Anda di halaman 1dari 42

POINT OF CARE TESTING

(POCT)

JUDMAINNAH
B1D12018
Pengertian POCT
Pengertian

Point of Care Testing (POCT) atau disebut juga Bedside


Test didefinisikan sebagai pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan di dekat atau di samping tempat tidur pasien.

POCT merupakan pemeriksaan sederhana dengan


menggunakan sampel dalam jumlah sedikit dan dapat
dilakukan di samping tempat tidur pasien

Lokasi : Di ruang rawat inap (in-patient care) dan rawat


jalan (out-patient care)
Istilah lain POCT
• Ancillary testing
• Satellite testing
• Bedside testing
• Near patient testing
• Home testing
• Self-management
• Patient-self
management
• Remote testing
• Physician’s office
laboratories
Kriteria POCT
• Menurut kriteria dari CLIA (Clinical Laboratory
Improvement Amendement), POCT pada umumnya
dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan kompleksitasnya
yaitu “waive” dan “non-waive
• Waive test adalah pemeriksaan non kritis yang disetujui
oleh FDA untuk penggunaan di rumah,
• Menggunakan metode yang sederhana dan cukup
akurat serta tidak beresiko untuk membahayakan
pasien bila hasil pemeriksaan tidak tepat
Kriteria POCT
Non-waive test adalah pemeriksaan yang
cukup kompleks di mana pemeriksaan yang
dilakukan membutuhkan pengetahuan minimal
teknologi dan pelatihan untuk menghasilkan
pemeriksaan yang akurat, langkah-langkah
pengoperasian secara otomatis dapat dengan
mudah dikontrol dan membutuhkan interpretasi
minimal.
POCT
• POCT bukanlah pengganti layanan
laboratorium konvensional,
melainkan layanan tambahan untuk
sebuah laboratorium klinik.
• Dalam operasinya, layanan ini
dilaksanakan di dekat pasien, namun
pertanggungjawaban dan operasinya
tetap dilakukan oleh petugas yang
berwenang dari Laboratorium Klinik
Latar belakang
Tujuan POCT

untuk mempermudah
dan mempercepat
pemeriksaan
laboratorium pasien
sehingga hasil yang
didapat akan
memberikan
pengambilan keputusan
klinis secara cepat oleh
dokter
Tujuan POCT
Untuk mempermudah
pengambilan sampel
(karena hanya
membutuhkan sampel yang
sedikit) dan memperoleh
hasil pada periode waktu
yang sangat cepat atau
dekat dengan lokasi
sehingga perencanaan
pengobatan dapat
dilakukan sesuai
kebutuhan sebelum pasien
pergi.
KEUNTUNGAN
Instrumen POCT didesain portable (mudah di bawa
kemana-mana) serta mudah dioperasikan

Lebih murah, lebih cepat, lebih kecil dan lebih "pintar"


itulah sifat yang ditempelkan pada alat POCT
sehingga penggunaannya meningkat dan
menyebabkan cost effective untuk beberapa penyakit
salah satunya adalah diabetes
Jaminan Mutu
Pemeriksaan Lab VS POCT
 Pemeriksaan Lab  POCT
 Merupakan standar  Kurang akurat.
baku emas dan lebih
akurat
 Diawasi oleh dokter di
ruangan/ klinik.
 Diawasi penuh oleh
penanggung jawab  Pada umumnya
laboratorium (dokter dikerjakan oleh perawat
patologi klinik).  Menggunakan alat
 Dikerjakan oleh sederhana dan lebih
analis. Menggunakan murah
alat yang mahal dan  Fokus pada alur
canggih. kerja, pengurangan
 Fokus pada akurasi, kesalahan dan
mutu, dan waktu hasil. kecepatan hasil.
Prinsip dan Teknologi
Pengukuran POCT
Dua teknologi yang
sering digunakan
adalah
amperometric
detection dan
reflectance.
Amperometric detection
Metode deteksi menggunakan pengukuran arus listrik
yang dihasilkan
pada sebuah reaksi elektrokimia.

Ketika darah diteteskan pada strip, akan terjadi


reaksi antara bahan kimia yang ada di dalam darah
dengan reagen yang ada di dalam strip.

Reaksi ini akan menghasilkan arus listrik yang besarnya


setara dengan kadar bahan kimia yang ada dalam
darah.
Reflectance (pemantulan)

 sebagai rasio antara jumlah total radiasi (seperti cahaya)


yang dipantulkan oleh sebuah permukaan dengan
jumlah total radiasi yang diberikan pada permukaan
tersebut.
 Prinsip ini digunakan pada sebuah instrumen POCT
dengan membaca warna yang terbentuk dari sebuah
reaksi antara sampel yang mengandung bahan kimia
tertentu dengan reagen yang ada pada sebuah test strip.
 Reagen yang ada pada tes strip akan menghasilkan
warna dengan intensitas tertentu yang berbanding lurus
dengan kadar bahan kimia yang ada di dalam sampel.
 Selanjutnya warna yang terbentuk dibaca oleh alat dari
arah bawah strip.
Kekurangan POCT

• Kekurangan yang sangat menonjol dari POCT


adalah proses QC yang masih kurang baik
sehingga akurasi dan presisinya belum sebaik
hasil dari alat fotometer.
• Selain itu dokumentasinya pun belum dalam
terintegrasi dengan sistem informasi
laboratorium sehingga data akan mudah tertukar
bahkan tidak teridentifikasi.????
Fakta - fakta yang wajib diketahui
pada POCT
• Tes strip dan chip harus memiliki kode yang sama,
apabila berbeda POCT tidak akan bekerja
• Tes strip yang sudah expired tidak akan memberikan
hasil pemeriksaan dikarenakan pada chip sudah
tertanam informasi expired date
• Perhatikan rentang pengukuran pada alat POCT anda.
Berbeda merk, berbeda juga kemampuan
pengukurannya.
• Sebagai contoh sebuah alat glukometer hanya dapat
mengukur kadar gula antara 10 - 600 mg/dL. Di luar
range tersebut, POCT tidak dapat membacanya.
• Tes Strip akan mudah rusak dan tak dapat dipakai
apabila tabung/tempatnya terbuka dalam waktu yang
lama dan terpapar panas serta cahaya.
Fakta - fakta yang wajib
diketahui pada POCT
• Untuk Quality Control, terdapat strip control dan larutan
control yang spesifik untuk device POCT. Pastikan QC
dilakukan secara berkala.
• Device POCT harus didesinfeksi untuk menghilangkan
kontaminasi infeksius setiap habis pakai. Bagian yang
harus di desinfeksi adalah badan meter, penutup jendela
pengukur, dan jendela pengukur. Gunakan kapas atau
kain yang lembut dengan cairan alkohol 70%
• Pemeriksaan kimia darah dan QC harus dilakukan
dalam rentang temperatur 10 - 40 derajat celcius.
Apabila melewati rentang temperatur, hasil tidak akan
muncul, kalaupun muncul hasilnya akan meragukan.
• Lakukan pemeriksaan pada kelembaban atmosfer 85%,
sedangkan untuk penyimpanan POCT harus dijaga di
bawah 93%.
Fakta - fakta yang wajib
diketahui padaPOCT
• Jangan lakukan pemeriksaan ketika meter atau strip
sedang terkekspos matahari langsung.
• Hindari perubahan kondisi cahaya yang terlalu
mendadak pada saat mengoperasikan meter. Cahaya
blitz kamera, sebagai contoh, akan menyebabkan
kesalahan pengukuran.
• Medan elektromagnetik kuat bisa mengganggu kerja
meter, Jangan gunakan meter di dekatnya.
• Untuk menghindari gangguan elektrostatik, jangan
gunakan meter di lingkungan yang terlalu kering,
terutama jika terdapat materi sintetis.
wha
Prosedur Analitik
Quality
Control (QC)
Rekomendasi QC POCT oleh
AACB*, 2008
• Tes QC tiap ganti kemasan reagen (
ganti lot )
• Minimum satu kali tes QC per
bulan.
– Untuk POCT dengan kompleksitas
rendah ( mis. POCT glukosa ) min.
satu level QC per bulan
– Untuk POCT dengan kompleksitas
moderat ( mis. POCT troponin ) , min.
dua level QC per bulan.

• * AACB = Australasian Association of Clinical


Biochemists
Interpretasi Hasil QC

Hasil QC yang
memenuhi nilai
target rujukan di
tabung strip 
muncul hasil “OK”
 masuk dalam
range nilai QC
Parameter kualitas POCT
glukosa/ glukosameter
Parameter:
1. Kualitas Akurasi
Total Error ( TE ) atau perbedaan hasil ( d )

Akurasi ISO 15197: 2013: TE atau d max.


+/- 15 %

Jika jumlah sampel n=100, min. 95 sampel


memenuhi +/- 15 %
Parameter kualitas POCT
glukosa/ glukosameter
2. Kualitas Safety pasien :
• Merupakan paramerter utama dari
manajemen resiko
• Manifestasi (keluhan)kasus Error berupa
analitik menunjukkan perbedaan hasil
(difference/total error) > 20%
Parameter kualitas POCT glukosa/
glukosameter
3. Kualitas Trouble Shooting/ Case Handling

• Parameter: Trouble alat, cacat fisik alat, trouble


operasional
• Contoh trouble alat: Baterai mati, kode error
• Contoh cacat fisik alat: Label ED tidak terbaca (
cacat cetakan kemasan) , Hasil di layar meter
tidak terbaca (cacat LCD )
• Contoh trouble operasional: Sampling di jari saat
banjir alkohol
Perbedaan Hasil pada Kondisi
Normal
• Target : TE atau d : max. +/- 15 % (
ISO 15197: 2013 )
• Jumlah sampel (N): min. 95%
N memenuhi target
• Alat rujukan: Utama: Analyzer ,
metoda hexokinase, TE max. 7 %
• Tambahan/ darurat: Glukometer, TE
max. 7 %
Komponen TE pada Kondisi Normal
Bias, CV, TE
• Bias: target <5 % (Skeie)
• CV (Koefisien Variasi) presisi : target <5 %
(Skeie)
• Total error normal (TE normal): target <15%
( ISO 1 5 1 9 7 : 2013 ) dimana komponen TE
(Westgard) sbb:
• TE normal = bias + 2 x CV n
• = 5% + 2 x 5% = 1 5 %
• Itulah sebabnya batas larutan QC adalah
+/- 1 5 % ( setara 3 indeks SD )
Perbedaan Hasil pada Kondisi Error
D rata-rata = ( D kasus + D QC ) / 2
dimana
D kasus = ( X kasus – R kasus ) / R kasus x 100 %
D QC = ( X QC – R ) / R QC x 100 %
• X kasus = hasil darah pasien kasus di
glukometer
• R kasus = hasil di alat rujukan / analyzer
• X QC = hasil QC saat kasus ( dalam 24 jam )
• R QC = nilai rujukan QC yaitu target mean
Diagnosa kasus, jika D rata-rata:
0-15 % : Tidak ada error
1 5 , 1 – 20 %: Kasus error ringan
>20 %: Kasus error berat
Uji Akurasi ISO

J u m la h sampel N = 20
Target:
Min. 1 9 hasil ( dari 20 hasil = 9 5 % N)
memenuhi D +/- 1 5 %

Diagnosa:
Jika memenuhi target : Berarti a k u r a t / tidak ad a
error
Jika tidak memenuhi target: Berarti tidak
a k u r a t / terjadi error
Uji Komponen TE ( Total Error )
Bias
• Bias merupakan komponen perbedaan hasil
(difference/ total error ) akibat error sistematik
(error alat), yaitu perbedaan hasil antara sistem
POCT dengan sistem rujukan/ analyzer Lab .
• Tujuan: Menghitung komponen error
sistematik
_ _ _
% Bias = (X – R )/ R x 100 %, dimana
_
X = mean hasil glukosameter
_
R = mean nilai rujukan , yaitu target mean larutan
QC atau nilai analyzer
Bias: target <5 % (Skeie)
Uji Komponen TE ( Total Error )
CV Presisi
• CV presisi atau CV normal merupakan variasi dari
perbedaan hasil akibat error random ( error
prosedur/ consumable). Satu sampel yang sama
diuji berulang menggunakan satu sistem (POCT)
menghasilkan variasi perbedaan hasil .

• Tujuan: Menghitung komponen error random .

• CV (Koefisien Variasi) presisi : target <5 % (Skeie)


Uji Komponen TE ( Total Error )
CV Presisi
CV = (SD/ X) x 100 %
dimana
SD = Standar deviasi (mg/dL)
CV = Koefisien variasi (%)

X = mean hasil glukosameter


Xi = hasil glukosameter
N = jumlah sampel
Setelah bias dan CV diketahui, maka dapat
menghitung TE.
Total Error (TE) & Diagnosa
Kasus

Diagnosa Kasus
• Jika TE1( strip kasus ) dan TE 2 ( strip baru ) > 1 5 % , berarti
sumber error adalah meter kasus
• Jika TE1>15 %, berarti sumber error adalah strip kasus
• Jika bias >5 % , berarti error sistematik dan sumber error
adalah sistem/ analitik yaitu meter kasus atau strip kasus
• Jika CV > 5 % , berarti error random ( error operasional ) dan
sumber error adalah operasional/ non-analitik, yaitu
sebagian besar pre-analitik atau sebagian kecil pasca-
analitik
• Jika TE1 dan TE2 <15 %, bias dan CV <5 % , hanya D > 20
% berarti error random ( error operasional )
Alur Kerja Handling Level 1
1. Anamnesa kasus : Manifestasi/ keluhan error, terutama
perbedaan hasil ( difference/ D ) antara glukometer dengan nilai
rujukan/ analyzer
2. Pemeriksaan fisik : Tracking sumber error berdasarkan
check list. Uji perbedaan hasil difference/ D.
3. Diagnosa kasus :
• D <15 %: Kasus normal
• D 1 5 , 1 – 20 %: Kasus error ringan ( tanpa insiden/ risiko
safety )
• D >20 % : Kasus error berat ( dengan insiden/ risiko
safety )
4. Solusi Kasus :
• Trouble shooting
Alur Kerja Handling Level 2
1. Anamnesa kasus : Data alat meter/ strip, data lainnya
terkait kasus.
2. Pemeriksaan fisik : Uji komponen Total Error. Uji akurasi
ISO 15197:2013
3. Diagnosa kasus :
• Jika TE1( strip kasus ) dan TE 2 ( strip baru ) > 1 5 % , berarti
sumber error adalah meter kasus
• Jika TE1>15 %, berarti sumber error adalah strip kasus
• Jika bias >5 % , berarti error sistematik dan sumber error
adalah sistem/ analitik yaitu meter kasus atau strip kasus
• Jika CV > 5 % , berarti error random ( error operasional ) dan
sumber error adalah operasional/ non-analitik, yaitu
sebagian besar pre-analitik atau sebagian kecil pasca-
analitik
• Jika TE1 dan TE2 <15 %, bias dan CV <5 % , hanya D > 20
% berarti error random ( error operasional )
Alur Kerja Handling Level 2

4. Solusi Kasus :
Metoda CAPA ( Corrective Action & Preventive
Action )
Langkah Koreksi : Eliminasi sumber error
Langkah Prevensi: Edukasi operator
KESIMPULAN
Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan mutu yang
baik

1. Menerapkan sistem Total Quality Management (Manajemen


Mutu yang Berkesinambungan)

2. Mengerjakan proses/prosedur sesuai standar yang telah


ditentukan

3. Melaksanakan dan mengevaluasi program QC

4. Preventive maintenance dilakukan secara konsisten dan


terjadwal

5. Kalibrasi alat / analyzer


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai