 2006 :
Sampel urin 24 jam
< 30 mg/24 jam
Normal
30 299 mg/24 jam
Mikroalbuminuria
300 mg/24 jam
Makroalbuminuria
Sampel urin sewaktu
< 30 mg/24 jam
Normal
30 299 mg/24 jam
Mikroalbuminuria
300 mg/24 jam
Makroalbuminuria

Pemeriksaan untuk Komplikasi


Aterosklerosis

Pemeriksaan untuk memantau komplikasi


aterosklerosis ini ialah profil lipid, yaitu kolesterol
total, low density lipoprotein cholesterol (LDL-C),
high density lipoprotein cholesterol (HDL-C), dan
trigliserida serum, serta mikroalbuminuria
Pada pemeriksaan profil lipid ini, penderita diminta
berpuasa sedikitnya 12 jam (karena jika tidak puasa,
trigliserida > 2 jam dan mencapai puncaknya 6 jam
setelah makan)

Insulin
Fungsi:
Meningkatkan metabolisme karbohidrat
Meningkatkan timbunan glikogen
Meningkatkan sintesa asam lemak
Meningkatkan intake asam amino
Meningkatkan sintesa protein

Fisiologi kimiawi

Pulau-pulau langerhans pancreas:


Sel beta mengeluarkan insulin
Sel alfa mengeluarkan gukagon
Sel delta mengeluarkan somatostatin
Sekresi insulin dipengaruhi glukosa darah juga
dirangsang: as amino, as lemak bebas, benda keton,
glukagon, sekretin, dan tolbutamid
Sekresi insulin dihambat epinefrin dan norepinefrin

Kelainan insulin
Hiperinsulinisme: hiperplasia/tumor pancres
Hipoinsulinisme: kekurangan insulin
9 Diabetes mellitus
Causa:
Kekurangan insulin absolut
Kekurangan insulin relatif thd kebut tubuh
Reseptor inadekuat, insulin cukup
Reseptor berkurang, insulin cukup

Interpretasi hasil insulin

Insulin Puasa : 3.2 28.5 uIU /mL

Anda mungkin juga menyukai