88
Tujuan Kegiatan
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan feritin.
b. Mahasiswa dapat mengetahui nilai feritin sampel serum pasien.
Metode
89
Dasar Teori
Besi merupakan zat penting bagi tubuh manusia karena keberadaannya dalam
banyak hemoprotein. Pada penyerapan besi, Fe3+ diubah menjadi Fe2+ oleh
enzim feri reduktase dan Fe2+ di angkut dalam enterosit oleh pengangkutan besi
membran apikal DMT1. Heme diangkut ke dalam eritrosit oleh pengangkutan
heme yang berbeda (HT) dan heme oksidase (HO) membebaskan Fe2+ dari heme.
Sebagian Fe2+ intrasel akan diubah menjadi Fe3+ dan diikat oleh suatu protein
yang dikenal dengan ferritin. Ferritin mengandung sekitar 23% besi. Setiap satu
kompleks ferritin bisa menyimpan kira kira 3000 - 4500 ion Fe3+ di dalamnya.
Ferritin bisa ditemukan atau disimpan di Liver, Limpa, Otot Skelet dan Sumsum
Tulang. Dalam keadaan normal, hanya sedikit ferritin yang terdapat dalam plasma
manusia. Jumlah ferritin dalam plasma menggambarkan jumlah besi yang
tersimpan di dalam tubuh kita. (Shvoong, 2010)
Ferritin adalah protein berbentuk glubular dan mempunyai dua lapisan
dengan diameter luarnya berukuran 12 nm dan diameter dalamnya berukuran 8
nm. Besi tersimpan di dalam protein ferritin tersebut tepatnya di tengah. Bila
90
dilihat dari stuktur kristalnya, satu monomer ferritin mempunyai lima helix
penyusun yaitu blue helix, orange helix, green helix, yellow helix dan red helix
dimana ion Fe berada di tengah kelima helix tersebut. (Shvoong, 2010)
Besi bebas bersifat toxic untuk sel, karena besi bebas merupakan katalisis
pembentukan radikal bebas dari Reactive Oxygen Species (ROS) melalui reaksi
Fenton. Untuk itu, sel membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu
dengan cara membuat ikatan besi dengan ferritin. Jadi ferritin merupakan Protein
utama penyimpan besi di dalam sel. (Shvoong, 2010)
Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 20 mg setiap
harinya, tapi ternyata hanya 1 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh.
70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses
eritropoesis menjadi Hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk ferritin dan
sisanya 5 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang
disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh
membutuhkannya. (Shvoong, 2010)
Kadar ferritin normal 30-300 ng/mL untuk pria dan 15-200 ng/mL untuk
wanita. Kadar ferritin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya
hemokromatosis sedangkan kadar ferritin yang terlalu rendah dapat menyebabkan
terjadinya anemia defisiensi besi. (Shvoong, 2010)
Anemia defisiensi besi atau yang dikenal juga dengan Anemia Sideropenik
biasanya disebabkan karena asupan zat besi yang kurang, infeksi parasit,
menoragi, metroragi, menstruasi, premenopause, kehamilan, ulkus peptikum,
penggunaan obat-obatan dalam jang waktu yang lama dan lain lain. Ketika
tubuh kehilangan zat besi melebihi asupannya maka tubuh akan mulai
membongkar dan memakai besi yang tersimpan dalam ferritin di liver, limpa, otot
dan sumsum tulang, yang merupakan cadangan dalam tubuh. Kadar ferritin pun
91
berkurang secara progresif. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat
memenuhi kebutuhan untuk pembentukan eritrosit, sehingga eritrosit yang
dihasilkan
jumlahnya
menjadi
lebih
sedikit.
Kadar
eritrosit
menurun
92
1.
2.
3.
4.
93
8.
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui ketika melakukan pemeriksaan Feritin antara
lain:
a. Mahasiswa belum dapat melakukan kontrol alat karena dilakukan oleh
petugas laboratorium.
b. Barcode yang tidak terbaca secara otomatis menyebabkan alat tidak dapat
9.
melakukan pemeriksaan.
Pembahasan dan Pemecahan Masalah
Pemeriksaan ferritin tidak dapat dipisahkan dari pemeriksaan hematologi
rutin agar dapat memberikan informasi diagnostik lebih baik. Jika ditemukan
keadaan anemia maka perlu diperiksa apakah jenis anemianya mikrositik
hipokrom atau tidak. Pada anemia mikrositik hipokrom perlu diperiksa ferritin
untuk menentukan apakah anemianya disebabkan oleh defisiensi besi atau oleh
penyebab lainnya seperti thalassemia, anemia penyakit kronis, dan lain-lain.
Pemeriksaan ferritin dilakukan untuk mengukur konsentrasi ferritin atau
cadangan besi di dalam tubuh. Sekitar 30% besi yang berada di dalam tubuh,
tersimpan sebagai feritin di limpa, sumsum tulang dan hati. Pemeriksaan ini
berkorelasi dan berguna pada evaluasi total body storage iron. Manfaat
pemeriksaan ini adalah untuk pemantauan perkembangan defisiensi besi pada
penyakit anemia, diagnosa hipokromik dan anemia mikrositik. Kadar ferritin
berkolerasi dengan dan berguna pada evaluasi dari total body storage iron. Pada
hemokromatosis, ferritin dan iron saturation meningkat. Kadar ferritin pada
hemokromatosis bisa mencapai > 1000 ng/mL (Serum Iron/SI : > 1000 ng/mL).
Pemeriksaan feritin yang dilakukan di laboratorium imunologi RSUP
Sanglah menggunakan sampel serum pasien. Darah pasien yang ditampung di
dalam tabung vacutainer merah disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama
10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
94
95
B. PEMERIKSAAN TIROID
1. Tujuan Kegiatan
1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan kelainan tiroid pada sampel serum
pasien.
2. Untuk dapat mendiagnosis dan mengetahui kadar tiroid yang ada pada
sampel serum pasien.
b. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan tumor marker yaitu ELFA
(Enzyme Linked Fluorescent Assay).
c.
Prinsip
Prinsip pemeriksaan ini adalah kombinasi dari metode imunoenzim dan
Pemeriksaan FT4
Pemeriksaan FT4 merupakan pemeriksaan sensitif untuk fungsi tiroid.
Peningkatan
pada
kondisi
hipertiroid,
sedangkan
96
indikator yang lebih baik dibandingkan dengan T4 total karena tidak dipengaruhi
oleh perubahan thyroxine-binding proteins. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk
membantu diagnosa hipertiroid dan hipotiroid; klarifikasi status pasien pada
kondisi seperti hipotiroid sekunder yang berkaitan dengan penyakit pituitari.
(Prodia, 2012)
b. Pemeriksaan TSH
Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh
hipofisa anterior. TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4
dan T3 melalui reseptornya yang ada di permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH
ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh
hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah.
Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan
terjadi penurunan kadar T3 dan T4. (Biomedika, 2012)
Pemeriksaan TSH merupakan pengukuran kadar
Thyroid
Stimulating
Hormone (TSH) dalam darah, dan dapat digunakan untuk menilai fungsi tiroid.
TSH berfungsi untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid yang sangat penting bagi
tubuh. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk kkrining kelainan tiroid, diagnosis
hipotiroidisme (primer, sekunder dan tersier) dan hipertiroidisme. (Prodia, 2012)
c.
Pemeriksaan T4
Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang
terikat dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin
10% dan prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada
dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji
laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar
tiroid. (Biomedika, 2012)
d. Pemeriksaan T3
97
Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan
kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat
daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating
hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroidreleasing
hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat
dengan thyroxine binding globulin(TBG) sebanyak 38 80%, prealbumin 9
27% dan albumin 11 35%. Sisanya sebanyak 0.2 0.8% ada dalam bentuk
bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada
penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien
yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3
berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi
untuk menentukan beratnya kelainan tiroid. (Biomedika, 2012)
e. Alat dan Bahan
1. Alat
1. VIDAS 1 & 2
2. Cobass e 411
3. Mikropipet
4. Yellow tip
2. Bahan
1. Reagen Biomerieux
2. Serum
f. Cara Kerja
1. Cara Menyalakan VIDAS PC
1. Nyalakan secara berurutan :
-
UPS
Modul Vidas
98
Komputer
Pemeriksaan FT4
: 100 L
Pemeriksaan TSH
: 200 L
Pemeriksaan T4
: 200 L
Pemeriksaan T3
: 100 L
99
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan
Do you want to quit this application?.
3. Tekan Yes, pada monitor tampak Windows NT desktop.
4. Klik Start pada bagian bawah kiri monitor, pilih Shutdown.
g.
Hasil Kegiatan
Kegiatan pemeriksaan tiroid yang dilakukan di sub laboratorium
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang
berasal dari pasien rawat jalan atau rawat inap, yaitu:
a. Pemeriksaan FT4
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
b. Pemeriksaan TSH
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
100
7
102
c. Pemeriksaan TSHs
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
d. Pemeriksaan T4
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
e. Pemeriksaan T3
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
101
dengan
studi kelenjar endokrin dan zat yang mereka hasilkan, dan juga diagnosis dan
pengobatan
gangguan
sistem
endokrin.
Kelenjar
endokrin
kedalam
aliran
darah.
pituitari, tiroid,
Sistem
kelenjar adrenal,
102
kelenjar yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengatur hormonhormon yang diperlukan untuk fungsi-fungsi tubuh penting.
Stres, infeksi dan perubahan dalam cairan darah dan keseimbangan elektrolit
dapat mempengaruhi tingkat hormon sehingga surplus (hipersekresi) atau
kekurangan (hiposekresi). Penyakit endokrin juga dapat terjadi jika tubuh tidak
merespon hormon sebagaimana mestinya. Selain itu, kelenjar endokrin juga
rentan terhadap tumor, yang biasanya tidak terkait dengan ketidakseimbangan
hormon.
Mendiagnosis penyakit endokrin bisa sulit karena biasanya melibatkan
pengukuran jumlah hormon dalam aliran darah. Ini adalah tugas yang sulit.
Karena itu, hormon kadang-kadang diukur secara tidak langsung. Contohnya
adalah pengukuran glukosa darah, bukan insulin, untuk diabetes.
Tiroid adalah kelenjar endokrin besar yang terletak di pangkal leher bagian
depan, di bawah lapisan kulit dan otot. Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu
dengan dua sayap yang merupakan lobus tiroid kiri dan kanan di sekitar trakea.
Fungsi tunggal tiroid adalah membuat hormon tiroid (tiroksin dan
triiodotironin) yang berperan meningkatkan aktivitas metabolisme pada hampir
semua jaringan tubuh.
Pemeriksaan tiroid di laboratorium imunologi RSUP Sanglah dilakukan
dengan menggunakan alat VIDAS dan Cobas. Bahan pemeriksaan diperoleh dari
pengambilan darah vena dan ditampung dalam tabung vacutainer tutup merah.
Bahan ini kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit
yang kemudian diperoleh serum untuk bahan pemeriksaan.
Hal yang perlu diperhatikan selama melakukan pemeriksaan yaitu :
1. Menginput data pasien beserta jenis pemeriksaan yang dilakukan.
2. Meletakkan reagen pada rak pemeriksaan sesuai dengan urutan yang ada pada
komputer.
103
Pemeriksaan FT4
Pemeriksaan FT4 merupakan pemeriksaan sensitif untuk fungsi tiroid.
Peningkatan
pada
kondisi
hipertiroid,
sedangkan
Pemeriksaan TSH
104
pengukuran
kadar
Thyroid
Stimulating
Hormone (TSH) dalam darah, dan dapat digunakan untuk menilai fungsi tiroid.
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk skrining kelainan tiroid. Jumlah pemeriksaan
yang telah dilakukan adalah sebanyak 102 dengan jumlah sampel yang diperlukan
sebanyak 200 L. Lama pemeriksaan TSH dengan alat Cobas e 411 adalah 40
menit.
c.
Pemeriksaan T4
T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui
adanya disfungsi dari kelenjar tiroid. Jumlah pemeriksaan yang telah dilakukan
adalah sebanyak 9 dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 200 L.
Lama pemeriksaan T4 dengan alat VIDAS 1 adalah 40 menit.
d.
Pemeriksaan T3
T3 dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-tiroid,
105
C. PEMERIKSAAN SEROLOGY
1. Tujuan Kegiatan
a. Untuk dapat melakukan pemeriksaan serology pada sampel serum pasien.
b. Untuk dapat mendiagnosis dan mengetahui kadar parameter pemeriksaan
2.
106
Dasar Teori
Serologi ialah ilmu yang mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro,
107
kurang lebih selama 6 bulan. Bayi akan mulai membentuk antibodi IgG sendiri
pada usia 2-3 bulan. Manfaat pemeriksaan ini adalah Uji saring/skrining infeksi
toxoplasma; memperkirakan status imun; dan diagnosis infeksi toxoplasma aktif
(peningkatan konsentrasi IgG yang signifikan dari dua pemeriksaan dengan
interval waktu 3 minggu). (Prodia, 2012)
b. Pemeriksaan Toxo IgM
Pemeriksaan Anti-Toxoplasma IgM dilakukan untuk mengetahui adanya
antibodi IgM terhadap parasit Toxoplasma gondii. Anti-Toxoplasma IgM muncul
5 hari setelah infeksi, dan konsentrasinya akan meningkat dengan cepat dalam
waktu 1-2 minggu serta mencapai konsentrasi puncak dalam waktu 1-4 minggu.
IgM akan menghilang dalam beberapa bulan, namun dapat menetap sampai lebih
dari 6 bulan bahkan sampai bertahun-tahun (IgM non-spesifik). IgM ibu tidak
dapat menembus plasenta, dan pada janin mulai dibentuk pada akhir trimester I.
manfaat pemeriksaan ini adalah untuk diagnosis infeksi toxoplasma primer (pada
ibu dan janin), harus dikonfirmasi dengan peningkatan konsentrasi IgG. (Prodia,
2012)
5. Alat dan Bahan
1. Alat
1. VIDAS 1 dan 2
2. Mikropipet
3. Yellow tip
2. Bahan
1. Reagen Biomerieux
2. Serum
6. Cara Kerja
a. Cara Menyalakan VIDAS PC
1. Nyalakan secara berurutan :
- UPS
- Modul Vidas
- Print dan Monitor
- Komputer
2. Ditunggu beberapa menit hingga komputer selesai melakukan inisial.
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon pada monitor
tampak VIDAS PC is starting...please wait.
108
: 200 L
: 100 L
Hasil Kegiatan
Kegiatan pemeriksaan serology yang dilakukan di sub laboratorium
imunologi RSUP Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal
dari pasien rawat jalan atau rawat inap, yaitu:
a.
Jumlah Pasien
Toxo IgM (orang)
1
109
Jumlah Pasien
Toxo IgG (orang)
1
1
1
2
3
1
2
1
12
2
1
2
4
1
2
1
14
110
a.
b.
c.
komputer.
Reagen pemeriksaan yang digunakan dicatat pengeluarannya pada kartu
d.
pencatatan reagen.
Sampel serum dipipet dan dimasukkan sesuai dengan reagen pemeriksaan
e.
antibodi IgG terhadap parasit Toxoplasma gondii. Jumlah pemeriksaan yang telah
dilakukan adalah sebanyak 14 dengan jumlah sampel yang diperlukan sebanyak
200 L. Lama pemeriksaan Toxo IgG dengan alat VIDAS 1 adalah 40 menit.
b.
111
IgG dengan hasil 1 IU/mL dan Toxo IgM dengan hasil 0,06 units. Nilai Toxo IgG
yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu non reaktif <4 IU/mL,
equivocal 4-8 IU/mL, dan reaktif 8 IU/mL, maka hasil pemeriksaan Toxo IgG
dinyatakan non reaktif. Nilai Toxo IgM yang diperoleh dibandingkan dengan
nilai rujukan yaitu non reaktif < 0,55 units, equivocal 0,55-0,65 units, dan reaktif
0,65 units, maka hasil pemeriksaan Toxo IgM dinyatakan non reaktif. Hasil
pemeriksaan yang telah diperoleh ini langsung tersambung dengan komputer, lalu
dilakukan penginputan data dan pencetakan hasil. Hasil pemeriksaan divalidasi
oleh petugas sub laboratorium imunologi dan diverifikasi oleh dokter jaga
laboratorium.
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi selama melakukan praktek
kerja lapangan di sub laboratorium imunologi. Dari beberapa permasalahan
tersebut mahasiswa sudah mampu mengatasi seperti mencatat volume-volume
sampel yang diperlukan pada masing-masing pemeriksaan, membuka panduan
jumlah pemipetan yang diletakkan dekat dengan alat sehingga tidak terjadi
kekeluruan dalam hal pemipetan sampel, dan hasil pemeriksaan yang tidak
terkoneksi ke komputer dilakukan pencatatan manual dengan melihat hasil print
dari alat.
112
113
laboratorium
yang
digunakan
untuk
114
115
Pemeriksaan CA 15-3
: 100 L
116
4
48
b. Pemeriksaan TPSA
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
c. Pemeriksaan AFP
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
d. Pemeriksaan CA 125
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
117
2
1
5
1
3
41
e. Pemeriksaan CA 15-3
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
f. Pemeriksaan CA 19-9
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
penyebaran
dan
masih
berespon
baik
terhadap
pengobatan.
Manfaat kedua dari petanda tumor adalah membantu menentukan jenis kanker dan
membantu diagnosis penyebaran tumor ketika tumor primernya belum diketahui.
Secara umum petanda tumor adalah perubahan-perubahan yang dapat dideteksi
dan mengindikasikan adanya tumor, khususnya tumor ganas atau kanker.
Sedangkan tumor marker serologi didefinisikan sebagai produk yang berasal
dari tumor, dimana tingkat darah adalah refleksi dari massa tumor dalam tubuh.
Petanda tumor juga dapat digunakan untuk menunjukkan agresivitas kanker
seseorang atau seberapa baik responnya terhadap obat tertentu. Hal ini mengingat
beberapa jenis kanker menyebar lebih cepat dibanding kanker yang lain.
Pemeriksaan tumor marker di laboratorium imunologi RSUP Sanglah
dilakukan dengan menggunakan alat VIDAS 1 dan VIDAS 2. Alat Vidas 1 dan
Vidas 2 sesungguhnya sama saja hanya saja jenis pemeriksaan dibagi, beberapa
ada yang di Vidas 1 dan beberapa ada di Vidas 2 agar alat menjadi lebih cepat
pengerjaannya. Bahan pemeriksaan diperoleh dari pengambilan darah vena dan
ditampung dalam tabung vacutainer tutup merah. Bahan ini kemudian
119
120
121
dilakukan adalah sebanyak 10 dengan volume sampel yang dibutuhkan adalah 100
L. Lama pemeriksaan CA 19-9 yang dilakukan dengan alat VIDAS 2 adalah
selama 60 menit.
f. Pemeriksaan Alpha Feto Protein (AFP)
Pemeriksaan AFP sangat berguna untuk mengertahui respons terapi pada
kanker hati (Karsinoma Hepatoseluler). Kadar AFP akan meningkat pada dua dari
tiga pasien dengan kanker hati, kadar AFP ini akan meningkat seiring dengan
bertambahnya ukuran tumor. Kadar AFP juga meningkat pada kanker testis
tertentu dan kanker ovarium tertentu meskipun jarang. Jumlah pemeriksaan AFP
yang telah dilakukan adalah sebanyak 23 dengan volume sampel yang dibutuhkan
adalah 100 L. Lama pemeriksaan AFP yang dilakukan dengan alat VIDAS 1
adalah selama 30 menit.
Sebagai contoh, diperoleh hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien Ni
Ketut Warti (53 tahun, Perempuan) dimana pasien melakukan pemeriksaan AFP
dan CA 125. Hasil pemeriksaan AFP yaitu 0,59 IU/mL dan CA 125 yaitu >600.00
U/mL. Nilai AFP yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan yaitu <8,0
IU/mL masih berada di bawah nilai rujukan. Sedangkan nilai CA 125 meningkat
dimana nilai rujukannya adalah < 35 U/mL. Hasil pemeriksaan yang telah
diperoleh ini langsung tersambung dengan komputer, lalu dilakukan penginputan
data dan pencetakan hasil. Hasil pemeriksaan divalidasi oleh petugas sub
laboratorium imunologi dan diverifikasi oleh dokter jaga laboratorium.
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi selama melakukan praktek
kerja lapangan di sub laboratorium imunologi. Dari beberapa permasalahan
tersebut mahasiswa sudah mampu mengatasi seperti mencatat volume-volume
sampel yang diperlukan pada masing-masing pemeriksaan, membuka panduan
jumlah pemipetan yang diletakkan dekat dengan alat sehingga tidak terjadi
122
kekeluruan dalam hal pemipetan sampel, dan hasil pemeriksaan yang tidak
terkoneksi ke komputer dilakukan pencatatan manual dengan melihat hasil print
dari alat.
123
Tujuan Kegiatan
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Anti HCV.
b. Mahasiswa dapat mengetahui nilai Anti HCV sampel serum pasien.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Anti HCV adalah metode ECLIA
(Electro Chemilumineschene Imunoassay).
3. Prinsip
Prinsip pemeriksaan Anti HCV dengan metode ECLIA adalah terbentuknya
suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks antigen antibodi
berdasarkan prinsip sandwich dan kompetitif. Kompetitif dipakai untuk
menganalisis substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil. Sedangkan
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada saat label telah terikat dan misi
cahaya akan dihitung melalui tabung fotomultiplier.
4. Dasar Teori
Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
keberadaan antibodi terhadap virus Hepatitis C (HCV). Bila hasil Anti-HCV
positif (reaktif), hal tersebut tidak menunjukkan terbentuknya imunitas tubuh
melainkan sebaliknya, maka sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter (Imad,
2012).
Hepatitis C adalah penyakit menular yang mempengaruhi terutama hati, yang
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Infeksi ini sering tanpa gejala, tetapi
infeksi kronis dapat menyebabkan parut pada hati dan akhirnya ke sirosis, yang
umumnya terlihat setelah. bertahun-tahun. (Imad, 2012).
HCV disebarkan terutama oleh darah-ke-darah terkait dengan penggunaan
narkoba suntikan, peralatan medis kurang steril dan transfusi. Sebuah 130-170rbu
orang diperkirakan di seluruh dunia terinfeksi hepatitis C. Keberadaan hepatitis C
124
(awalnya "non-A hepatitis non-B") telah dipostulasikan pada 1970-an dan terbukti
pada tahun 1989. (Imad, 2012).
Virus hepatitis C (HCV) adalah berbentuk kecil, terbungkus, beruntai tunggal,
positif-sense RNA virus. Ini adalah anggota dari genus hepacivirus dalam
keluarga Flaviviridae. Ada tujuh genotipe HCV utama, yang ditunjukkan secara
numerik dari satu sampai tujuh di Amerika Serikat, sekitar 70% dari kasus
disebabkan oleh genotipe 1, 20% dengan genotipe 2,. dan sekitar 1% oleh masingmasing genotipe lainnya. genotipe 1 juga yang paling umum di Amerika Selatan
dan Eropa. (Imad, 2012).
Ada beberapa tes diagnostik untuk hepatitis C termasuk:. Enzyme
immunoassay antibodi HCV atau ELISA, rekombinan uji imunoblot, dan
kuantitatif HCV RNA polymerase chain reaction (PCR), RNA HCV dapat
dideteksi dengan PCR biasanya satu sampai dua minggu setelah infeksi,
sedangkan antibodi dapat mengambil jauh lebih lama untuk membentuk dan
dengan demikian dideteksi. (Imad, 2012)
Pengujian hepatitis C biasanya dimulai dengan tes darah untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap HCV menggunakan enzyme immunoassay. Jika tes ini
positif, uji konfirmasi selanjutnya dilakukan untuk memverifikasi immunoassay
dan untuk menentukan viral load. Sebuah uji imunoblot rekombinan digunakan
untuk memverifikasi immunoassay dan viral loadditentukan oleh reaksi rantai
polimerase RNA HCV. Jika tidak ada RNA dan imunoblot positif itu berarti
bahwa orang tersebut mengalami infeksi sebelumnya namun memberantas itu.
baik dengan pengobatan atau spontan;. jika imunoblot negatif, berarti
125
immunoassay itu salah ini membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu setelah infeksi
sebelum immunoassay akan dites positif (Imad, 2012).
5.
126
Hasil Kegiatan
Kegiatan pemeriksaan Anti HCV di sub laboratorium imunologi RSUP
Sanglah yang telah dilakukan oleh mahasiswa PKL yang berasal dari pasien rawat
jalan atau rawat inap, yaitu:
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui ketika melakukan pemeriksaan Anti HCV antara
lain:
a. Mahasiswa belum dapat melakukan kontrol alat karena dilakukan oleh
petugas laboratorium.
b. Reagen Anti HCV yang kurang menyebabkan pemeriksaan ditunda.
c. Barcode yang tidak terbaca secara otomatis menyebabkan alat tidak dapat
9.
melakukan pemeriksaan.
Pembahasan dan Pemecahan Masalah
Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk mendeteksi
127
128
a. Mahasiswa tidak ikut dalam pengerjaan kontrol alat dimana dilakukan oleh
petugas laboratorium sendiri sehingga hanya diperoleh penjelasan saja.
b. Kurangnya reagen pemeriksaan feritin menyebabkan pemeriksaan ditunda
lalu sampel pasien disimpan dalam kulkas dengan suhu 2-80C dalam bentuk
serum.
c. Barcode yang tidak terbaca pada alat COBAS e 411 sering menimbulkan
error pada hasil pemeriksaan sehingga dilakukan pemeriksaan dengan
langkah memasukkan data pasien secara manual pada alat.
129
F. PEMERIKSAAN HBsAg
1. Tujuan
a. Untuk dapat melakukan pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)
pada sampel serum pasien.
b. Untuk dapat mendeteksi kadar HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) pada
sampel serum pasien.
2. Metode
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan HBsAg adalah ECLIA (Electro
Chemiluminescence Immunoassay).
3. Prinsip
Prinsip pemeriksaan HBsAg dengan metode ECLIA adalah terbentuknya
suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks antigen antibodi
berdasarkan prinsip sandwich dan kompetitif. Kompetitif dipakai untuk
menganalisis substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil. Sedangkan
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada saat label telah terikat dan misi
cahaya akan dihitung melalui tabung fotomultiplier.
4. Dasar Teori
Hepatitis B masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosi hati atau kanker hati (Wikipedia, 2013).
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik
untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit
transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis.
Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang
diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain (Riswanto,
2010).
130
HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg
positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif.
HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi
virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah (Riswanto, 2010).
Pemeriksaan HbsAg secara rutin dilakukan pada pendonor darah untuk
mengidentifikasi antigen hepatitis B. Transmisi hepatitis B melalui transfusi sudah
hampir tidak terdapat lagi berkat screening HbsAg pada darah pendonor. Namun,
meskipun insiden hepatitis B terkait transfusi sudah menurun, angka kejadian
hepatitis B tetap tinggi. Hal ini terkait dengan transmisi virus hepatitis B melalui
beberapa jalur, yaitu parenteral, perinatal, atau kontak seksual. Orang yang
berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B adalah orang yang bekerja di sarana
kesehatan, ketergatungan obat, suka berganti-ganti pasangan seksual, sering
mendapat transfusi, hemodialisa, bayi baru lahir yang tertular dari ibunya yang
menderita hepatitis B (Riswanto, 2010).
5. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Cobas e 411
2. Sample cup
3. Gunting
4. Mikropipet
5. Yellow tip
b. Bahan
1. Reagen Cobas
2. Serum
6. Cara Kerja
a. Menghidupkan Instrumen Cobas e 411
1. Reagen dikeluarkan dari lemari pendingin, dibiarkan mencapai suhu ruang.
2. Cairan pencuci, waste dan disposable (assay cup dan assay tip) diperiksa.
Jika sudah habis diganti dengan yang baru.
3. Reagen dimasukkan ke dalam reagen disk (tutup kembali segera), ditekan
Reagen dan ditekan Scan reagen.
131
132
11
12
18
11
8
10
134
133
sembuh, HBsAg akan hilang antara 3-6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus
kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan.
Manfaat dari pemeriksaan HBsAg antara lain :
a. Mendeteksi dan mendiagnosa apakah seseorang terinfeksi virus hepatitis B.
b. Menyeleksi pendonor darah.
c. Pengecekan sebelum memutuskan untuk vaksin hepatitis B.
d. Pemantauan dalam penyembuhan untuk menghilangkan virus hepatitis B.
e. Pemeriksaan bagi ibu hamil sebelum melahirkan sehingga bisa diketahui
apakah ibu tersebut terinfeksi atau tidak.
f. Pencegahan bagi bayi terinfeksi virus Hepatitis B untuk ditindaklanjuti dengan
imunisasi.
Pemeriksaan HBsAg yang dilakukan di laboratorium imunologi RSUP
Sanglah menggunakan sampel serum pasien. Darah pasien yang ditampung di
dalam tabung vacutainer merah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama
10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah sampel serum yang tidak
hemolisis. Persiapan terhadap serum pasien sebelum pemeriksaa adalah jika
dikerjakan di alat COBAS e 411 maka sampel serum dipindahkan ke sample cup
yang tutupnya sudah digunting. Pengerjaan pemeriksaan HBsAg dilakukan
dengan menggunakan alat COBAS e 411. Alat COBAS e 411 menggunakan
metode ECLIA (Electro Chemiluminescence Immunoassay). Chemiluminescence
adalah emisi atau pancaran cahaya oleh produk yang distimulus oleh suatu reaksi
kimia atau suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks ikatan
antigen-antibodi
yang
terjadi
akan
menempel
pada
streptavidin-coated
134
depan, sehingga alat akan mendeteksi sendiri jenis pemeriksaan apa saja yang
dilakukan. Alat sendiri akan memproses sampai diperolehnya hasil pemeriksaan
yang langsung terinput ke komputer.
Jumlah pemeriksaan HBsAg yang pernah dikerjakan selama praktek kerja
lapangan adalah sebanyak 134 sampel. Nilai rujukan yang digunakan untuk
pemeriksaan HBsAg adalah reaktif 1,000 COI sedangkan non reaktif <1,000
COI.
Permasalahan yang ditemukan pada pengerjaan HBsAg dapat diselesaikan
dengan cara antara lain :
a. Mahasiswa tidak ikut dalam pengerjaan kontrol alat dimana dilakukan oleh
b.
serum.
c. Barcode yang tidak terbaca pada alat COBAS e 411 sering menimbulkan error
pada hasil pemeriksaan sehingga dilakukan pemeriksaan dengan langkah
memasukkan data pasien secara manual pada alat.
135
2. Metode
Metode yang digunakan pada pemeriksaan Anti HBs adalah ELFA (Enzyme
Linked Fluorescent Assay).
3. Prinsip
Prinsip pemeriksaan ini adalah kombinasi dari metode imunoenzim dan
imunocapture dengan hasil akhir dibaca menggunakan fluoresensi (ELFA).
Sampel dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis
dan hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah
nilai indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar
yang sudah disimpan dalam dalam memori alat.
4. Dasar Teori
Hepatitis B adalah infeksi hati yang berpotensi mengancam nyawa yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis B adalah virus DNA berukuran
42 nm yang tergolong virus Hepadraviridae yang dikenal dengan partikel Dane.
Virus hepatitis B (HBV) termasuk family Hepadnaviridae dan genus
Hepadnavirus, virus DNA, serat ganda parsial, panjang genom sekitar 3200
pasangan basa dan mempunyai envelope atau selubung (Sundari, 2012).
Anti HBs merupakan antibodi spesifik untuk HBsAg, muncul di darah 1
sampai 4 bulan setelah terinfeksi virus hepatitis B. Anti HBs diinterpretasikan
sebagai kekebalan atau dalam masa penyembuhan penyakit hepatitis B. Antibodi
ini memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B (Riswanto, 2010).
Tes anti HBs positif juga dapat berarti seseorang pernah mendapat vaksin
hepatitis B atau immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang
mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-Hbs posistif pada individu yang tidak
pernah mendapat imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa individu tersebut
pernah terinfeksi virus hepatitis B (Riswanto, 2010).
5. Alat dan Bahan
a. Alat
1. VIDAS 1
2. Mikropipet
136
3. Yellow tip
b. Bahan
1. Reagen Bio Merieux
2. Serum
6. Cara Kerja
a. Cara Menyalakan VIDAS PC
1. Nyalakan secara berurutan :
- UPS
- Modul Vidas
- Print dan Monitor
- Komputer
2. Ditunggu beberapa menit hingga komputer selesai melakukan inisial.
3. Username dan Password dimasukkan dan diklik pada icon pada monitor
tampak VIDAS PC is starting...please wait.
4. Pada monitor akan tampak Menu utama dari VIDAS PC.
b. Cara Memasukkan Sampel
1. Data pasien dimasukkan lewat komputer.
2. Parameter pemeriksaan yang diinginkan dimasukkan.
3. Parameter yang sama diletakkan pada satu section.
4. Strip dan SPR dimasukkan pada section sesuai dengan jenis dan jumlah
pemerikasaan.
5. Sampel serum dipipet sebanyak 150 L kemudin diteteskan pada reagen.
6. Reagen dimasukkan ke alat VIDAS.
7. Pemeriksaan dijalankan lewat komputer dengan memilih start sesuai
dengan nomor rak yang dimasukkan sampel.
8. Lamanya pemeriksaan tercantum pada alat.
c. Cara Mematikan Vidas PC
1. Pastikan tidak ada parameter yang diperiksa dan reagen strip dan SPR
dalam alat.
2. Tanda X diklik pada bagian kanan atas layar kerja, muncul pertanyaan Do
you want to quit this application?.
3. Tekan Yes, pada monitor tampak Windows NT desktop.
4. Klik Start pada bagian bawah kiri monitor, pilih Shutdown.
7. Hasil Kegiatan
137
Contoh hasil pemeriksaan Anti HBs yang dikeluarkan oleh RSUP Sanglah
terlampir.
8. Permasalahan yang Dihadapi
Mahasiswa masih kesulitan
dalam
menghafal
volume
volume
138
139
140
141
Contoh hasil pemeriksaan anti HAV IgM yang dikeluarkan oleh RSUP
Sanglah terlampir.
8. Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang ditemukan selama melakukan pemeriksaan anti HAV
IgM adalah kesulitan unutk menghafal volume volume yang harus dimasukkan
kedalam alat Vidas.
9. Pembahasan
Hepatitis A merupakan infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A
(HAV). Virus ini menyebar ketika orang yang makan atau minum sesuatu yang
terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi HAV, hal ini disebut transmisi
fekal-oral. Penyakit ini erat kaitannya dengan sanitasi yang tidak memadai dan
kebersihan pribadi yang buruk. Masa inkubasi penyakit hepatitis A adalah 2-6
minggu.
Diagnosis HAV IgM dapat ditegakkan secara serologi. IgM anti-HAV
bermanfaat untuk mendiagnosis infeksi sedang terjadi. IgM anti-HAV muncul
142
pada awal infeksi dan menghilang dalam 2 sampai 3 bulan. IgG anti-HAV timbul
pada masa pasca infeksi atau pemulihan (>4 minggu), dan biasanya menetap
seumur hidup. Pemeriksaan untuk anti-HAV total sebaiknya digunakan untuk
menyaring infeksi lama dan pembuktian adanya imunitas pada orang yang
mengunjungi daerah berisiko tinggi atau melakukan pekerjaan berisiko tinggi.
Dalam pemeriksaan anti HAV IgM ini dilakukan dengan menggunakan
metode ELFA (Enzyme Linked Fluorescent Assay). Metode ELFA merupakan
modifikasi dari ELISA. Dimana merupakan kombinasi dari metode imunoenzim
dan imunocapture dengan hasil akhir dibaca menggunakan fluoresensi. Sampel
dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat akan membaca secara otomatis dan
hasilnya dicetak oleh printer secara otomatis. Hasil dari pemeriksaan adalah nilai
indeks yang didapat secara otomatis hasil dari kalkulasi alat terhadap standar yang
sudah disimpan dalam dalam memori alat.
Sampel yang digunakan adalah serum yang berasal dari darah pasien
dimana ditampung pada tabung antikoagulan merah dan disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rm selama 10 menit. Kriteria sampel yang digunakan adalah tidak
hemolisis. Serum yang digunakan adalah sebanyak 150 L dan dipipet ke dalam
reagen Bio Merieux dengan syarat tidak muncul gelembung. Data pasien yang
telah diinput di komputer akan memperlihatkan posisi peletakkan sampel. Sampel
yang sudah dimasukkan kemudian distart dan pemeriksaan akan dilakukan yang
mana hasil pemeriksaannya nanti akan langsung terinput ke komputer.
Jumlah sampel yang dikerjakan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 23
Maret sampai 4 April 2015 adalah 7 sampel. Pemeriksaan anti HAV IgM ini
mempunyai permasalahan yaitu saat menghafal volume volume yang
dimasukkan kedalam alat. Sehingga dalam prosesnya masih perlu dilakukan
pencatatan agar tidak terjadi kekeliruan. Hasil pemeriksaan yang sudah selesai
143
Prinsip
Prinsip pemeriksaan ini adalah kombinasi dari metode imunoenzim dan
Dasar Teori
Fertilitas merupakan kemampuan organ reproduksi untuk bekerja optimal
menjalankan fungsi fertilisasi. Kondisi seseorang tidak dapat hamil setelah satu
tahun menjalani hubungan intim secara teratur tanpa kontrasepsi disebut
infertilitas atau ketidaksuburan. Pada wanita, penyebabnya dapat berupa infeksi
pada vagina, kelainan serviks uteri, uterus, dan tuba falopi serta gangguan
hormonal seperti hambatan sekresi FSH dan LH yang berperan dalam ovulasi.
Pada pria, penyebabnya dapat berupa abnormalitas pada sperma (baik morfologi
144
maupun motilitas sperma), ejakulasi ataupun ereksi, infeksi pada jaringan genital
yang menyebabkan obstruksi saluran genital serta pemakaian obat antikanker dan
pengaruh radiasi.
Pemeriksaan fertilitas sangat penting untuk mengevaluasi ada tidaknya
gangguan fertilitas sehingga dapat menentukan terapi yang tepat. Berdasarkan
laporan American Siciety of Reproduksi Medicine, sepertiga kasus infertilitas
disebabkan oleh gangguan fertilitas pada wanita, sepertiganya gangguan pada
pria, sedangkan sepertiganya lagi disebabkan gangguan fertilitas pada kedua belah
pihak atau adanya gangguan fertilitas yang tidak dapat dijelaskan. Pemeriksaan
fertilitas meliputi :
Pemeriksaan darah untuk menguji fertilitas seorang pria adalah dengan
mengukur kadar FSH dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan
dalam spermatogenesis (pembentukan sperma). Sedangkan testosteron berperan
dalam spermatogenesis dan stimulasi libido.
Pengujian kadar hormon diindikasikan jika hasil analisis semen menunjukkan
abnormalitas, terutama jika konsentrasi sperma kurang dari 10 juta per millimeter
atau ada indikasi lain yang mengarah pada kelainan hormonal. Biasanya, uji
testosteron dan FSH yang pertama kali diukur. Jika kadar testosteron rendah,
kadar LH diukur.
Lutenizing Hormon / LH
Disekresi oleh hipofisis anterior, berperan pada stimulasi pematangan ovum
dan ovulasi. Kadar LH normal bagi perempuan biasanya antara 6 dan 30 U/L.
Hasil normal untuk pria biasanya antara 7 dan 24 U / L.
145
: 25,8-134,8 mIU / mL
146
Merupakan hormon peptida yang fungsi utamanya adalah pada proses laktasi.
Kadar hormon prolaktin yang tinggi dapat menekan FSH. Normalnya, kadar
prolaktin pada hari ketiga siklus adalah <24 ng/mL.
Estradiol
Sebagaian besar hormon estradiol diproduksi dan dilepaskan oleh ovarium
(indung telur) sehingga pemeriksaan ini dapat menilai fungsi ovarium. Kadar
estradiol normal adalah 25-75 pg/mL pada hari tiga siklus.
HCG
Plasenta memiliki kapasitas besar untuk menghasilkan sejumlah hormone
peptide dan steroid yang esensial untuk memelihara kehamilan. Hormone yang
terpenting adalah Human Chorionic Gonodotropin, estrogen dan progresteron.
Plasenta sebagai organ endokrin utama pada kehamilan, bersifat untuk
dibandingkan dengan jaringan endokrin lain dalam dua aspek. Jenis dan kecepatan
sekresi hormon plasenta terutama bergantung pada stadium kehamilan.
Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon khas kehamilan
(ditemukan dalam darah dan urine perempuan hamil). Hormon yang dibentuk oleh
trofoblast (lapisan bagian luar janin yang terbentuk pada awal pembentukan janin
dan plasenta) ini berfungsi mempertahankan korpus luteum (jaringan berwarna
kuning dalam indung telur yang terbentuk ketika indung telur baru saja
melepaskan sel telur) yang membuat eksogen dan progesterone sampai plasenta
terbentuk seutuhnya. Molekul HCG bersifat dimerik, terdiri dari satu sub unit alfa
dan satu sub unit beta, yang khas untuk HCG dan menentukan individualitas
antigenik.
147
pemeliharaan
korpus
luteum
selama
awal
kehamilan,
pengembangan
toleransi
kekebalan
peritrophoblastic,
dan
dapat
148
terdapat juga pada keadaan bukan infeksi, selain itu juga merupakan pengukuran
yang lebih sensitif dibandingkan dengan beberapa uji laboratorik lain.
5.
149
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan immunologi dengan
150
151
J. PEMERIKSAAN CD4
1. Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui kadar CD4 dalam tubuh pasien.
2.
3.
Metode
Metode yang dingunakan pada alat ini adalah Flowcytometri
Prinsip
Sampel yang dimasukkan ke dalam reagen Tubes dihomogenkan dengan
Dasar Teori
CD4 (CD four) adalah bagian dari populasi limfosit T yang di sebut
sebagai sel T helper (penolong). CD4 dalam sistem imun ditulis dengan penanda
permukaan CD4+. Fungsi utama CD4 dalam imun, meregulasi sistem imun agar
bekerja dengan baik. Prosesnya dengan merangsang sistem imun nonspesifik
berupa fagosit untuk khemotaksis dan proses fagositosis benda asing, untuk sistem
imun spesifik humoral: merangsang sel B (Limfosit B) untuk menghasilkan
antibodi dan mengatur produksi antibodi. Sedangkan untuk sistem imun seluler
berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK membunuh sel sasaran yang terkena
infeksi virus (Sacher,2004).
5.
152
153
8.
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui dalam pemeriksaan CD4 adalah apabila jumlah
sampel yang banyak sedangkan untuk menjalankan satu sampel diperlukan waktu
yang lama sekitar 1 jam, sehingga seringkali pemeriksaan terhadap CD4 ditunda.
9.
dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara kuat, sehingga infeksi lebih sering
terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari
biasanya. Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir,
anak-anak maupun dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik,
maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan. Gangguan pada
sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus, jamur atau bakteri
yang tidak biasa
Gejala-gejala yang muncul dari HIV bisa mempengaruhi seseorang secara
bertahap. Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan
cepat. Virus ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel
darah putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Setiap tahapan dari
infeksi akan menunjukkan gejala yang berbeda. Tahap awal dari infeksi virus ini
biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau gejala apapun, gejala baru akan
muncul setelah dua sampai empat minggu setelah terinfeksi. Seseorang bisa
mengeluh mengalami sakit kepala yang berat dan persisten disertai dengan
demam, ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang
mirip dengan flu atau infeksi virus sedang. Gejala dan tanda awal dari HIV
termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar
154
getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha. Gejala-gejala ini hampir sama
dengan infeksi virus lainnya. Karena itu banyak orang yang terinfeksi HIV tidak
menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi hingga bertahun-tahun sehingga
mencapai stadium lanjut. Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease
Control/CDC) mengungkapkan ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium
lanjut dari HIV yaitu:
1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan
2. Batuk kering
3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari
4. Kelelahan
5. Diare yang lebih dari seminggu
6. Kehilangan memori
7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.
Pemeriksaan CD 4 yang dilakukan di RSUP Sanglah bertujuan untuk
menghitung kadar limfosit T dalam tubuh pasien. Pemantauan CD4 merupakan
langkah yang tepat untuk memantau penyakit HIV/AIDS serta prognosis yang
mungkin terjadi.
Masalah yang dihadapi dalam pemeriksaan CD4 dapat diatasi dengan
meginformasikan kepada bagian pengumpulan sampel karena keterbatasan alat
dan reagen pemeriksaan CD4 hanya bisa dilakukan terbatas dan hasil yang
dikeluarkan cukup lama karena diperlukan waktu inkubasi yang cukup lama pula.
155
Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui adanya antibody (IgG, IgM ) pada sampel serum pasien
2.
Metode
Metode yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Imunochromatography.
3.
Prinsip
Anti-dengue (IgM/IgG) yang terdapat dalam serum pasien akan bereaksi
dengan antigen captured pada strip test dan membentuk kompleks warna.
4. Dasar Teori
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria terutama di musim hujan yang lembab (Fatma, 2012).
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue yang
merupakan virus dari family flaviridae. Terdapat 4 macam serotype virus dengue
yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus
tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penularannya melalui
nyamuk betina seperti Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes polynesienses
(Fatma, 2012).
Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu penunjang dalam penegakan
diagnosis infeksi virus dengue juga telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Mulai dengan pemeriksaan isolasi virus dengue, pemeriksaan PCR
dengue, hingga pemeriksaan cepat seperti IgG-IgM dengue dan NS1Ag dengue.
Masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Saat ini yang menjadi
pilihan adalah IgG-IgM dengue dan NS1 dengue karena akurasinya yang bagus,
156
kecepatan selesai hasil yang cepat, mudahnya cara pemakaian, serta biaya yang
relative murah disbanding pemeriksaan yang lain (Anonim, 2010).
5.
a. Alat
1. Strip test
2. Pipet droper
b. Bahan
1.Serum pasien
2. Buffer
6.
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Teteskan 10 mikron (1 tetes) serum pada sumur sampel pada strip test
3. Teteskan 2 - 3 tetes buffer pada sumur diluents pada strip test
4. Tunggu 15 menit, amati hasil
Interpretasi hasil:
1. Positif
7.
157
10
3
13
6
8
5
70
IgM yang dikeluarkan oleh
Permasalahan
Permasalahan yang dialami oleh mahasiswa adalah pada saat melakukan
pemeriksaan ini mahasiswa terkadang bingung karena sering sekali pada strip tes
yang muncul adalah garis T2 saja sedangkan garis yang lain tidak muncul. Hasil
ini tentunya invalid tetapi penjelasan dari pihak laboratorium Sanglah bahwa jika
muncul garis T2 saja artinya pasien positif IgG karena titernya sangat kuat jadi
tidak sanggup menuju garis IgM dan garis C ( kontrol ). Sehingga pada
pengerjaan DHF IgG dan IgM perlu dilakukan pengawasan dari pihak
laboratorium Sanglah agar hasil dari pemeriksaan tidak salah.
9.
Pembahasan
Pemeriksaan DHF IgG, IgM dilakukan untuk dalam mengetahui adanya
antibody dalam tubuh pasien. Antibody IgG bertujuan untuk mengetahui pasien
sebelumnya sudah pernah mengalami sakit yang sama atau tidak sedangkan IgM
untuk mengetahui pasien baru pertama kali megalami sakit (akut). Pemeriksaan
IgG, IgM menggunakan rapid tes dengan metode Immunochromatography.
Apabila dalam pemeriksaan didapatkan hasil negative maka pada strip tes
hanya akan muncul satu garis yaitu pada garis control, apabila hasil menunjukkan
158
positif akan muncul garis pada control dan IgG, control dan IgM, atau
control,IgG,IgM. dan apabila invalid garis control tidak muncul.
Jumlah pasien selama 2 minggu dilakukan praktik di laboratorium imunologi
RSUP Sanglah oleh kelompok 2 yaitu 70 orang.
L. PEMERIKSAAN NS1
1. Tujuan
- Untuk dapat mendeteksi antigen NS1 dengue virus di dalam sampel
-
159
dengue yang akan membentuk garis warna sebagai kompleks partikel emas
antibodi antigen antibodi.
4. Dasar Teori
Demam dengue maupun penyakit lain akibat virus dengue merupakan
penyakit akibat arbovirus yang endemik terutama di daerah tropik dan
subtropik lainnya. Diagnosis penyakit ini adalah dari gejala klinis yang
menunjukkan panas mendadak tinggi disertai dengan gejala-gejala lain yang
tidak khas kadang menyerupai gejala flu biasa.Dari tanda klinis didapatkan
nyeri mid epigastrik, hepatomegali dan mungkin terdapat tanda-tanda
perdarahan.Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk diagnosis maupun
evaluasi hasil pengobatan.Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal,
terdapat empat serotipe yang berbeda yaitu DEN1, DEN2, DEN3 dan DEN4
yang semuanya terdapat di Indonesia. Virus dengue memiliki genom 11 kb
yang mengkode 10 macam protein virus yaitu tiga protein struktural
(C/protein core, M/protein membrane, E/protein envelope) dan tujuh protein
nonstruktural (NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, NS5) (Abidfahruddin,
2009).
160
NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, NS5 yang ditandai oleh sebuah 5 dan 3
nontranslated region (NTR) pada kedua ujungnya.
NS1 adalah glikoprotein nonstructural dari virus dengue dengan berat
molekul 46-50 kD dan merupakan glikoprotein yang sangat conserved. Pada
awalnya NS1 digambarkan sebagai antigen Soluble Complement Fixing
(SCF) pada kultur sel yang terinfeksi. NS1 diperlukan untuk kelangsungan
hidup virus namun belum diketahui aktivitas biologisnya. Dari bukti yang
sudah ada menunjukkan bahwa NS1 terlibat dalam proses replikasi virus.
NS1 sendiri dihasilkan dalam 2 bentuk yaitu membran associated dan
secreted form. NS1 bukan bagian dari struktur virus tapi diekspresikan pada
permukaan sel yang terinfeksi dan memiliki determinan-determinan yang
spesifik group dan tipenya.Peran NS1 dalam imunopatogenesis juga telah
disampaikan berdasarkan temuan anti-SCF antibodies dalam serum pasienpasien dengan infeksi sekunder tapi tidak pada infeksi primer.NS1 dengue
disekresikan ke dalam sistem sirkulasi darah pada individu yang terjangkit
virus dengue dengan konsentrasi yang tinggi pada infeksi primer maupun
sekunder selama fase klinik sakit dan hari-hari pertama masa konvalesen
(pemulihan) (Denthytor, 2011).
161
Asimtomatik
Demam tidak
Simtomatik
Demam Dengue
162
Spesifik
Perdarahan (-)
Perdarahan (+)
Syok (-)
Syok (+)
(SSD)
DD
DBD
Gambar 1. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue (dikutip dari WHO, 1997)
Pemeriksaan Non Struktural 1 (NS1) ditujukan untuk mendeteksi
virus dengue lebih awal.Virus dengue memiliki 3 protein structural dan 7
protein non struktural. NS1 adalah glikoprotein non struktural yang
diperlukan untuk kelangsungan hidup virus.Keuntungan mendeteksi antigen
NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut
pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya antibodi.Dengan
demikian kita dapat segera melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien.
Hal ini tentunya akan mengurangi risiko komplikasi seperti demam berdarah
dengue dan dengue shock syndrome yang dapat berakibat kematian.
Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen sebaiknya dilakukan pada penderita yang
mengalami demam disertai gejala klinis infeksi virus dengue (pada hari 1-3
mulai demam) untuk mendeteksi infeksi akut disebabkan virus dengue.
Positivitas dan kadar Ag NS1 Dengue tertinggi pada hari-hari awal demam
dan akan menurun dengan bertambahnya hari demam, sehingga sebaiknya
dilakukan sebelum hari keempat demam (Prasetyo, 2012).
163
164
tersebut
bergerak
di
sepanjang
membrane
secara
166
M. PEMERIKSAAN ASTO
1. Tujuan Kegiatan
Untuk determinasi kualitatif dan semikuantitatif adanya ASO (Anti Streptolisin
O) dalam serum secara aglutinasi latex.
2.
Metode
Pada praktikum ini pemeriksaan dilakukan dengan metode slide test
aglutinasi
3.
Prinsip
167
Dasar Teori
Titer anti Streptolisin O (ASO/ASTO) merupakan pemeriksaan diagnostic
standar untuk demam rheumatic, sebagai salah satu bukti yang mendukung adanya
infeksi Streptococcus. Titer ASTO dianggap meningkat apabila mencapai 250 unit
Tood pada orangdewasa atau 333 unit Tood pada anak-anak diatas usia 5 tahun,
dan dapat dijumpai pada sekitar 70%-80% kasus demam rheumatic akut. Sebagian
besar dari strain-strain serologic dari Streptococcus Group A menghasilkan dua
enzim hemolitik yaitu Streptolisin O dan S. Di dalam tubuh penderita, Streptolisin
O akan merangsang pembentukan antibodi yang spesifik yaitu Streptolisin O
(ASTO) sedangkan yang dibentuk Streptolisin S tidak spesifik (Corwin,2009).
Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di
tabahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O anti
Strepolisin O (SO ASO). Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari
200 IU/ml, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan
menyebabkan aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan pada partikel
partikel latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml ,
maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan
streptolisin O pada partikel partikel latex. (Handojo,1982)
Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup baik ,
sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes aglutinasi
latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml. (Handojo ,
1982)
168
5.
1. Yellow tip
2. Petak slide berwarna hitam
3. Pengaduk
4. Rotator
b. Bahan
1. Reagen latex
2. Kontrol serum positif dan negatif
3. Sampel Serum
6. Cara Kerja
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dalam sampel.
Pemeriksaan semi kuantitatif
a. Disiapkan 4 buah sampel cup dan diisi 100 ml buffer
b. Pada sampel cup 1 diisi 100 ml sampel
c. Kemudian dihomogenkan, dari cup 1 dipipet 100 ml campurannya
dipindahkan ke cup 2 demikian selanjutnya sampai pada cup ke 4
dari cup ke 4 dibuang sebanyak 100 ml.
d. Masing-masing serum ditambahkan dengan 1 tetes suspense antigen,
lalu aduk selama 5 detik an goyangkan selama 2 menit kemudian
amati hasilnya
e. Tentukan hasil akhir atau titernya
Pengenceran serum
1/8
1/16
7.
Hasil Kegiatan
169
Titer
400
800
1600
3200
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui mahasiswa yakni pada saat menggunakan slide
dengan berlatar belakang hitam terkadang kotoran yang ada di slide bereaksi
dengan reagen akan menghalangi aglutinasi sehingga sebelum dilakukan
pemeriksaan dipastikan terebih dahulu bahwa alat alat yang digunakan harus
bersih.
9. Pembahasan
Pemeriksaan ASTO dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya antibody
streptolisin O yang dihasilkan oleh tubuh apabila terjadi infeksi oleh bakteri
golongan streptococcus. Apabila bakteri ini menginfeksi dan hasil pemeiksaan
ASTO terjadi aglutinasi maka dinyatakan di dalam tubuh pasien terdapat Anti
Streptolisin O.
170
Apabila terjadi hasil negative pada serum pasien maka saat serum pasien
dicampur dengan reagen lateks tidak terjadi aglutinasi. Hasil negative ini
menunjukkan di dalam serum pasien memang tidak terdapat Anti Streptolisin O
atau antibody ini terdapat dalam serum namun kurang dari 200 I.U/ml sehingga
memberi hasil negative. Apabila didapatkan hasil positif, pemeriksaan dilanjutkan
dengan pengenceran, pengenceran yang dilakukan yaitu pengenceran 1 : 2 yaitu
dilakukan dengan memipet 100 uL serum ditambah dengan 100 uL NaCl/ buffer,
setelah dihomogenkan campuran dipipet sebanyak 100 uL lalu ditambahkan satu
tetes reagen, apabila hasil ini menunjukkan hasil positif maka titer Asto
menunjukkan hasil 400 I.U/ml dan harus diperiksa lebih lanjut.
171
Tujuan Kegiatan
Untuk mengetahui adanya antibody HIV dalam serum pasien.
2.
3.
Metode
Pemeriksaan anti-HIV menggunakan metode Imunocromatography
Prinsip
Ketika sampel serum, plasma, atau whole blood pasien yang mengandung
antibodi spesifik terhadap antigen HIV 1 dan HIV - 2 diteteskan pada sumur uji,
antibodi spesifik terhadap antigen HIV 1 dan HIV 2 pada sampel berikatan
dengan antigen rekombinan HIV- 1 dan 2 (gp41 , p24 , gp36) yang dilapisi gold
koloidal sehingga membentuk kompleks antigen antibodi. Kompleks ini akan
bergerak di sepanjang membrane test secara kromatografi menuju daerah test
( pita 1 yang dilapisisi antigen gp41,p24 dan pita 2 yang dilapisi antigen gp36 )
membentuk garis warna akibat terbentuknya kompleks antigen antibodi
antigen.
4.
Dasar Teori
AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrom/ Sindrom imunodefisiensi
172
Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target
antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein
dinamakan p17, yang merupakan lapisan di bawah selubung lipid. Sedangkan
selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam
proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen
gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa
protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein
mature (Jawet, 2001 dikutip dari Mariam 2010).
HIV menunjukkan banyak gambaran khas fisikokimia dari familinya.
Terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Kedua tipe dibedakan berdasarkan susunan genom dan hubungan filogenetik
(evolusioner) dengan lentivirus primata lainnya. Berdasarkan pada deretan gen
env, HIV-1 meliputi tiga kelompok virus yang berbeda yaitu M (main), N (New
atau non-M, non-O) dan O (Outlier). Kelompok M yang dominan terdiri dari 11
subtipe atau clases (A-K). Telah teridentifikasi 6 subtipe HIV-2 yaitu sub tipe A-F
(Jawetz, 2001).
HIV-1 maupun HIV-2 mempunyai struktur yang hampir sama, HIV-1
mempunyai gen vpu tetapi tidak mempunyai vpx, sedangkan sebaliknya HIV-2
mempunyai vpx tetapi tidak mempunyai vpu. Perbedaan struktur genome ini
walaupun
sedikit,
diperkirakan
mempunyai
peranan dalam
menentukan
patogenitas dan perbedaan perjalanan penyakit diantara kedua tipe HIV tersebut.
Karena HIV-1 yang lebih sering ditemukan, maka penelitian-penelitian klinis dan
laboratoris lebih sering dilakukan terhadap HIV-1 (Anonim, 2009).
Diagnosis pada infeksi HIV dilakukan dengan dua metode yaitu metode
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium
meliputi uji imunologi dan uji virologi.
173
Assays).
Sedangkan
hasil
yang
negatif
tidak
174
konfirmasi melalui uji virologi (tes virus), sebelum anak dianggap mengidap
-
HIV-1.
Rapid test
Merupakan tes serologik yang cepat untuk mendeteksi IgG antibodi terhadap
HIV-1. Prinsip pengujian berdasarkan aglutinasi partikel, imunodot (dipstik),
imunofiltrasi atau imunokromatografi. ELISA tidak dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi hasil rapid tes dan semua hasil rapid tes reaktif harus
175
menurun
secara
bertahap
selama
perjalanan
penyakit.
Kecepatan
menjadi alat bantu yang bernilai untuk memantau efektivitas terapi antivirus.
Uji antigen p24
Protein virus p24 berada dalam bentuk terikat dengan antibodi p24 atau dalam
keadaan bebas dalam aliran darah indivudu yang terinfeksi HIV-1. Pada
umumnya uji antigen p24 jarang digunakan dibanding teknik amplifikasi
RNA atau DNA HIV karena kurang sensitif. Sensitivitas pengujian meningkat
dengan peningkatan teknik yang digunakan untuk memisahkan antigen p24
176
2.
Sampel serum sebanyak satu tetes (30 uL) dipipet pada strip test
3.
4.
5.
Amati hasil
c.
1.
2.
Sampel serum dipipet dengan pipet dropper dan diteteskan pada area
sampel sebanyak 3 tetes pada strip test
177
3.
4.
Amati hasil
Interpretasi hasil:
1.
Positif
2.
3.
T2 dan C
Negatif : Bila terdapat garis pada C saja.
Invalid : Bila tidak ada garis pada T dan C.
Catatan : Test pertama dilakukan pada Oncoprobe Strip Test apabila pada
Oncoprobe menunjukkan hasil negatif tidak dilanjutkan ke Intec dan Vikia.
Apabila test menunjukkan positif maka dilanjutkan pada Intec dan Vikia.
7.
Hasil Kegiatan
Jumlah pemeriksaan Anti HIV yang telah dilakukan oleh mahasiswa di sub
Permasalahan
Permasalahan pada pemeriksaan Anti HIV yakni ketika sampel yang
diteteskan kurang menyebabkan garis pada strip tes tidak muncul, terkadang garis
kontrol juga tidak muncul sehingga perlu penambahan serum yang lebih banyak
178
dan apabila garis kontrol tidak muncul dilakukan pemeriksaan ulang dengan
reagen yang baru.
9. Pembahasan
Pemeriksaan Anti-HIV merupakan pemeriksaan darah yang digunakan
untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV. Pada umumnya, antibodi ini
terbentuk dalam waktu sekitar 3-6 minggu setelah terinfeksi atau pada individu
dengan pembentukan antibodi yang lambat dapat terbentuk setelah 3-6 bulan
terinfeksi. HIV meruapakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
dan mengakibatkan daya tahan tubuh menurun hingga akan lebih mudah
terinfeksi. Individu dengan infeksi HIV akan mengalami beberapa fase, yakni fase
akut - fase laten - AIDS.
Pemeriksaan anti-HIV di sub laboratorium ini dikerjakan dengan
menggunakan tiga reagen yang berbeda, yaitu reagen/cassette test Oncoprobe
yang memiliki sensitivitas tinggi sebagai reagen pertama, cassette test INTEC
yang memiliki spesifisitas tinggi untuk reagen yang kedua dan cassette test VIKIA
yang memiliki sentivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dari reagen kedua
sebagai reagen ketiga. Hal ini dilakukan untuk menentukan keakuratan hasil
pemeriksaan anti-HIV. Hasil pemeriksaan anti HIV tdak dapat di publikasikan
secara umum karena pemeriksaan ini bersifat rahasia. Identitas pasien hanya
diketahui oleh konselor ketika di laboratorium sampel hanya berisi kode khusus
pemeriksaan Anti HIV.
Adapun kelebihan dari pemerksaan anti-HIV rapid test anata lain:
-
179
Sebuah hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan HIV-1 dan atau HIV2. Spesimen mungkin mengandung antibodi anti-HIV-1 dan atau HIV-2, tapi
kadarnya terlalu rendah.
180
Tujuan Kegiatan
a. Untuk mengetahui adanya antibodi spesifik terhadap antigen Salmonella
dalam serum secara kualitatif dan semi kuantitatif.
b. untuk mendeteksi deman typhoid yang disebabkan oleh Salmonella.
2.
Metode
a. Pemeriksaan widal menggunakan metode aglutinasi.
b. Pemeriksaan IgM Salmonella Typhi menggunakan metode IMBI
(Inhibition Magnetic Binding Imunoassay).
3.
Prinsip
a. Berdasarkan reaksi aglutinasi secara immunologi antara antibodi dalam
serum dengan suspensi bakteri sebagai antigen yang homolog.
b. Tes ini mendeteksi adanya Antibodi Anti-O9 dalam serum pasien dengan
menilai kemampuan dalam menghambat reaksi antara antigen pada reagen
coklat dan antibodi pada reagen biru. Tingkat penghambatan sebanding
dengan konsentrasi antibodi anti-O9 dalam sampel. Pemisahan diaktifkan
oleh gaya magnet. Hasil dibaca visual terhadap skala warna.
4.
Dasar Teori
Demam typhoid (typhoid fever) merupakan suatu penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Salmonella typhi maupun Salmonela paratyphi A, B,
dan C yang masih dijumpai secara luas di negara berkembang yang terutama
terletak di daerah tropis dan subtropis. Tubuh yang kemasukan Salmonella
akan merangsang pembentukan ntibodi yang bersifat spesifik terhada atigen
yang merangsangpembentukannya. Antibodi yang terbentuk merupakan
181
182
TF
(ANTI
Salmonella
typhi
IgM)
5.
Widal
183
1. Alat
a. Slide Test
b. Pipet Ukur
c. Ball pipet
d. Mikropipet
2. Bahan
e. Yellow tip
f. Rotator
g. Pengaduk plastik dalam kit
a. Antisera:
Suspensi antigen O:
Salmonella typhi O
- Salmonella paratyphi AO
- Salmonella paratyphi BO
- Salmonella paratyphi CO
Suspensi antigen H:
Salmonella typhi H
b. Serum Pasien
IgM Salmonella
1. Alat
a) Kuvet
b) Cover strip
c) Mikroskop
d) Yellow tip
e) Tempat skala warna
2. Bahan
a) Sampel/ plasma heparin
Bila tidak segera diperiksa maka serum dapat disimpan pada suhu 2-80C
atau suhu -200C sampai 4 minggu. Jangan gunakan sampel lipemik,
ikterik dan lisis.
b) Reagen Biru
c) Reagen coklat
184
d) Kontrol positif
e) Kontrol negatif
6.
Cara Kerja
Widal
1. Cara kerja kualitatif (untuk titer minimal 1/20)
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Serum dipipet 20 l dan diteteskan pada slide aglutinasi
c. Serum ditambahkan 1 tetes suspensi antigen
d. Serum dan suspensi antigen diaduk selama 5 detik dengan tusuk gigi
dan goyangkan selama 1 menit lalu amati hasilnya.
e. Serum dengan hasil positif pada cara kualitatif harus dilanjutkan
pada titrasi slide(kuantitatif test) untuk mengetahui titer akhir yang
masih menunjukkan hasil positif
Intrepretasi hasil:
Test Positif
(flocculent)
Ekuivalen pengenceran
1 : 80
1 : 160
1 : 320
Interpretasi Hasil
2
3
186
6-10
Hasil Kegiatan
Jumlah pemeriksaan Widal dan IgM Salmonella typhi yang telah dilakukan
oleh mahasiswa di sub laboratorium Immunologi dapat dilihat pada tabel berikut :
Hari, Tanggal
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2014
Rabu, 1 April 2014
Kamis, 2 April 2014
Jumat, 3 April 2014
Sabtu, 4 April 2014
Total
8.
IgM Salmonella
1
1
1
1
1
1
1
7
Permasalahan
Dalam pengerjaan sampel, mahasiswa tidak mengalami kesulitan atau
187
9.
untuk menegakan diagnosa demam tipoid. Uji widal positif artinya ada antibodi
terhadap
kuman
Salmonella,
menunjukkan
bahwa
seseorang
pernah
188
teori yang diajarkan. Mengatasi hal tersebut dilakukan dengan tetap mengikuti
prosedur pemeriksaan yang dilakukan di tempat PKL, namun pembimbing
lapangan tetap mengingatkan prosedur pemeriksaan yang tepat.
Pemeriksaan IgM Salmonella Typhi merupakan salah satu pemeriksaan
yang dilakukan untuk menegakan diagnose penyakit demam typoid. Perbedaan
pemeriksaan ini dengan pemeriksaan widal adalah selain menggunakan metode
yang berbeda, pemeriksaan IgM Salmonella Typhi dapat digunakan untuk pasien
dengan keluhan awal, karena antibody yang dideteksi merupakan antibody primer
yang muncul pada infeksi awal. Untuk metode pemeriksaan yang digunakan
adalah Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (IMBI).Antibodi IgM terhadap
antigen 09 LPS dideteksi melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi
antara kedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang
disensitisasi dengan antibodi monoklonal anti 09 (reagen berwarna biru) dan
mikrosfer magnetik yang disensitisasi dengan LPS Salmonella typhi (reagen
berwarna coklat).
Setelah sedimentasi partikel dengan kekuatan magnetik, konsentrasi partikel
indikator yang tersisa dalam cairan menunjukkan daya inhibisi.Tingkat inhibisi
yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi IgM Salmonella typhi
dalam sampel.Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir
reaksi terhadap skala warna.
Permasalahan yang dihadapi saat pemeriksaan ini adalah terdapat sampel
darah memiliki kadar lemak yang tinggi atau lipemik. Bahan yang lipemik dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Sehingga bahan tersebut sebelum diperiksa
terlebih dahulu dipisahkan antara lemak dengan serum. Pemisahan ini dilakukan
189
dengan cara memutar bahan atau centrifugasi dengan kecepatan tinggi yaitu
10000 rpm selama 15 menit. Sehingga lapisan akan terpisah dari serum yan
berada pada permukaan. Setelah dipisahkan, baru dilanjutkan dengan pemeriksaan
IgM Salmonella Typhi dengan menggunakan sampel serum yang dipipet secara
hati-hati.
190
lekukan.
Gerakannya
berupa rotasi
191
sepanjang aksis
dan maju
frontalis.
Pada stadium lanjut dapat terlihat stigmata pada sudut mulut (garis-garis yang
ini bisa berkembang menjadi erosi dan ulserasi. Jika berkembang menjadi ulserasi
disebut ulkus durum, dengan tepi merah, lebar 1-2 mm, dapat berkrusta dan
menghasilkan eksudat serosa. Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke
kelenjar limfatik inguinal medial. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal,
tidak nyeri, soliter, dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Lesi umumnya
bisa terdapat pada alat kelamin, bisa juga ekstragenital (bibir, lidah, tonsil, putting
susu, jari dan anus). Tanpa pengobatan, lesi dapat sembuh spontan dalam 3-8
minggu tergantung ukuran besar-kecilnya.
Stadium II
Stadium sifilis sekunder dicapai ketika terjadi sifilis primer sudah sembuh;
jarak antara sifilis primer dan sekunder sekitar 6 sampai 8 minggu. Lesi yang
terbentuk dapat menyebar ke seluruh permukaan tubuh (tidak terbatas di tempat
inokulasi bakteri) serta memiliki sifat tidak gatal, tidak memerah serta
terdistribusi secara simetris. Gejala konstitusional mendahului sifilis sekunder,
seperti nyeri kepala, demam, anoreksia dan nyeri sendi.Pada sifilis sekunder dapat
timbul kelainan-kelainan kulit seperti makula, papula, mikropapula dan erupsi
miliar, pustul, alopesia, paronikia, lesi pada membran mukosa, limfadenopatik
generalisata serta gangguan neurologis. Diagnosis untuk sifilis sekunder dapat
ditegakkan melalui hasil pemeriksaan serologik yang reaktif serta pemeriksaan
lapangan gelap positif.
Stadium Laten
Pada sifilis laten tidak terdapat manifestasi klinis, namun tes serologi
menunjukkan hasil yang positif. Pada periode laten awal (2 tahun setelah infeksi),
transmisi secara vertikal masih bisa terjadi meskipun transmisi melalui hubungan
seksual berkurang (karena tidak ada lesi mukokutaneus).
Stadium III
193
194
195
misalnya
Treponema
Pallidum
Hemagglutination
Assay
Positif
.
(HOMOGENUS)
(FLOCULLENT)
b. Pemeriksaan TPHA
.
Pemeriksaan Kualitatif
1. Alat dan bahan disiapkan.
. ..
2. Strip TPHA dikeluarkan dari pembungkusnya.
3. Sampel serum dipipet sebanyak 80 L lalu diteteskan
di tempat sampel
. ..
Interpretasi hasil :
..
a. Positif : muncul 2 garis berwarna yaitu pada daerah kontrol dan daerah
.
test.
b. Negatif : muncul 1 garis berwarna yaitu pada
. daerah kontrol saja.
.
.
197
.
. ...
...
pengenceran sampel.
.
Pemeriksaan Semi Kuantitatif
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Well 2 ditambahkan dengan 100 L diluents..
3. Well 1, 3 sampai 7 ditambahkan dengan 25 L diluents.
4. Serum pasien sebanyak 25 L ditambahkan pada well 1 lalu
dihomogenkan.
5. Campuran tersebut diambil sebanyak 25 L dan dipindahkan ke well 2.
Campuran dari well 2 dipipet sebanyak 25 L dan dipindahkan ke well 3.
6. Campuran sebanyak 25 L dipipet pada well 3 lalu dibuang.
7. Campuran sebanyak 25 L pada well 2 dipipet dan dipindahkan ke well 4
lalu dihomogenkan. Begitu seterusnya sampai well 7.
8. Campuran pada well 7 sebanyak 25 L dibuang.
9. Control cell sebanyak 75 L ditambahkan pada well 3.
10. Test cell sebanyak 75 L ditambahkan pada well 4 sampai 7
11. Well diinkubasi pada suhu ruang selama 45 60 menit.
12. Aglutinasi yang terjadi dibaca dan ditentukan titernya.
Interpretasi hasil :
a. Hemaglutinasi positif : ditandai dengan adanya bulatan berwarna
merah di permukaan well.
b. Hemaglutinasi negatif : terlihat seperti titik berwarna merah di tengah
dasar well.
Titer antibodi :
Sumur
1
Titer Pengenceran
serum
7.
2
Pengenceran
3
Control
4
1:
5
1:
6
1:
7
1:
serum
cell
80
160
320
640
Hasil Kegiatan
Kegiatan pemeriksaan VDRL dan TPHA yang dilakukan di sub
198
2
1
2
1
6
1
1
1
1
1
1
1
4
Contoh hasil pemeriksaan VDRL dan TPHA yang dikeluarkan oleh RSUP
Sanglah terlampir.
8. Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi dari pemeriksaan VDRL dan TPHA adalah
pada saat melihat flokulasi pada pemeriksaan VDRL terkadang reagen yang
terlalu berlebihan akan berkumpul dan mengakibatkan flokulasi palsu kemudian
apabila luas penghomogenan antara reagen dengan serum tidak pas maka flokulasi
yang timbul tidak akan terlihat. Maka dari itu perlu adanya konsentrasi dan
ketelitian dari pemeriksa agar hasil menjadi tepat. Kemudian pada pemeriksaan
TPHA yang dikerjakan dirumah sakit Sanglah hanya pemeriksaan TP secara
kualitatif dengan stick sedangkan TPHA tidak dikerjakan karena tidak ada reagen.
9. Pembahasan
Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Penyakit sifilis ini mempunyai empat stadium yaitu stadium
primer, sekunder, laten dan tersier. Uji serologi terhadap sifilis dibagi menjadi dua
kelompok umum yaitu uji nontreponemal dan treponemal. Uji nontreponemal
merupakan uji non spesifik dimana uji ini mendeteksi antibodi IgG dan IgM
terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel rusak dan terhadap
antigen mirip lipid Treponema pallidum. Contoh uji nontreponemal adalah VDRL
199
200
201
sampel serum pasien Widi Astawa I Wyn (27 tahun, Laki-laki) diperoleh titer
1/320.
Kelemahan dari pemeriksaan TPHA antara lain :
a. Kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal/primer) sifilis.
b. Pada saat pengerjaan diperlukan keterampilan dan ketelitian tinggi.
c. Tidak dapat dipakai untuk menilai hasil terapi karena tetap reaktif dalam
waktu yang lama.
Kelebihan dari pemeriksaan TPHA antara lain :
a. Teknis dan pembacaan hasilnya mudah.
b. Memiliki spesifitas tinggi (100%) untuk mendeteksi adanya antibodi
treponemal dan sensitivitas (99,5%) yang tinggi dimana kadar minimum
antibodi treponemal yang dapat dideteksi adalah 0,05 IU/ml.
c. Hasil reaktif atau positif dapat diperoleh lebih dini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :
a. Semua komponen harus disuhu ruangkan terlebih dahulu sebelum digunakan
agar komponennya stabil.
b. Sampel yang digunakan adalah sampel serum atau plasma yang bebas dari sel
darah, kontaminasi mikroba, tidak hemolisis, dan tidak lipemik/ikterik.
c. Proses penghomogenan harus dilakukan dengan tepat.
d. Ketepatan volume pemipetan sampel dan reagen perlu diperhatikan untuk
memperoleh pengenceran yang sesuai.
e. Control cell harus selalu menunjukkan hasil negatif pada proses pemeriksaan.
f. Waktu inkubasi tidak boleh lebih dari 60 menit dan bebas dari getaran.
g. Uji TPHA menunjukkan hasil reaktif setelah 1-4 minggu terbentuknya
chancre.
202
203
Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit
2.
3.
4.
di pagi hari.
Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan.
Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.
Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri
pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang
sendi pergelangan tangan.
( Merlin S. 2012 )
Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan
205
1. Tes Aglutinasi
Suatu metode aglutinasi, dimana serum dicampurkan dengan partikel
lateks yang dilapisi oleh antibodi IgG manusia. Jika serum tersebut
mengandung faktor rematoid, reagen lateks tersebut akan membentuk
gumpalan atau aglutinasi. Metode ini baik digunakan sebagai tes pertama atau
penyaring (Sarliyanti, 2012).
2. Tes Nephelometry
Pada metode ini, menggunakan darah yang telah dicampur dengan reagen.
Saat sinar laser melalui cuvet yang mengandung campuran tersebut, akan
terukur berapa banyak cahaya yang dapat dihalangi oleh sampel dalam cuvet.
Semakin tinggi kadar Rf, maka semakin banyak gumpalan yang terbentuk,
sehingga sampel menjadi keruh, sehingga lebih sedikit cahaya yang dapat
melalui cuvet. Gejala klinik dari RA antara lain nyeri sendi,pembengkakan
sendi,pergerakan terbatas,kekakuan sendi,dan cepat lelah.diagnosa RA dapat
ditegakkan jika memenuhi 4 dari 6 criteria dibawah ini:
1. nyeri sendi pada pagi hari
2. artristis pada 3 sendi atau lebih
3. artritis pada sendi tangan
4. artritis yang bersifat simetris
206
5. serum RF positif
6. perubahan radiologo pada sendi.indikasi tes RF terutama digunakan
untuk membantu mendiagnosis arthritis rematoid.walaupun Rf tidak
sensitive ataupun spesifik untuk RA,tetapi 80% pasien arthritis
rheumatoid memiliki RF yang positif (Merlin S, 2012).
5. Nilai Rujukan
Dewasa :
-
(Lestari. 2011)
2. Hasil uji RF bisa positif pada berbagai masalah klinis, seperti penyakit
kolagen, kanker, sirosis hati.
3. Lansia dapat mengalami peningkatan titer RF, tanpa menderita penyakit
apapun.
4. Akibat keanekaragaman dalam sensitivitas dan spesifisitas uji skrining ini,
temuan positif harus diinterpretasikan berdasarkan bukti yang terdapat dalam
status klinis pasien (Merlin S, 2012).
7. Alat dan Bahan
Alat :
1. Slide RA (Rhematoid Athritis) (latar hitam)
2. Mikropipet 100 l dan 50 l
3. Batang Pengaduk Disposible
4. Yellow Tip
5. Tabung Reaksi
6. Rak tabung reaksi
i.
Bahan :
1. Sampel serum
2. Buffer Glisin
3. RA Latex control positif
4. RA latex control negative
8. Prosedur Pemeriksaan
- Metode Kualitatif :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Kondisikan alat, reagen dan sampel dalam suhu ruangan
3. Reagen latex dikocok secara perlahan untuk menghomogenkan
partikelnya.
4. Kemudian reagen latex diteteskan sebanyak satu tetes (40 l) pada
lingkaran slide aglutinasi dengan background hitam
5. Sampel serum diteteskan menggunakan pipet pengaduk yang
disiapkan di sebelah tetesan reagen latex sebanyak satu tetes. Hal
yang sama dilakukan pada positif control dan negative control.
208
Pembacaan Hasil
Positif
- Positif
- Negatif
Pengenceran
Negatif
: terbentuk aglutinasi
: tidak terbentuk aglutinasi
1/8
1/16
Sampel Serum
100 l
Saline
100 l
100 l
100 l
100 l
100 l
100 l
100 l
Volume Sampel
50 l
50 l
50 l
50 l
6xN0.Of dilution
8x2
8x4
8x8
8x16
Mg/I.U./ml
16
32
64
128
210
Hari, Tanggal
Jumlah Pasien (orang)
Senin, 23 Maret 2015
Selasa, 24 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
1
Kamis, 26 Maret 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Senin, 30 Maret 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 1 April 2015
Kamis, 2 April 2015
1
Jumat, 3 April 2015
Sabtu, 4 April 2015
Total
2
Contoh hasil pemeriksaan RF yang dikeluarkan oleh RSUP Sanglah terlampir.
11.Permasalahan
Permasalahan yang ditemui mahasiswa yakni pada saat menggunakan slide
dengan berlatar belakang hitam terkadang kotoran yang ada di slide bereaksi
dengan reagen akan menghalangi aglutinasi sehingga sebelum dilakukan
pemeriksaan dipastikan terebih dahulu bahwa alat alat yang digunakan harus
bersih.
12.Pembahasan
Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) dapat digunakan sebagai uji
penyaring terhadap rheumatoid arthritis (RA). Uji RF tidak digunakan untuk
pemantauan pengobatan karena hasil tes sering dijumpai tetap positif,
walaupun telah terjadi pemulihan klinis. Selain itu, diperlukan waktu sekitar 6
bulan untuk peningkatan titer yang signifikan.
211
212
serum namun kurang dari 8 I.U/ml sehingga memberi hasil negative. Apabila
didapatkan hasil positif, pemeriksaan dilanjutkan dengan pengenceran,
pengenceran yang dilakukan yaitu pengenceran 1 : 2 yaitu dilakukan dengan
memipet 100 uL serum ditambah dengan 100 uL NaCl/ buffer, setelah
dihomogenkan campuran dipipet sebanyak 100 uL lalu ditambahkan satu
tetes reagen, apabila hasil ini menunjukkan hasil positif maka titer RF
menunjukkan hasil > 8 I.U/ml dan harus diperiksa lebih lanjut.
213