(POCT)
JUDMAINNAH
B1D12018
Pengertian POCT
Pengertian
untuk mempermudah
dan mempercepat
pemeriksaan
laboratorium pasien
sehingga hasil yang
didapat akan
memberikan
pengambilan keputusan
klinis secara cepat oleh
dokter
Tujuan POCT
Untuk mempermudah
pengambilan sampel
(karena hanya
membutuhkan sampel yang
sedikit) dan memperoleh
hasil pada periode waktu
yang sangat cepat atau
dekat dengan lokasi
sehingga perencanaan
pengobatan dapat
dilakukan sesuai
kebutuhan sebelum pasien
pergi.
KEUNTUNGAN
Instrumen POCT didesain portable (mudah di bawa
kemana-mana) serta mudah dioperasikan
Hasil QC yang
memenuhi nilai
target rujukan di
tabung strip
muncul hasil “OK”
masuk dalam
range nilai QC
Parameter kualitas POCT
glukosa/ glukosameter
Parameter:
1. Kualitas Akurasi
Total Error ( TE ) atau perbedaan hasil ( d )
J u m la h sampel N = 20
Target:
Min. 1 9 hasil ( dari 20 hasil = 9 5 % N)
memenuhi D +/- 1 5 %
Diagnosa:
Jika memenuhi target : Berarti a k u r a t / tidak ad a
error
Jika tidak memenuhi target: Berarti tidak
a k u r a t / terjadi error
Uji Komponen TE ( Total Error )
Bias
• Bias merupakan komponen perbedaan hasil
(difference/ total error ) akibat error sistematik
(error alat), yaitu perbedaan hasil antara sistem
POCT dengan sistem rujukan/ analyzer Lab .
• Tujuan: Menghitung komponen error
sistematik
_ _ _
% Bias = (X – R )/ R x 100 %, dimana
_
X = mean hasil glukosameter
_
R = mean nilai rujukan , yaitu target mean larutan
QC atau nilai analyzer
Bias: target <5 % (Skeie)
Uji Komponen TE ( Total Error )
CV Presisi
• CV presisi atau CV normal merupakan variasi dari
perbedaan hasil akibat error random ( error
prosedur/ consumable). Satu sampel yang sama
diuji berulang menggunakan satu sistem (POCT)
menghasilkan variasi perbedaan hasil .
Diagnosa Kasus
• Jika TE1( strip kasus ) dan TE 2 ( strip baru ) > 1 5 % , berarti
sumber error adalah meter kasus
• Jika TE1>15 %, berarti sumber error adalah strip kasus
• Jika bias >5 % , berarti error sistematik dan sumber error
adalah sistem/ analitik yaitu meter kasus atau strip kasus
• Jika CV > 5 % , berarti error random ( error operasional ) dan
sumber error adalah operasional/ non-analitik, yaitu
sebagian besar pre-analitik atau sebagian kecil pasca-
analitik
• Jika TE1 dan TE2 <15 %, bias dan CV <5 % , hanya D > 20
% berarti error random ( error operasional )
Alur Kerja Handling Level 1
1. Anamnesa kasus : Manifestasi/ keluhan error, terutama
perbedaan hasil ( difference/ D ) antara glukometer dengan nilai
rujukan/ analyzer
2. Pemeriksaan fisik : Tracking sumber error berdasarkan
check list. Uji perbedaan hasil difference/ D.
3. Diagnosa kasus :
• D <15 %: Kasus normal
• D 1 5 , 1 – 20 %: Kasus error ringan ( tanpa insiden/ risiko
safety )
• D >20 % : Kasus error berat ( dengan insiden/ risiko
safety )
4. Solusi Kasus :
• Trouble shooting
Alur Kerja Handling Level 2
1. Anamnesa kasus : Data alat meter/ strip, data lainnya
terkait kasus.
2. Pemeriksaan fisik : Uji komponen Total Error. Uji akurasi
ISO 15197:2013
3. Diagnosa kasus :
• Jika TE1( strip kasus ) dan TE 2 ( strip baru ) > 1 5 % , berarti
sumber error adalah meter kasus
• Jika TE1>15 %, berarti sumber error adalah strip kasus
• Jika bias >5 % , berarti error sistematik dan sumber error
adalah sistem/ analitik yaitu meter kasus atau strip kasus
• Jika CV > 5 % , berarti error random ( error operasional ) dan
sumber error adalah operasional/ non-analitik, yaitu
sebagian besar pre-analitik atau sebagian kecil pasca-
analitik
• Jika TE1 dan TE2 <15 %, bias dan CV <5 % , hanya D > 20
% berarti error random ( error operasional )
Alur Kerja Handling Level 2
4. Solusi Kasus :
Metoda CAPA ( Corrective Action & Preventive
Action )
Langkah Koreksi : Eliminasi sumber error
Langkah Prevensi: Edukasi operator
KESIMPULAN
Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan mutu yang
baik