a. Pra-analitik
dikatakan gagal maka untuk ketahap berikutnya akan lebih sulit dan juga dapat
b. Analitik
dilakukan dengan menggunakan alat dan ada juga yang masih menggunakan
c. Pasca analitik
Imunologi
serum.
88
4. Persiapan alat dan bahan sesuai jenis pemeriksaan.
Laboratorium (BTL).
6. Scan barcode.
8. Validasi oleh analis kesehatan dan verifikasi hasil pemeriksaan oleh dokter
jaga laboratorium.
A. Pemeriksaan Otomatis
1. Alat VIDAS 1
2. Alat VIDAS 2
a. Tiroid : TSHs
89
d. Alergi : Total IgE
a. HBsAg
b. Ferritin
c. Anti HCV
d. TSH
e. FT4
B. Pemeriksaan Manual
1. Pemeriksaan Widal
2. Pemeriksaan ASO
9. Pemeriksaaan NS1
90
A. PEMERIKSAAN FERITIN
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
3. Prinsip
suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks antigen antibodi
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada saat label telah terikat dan misi
4. Dasar Teori
Besi merupakan zat penting bagi tubuh manusia karena keberadaannya dalam
banyak hemoprotein. Pada penyerapan besi, Fe3+ diubah menjadi Fe2+ oleh
enzim feri reduktase dan Fe2+ di angkut dalam enterosit oleh pengangkutan besi
heme yang berbeda (HT) dan heme oksidase (HO) membebaskan Fe2+ dari heme.
Sebagian Fe2+ intrasel akan diubah menjadi Fe3+ dan diikat oleh suatu protein
yang dikenal dengan ferritin. Ferritin mengandung sekitar 23% besi. Setiap satu
kompleks ferritin bisa menyimpan kira – kira 3000 - 4500 ion Fe3+ di dalamnya.
91
Ferritin bisa ditemukan atau disimpan di Liver, Limpa, Otot Skelet dan Sumsum
Tulang. Dalam keadaan normal, hanya sedikit ferritin yang terdapat dalam plasma
nm. Besi tersimpan di dalam protein ferritin tersebut tepatnya di tengah. Bila
dilihat dari stuktur kristalnya, satu monomer ferritin mempunyai lima helix
penyusun yaitu blue helix, orange helix, green helix, yellow helix dan red helix
Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan katalisis
pembentukan radikal bebas dari Reactive Oxygen Species (ROS) melalui reaksi
Fenton. Untuk itu, sel membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu
dengan cara membuat ikatan besi dengan ferritin. Jadi ferritin merupakan Protein
Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 – 20 mg setiap
harinya, tapi ternyata hanya 1 – 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh.
70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses
sisanya 5 – 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang
disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh
Kadar ferritin normal 30-300 ng/mL untuk pria dan 15-200 ng/mL untuk
92
hemokromatosis sedangkan kadar ferritin yang terlalu rendah dapat menyebabkan
Anemia defisiensi besi atau yang dikenal juga dengan Anemia Sideropenik
biasanya disebabkan karena asupan zat besi yang kurang, infeksi parasit,
penggunaan obat-obatan dalam jang waktu yang lama dan lain – lain. Ketika
tubuh kehilangan zat besi melebihi asupannya maka tubuh akan mulai
membongkar dan memakai besi yang tersimpan dalam ferritin di liver, limpa, otot
dan sumsum tulang, yang merupakan cadangan dalam tubuh. Kadar ferritin pun
berkurang secara progresif. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat
menghasilkan eriitrosit dengan ukuran yang sangat kecil (Mikrositik) yang khas
untuk mendiagnosa Anemia defisiensi besi. Kadar serum ferritin yang sangat
a. Alat
1. Cobas e 411
2. Sample cup
93
3. Gunting
4. Mikropipet
5. Yellow tip
b. Bahan
1. Reagen Cobas
2. Serum
6. Cara Kerja
2. Cairan pencuci, waste dan disposable (assay cup dan assay tip) diperiksa.
5. Untuk kalibrator atau kontrol baru dilakukan BC Card Scan pada menu
6. Ditekan START.
2. Dimasukkan data sampel ID, posisi sampel dan rotor disk yang digunakan.
94
4. Order pasien diperiksa pada menu data pasien pada menu “data review”
tracking”.
6. Sampel pada tempat disk diletakkan, ditekan “sampel scan” dan dipilih
c. Order pengenceran
1. Letakkan diluent universal dalam reagen disk, lalu tekan “ scan reagen”.
7. Hasil Kegiatan
yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal dari pasien rawat jalan atau
95
Total 177
terlampir.
8. Permasalahan
lain:
petugas laboratorium.
b. Barcode yang tidak terbaca secara otomatis menyebabkan alat tidak dapat
melakukan pemeriksaan.
rutin agar dapat memberikan informasi diagnostik lebih baik. Jika ditemukan
hipokrom atau tidak. Pada anemia mikrositik hipokrom perlu diperiksa ferritin
untuk menentukan apakah anemianya disebabkan oleh defisiensi besi atau oleh
cadangan besi di dalam tubuh. Sekitar 30% besi yang berada di dalam tubuh,
tersimpan sebagai feritin di limpa, sumsum tulang dan hati. Pemeriksaan ini
berkorelasi dan berguna pada evaluasi total body storage iron. Manfaat
berkolerasi dengan dan berguna pada evaluasi dari total body storage iron. Pada
96
hemokromatosis, ferritin dan iron saturation meningkat. Kadar ferritin pada
hemokromatosis bisa mencapai > 1000 ng/mL (Serum Iron/SI : > 1000 ng/mL).
dalam tabung vacutainer merah disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama
10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
dikerjakan di alat COBAS e 411 maka sampel serum dipindahkan ke sample cup
tinggi yang memberi banyak keuntungan dibandingkan dengan metode lain. Pada
substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil. Sedangkan prinsip sandwich
sampel pada alat. Yang perlu diperhatikan adalah barcode pada tabung diletakkan
apa saja yang dilakukan. Alat sendiri akan memproses sampai diperolehnya hasil
lapangan adalah sebanyak 177 sampel. Nilai rujukan yang digunakan untuk
97
a. Mahasiswa tidak ikut dalam pengerjaan kontrol alat dimana dilakukan oleh
lalu sampel pasien disimpan dalam kulkas dengan suhu 2-80C dalam bentuk
serum.
c. Barcode yang tidak terbaca pada alat COBAS e 411 sering menimbulkan
98
B. PEMERIKSAAN TIROID
1. Tujuan Kegiatan
pasien.
2. Untuk dapat mendiagnosis dan mengetahui kadar tiroid yang ada pada
b. Metode
c. Prinsip
Sampel dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis
dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah
nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar
d. Dasar Teori
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring.
99
a. Pemeriksaan FT4
indikator yang lebih baik dibandingkan dengan T4 total karena tidak dipengaruhi
(Prodia, 2012)
b. Pemeriksaan TSH
dan T3 melalui reseptornya yang ada di permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH
hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah.
Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan
Hormone (TSH) dalam darah, dan dapat digunakan untuk menilai fungsi tiroid.
TSH berfungsi untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid yang sangat penting bagi
100
c. Pemeriksaan T4
Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang
terikat dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin
10% dan prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada
dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji
laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar
d. Pemeriksaan T3
Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan
kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat
27% dan albumin 11 – 35%. Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam bentuk
bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada
penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien
berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi
1. Alat
1. VIDAS 1 & 2
2. Cobass e 411
101
3. Mikropipet
4. Yellow tip
2. Bahan
1. Reagen Biomerieux
2. Serum
f. Cara Kerja
- UPS
- Modul Vidas
- Komputer
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon √ pada monitor
4. Strip dan SPR dimasukkan pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
102
- Pemeriksaan TSH : 200 µL
- Pemeriksaan T4 : 200 µL
- Pemeriksaan T3 : 100 µL
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR
dalam alat.
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan
g. Hasil Kegiatan
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang
a. Pemeriksaan FT4
103
Senin, 30 Maret 2015 13
Selasa, 31 Maret 2015 14
Rabu, 1 April 2015 13
Kamis, 2 April 2015 15
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 12
Total 137
b. Pemeriksaan TSH
c. Pemeriksaan TSHs
d. Pemeriksaan T4
104
Hari, Tanggal Jumlah Pasien (orang)
Senin, 23 Maret 2015 3
Selasa, 24 Maret 2015 -
Rabu, 25 Maret 2015 -
Kamis, 26 Maret 2015 2
Jumat, 27 Maret 2015 -
Sabtu, 28 Maret 2015 1
Senin, 30 Maret 2015 1
Selasa, 31 Maret 2015 -
Rabu, 1 April 2015 1
Kamis, 2 April 2015 1
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 -
Total 9
e. Pemeriksaan T3
terlampir.
h. Permasalahan
lain :
105
volume sampel yang berbeda. Hal ini dikarenakan kendala waktu yang
studi kelenjar endokrin dan zat yang mereka hasilkan, dan juga diagnosis dan
dan gonad (ovarium dan testis).
ketidakseimbangan dalam beberapa bagian dari sistem endokrin, yang terdiri dari
Stres, infeksi dan perubahan dalam cairan darah dan keseimbangan elektrolit
kekurangan (hiposekresi). Penyakit endokrin juga dapat terjadi jika tubuh tidak
hormon.
106
Mendiagnosis penyakit endokrin bisa sulit karena biasanya melibatkan
pengukuran jumlah hormon dalam aliran darah. Ini adalah tugas yang sulit.
Tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang terletak di pangkal leher bagian
depan, di bawah lapisan kulit dan otot. Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu
dengan dua sayap yang merupakan lobus tiroid kiri dan kanan di sekitar trakea.
dengan menggunakan alat VIDAS dan Cobas. Bahan pemeriksaan diperoleh dari
pengambilan darah vena dan ditampung dalam tabung vacutainer tutup merah.
Bahan ini kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit
2. Meletakkan reagen pada rak pemeriksaan sesuai dengan urutan yang ada pada
komputer.
pencatatan reagen.
107
5. Volume serum yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
dilakukan.
Pemeriksaan tiroid yang dilakukan pada alat VIDAS dan Cobas e 411 yaitu
FT4, TSH, TSHs, T4, dan T3. Metode yang digunakan adalah ELFA (Enzyme
kombinasi dari metode imunoenzim dan imunocapture dengan hasil akhir dibaca
akan dibaca secara otomatis dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis.
Hasil dari pemeriksaan adalah nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari
kalkulasi alat terhadap standar yang sudah disimpan dalam dalam memori alat.
Berikut beberapa pemeriksaan tiroid yang telah dilakukan selama 6 hari PKL
a. Pemeriksaan FT4
telah dilakukan adalah sebanyak 137 dengan jumlah sampel yang diperlukan
sebanyak 100 µL. Lama pemeriksaan FT4 dengan alat Cobass e 411 adalah 40
menit. Pemeriksaan ini sesungguhnya dapat dilakukan di alat vidas namun karena
b. Pemeriksaan TSH
Hormone (TSH) dalam darah, dan dapat digunakan untuk menilai fungsi tiroid.
108
yang telah dilakukan adalah sebanyak 102 dengan jumlah sampel yang diperlukan
sebanyak 200 µL. Lama pemeriksaan TSH dengan alat Cobas e 411 adalah 40
menit.
c. Pemeriksaan T4
T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui
adanya disfungsi dari kelenjar tiroid. Jumlah pemeriksaan yang telah dilakukan
adalah sebanyak 9 dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 200 µL.
d. Pemeriksaan T3
menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya
dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 100 µL. Lama pemeriksaan T3
pemeriksaan FT4, TSH, T3, T4. Hasil pemeriksaan FT4 yaitu 1,16 ng/dL dan
TSH yaitu 5,10 µlU/mL nilai T3 1,37 nmol/L dan nilai T4 94,14 nmol/L. Nilai
FT4, T3 dan T4 yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan berada nilai
normal. Sedangkan nilai TSH berada diatas nilai normal, dimana nilai rujukannya
yaitu 0,250-5,000 µlU/mL. Hasil pemeriksaan yang telah diperoleh ini langsung
109
hasil. Hasil pemeriksaan divalidasi oleh petugas sub laboratorium imunologi dan
jumlah pemipetan yang diletakkan dekat dengan alat sehingga tidak terjadi
kekeluruan dalam hal pemipetan sampel, dan hasil pemeriksaan yang tidak
dari alat.
C. PEMERIKSAAN SEROLOGY
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
110
3. Prinsip
Sampel dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis
dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah
nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar
4. Dasar Teori
Serologi ialah ilmu yang mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro,
menemukan kuman tersebut memakan waktu yang cukup lama dan sulit dalam
pelaksanaannya. Apabila sebuah kuman masuk kedalam tubuh kita maka kuman
tersebut akan merupakan suatu antigen (benda asing)bagi tubuh kita dan
kuman tersebut. Dengan dapat ditemukannya antibody tersebut dalam tubuh kita,
mka hal ini akan membantu kita dalam menegakkan diagnose suatu penyakit
infeksi. Proses untuk menemukan atau mendeteksi adanya antigen dan antibody
tersebut yang selanjutnya kita kenal dengan pemeriksaan serologi. (Areg, 2011)
1-2 minggu setelah infeksi primer dan mencapai konsentrasi puncak dalam waktu
111
4-8 minggu. Konsentrasi IgG dalam darah dapat menurun setelah beberapa bulan
atau tahun dan akan menetap seumur hidup dengan konsentrasi rendah. IgG dapat
melewati plasenta dan pada neonatus, IgG yang berasal dari ibu dapat bertahan
kurang lebih selama 6 bulan. Bayi akan mulai membentuk antibodi IgG sendiri
pada usia 2-3 bulan. Manfaat pemeriksaan ini adalah Uji saring/skrining infeksi
5 hari setelah infeksi, dan konsentrasinya akan meningkat dengan cepat dalam
waktu 1-2 minggu serta mencapai konsentrasi puncak dalam waktu 1-4 minggu.
IgM akan menghilang dalam beberapa bulan, namun dapat menetap sampai lebih
dari 6 bulan bahkan sampai bertahun-tahun (IgM non-spesifik). IgM ibu tidak
dapat menembus plasenta, dan pada janin mulai dibentuk pada akhir trimester I.
manfaat pemeriksaan ini adalah untuk diagnosis infeksi toxoplasma primer (pada
ibu dan janin), harus dikonfirmasi dengan peningkatan konsentrasi IgG. (Prodia,
2012)
1. Alat
1. VIDAS 1 dan 2
2. Mikropipet
3. Yellow tip
112
2. Bahan
1. Reagen Biomerieux
2. Serum
6. Cara Kerja
- UPS
- Modul Vidas
- Komputer
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon √ pada monitor
4. Strip dan SPR dimasukkan pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
113
7. Reagen dimasukkan ke alat VIDAS.
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR
dalam alat.
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan “Do
7. Hasil Kegiatan
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal
114
Sabtu, 4 April 2015 - -
Total 12 14
Sanglah terlampir.
8. Permasalahan
volume sampel yang berbeda. Hal ini dikarenakan kendala waktu yang
pemeriksaan diperoleh dari pengambilan darah vena dan ditampung dalam tabung
3500 rpm selama 10 menit yang kemudian diperoleh serum untuk bahan
pemeriksaan.
115
b. Meletakkan reagen pada rak pemeriksaan sesuai dengan urutan yang ada pada
komputer.
pencatatan reagen.
dilakukan.
antibodi IgG terhadap parasit Toxoplasma gondii. Jumlah pemeriksaan yang telah
200 µL. Lama pemeriksaan Toxo IgG dengan alat VIDAS 1 adalah 40 menit.
5 hari setelah infeksi. Jumlah pemeriksaan yang telah dilakukan adalah sebanyak
12 dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 100 µL. Lama pemeriksaan
116
Sebagai contoh, diperoleh hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh I Putu Nur
Budi Santika (31 tahun, laki - laki) dimana pasien melakukan pemeriksaan Toxo
IgG dengan hasil 1 IU/mL dan Toxo IgM dengan hasil 0,06 units. Nilai Toxo IgG
yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu non reaktif <4 IU/mL,
equivocal 4-8 IU/mL, dan reaktif ≥8 IU/mL, maka hasil pemeriksaan Toxo IgG
dinyatakan non reaktif. Nilai Toxo IgM yang diperoleh dibandingkan dengan
nilai rujukan yaitu non reaktif < 0,55 units, equivocal 0,55-0,65 units, dan reaktif
≥ 0,65 units, maka hasil pemeriksaan Toxo IgM dinyatakan non reaktif. Hasil
pemeriksaan yang telah diperoleh ini langsung tersambung dengan komputer, lalu
oleh petugas sub laboratorium imunologi dan diverifikasi oleh dokter jaga
laboratorium.
jumlah pemipetan yang diletakkan dekat dengan alat sehingga tidak terjadi
kekeluruan dalam hal pemipetan sampel, dan hasil pemeriksaan yang tidak
dari alat.
117
D. PEMERIKSAAN TUMOR MARKER
1. Tujuan Kegiatan
pasien.
a. Untuk dapat mendiagnosis dan mengetahui kadar penanda tumor yang ada
2. Metode
3. Prinsip
Sampel dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis
dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah
nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar
118
4. Dasar Teori
Petanda tumor adalah suatu substansi yang dapat ditemukan dalam tubuh
karena adanya kanker, biasanya ditemukan dalam darah atau urine, yang
diproduksi langsung oleh sel-sel kanker atau tubuh sendiri sebagai respon
terhadap adanya kanker atau kondisi lain. Mayoritas petanda tumor adalah
protein. Petanda tumor ini ada beberapa macam. Beberapa hanya terdapat dalam
satu jenis kanker, lainnya bisa terdapat dalam beberapa jenis kanker. Marker ini
yang akan bereaksi dengan protein spesifik dari tumor tersebut (Zahra, 2012).
kanker. Penanda tumor serologik didefinisikan sebagai produk yang berasal dari
tumor, dimana kadarnya dari darah merupakan pencerminan massa tumor yang
antigen pada permukaan sel yang selanjutnya disekresikan ke dalam cairan tubuh.
119
Merupakan glikoprotein dengan BM 70.000 dalton. Digunakan untuk
penyakit hati kronis, pankreatitis, peritonitis, tetapi kadarnya < 100 U/mL
- CA 19-9
kanker pankreas dan saluran empedu, serta kondisi non kanker seperti
pankreas.
PSA ada 3 bentuk yaitu PSA kompleks (berikatan dengan serine protease
i. Alat
120
a. VIDAS 1 & 2
b. Mikropipet
c. Yellow tip
ii. Bahan
a. Reagen Biomerieux
b. Serum
6. Cara Kerja
- UPS
- Modul Vidas
- Komputer
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon √ pada monitor
4. Strip dan SPR dimasukkan pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
121
5. Sampel dipipet sesuai jenis pemeriksaan yaitu :
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR
dalam alat.
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan
Nilai rujukan :
122
- CA 15.3 : < 31 U/ml.
7. Hasil Kegiatan
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal
b. Pemeriksaan TPSA
123
Sabtu, 4 April 2015 1
Total 30
c. Pemeriksaan AFP
d. Pemeriksaan CA 125
e. Pemeriksaan CA 15-3
124
Jumat, 27 Maret 2015 -
Sabtu, 28 Maret 2015 1
Senin, 30 Maret 2015 1
Selasa, 31 Maret 2015 -
Rabu, 1 April 2015 -
Kamis, 2 April 2015 -
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 -
Total 4
f. Pemeriksaan CA 19-9
Sanglah terlampir.
volume sampel yang berbeda. Hal ini dikarenakan kendala waktu yang singkat
125
9. Pembahasan dan Pemecahan Masalah
Petanda tumor ini sangat berguna untuk skrining dan deteksi awal kanker.
Skrining digunakan pada pasien sehat yang tidak memiliki keluhan maupun gejala
klinis. Sedangkan deteksi awal berarti menemukan kanker pada stadium awal,
Manfaat kedua dari petanda tumor adalah membantu menentukan jenis kanker dan
dari tumor, dimana tingkat darah adalah refleksi dari massa tumor dalam tubuh.
seseorang atau seberapa baik responnya terhadap obat tertentu. Hal ini mengingat
beberapa jenis kanker menyebar lebih cepat dibanding kanker yang lain.
dilakukan dengan menggunakan alat VIDAS 1 dan VIDAS 2. Alat Vidas 1 dan
Vidas 2 sesungguhnya sama saja hanya saja jenis pemeriksaan dibagi, beberapa
ada yang di Vidas 1 dan beberapa ada di Vidas 2 agar alat menjadi lebih cepat
126
2. Meletakkan reagen pada rak pemeriksaan sesuai dengan urutan yang ada pada
komputer.
pencatatan reagen.
dilakukan.
Pemeriksaan tumor marker yang dilakukan pada alat VIDAS 1 dan 2 yaitu
CEA (s), TPSA, CA 125, CA 15-3, CA 19-9 dan AFP. Pada dasarnya kedua alat
ini memiliki metode dan prinsip yang sama. Metode yang digunakan adalah
dalam alat, kemudian akan dibaca secara otomatis dan hasilnya dicetak oleh
printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah nilai indeks yang didapat
secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar yang sudah disimpan
dengan kanker kolorektal selama atau setelah terapi, tetapi tidak bisa dipakai
untuk skrining atau diagnosis. Jumlah pemeriksaan yang telah dilakukan adalah
127
sebanyak 48 dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 200 µL. Lama
untuk skrining kanker jenis umum. Kadarnya meningkat pada kanker prostat dan
yang telah dilakukan adalah sebanyak 30 dengan volume sampel yang dibutuhkan
adalah 200 µL. Lama pemeriksaan PSA yang dilakukan dengan alat VIDAS 1
c. Pemeriksaan CA 125
setelah terapi kanker epitel ovarium. Lebih dari 90% wanita dengan kanker
ovarium stadium lanjut memiliki kadar CA 125 yang tinggi. Jumlah pemeriksaan
CA 125 yang telah dilakukan adalah sebanyak 41 dengan volume sampel yang
dibutuhkan adalah 200 µL. Lama pemeriksaan CA 125 yang dilakukan dengan
d. Pemeriksaan CA 15-3
Peningkatan kadarnya dijumpai <10% pasien dengan stadium awal dan sekitar
70% pasien dengan stadium lanjut. Kadarnya akan turun seiring dengan
adalah sebanyak 4 dengan volume sampel yang dibutuhkan adalah 200 µL. Lama
menit.
128
e. Pemeriksaan CA 19-9
sensitif terhadap kanker pankreas. Kadar yang tinggi pada awal diagnosis
menunjukkan stadium lanjut dari kanker. Jumlah pemeriksaan CA 19-9 yang telah
dilakukan adalah sebanyak 10 dengan volume sampel yang dibutuhkan adalah 100
µL. Lama pemeriksaan CA 19-9 yang dilakukan dengan alat VIDAS 2 adalah
selama 60 menit.
kanker hati (Karsinoma Hepatoseluler). Kadar AFP akan meningkat pada dua dari
tiga pasien dengan kanker hati, kadar AFP ini akan meningkat seiring dengan
bertambahnya ukuran tumor. Kadar AFP juga meningkat pada kanker testis
tertentu dan kanker ovarium tertentu meskipun jarang. Jumlah pemeriksaan AFP
yang telah dilakukan adalah sebanyak 23 dengan volume sampel yang dibutuhkan
adalah 100 µL. Lama pemeriksaan AFP yang dilakukan dengan alat VIDAS 1
Ketut Warti (53 tahun, Perempuan) dimana pasien melakukan pemeriksaan AFP
dan CA 125. Hasil pemeriksaan AFP yaitu 0,59 IU/mL dan CA 125 yaitu >600.00
U/mL. Nilai AFP yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu <8,0
IU/mL masih berada di bawah nilai rujukan. Sedangkan nilai CA 125 meningkat
dimana nilai rujukannya adalah < 35 U/mL. Hasil pemeriksaan yang telah
129
data dan pencetakan hasil. Hasil pemeriksaan divalidasi oleh petugas sub
jumlah pemipetan yang diletakkan dekat dengan alat sehingga tidak terjadi
kekeluruan dalam hal pemipetan sampel, dan hasil pemeriksaan yang tidak
dari alat.
130
E. PEMERIKSAAN ANTI HCV
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Anti HCV adalah metode ECLIA
3. Prinsip
suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks antigen antibodi
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada saat label telah terikat dan misi
4. Dasar Teori
2012).
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi
131
infeksi kronis dapat menyebabkan parut pada hati dan akhirnya ke sirosis, yang
(awalnya "non-A hepatitis non-B") telah dipostulasikan pada 1970-an dan terbukti
tunggal, positif-sense RNA virus. Ini adalah anggota dari genus hepacivirus dalam
keluarga Flaviviridae. Ada tujuh genotipe HCV utama, yang ditunjukkan secara
numerik dari satu sampai tujuh di Amerika Serikat, sekitar 70% dari kasus
disebabkan oleh genotipe 1, 20% dengan genotipe 2,. dan sekitar 1% oleh masing-
masing genotipe lainnya. genotipe 1 juga yang paling umum di Amerika Selatan
kuantitatif HCV RNA polymerase chain reaction (PCR), RNA HCV dapat
dideteksi dengan PCR biasanya satu sampai dua minggu setelah infeksi,
sedangkan antibodi dapat mengambil jauh lebih lama untuk membentuk dan
132
untuk memverifikasi immunoassay dan viral loadditentukan oleh reaksi rantai
polimerase RNA HCV. Jika tidak ada RNA dan imunoblot positif itu berarti
immunoassay itu salah ini membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu setelah infeksi
a. Alat
1. Cobas e 411
2. Sample cup
3. Gunting
4. Mikropipet
5. Yellow tip
b. Bahan
1. Reagen Cobas
2. Serum
6. Cara Kerja
2. Cairan pencuci, waste dan disposable (assay cup dan assay tip) diperiksa.
133
4. Kalibrator atau kontrol dimasukkan ke dalam sampel disk, ditekan “System
5. Untuk kalibrator atau kontrol baru dilakukan BC Card Scan pada menu
6. Ditekan START.
2. Dimasukkan data sampel ID, posisi sampel dan rotor disk yang digunakan.
4. Order pasien diperiksa pada menu data pasien pada menu “data review” lalu
ditekan “start”.
tracking”.
6. Sampel pada tempat disk diletakkan, ditekan “sampel scan” dan dipilih
c. Order pengenceran
1. Letakkan diluent universal dalam reagen disk, lalu tekan “ scan reagen”.
134
7. Hasil Kegiatan
yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal dari pasien rawat jalan atau
Sanglah terlampir.
8. Permasalahan
lain:
petugas laboratorium.
c. Barcode yang tidak terbaca secara otomatis menyebabkan alat tidak dapat
melakukan pemeriksaan.
135
Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
dalam tabung vacutainer merah disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama
10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
dikerjakan di alat COBAS e 411 maka sampel serum dipindahkan ke sample cup
tinggi yang memberi banyak keuntungan dibandingkan dengan metode lain. Pada
substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil. Sedangkan prinsip sandwich
sampel pada alat. Yang perlu diperhatikan adalah barcode pada tabung diletakkan
apa saja yang dilakukan. Alat sendiri akan memproses sampai diperolehnya hasil
136
Jumlah pemeriksaan Anti HCV yang pernah dikerjakan selama praktek kerja
lapangan adalah sebanyak 121 sampel. Nilai rujukan yang digunakan untuk
pemeriksaan Anti HCV adalah reaktif ≥1,000 COI dan non reaktif <1,000 COI.
a. Mahasiswa tidak ikut dalam pengerjaan kontrol alat dimana dilakukan oleh
lalu sampel pasien disimpan dalam kulkas dengan suhu 2-80C dalam bentuk
serum.
c. Barcode yang tidak terbaca pada alat COBAS e 411 sering menimbulkan
137
F. PEMERIKSAAN HBsAg
1. Tujuan
2. Metode
Chemiluminescence Immunoassay).
3. Prinsip
suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks antigen antibodi
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada saat label telah terikat dan misi
4. Dasar Teori
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
138
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik
Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang
diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain (Riswanto,
2010).
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg
HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi
hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun,
hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui
beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang
berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana
mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang
a. Alat
1. Cobas e 411
139
2. Sample cup
3. Gunting
4. Mikropipet
5. Yellow tip
b. Bahan
1. Reagen Cobas
2. Serum
6. Cara Kerja
2. Cairan pencuci, waste dan disposable (assay cup dan assay tip) diperiksa.
Scan”.
5. Untuk kalibrator atau kontrol baru dilakukan BC Card Scan pada menu
6. Ditekan START.
2. Dimasukkan data sampel ID, posisi sampel dan rotor disk yang digunakan.
140
3. Parameter yang akan dikerjakan dipilih, lalu ditekan “save”.
4. Order pasien diperiksa pada menu data pasien pada menu “data review”
tracking”.
6. Sampel pada tempat disk diletakkan, ditekan “sampel scan” dan dipilih
c. Order pengenceran
1. Letakkan diluent universal dalam reagen disk, lalu tekan “ scan reagen”.
7. Hasil Kegiatan
telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal dari pasien rawat jalan atau rawat
inap, yaitu:
141
Sabtu, 28 Maret 2015 11
Senin, 30 Maret 2015 12
Selasa, 31 Maret 2015 18
Rabu, 1 April 2015 11
Kamis, 2 April 2015 8
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 10
Total 134
terlampir.
lain :
a. Mahasiswa belum dapat melakukan kontrol alat karena dilakukan oleh petugas
laboratorium.
c. Barcode yang tidak terbaca secara otomatis menyebabkan alat tidak dapat
melakukan pemeriksaan.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis
material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan
antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti
142
Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia. HBsAg merupakan
mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Pada kasus yang
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3-6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus
imunisasi.
dalam tabung vacutainer merah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama
10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
dikerjakan di alat COBAS e 411 maka sampel serum dipindahkan ke sample cup
143
adalah emisi atau pancaran cahaya oleh produk yang distimulus oleh suatu reaksi
kimia atau suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks ikatan
Alat COBAS e 411, sampel serum diletakkan di tabung sampel pada alat.
depan, sehingga alat akan mendeteksi sendiri jenis pemeriksaan apa saja yang
lapangan adalah sebanyak 134 sampel. Nilai rujukan yang digunakan untuk
pemeriksaan HBsAg adalah reaktif ≥ 1,000 COI sedangkan non reaktif <1,000
COI.
a. Mahasiswa tidak ikut dalam pengerjaan kontrol alat dimana dilakukan oleh
lalu sampel pasien disimpan dalam kulkas dengan suhu 2-80C dalam bentuk
serum.
144
c. Barcode yang tidak terbaca pada alat COBAS e 411 sering menimbulkan error
1. Tujuan
2. Metode
145
Metode yang digunakan pada pemeriksaan Anti HBs adalah ELFA (Enzyme
3. Prinsip
Sampel dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis
dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah
nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar
4. Dasar Teori
disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B adalah virus DNA berukuran
Hepadnavirus, virus DNA, serat ganda parsial, panjang genom sekitar 3200
Tes anti HBs positif juga dapat berarti seseorang pernah mendapat vaksin
hepatitis B atau immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang
mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-Hbs posistif pada individu yang tidak
146
pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa individu tersebut
a. Alat
1. VIDAS 1
2. Mikropipet
3. Yellow tip
b. Bahan
2. Serum
6. Cara Kerja
- UPS
- Modul Vidas
- Komputer
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon √ pada monitor
147
3. Parameter yang sama diletakkan pada satu section.
4. Strip dan SPR dimasukkan pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR
dalam alat.
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan
7. Hasil Kegiatan
RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal dari pasien rawat
148
Kamis, 26 Maret 2015 1
Jumat, 27 Maret 2015 1
Sabtu, 28 Maret 2015 -
Senin, 30 Maret 2015 -
Selasa, 31 Maret 2015 -
Rabu, 1 April 2015 -
Kamis, 2 April 2015 -
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 -
Total 5
Contoh hasil pemeriksaan Anti HBs yang dikeluarkan oleh RSUP Sanglah
terlampir.
9. Pembahasan
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol. Salah satu jenis hepatitis adalah
beberapa marker serologis dari virus hepatitis B. Untuk tes penyaring cukup
149
imunocapture dengan hasil akhir dibaca menggunakan fluoresensi. Sampel
dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis dan
hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah nilai
indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar yang
Sampel yang digunakan adalah serum yang berasal dari darah pasien
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah
tidak hemolisis. Serum yang digunakan adalah sebanyak 150 µL dan dipipet ke
dalam reagen Bio Merieux dengan syarat tidak muncul gelembung. Data pasien
komputer.
perlu adanya pencatatan agar voleme pemeriksaan tidak keliru. Hasil pemeriksaan
yang sudah selesai kemudian dicetak dan diverifikasi oleh petugas laboratorium.
Kemudian divalidasi oleh dokter patologi klinik yang berjaga dimana selanjutnya
diberikan ke pasien.
150
H. PEMERIKSAAN ANTI HAV IgM
1. Tujuan
a. Untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap virus hepatitis A pada serum
pasien.
2. Metode
Metode yang digunakan pada pemeriksaan anti HAV IgM adalah ELFA
3. Prinsip
Sampel dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis
dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah
nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar
4. Dasar Teori
kubus dan simetris. Penyakit hepatitis A dulu dinamakan hepatitis infeksiosa atau
hepatitis berinkubasi pendek. Penularan virus hampir selalu melalui jalur fekal-
oral. Masa inkubasi untuk HAV biasanya 2-6 minggu. HAV tidak berhubungan
151
hampir selalu ada, fosfatase alkali dan bilirubin direk sering tinggi. Diagnosis
a. Alat
1. VIDAS 2
2. Mikropipet
3. Yellow tip
b. Bahan
2. Serum
6. Cara Kerja
- UPS
- Modul Vidas
- Komputer
152
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon √ pada monitor
4. Strip dan SPR dimasukkan pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR
dalam alat.
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan
Nilai rujukan :
153
- Reaktif : ≥ 0,50 units
7. Hasil Kegiatan
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal dari
Contoh hasil pemeriksaan anti HAV IgM yang dikeluarkan oleh RSUP
Sanglah terlampir.
IgM adalah kesulitan unutk menghafal volume – volume yang harus dimasukkan
9. Pembahasan
(HAV). Virus ini menyebar ketika orang yang makan atau minum sesuatu yang
154
terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi HAV, hal ini disebut transmisi
fekal-oral. Penyakit ini erat kaitannya dengan sanitasi yang tidak memadai dan
kebersihan pribadi yang buruk. Masa inkubasi penyakit hepatitis A adalah 2-6
minggu.
pada awal infeksi dan menghilang dalam 2 sampai 3 bulan. IgG anti-HAV timbul
pada masa pasca infeksi atau pemulihan (>4 minggu), dan biasanya menetap
menyaring infeksi lama dan pembuktian adanya imunitas pada orang yang
dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis dan
hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah nilai
indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar yang
Sampel yang digunakan adalah serum yang berasal dari darah pasien
kecepatan 3000 rm selama 10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah tidak
hemolisis. Serum yang digunakan adalah sebanyak 150 µL dan dipipet ke dalam
reagen Bio Merieux dengan syarat tidak muncul gelembung. Data pasien yang
155
telah diinput di komputer akan memperlihatkan posisi peletakkan sampel. Sampel
yang sudah dimasukkan kemudian distart dan pemeriksaan akan dilakukan yang
Maret sampai 4 April 2015 adalah 7 sampel. Pemeriksaan anti HAV IgM ini
pencatatan agar tidak terjadi kekeliruan. Hasil pemeriksaan yang sudah selesai
divalidasi oleh dokter patologi klinik yang berjaga dimana selanjutnya diberikan
ke pasien.
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
3. Prinsip
156
Prinsip pemeriksaan ini adalah kombinasi dari metode imunoenzim dan
dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis dan
hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah nilai
indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar yang
4. Dasar Teori
menjalankan fungsi fertilisasi. Kondisi seseorang tidak dapat hamil setelah satu
pada vagina, kelainan serviks uteri, uterus, dan tuba falopi serta gangguan
hormonal seperti hambatan sekresi FSH dan LH yang berperan dalam ovulasi.
Pada pria, penyebabnya dapat berupa abnormalitas pada sperma (baik morfologi
maupun motilitas sperma), ejakulasi ataupun ereksi, infeksi pada jaringan genital
yang menyebabkan obstruksi saluran genital serta pemakaian obat antikanker dan
pengaruh radiasi.
pria, sedangkan sepertiganya lagi disebabkan gangguan fertilitas pada kedua belah
pihak atau adanya gangguan fertilitas yang tidak dapat dijelaskan. Pemeriksaan
fertilitas meliputi :
157
Pemeriksaan darah untuk menguji fertilitas seorang pria adalah dengan
mengukur kadar FSH dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan
abnormalitas, terutama jika konsentrasi sperma kurang dari 10 juta per millimeter
atau ada indikasi lain yang mengarah pada kelainan hormonal. Biasanya, uji
testosteron dan FSH yang pertama kali diukur. Jika kadar testosteron rendah,
kadar LH diukur.
Lutenizing Hormon / LH
dan ovulasi. Kadar LH normal bagi perempuan biasanya antara 6 dan 30 U/L.
rendah dapat mencegah ovulasi. Hal ini akan mencegah kehamilan. Tingginya
kadar LH selama waktu yang salah dari siklus berkontribusi pada infertilitas,
158
Wanita yang sedang menstruasi : 4,7-21,5 mIU / mL
terjadinya menopause. FSH harus diukur pada semua wanita untuk mengecualikan
mL dapat menjadi perhatian. Pada pasien tertentu, Clomid chalange test dapat
memberikan indikasi cadangan ovarium. Pada pasien dapat diberikan dalam dosis
standar 100 mg antara hari lima dan Sembilan. FSH dan estradiol diukur lagi pada
hari ke 10. Tingginya kadar FSH baik pada hari 3 atau hari 10 mengindikasikan
Prolaktin
Merupakan hormon peptida yang fungsi utamanya adalah pada proses laktasi.
Kadar hormon prolaktin yang tinggi dapat menekan FSH. Normalnya, kadar
Estradiol
(indung telur) sehingga pemeriksaan ini dapat menilai fungsi ovarium. Kadar
β HCG
peptide dan steroid yang esensial untuk memelihara kehamilan. Hormone yang
159
Plasenta sebagai organ endokrin utama pada kehamilan, bersifat untuk
dibandingkan dengan jaringan endokrin lain dalam dua aspek. Jenis dan kecepatan
(ditemukan dalam darah dan urine perempuan hamil). Hormon yang dibentuk oleh
trofoblast (lapisan bagian luar janin yang terbentuk pada awal pembentukan janin
kuning dalam indung telur yang terbentuk ketika indung telur baru saja
melepaskan sel telur) yang membuat eksogen dan progesterone sampai plasenta
terbentuk seutuhnya. Molekul HCG bersifat dimerik, terdiri dari satu sub unit alfa
dan satu sub unit beta, yang khas untuk HCG dan menentukan individualitas
antigenik.
rahim dengan lapisan tebal dan pembuluh darah kapiler sehingga dapat menopang
tumbuh janin. Ini juga telah dihipotesiskan bahwa HCG juga bisa merupakan link
(pembubaran T-sel). Hasil ini menunjukkan bahwa hCG juga bisa merupakan link
janin di endometrium
Procalcitonin
160
Sejak awal tahun 1990-an procalcitonin (PCT) pertama kali digambarkan
saat inflamasi sistemik, khususnya ketika hal tersebut disebabkan oleh infeksi
dan sudah dikenali sebagai petanda penyakit infeksi sebab penyakit berat.
Kepekatan PCT dapat mencapai 1000 ng/ml saat sepsis berat dan syok sepsis.
Namun demikian, sumber asal PCT selama sepsis belum jelas, apakah nilai kadar
PCT dapat membedakan antara penyakit infeksi dan non infeksi. Pada keadaan
fisiologis, kadar procalcitonin rendah bahkan tidak terdapati (dalam ng/ml), tetapi
akan meningkat bila terjadi bakteremia atau fungimia yang timbul sesuai dengan
terdapat juga pada keadaan bukan infeksi, selain itu juga merupakan pengukuran
a. Alat
1. VIDAS 1 dan 2
2. Mikropipet
3. Yellow tipe
b. Bahan
1. Reagen biomerieux
2. Serum
6. Cara Kerja
161
2. UPS
3. Modul Vidas
5. Komputer
4. Masukkan strip dan SPR pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR dalam
alat.
2. Klik tanda X pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan “Do
162
3. Tekan “Yes”, pada monitor tampak Windows NT desktop.
7. Hasil Kegiatan
sub lab imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang
8. Permasalahan
karena setiap parameter memerlukan volume sampel yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kendala waktu yang singkat yang diperoleh mahasiswa pada PKL ini.
163
Mahasiswa mengatasi masalah tersebut dengan mencatat volume - volume
pembagian waktu PKL untuk kedepannya dapat diatur dengan baik agar
yang sesuai.
ini adalah kombinasi dari metode imunoenzim dan imunocapture dengan hasil
kemudian alat akan membaca secara otomatis dan hasilnya dicetak oleh printer
secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah nilai indeks yang didapat secara
otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar yang sudah disimpan dalam
164
J. PEMERIKSAAN CD4
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
3. Prinsip
4. Dasar Teori
CD4 (CD four) adalah bagian dari populasi limfosit T yang di sebut
sebagai sel T helper (penolong). CD4 dalam sistem imun ditulis dengan penanda
permukaan CD4+. Fungsi utama CD4 dalam imun, meregulasi sistem imun agar
berupa fagosit untuk khemotaksis dan proses fagositosis benda asing, untuk sistem
antibodi dan mengatur produksi antibodi. Sedangkan untuk sistem imun seluler
berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK membunuh sel sasaran yang terkena
a. Alat –alat :
1. Micropipet
2. Yellow tipe
3. BD FACS Count
165
4. Vortex mixer
5. Reagen tubes
b. Bahan :
1. Fixative
6. Cara Kerja
a. Persiapan sampel
b. Running Sampel
6. Tekan Run.
166
c. Shut Down
1. Ditekan Utility.
7. Hasil Kegiatan
yang dilakukan di sub lab imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh
mahasiswa PKL yang berasal dari pasien rawat jalan atau rawat inap, yaitu:
8. Permasalahan
sampel yang banyak sedangkan untuk menjalankan satu sampel diperlukan waktu
yang lama sekitar 1 jam, sehingga seringkali pemeriksaan terhadap CD4 ditunda.
167
Penyakit immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan,
dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara kuat, sehingga infeksi lebih sering
terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari
biasanya. Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir,
sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus, jamur atau bakteri
bertahap. Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan
cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel
darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Setiap tahapan dari
infeksi akan menunjukkan gejala yang berbeda. Tahap awal dari infeksi virus ini
biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun, gejala baru akan
muncul setelah dua sampai empat minggu setelah terinfeksi. Seseorang bisa
mengeluh mengalami sakit kepala yang berat dan persisten disertai dengan
demam, ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang
mirip dengan flu atau infeksi virus sedang. Gejala dan tanda awal dari HIV
termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar
getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha. Gejala-gejala ini hampir sama
dengan infeksi virus lainnya. Karena itu banyak orang yang terinfeksi HIV tidak
168
Control/CDC) mengungkapkan ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium
2. Batuk kering
4. Kelelahan
6. Kehilangan memori
langkah yang tepat untuk memantau penyakit HIV/AIDS serta prognosis yang
mungkin terjadi.
dan reagen pemeriksaan CD4 hanya bisa dilakukan terbatas dan hasil yang
dikeluarkan cukup lama karena diperlukan waktu inkubasi yang cukup lama pula.
169
K. PEMERIKSAAN SEROLOGI DHF
1. Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui adanya antibody (IgG, IgM ) pada sampel serum pasien
2. Metode
3. Prinsip
dengan antigen captured pada strip test dan membentuk kompleks warna.
4. Dasar Teori
merupakan virus dari family flaviridae. Terdapat 4 macam serotype virus dengue
nyamuk betina seperti Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes polynesienses
(Fatma, 2012).
diagnosis infeksi virus dengue juga telah mengalami perkembangan yang cukup
dengue, hingga pemeriksaan cepat seperti IgG-IgM dengue dan NS1Ag dengue.
Masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Saat ini yang menjadi
pilihan adalah IgG-IgM dengue dan NS1 dengue karena akurasinya yang bagus,
170
kecepatan selesai hasil yang cepat, mudahnya cara pemakaian, serta biaya yang
a. Alat
1. Strip test
2. Pipet droper
b. Bahan
1.Serum pasien
2. Buffer
6. Cara Kerja
2. Teteskan 10 mikron (1 tetes) serum pada sumur sampel pada strip test
Interpretasi hasil:
1. Positif : Bila terdapat garis pada “IgG” dan “C”, “IgM” dan “C”,
7. Hasil Kegiatan
Kegiatan pemeriksaan DHF IgG dan IgM yang dilakukan di sub lab
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL, yaitu:
171
Kamis, 26 Maret 2015 4
Jumat, 27 Maret 2015 8
Sabtu, 28 Maret 2015 10
Senin, 30 Maret 2015 3
Selasa, 31 Maret 2015 13
Rabu, 1 April 2015 6
Kamis, 2 April 2015 8
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 5
Total 70
Contoh hasil pemeriksaan DHF IgG dan IgM yang dikeluarkan oleh
8. Permasalahan
pemeriksaan ini mahasiswa terkadang bingung karena sering sekali pada strip tes
yang muncul adalah garis T2 saja sedangkan garis yang lain tidak muncul. Hasil
ini tentunya invalid tetapi penjelasan dari pihak laboratorium Sanglah bahwa jika
muncul garis T2 saja artinya pasien positif IgG karena titernya sangat kuat jadi
tidak sanggup menuju garis IgM dan garis C ( kontrol ). Sehingga pada
pengerjaan DHF IgG dan IgM perlu dilakukan pengawasan dari pihak
9. Pembahasan
antibody dalam tubuh pasien. Antibody IgG bertujuan untuk mengetahui pasien
sebelumnya sudah pernah mengalami sakit yang sama atau tidak sedangkan IgM
untuk mengetahui pasien baru pertama kali megalami sakit (akut). Pemeriksaan
172
Apabila dalam pemeriksaan didapatkan hasil negative maka pada strip tes
hanya akan muncul satu garis yaitu pada garis control, apabila hasil menunjukkan
positif akan muncul garis pada control dan IgG, control dan IgM, atau
L. PEMERIKSAAN NS1
1. Tujuan
173
- Untuk dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan dengue NS1 Ag.
2. Metode
3. Prinsip
whole blood ) pasien sebagai antigen bereaksi dengan anti NS1 Ag sebagai
antibodi yang dilapisi koloidal emas pada strip dan membentuk kompleks
kromatografi menuju wilayah test yang dilapisi oleh antibidi spesifik terhadap
dengue yang akan membentuk garis warna sebagai kompleks partikel emas
4. Dasar Teori
subtropik lainnya. Diagnosis penyakit ini adalah dari gejala klinis yang
tidak khas kadang menyerupai gejala flu biasa.Dari tanda klinis didapatkan
terdapat empat serotipe yang berbeda yaitu DEN1, DEN2, DEN3 dan DEN4
174
(C/protein core, M/protein membrane, E/protein envelope) dan tujuh protein
2009).
Virus dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN-2. Virus dengue
single Open Reading Frame (ORF ) yang mengkode 2 macam protein yaitu
NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5 yang ditandai oleh sebuah 5’ dan 3’
(SCF) pada kultur sel yang terinfeksi. NS1 diperlukan untuk kelangsungan
hidup virus namun belum diketahui aktivitas biologisnya. Dari bukti yang
sudah ada menunjukkan bahwa NS1 terlibat dalam proses replikasi virus.
175
NS1 sendiri dihasilkan dalam 2 bentuk yaitu membran associated dan
secreted form. NS1 bukan bagian dari struktur virus tapi diekspresikan pada
pasien dengan infeksi sekunder tapi tidak pada infeksi primer.NS1 dengue
virus dengue dengan konsentrasi yang tinggi pada infeksi primer maupun
sekunder selama fase klinik sakit dan hari-hari pertama masa konvalesen
supernatan dan membran plasma sel selama proses infeksi. NS1 merupakan
gen esensial di dalam sel yang terinfeksi dimana fungsinya sebagai ko-faktor
untuk replikasi virus, yang terdapat bersama di dalam bentuk replikasi RNA
plasma yang terjadi selama infeksi virus dengue yang berat. Sampai saat ini,
dan sel mesensimal, juga menempel secara kurang lekat terhadap berbagai sel
darah tepi.Lebih lanjut, NS1 juga terikat pada biakan sel endotel
mikrovaskuler manusia lebih baik daripada sel endotel aorta atau umbilical
176
cord. Spesifisitas ikatan ini sudah dibuktikan terdapat pada ikatan NS1 pada
endotel paru dan hati namun tidak pada usus atau otak dari jaringan tikus.
Manifestasi Klinis
Asimtomatik Simtomatik
Spesifik
(SSD)
DD DBD
Gambar 1. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue (dikutip dari WHO, 1997)
NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut
177
demikian kita dapat segera melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien.
Hal ini tentunya akan mengurangi risiko komplikasi seperti demam berdarah
mengalami demam disertai gejala klinis infeksi virus dengue (pada hari 1-3
Positivitas dan kadar Ag NS1 Dengue tertinggi pada hari-hari awal demam
tubuh terhadap infeksi maka pemeriksaan ini dilakukan paling baik saat panas
hari ke-0 hingga hari ke -4, karena itulah pemeriksaan ini dapat mendeteksi
hari keempat kadar NS1 antigen ini mulai menurun dan akan hilang setelah
hari ke-9 infeksi. Angka sensitivitas dan spesifisitasnya pun juga tinggi.Bila
ada hasil NS1 yang positif menunjukkan kalau seseorang ‘hampir pasti’
dengue dan masih perlu dilakukan observasi serta pemeriksaan lanjutan. Ini
terjadi karena untuk mendeteksi virus dengue diperlukan kadar yang cukup
dari jumlah virus dengue yang beredar, sedangkan pada fase awal mungkin
dilakukan setelah munculnya antibodi maka kadar virus dengue juga akan
178
Disinilah diperlukan ketepatan dalam pemilihan waktu dan jenis
Ag Dengue tetapi apabila sudah melewati hari ke-4 panas maka pilihannya
awal demam sampai hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63% -
terutama saat waktu borderline atau hari ke-3 hingga hari ke-5 panas. Jadi
apabila ada gejala demam berdarah seperti panas tinggi, kedua pemeriksaan
kriteria WHO, 1997.Semua kriteria di bawah harus dipenuhi untuk definisi kasus
DBD.
179
d. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau
lebih, menurut standar umur dan jenis kelamin, atau penurunan hematokrit
A. Alat
1. Disposable dropper
2. Stopwatch
3. Cassette test
B. Bahan
1. Sampel serum
2. Tissue
6. Cara Kerja
7. Interpretasi Hasil
180
1. Negatif : Terbentuk garis berwarna hanya pada tanda “C”
3. Invalid : Tidak terbentuk garis berwarna pada tanda “C” dan “T”
8. Permasalahan
9. Pembahasan
Prinsip pemeriksaan dengue NS1 Ag ini adalah Dengue NS1 Ag yang ada
pada serum sebagai antigen akan bereaksi dengan anti-NS1 Ag sebagai antibody
yang dilapisi dengan koloidal emas pada strip dan membentuk kompleks antigen
terhadap virus dengue, yang akan membentuk kompleks partikel emas antibody-
sedangkan sisa kompleks antigen-antibodi yang tidak berikatan di daerah test (T)
dan koloidal emas akan berikatan dengan goat anti-mouse IgG sehingga
Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan ini dipastikan bersih
dan bebas dari kontaminasi. Cassette dan sampel dikondisikan pada suhu ruang
diletakkan pada tempat yang datar dengan tujuan agar sampel serum yang
181
diteteskan tidak tumpah serta distribusi sampel merata sampai daerah control.
tercampur merata. Sampel yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengue NS1
Ag adalah serum atau plasma atau whole blood. Ketiga jenis sampel tersebut
pada lubang sampel yang bertanda “S” secara vertical agar tetesan serum tepat
menetes pada lubang dan tidak merembes. Serum akan bergerak sepanjang
menit. Pembacaan tidak boleh dilakukan kurang dari 15 menit atau lebih dari 20
menit, karena waktu 15-20 menit merupakan waktu efektif (operating time) untuk
membentuk ikatan antigen antibody. Pada pemeriksaan ini juga penting dilakukan
M. PEMERIKSAAN ASTO
1. Tujuan Kegiatan
182
2. Metode
aglutinasi
3. Prinsip
yang terikat pada partikel latex polistirene dengan Anti Streptolisin-O (ASO) yang
4. Dasar Teori
standar untuk demam rheumatic, sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya
infeksi Streptococcus. Titer ASTO dianggap meningkat apabila mencapai 250 unit
Tood pada orangdewasa atau 333 unit Tood pada anak-anak diatas usia 5 tahun,
dan dapat dijumpai pada sekitar 70%-80% kasus demam rheumatic akut. Sebagian
Strepolisin O (SO – ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari
200 IU/ml, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan
partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml ,
183
maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan
sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi
latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml. (Handojo ,
1982)
a. Alat
1. Yellow tip
3. Pengaduk
4. Rotator
b. Bahan
1. Reagen latex
3. Sampel Serum
6. Cara Kerja
d. Aduk selama 5 detik dan goyangkan selama 2 menit lalu amati hasilnya
184
f. Serum dengan hasil positif pada cara kualitatif (screening test) harus
dilakukan titrasi test (semi kuantitatif test) ntuk mengetahui titer ASO
dalam sampel.
amati hasilnya
185
Kamis, 2 April 2015 2
Jumat, 3 April 2015 -
Sabtu, 4 April 2015 -
Total 8
Contoh hasil pemeriksaan ASO yang dikeluarkan oleh RSUP Sanglah
terlampir.
8. Permasalahan
dengan berlatar belakang hitam terkadang kotoran yang ada di slide bereaksi
pemeriksaan dipastikan terebih dahulu bahwa alat – alat yang digunakan harus
bersih.
9. Pembahasan
streptolisin O yang dihasilkan oleh tubuh apabila terjadi infeksi oleh bakteri
ASTO terjadi aglutinasi maka dinyatakan di dalam tubuh pasien terdapat Anti
Streptolisin O.
Apabila terjadi hasil negative pada serum pasien maka saat serum pasien
dicampur dengan reagen lateks tidak terjadi aglutinasi. Hasil negative ini
atau antibody ini terdapat dalam serum namun kurang dari 200 I.U/ml sehingga
dilakukan dengan memipet 100 uL serum ditambah dengan 100 uL NaCl/ buffer,
186
tetes reagen, apabila hasil ini menunjukkan hasil positif maka titer Asto
187
N. PEMERIKSAAN ANTI HIV
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
3. Prinsip
Ketika sampel serum, plasma, atau whole blood pasien yang mengandung
antibodi spesifik terhadap antigen HIV – 1 dan HIV - 2 diteteskan pada sumur uji,
antibodi spesifik terhadap antigen HIV – 1 dan HIV – 2 pada sampel berikatan
dengan antigen rekombinan HIV- 1 dan 2 (gp41 , p24 , gp36) yang dilapisi gold
( pita 1 yang dilapisisi antigen gp41,p24 dan pita 2 yang dilapisi antigen gp36 )
antigen.
4. Dasar Teori
klinis yang yang dikenal sebagai spektrum infeksi HIV. HIV yang dulu disebut
Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi
oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung
188
protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid p7/p9, dua kopi RNA
genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase .
Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target
antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein
selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam
proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen
gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa
protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein
Terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
env, HIV-1 meliputi tiga kelompok virus yang berbeda yaitu M (main), N (New
atau non-M, non-O) dan O (Outlier). Kelompok M yang dominan terdiri dari 11
subtipe atau clases (A-K). Telah teridentifikasi 6 subtipe HIV-2 yaitu sub tipe A-F
(Jawetz, 2001).
mempunyai gen vpu tetapi tidak mempunyai vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2
patogenitas dan perbedaan perjalanan penyakit diantara kedua tipe HIV tersebut.
189
Karena HIV-1 yang lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian klinis dan
Diagnosis pada infeksi HIV dilakukan dengan dua metode yaitu metode
a. Uji Imunologi
linked immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid test). Uji
dan persentase CD4+ dan CD8+ T-limfosit absolute. Uji ini sekarang tidak
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang diduga telah terinfeksi HIV.
ELISA dengan hasil reaktif (positif) harus diulang dengan sampel darah yang
sama, dan hasilnya dikonfirmasikan dengan Western Blot atau IFA (Indirect
pada masa jendela (window period), tetapi harus ditindak lanjuti dengan
dilakukan uji virologi pada tanggal berikutnya. Hasil negatif palsu dapat
190
terjadi pada orang-orang yang terinfeksi HIV-1 tetapi belum mengeluarkan
antibodi melawan HIV-1 (yaitu, dalam 6 (enam) minggu pertama dari infeksi,
termasuk semua tanda-tanda klinik dan gejala dari sindrom retroviral yang
akut. Positif palsu dapat terjadi pada individu yang telah diimunisasi atau
(IgG) antibodi anak baru lahir dari ibu yang terinfeksi HIV-1. Oleh karena itu
hasil positif ELISA pada seorang anak usia kurang dari 18 bulan harus di
konfirmasi melalui uji virologi (tes virus), sebelum anak dianggap mengidap
HIV-1.
- Rapid test
Merupakan tes serologik yang cepat untuk mendeteksi IgG antibodi terhadap
mengkonfirmasi hasil rapid tes dan semua hasil rapid tes reaktif harus
- Western blot
Digunakan untuk konfirmasi hasil reaktif ELISA atau hasil serologi rapid tes
skrining berulang (ELISA atau rapid tes). Hasil negative Western blot
menunjukkan bahwa hasil positif ELISA atau rapid tes dinyatakan sebagai
hasil positif palsu dan pasien tidak mempunyai antibodi HIV-1. Hasil
191
Western blot positif menunjukkan keberadaan antibodi HIV-1 pada individu
Uji ini sederhana untuk dilakukan dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit
dan sedikit lebih mahal dari uji Western blot. Antibodi Ig dilabel dengan
penambahan fluorokrom dan akan berikatan pada antibodi HIV jika berada
besar sel target HIV pada manusia. Kecepatan penurunan CD4 telah terbukti
b. Uji Virologi
Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1 meliputi kultur virus, tes
amplifikasi asam nukleat / nucleic acid amplification test (NAATs) , test untuk
menemukan asam nukleat HIV-1 seperti DNA arau RNA HIV-1 dan test untuk
komponen virus (seperti uji untuk protein kapsid virus (antigen p24)).
- Kultur HIV
HIV dapat dibiakkan dari limfosit darah tepi, titer virus lebih tinggi dalam
plasma dan sel darah tepi penderita AIDS. Pertumbuhan virus terdeteksi
dengan menguji cairan supernatan biakan setelah 7-14 hari untuk aktivitas
reverse transcriptase virus atau untuk antigen spesifik virus. NAAT HIV-1
192
(Nucleic Acid Amplification Test) Menemukan RNA virus atau DNA proviral
yang banyak dilakukan untuk diagnosis pada anak usia kurang dari 18 bulan.
Karena asam nuklet virus mungkin berada dalam jumlah yang sangat banyak
dalam sampel. Pengujian RNA dan DNA virus dengan amplifikasi PCR,
RNA HIV merupakan petanda prediktif penting dari progresi penyakit dan
menjadi alat bantu yang bernilai untuk memantau efektivitas terapi antivirus.
Protein virus p24 berada dalam bentuk terikat dengan antibodi p24 atau dalam
keadaan bebas dalam aliran darah indivudu yang terinfeksi HIV-1. Pada
antigen p24 dari antibodi anti-p24 (Read, 2007, dikutip dari Mariam 2010).
a. Alat :
4. Mikropipet
5. Pipet droper
b. Bahan :
a. Sampel serum
193
6. Cara Kerja
2. Sampel serum dipipet dengan pipet dropper dan diteteskan 1 tetes pada
5. Amati hasil
2. Sampel serum sebanyak satu tetes (30 uL) dipipet pada strip test
5. Amati hasil
2. Sampel serum dipipet dengan pipet dropper dan diteteskan pada area
4. Amati hasil
Interpretasi hasil:
1. Positif : Bila terdapat garis pada “T1” dan “C”, “T2” dan “C”, atau “T1”,
194
3. Invalid : Bila tidak ada garis pada “T” dan “C”.
Catatan : Test pertama dilakukan pada Oncoprobe Strip Test apabila pada
Apabila test menunjukkan positif maka dilanjutkan pada Intec dan Vikia.
7. Hasil Kegiatan
Jumlah pemeriksaan Anti HIV yang telah dilakukan oleh mahasiswa di sub
8. Permasalahan
diteteskan kurang menyebabkan garis pada strip tes tidak muncul, terkadang garis
kontrol juga tidak muncul sehingga perlu penambahan serum yang lebih banyak
dan apabila garis kontrol tidak muncul dilakukan pemeriksaan ulang dengan
9. Pembahasan
195
Pemeriksaan Anti-HIV merupakan pemeriksaan darah yang digunakan
untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV. Pada umumnya, antibodi ini
terbentuk dalam waktu sekitar 3-6 minggu setelah terinfeksi atau pada individu
dengan pembentukan antibodi yang lambat dapat terbentuk setelah 3-6 bulan
terinfeksi. HIV meruapakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
dan mengakibatkan daya tahan tubuh menurun hingga akan lebih mudah
terinfeksi. Individu dengan infeksi HIV akan mengalami beberapa fase, yakni fase
yang memiliki sensitivitas tinggi sebagai reagen pertama, cassette test INTEC
yang memiliki spesifisitas tinggi untuk reagen yang kedua dan cassette test VIKIA
yang memiliki sentivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dari reagen kedua
sebagai reagen ketiga. Hal ini dilakukan untuk menentukan keakuratan hasil
secara umum karena pemeriksaan ini bersifat rahasia. Identitas pasien hanya
diketahui oleh konselor ketika di laboratorium sampel hanya berisi kode khusus
diagnosis AIDS hanya dapat dilakukan atas dasar klinis, untuk sampel
196
berulang kali diuji sebagai positif, tes tambahan yang lebih spesifik harus
dilakukan.
AIDS bahkan jika antibodi HIV-1 dan atau HIV-2 terdapat dalam spesimen
pasien.
197
O. PEMERIKSAAN WIDAL DAN IgM Salmonella Tiphy
1. Tujuan Kegiatan
2. Metode
3. Prinsip
b. Tes ini mendeteksi adanya Antibodi Anti-O9 dalam serum pasien dengan
4. Dasar Teori
dan C yang masih dijumpai secara luas di negara berkembang yang terutama
198
petanda demam typhoid yang dikategorikan antara lain Aglutinin O, Aglutinin
demam typhoid adalah pemeriksaan widal. Widal tau uji widal adalah
Salmonella typhi/paratyphi (reagen). Uji ini merupakan tes kuno yang masih
amat popular dan paling sering diminati terutama di negara dimana penyakit
ini endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapid test) hasilnya dapat
itu antibodi jenis ini dikenal sebagai febril aglutinin. Untuk menentukan
seseorang menderita demam typhoid atau bukan, tetap harus didasarkan atas
gejala-gejala yang sesuai dengan penyakit tifus. Uji widal hanya dapat
dikatakan sebagai penunjang diagnose. Jika seseorang tanpa gejala dengan uji
Teknik pemeriksaan uji widal, dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
slide test dan tube test. Perbedaannya uji tabung/tube test membutuhkan waktu
inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal
banyak digunakan uji widal slide test. Sensitifitas dan spesifisitas tes ini amat
199
Beberapa tahun kebelakang dan sepertinya masih popular hingga saat ini,
baru untuk tes pendeteksian demam tifoid. Pemeriksaan yang dapat dijadikan
typhi)
Salmonella typhi)
typhi)
typhi)
dan mudah untuk deteksi demam tifoid akut. Pemeriksaan ini mendeteksi
200
5. Alat dan Bahan
Widal
1. Alat
d. Mikropipet
2. Bahan
a. Antisera:
- Salmonella paratyphi AO
- Salmonella paratyphi BO
- Salmonella paratyphi CO
b. Serum Pasien
IgM Salmonella
1. Alat
a) Kuvet
b) Cover strip
c) Mikroskop
d) Yellow tip
2. Bahan
201
a) Sampel/ plasma heparin
Bila tidak segera diperiksa maka serum dapat disimpan pada suhu 2-80C
b) Reagen Biru
c) Reagen coklat
d) Kontrol positif
e) Kontrol negatif
6. Cara Kerja
Widal
d. Serum dan suspensi antigen diaduk selama 5 detik dengan tusuk gigi
Intrepretasi hasil:
202
a. Alat dan bahan disiapkan
tersebut.
c. Well diletakkan di atas tempat yang datar (jangan dulu di atas skala
203
g. Campuran didiamkan 2 menit
i. Well ditutup dengan cover strip, tekan yang keras untuk mencegah
j. Kuvet diletakaan pada skala warna, biarkan selama 5 menit dan baca hasil.
Interpretasi Hasil
7. Hasil Kegiatan
Jumlah pemeriksaan Widal dan IgM Salmonella typhi yang telah dilakukan
oleh mahasiswa di sub laboratorium Immunologi dapat dilihat pada tabel berikut :
204
Kamis, 2 April 2014 3 -
Jumat, 3 April 2014 - -
Sabtu, 4 April 2014 2 -
Total 12 7
8. Permasalahan
melalui pemeriksaan kualitatif dengan volume sampel 80 mikron. Hal ini berbeda
Salmonella typhi adalah terdapat sampel darah mengalami lipemik yang dapat
untuk menegakan diagnosa demam tipoid. Uji widal positif artinya ada antibodi
yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(agglutinin). Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense
205
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan
serum.
Teknik pemeriksaan widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji
hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji
lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1
widal yang dilakukan di sub lab immunologi ini adalah uji widal dengan metode
slide test (uji hapusan), dan pemeriksaan dilakukan tidak melalui urutan
ditentukan dengan melihat aglutinasi yang terbentuk. Ini tentu berbeda dengan
teori yang diajarkan. Mengatasi hal tersebut dilakukan dengan tetap mengikuti
yang berbeda, pemeriksaan IgM Salmonella Typhi dapat digunakan untuk pasien
dengan keluhan awal, karena antibody yang dideteksi merupakan antibody primer
yang muncul pada infeksi awal. Untuk metode pemeriksaan yang digunakan
206
antigen 09 LPS dideteksi melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi
antara kedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang
berwarna coklat).
yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi IgM Salmonella typhi
darah memiliki kadar lemak yang tinggi atau lipemik. Bahan yang lipemik dapat
terlebih dahulu dipisahkan antara lemak dengan serum. Pemisahan ini dilakukan
dengan cara memutar bahan atau centrifugasi dengan kecepatan tinggi yaitu
10000 rpm selama 15 menit. Sehingga lapisan akan terpisah dari serum yan
IgM Salmonella Typhi dengan menggunakan sampel serum yang dipipet secara
hati-hati.
207
P. PEMERIKSAAN VDRL DAN TPHA
1. Tujuan
serum pasien.
2. Metode
hemaglutinasi.
3. Prinsip
a. Reaksi flokulasi secara imunologis yang terjadi antara antibodi yang terdapat
dalam serum pasien dengan antigen lipoid dimana terdiri dari partikel karbon
208
4. Dasar Teori
panjangnya antara 6,15 µm, lebar 0,15 µm,terdiri atas delapan sampai dua puluh
stadium aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat
dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan
sifilis kongenital. Sifilis kongenital dapat dibagi menjadi stadium dini, lanjut, dan
stigmata.
berupa vesikel dan bula yang pecah membentuk erosi yang ditutupi krusta.
Kelainan ini sering terdapat di telapak kaki dan tangan, disebut pemfigus
berupa papul dan skuama (menyerupai sifilis stadium II). Kelainan lain dapat
Sifilis kongenital lanjut terdapat pada usia lebih dari 2 tahun. Manifestasi
klinis ditemukan pada usia 7-9 tahun dengan adanya Trias Hutchinson
209
meliputi keratitis interstitial (kelainan pada mata), ketulian N VIII serta gigi
Hutchinson (insisivus I atas kanan dan kiri berbentuk seperti obeng). Dapat
juga terjadi paresis, perforasi palatum durum serta kelainan tulang tibia dan
frontalis.
Pada stadium lanjut dapat terlihat stigmata pada sudut mulut (garis-garis yang
Stadium I
Tiga minggu setelah pajanan bakteri terdapat lesi primer terjadi pada jalan
masuk. Lesi umumnya hanya satu dan dapat berkembang menjadi papular yang
erosif, berukuran miliar hingga lentikular, serta ada indurasi (pengerasan). Papul
ini bisa berkembang menjadi erosi dan ulserasi. Jika berkembang menjadi ulserasi
disebut ulkus durum, dengan tepi merah, lebar 1-2 mm, dapat berkrusta dan
tidak nyeri, soliter, dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Lesi umumnya
bisa terdapat pada alat kelamin, bisa juga ekstragenital (bibir, lidah, tonsil, putting
susu, jari dan anus). Tanpa pengobatan, lesi dapat sembuh spontan dalam 3-8
Stadium II
Stadium sifilis sekunder dicapai ketika terjadi sifilis primer sudah sembuh;
jarak antara sifilis primer dan sekunder sekitar 6 sampai 8 minggu. Lesi yang
inokulasi bakteri) serta memiliki sifat tidak gatal, tidak memerah serta
210
terdistribusi secara simetris. Gejala konstitusional mendahului sifilis sekunder,
seperti nyeri kepala, demam, anoreksia dan nyeri sendi.Pada sifilis sekunder dapat
Stadium Laten
Pada sifilis laten tidak terdapat manifestasi klinis, namun tes serologi
menunjukkan hasil yang positif. Pada periode laten awal (2 tahun setelah infeksi),
transmisi secara vertikal masih bisa terjadi meskipun transmisi melalui hubungan
Stadium III
dari sifilis tersier dapat terlihat. Lesi yang khas adalah guma. Guma dapat satu,
dapat multipel, berukuran miliar hingga beberapa sentimeter. Guma dapat timbul
granulasi dan pada bagian luarnya terdapat jaringan fibrosa. Guma dapat
mengalami supurasi dan pecah menjadi ulkus dengan dinding curam dan dalam,
dasarnya terdapat jaringan nekrostik berwarna kuning putih. Kelainan lain berupa
nodus di bawah kulit, ukuran miliar sampai lentikular, merah dan tidak terdapat
211
psoriasis, tetapi tanda Auspitz negatif. Selain itu terdapat juga lesi pada membran
a. Sifilis kardiovaskular
tandanya berupa insufisiensi aorta atau aneurisma dan nekrosis aorta yang
berlanjut ke arah katup. Sekitar 10% pasien sifilis mengalami fase ini.
b. Neurosifilis
klinik yang membingungkan atau bila tidak terdapat bahan eksudat. Selama
212
1. Uji Nontreponemal
treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-
materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid
(lipoidal like antigen) Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung
mendeteksi terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini
bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4 minggu setelah pertama kali
laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR (rapid plasma reagin), dan
apabila ada infeksi treponemal pada saat ini maupun pada waktu lampau.
ini digunakan untuk mengkonfirmasi uji non-treponemal (non spesifik) dan untuk
213
Immunobilization (TPI). Walaupun pengobatan secara dini diberikan, namun uji
a. Pemeriksaan VDRL
Alat
1. Mikropipet
2. Yellow tip
3. Rotator
4. Slide test
Bahan
2. Sampel serum
3. NaCl 0,85%
b. Pemeriksaan TPHA
Alat
1. Mikroplate
2. Mikropipet
3. Yellow tip
Bahan
1. Serum
214
2. Reagen plasmatec TPHA tes kit yang terdiri dari : kontrol negatif,
kontrol positif, TPHA test cell, TPHA diluents dan TPHA kontrol cell.
6. Cara Kerja
a. Pemeriksaan VDRL
menggunakan pengenceran.
50 µL NaCl 0,85%.
dihomogenkan.
215
12. Hasil diamati berupa flokulasi. Jika terbentuk flokulasi maka pengujian
13. Hasil akhir/titer ditentukan yaitu dengan pengenceran tertinggi yang masih
Interpretasi Hasil
Negatif Positif
. ..
(HOMOGENUS) . ..
(FLOCULLENT)
.. .
b. Pemeriksaan TPHA
.....
Pemeriksaan Kualitatif
..
1. Alat dan bahan disiapkan.
. .
2. Strip TPHA dikeluarkan dari pembungkusnya.
.
3. Sampel serum dipipet sebanyak 80 µL lalu diteteskan di tempat sampel
. .
pada strip TPHA.
. . .
4. Strip diinkubasi selama 15 menit.
......
5. Hasil pemeriksaan berupa garis berwarna merah diamati
216 . .
.
Interpretasi hasil :
a. Positif : muncul 2 garis berwarna yaitu pada daerah kontrol dan daerah
test.
pengenceran sampel.
dihomogenkan.
217
Interpretasi hasil :
dasar well.
Titer antibodi :
Sumur 1 2 3 4 5 6 7
Titer Pengenceran Pengenceran Control 1: 1: 1: 1:
7. Hasil Kegiatan
PKL, yaitu:
Contoh hasil pemeriksaan VDRL dan TPHA yang dikeluarkan oleh RSUP
Sanglah terlampir.
218
8. Permasalahan yang Dihadapi
pada saat melihat flokulasi pada pemeriksaan VDRL terkadang reagen yang
apabila luas penghomogenan antara reagen dengan serum tidak pas maka flokulasi
yang timbul tidak akan terlihat. Maka dari itu perlu adanya konsentrasi dan
ketelitian dari pemeriksa agar hasil menjadi tepat. Kemudian pada pemeriksaan
kualitatif dengan stick sedangkan TPHA tidak dikerjakan karena tidak ada reagen.
9. Pembahasan
Treponema pallidum. Penyakit sifilis ini mempunyai empat stadium yaitu stadium
primer, sekunder, laten dan tersier. Uji serologi terhadap sifilis dibagi menjadi dua
merupakan uji non spesifik dimana uji ini mendeteksi antibodi IgG dan IgM
terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap
antigen mirip lipid Treponema pallidum. Contoh uji nontreponemal adalah VDRL
uji yang spesifik terhadap sifilis karena mendeteksi langsung antibodi terhadap
antigen Treponema pallidum. Contoh dari uji treponemal yaitu TPHA (Treponema
mulai terbentuk pada akhir stadium pertama, tetapi kadarnya amat rendah dan
219
seringkali memberi hasil yang negatif pada uji serologi. Pemeriksaan VDRL ini
secara imunologis antara antibodi yang terdapat pada serum dengan reagen
terhadap sifilis.
menit. Hasil dari reaksi dibaca dan jika terdapat flokulasi dilanjutkan dengan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan VDRL antara lain:
a. Alat dan bahan yang digunakan dipastikan bersih dan bebas dari kontaminasi.
b. Reagen VDRL sebelum digunakan harus dikondisikan dengan suhu ruang agar
c. Volume sampel dan reagen dipastikan tepat dan diusahakan tidak timbul
gelembung udara.
d. Slide test digoyang tepat 8 menit dengan menggunakan rotator. Waktu 8 menit
ini merupakan waktu optimal untuk antigen dan antibodi untuk bereaksi. Jika
ini adalah sebagai pemeriksaan konfirmasi untuk penyakit sifilis dan mendeteksi
220
respon serologi spesifik untuk Treponema pallidum pada tahap lanjut atau akhir
sifilis.
lubang sampel dan diinkubasi selama 15 menit. Waktu ini merupakan waktu
optimal untuk terbentuknya reaksi warna. Serum pasien dan konjugat yang ada di
daerah kontrol.
secara imunologis antara eritrosit burung yang dilapisi oleh antigen Treponema
sampel, control cell yang fungsinya sebagai validasi terhadap reagen dan teknik
pengerjaan serta mengetahui ada atau tidaknya reaksi non spesifik, dan test cell
sebagai antigen yang berasal dari eritrosit burung dimana dilapisi dengan antigen
Treponema pallidum.
Well 1 dan 2 merupakan tempat pengenceran serum yaitu 1/20. Pada well 3
merupakan control cell, dan well 4 sampai 7 ditambahkan dengan test cell. Setelah
tersebut dari adanya getaran. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada
221
sampel serum pasien Widi Astawa I Wyn (27 tahun, Laki-laki) diperoleh titer
1/320.
c. Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi karena tetap reaktif dalam
b. Sampel yang digunakan adalah sampel serum atau plasma yang bebas dari sel
e. Control cell harus selalu menunjukkan hasil negatif pada proses pemeriksaan.
f. Waktu inkubasi tidak boleh lebih dari 60 menit dan bebas dari getaran.
222
g. Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu terbentuknya
chancre.
1. Tujuan
223
2. Metode
(Ra) pada sampel serum adalah metode aglutinasi latex secara kualitatif dan
semi-kuantitatif.
3. Prinsip
4. Dasar Teori
oleh suatu kelainan pada proses regulasi imun (immune regulation) yang
suatu antigen di dalam sendi (intra-arthicular) yang berasal dari luar. Antigen
penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan tepat, dan oleh karena
Antigen x yang masuk kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel
sendi ini terutama dari kelas lgG walaupun kelas dari Ab yang lain juga
224
1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit
di pagi hari.
4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang
( Merlin S. 2012 )
dengan molekul IgG. Karena penderita juga mengandung IgG dalam serum,
Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau IgA
( Merlin S. 2012 )
225
3. Pemeriksaan Anti-cydic Citrullinated Peptide (anti-CCP)
1. Tes Aglutinasi
lateks yang dilapisi oleh antibodi IgG manusia. Jika serum tersebut
gumpalan atau aglutinasi. Metode ini baik digunakan sebagai tes pertama atau
2. Tes Nephelometry
Pada metode ini, menggunakan darah yang telah dicampur dengan reagen.
Saat sinar laser melalui cuvet yang mengandung campuran tersebut, akan
terukur berapa banyak cahaya yang dapat dihalangi oleh sampel dalam cuvet.
Semakin tinggi kadar Rf, maka semakin banyak gumpalan yang terbentuk,
226
sehingga sampel menjadi keruh, sehingga lebih sedikit cahaya yang dapat
5. serum RF positif
5. Nilai Rujukan
Dewasa :
arthritis dan penyakit lain; > 1/80 positif untuk rheumatoid arthritis.
227
Catatan : Nilai rujukan mungkin bisa berbeda untuk tiap laboratorium,
6. Masalah Klinis
1. Hasil uji RF sering tetap didapati positif, tanpa terpengaruh apakah telah
2. Hasil uji RF bisa positif pada berbagai masalah klinis, seperti penyakit
apapun.
Alat :
228
4. Yellow Tip
5. Tabung Reaksi
i. Bahan :
1. Sampel serum
2. Buffer Glisin
8. Prosedur Pemeriksaan
- Metode Kualitatif :
partikelnya.
4. Kemudian reagen latex diteteskan sebanyak satu tetes (40 µl) pada
229
9. Apabila hasil uji kualitatif menunjukkan hasil positif, dilanjutkan ke
uji semikuantitatif.
1. Empat buah sampel cup siapkan dan masing – masing tabung diisi
dibuang.
tersebut.
ditentukan.
9.INTERPRETASI HASIL
230
Nilai Normal
Pembacaan Hasil
Positif Negatif
Volume Sampel 50 µl 50 µl 50 µl 50 µl
Mg/I.U./ml 16 32 64 128
231
Kadar normal RF pada orang dewasa : <8 I.U/ml
10.Hasil Kegiatan
terlampir.
11.Permasalahan
dengan berlatar belakang hitam terkadang kotoran yang ada di slide bereaksi
pemeriksaan dipastikan terebih dahulu bahwa alat – alat yang digunakan harus
bersih.
232
12.Pembahasan
walaupun telah terjadi pemulihan klinis. Selain itu, diperlukan waktu sekitar 6
yang berlebihan pada sel plasma sehingga terjadi pembentukan antibodi yang
berlebihan pula. Dalam jangka waktu yang lama hal ini akan menyebabkan
rematoid. lgG yang abnormal tersebut akan difagositosis oleh magrofag atau
penyakit lebih dari 6 bulan, tetapi dapat pula terjadi lebih awal. Dalam tahap
233
leukosit PMN ke tempat proses. PMN ini akan mengadakan fagositosis
kompleks imun tersebut, dan mengalami kerusakan atau mati dengan akibat
Apabila pada serum pasien yang dicampur dengan reagen lateks tidak
pasien tidak mempunyai Reumatoid Faktor atau antibody ini terdapat dalam
serum namun kurang dari 8 I.U/ml sehingga memberi hasil negative. Apabila
tetes reagen, apabila hasil ini menunjukkan hasil positif maka titer RF
234