Anda di halaman 1dari 41

TATA LAKSANA KESELAMATAN DAN

KEAMANAN PROSEDUR KERJA PADA


FELBOTOMI

JUDMAINNAH
B1D120108
ALIH JENJANG 2020
RANTAI PENULARAN
PENYAKIT INFEKSI

2
Siklus penularan penyakit
Agen Penyebab Infeksi
Bakteri, Jamur, Virus,
Riketsia, Parasit
Pejamu Rentan: Reservoir:
Immunocompromised; Pasca Manusia; Air dan Larutan;
bedah; Luka bakar; Penyakit Obat; Peralatan
kronik;Umur muda; Lansia

Tempat Masuk: Tempat Keluar:


Lapisan mukosa; Luka; Sal. Ekskreta; Sekreta; Droplet
Cerna; Sal. Kemih; Sal. nafas

Cara Penularan:
Kontak; (langsung, tak
langsung), droplet; melalui
udara; mel. benda; Vektor
3
Cara penularan penyakit infeksi

1. Udara/saluran pernapasan

 Droplet dari hidung, mulut, sinus, tenggorokan,

paru atau bahan yang terkontaminasi terhirup

pada saat bernapas.

 Contoh: TB, Flu, Cacar air

4
cara penularan penyakit infeksi…

2. Kontak langsung

Langsung bersentuhan dengan tempat infeksi

atau cairan tubuh seperti air liur, mukus, kotoran

mata, pus atau dahak.

Contoh: Conjunctivitis, impetigo, dermatitis,

racun, cacar air

5
cara penularan penyakit infeksi…

3. Fecal-oral

Melalui tangan, makanan, benda masuk

mulut, dll.

Jarang terjadi langsung dari feses.

Contoh: Hepatitis A, rotavirus

6
cara penularan penyakit infeksi…

4. Darah
Kontak dengan darah atau

cairan tubuh atau benda


yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh
melalui pembuluh darah, atau luka.
Contoh: HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C

7
Penularan hepatitis B & HIV
HBV atauHIV Tubuh Bagaimana virus
(Agen) manusia tersebar dari klien
(pejamu) yang terinfeksi

Pejamu Darah,
yang rentan sekret
(petugas vagina atau
kesehatan) air mani

Tusukan
jarum, kulit
luka, Cara penularan
terpotong (bersentuhan dengan
atau terciprat yang terkontaminasi
ke dalam atau instrument yang
selaput lendir didekontaminasi)

8
Kewaspadaan standar

 Kewaspadaan Universal (1985)

 Sistem Isolasi Duh Tubuh (1987)

 CDC & HISPAC (Hospital Infection Control

Practices Advisory Committee) (1996)

 Kewaspadaan Isolasi

9
KEWASPADAAN STANDAR
(Garner dan HICPAC 1996)

 Terdiri dari:

 Kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien dan

pasien yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan.

 Kewaspadaan berdasarkan penularan, diterapkan hanya

untuk pasien rawat inap.

10
Perlindungan diri
Petugas kesehatan:
Menggunakan sarung tangan.

Ukuran yang sesuai ukuran


Non-steril
Cuci tangan.

Sebelum dan sesudah melakukan

pelayanan pasien
Sebelum menggunakan dan melepas

sarung tangan
Menggunakan masker, celemek, kacamata pelindung.
Hanya pada keadaan tertentu

11
Cuci tangan
6

12
Pembuangan jarum dan syringe

 Jarum dan syringe sekali pakai.


 Hindari pemasangan kembali penutup jarum
bekas.
 Hindari melepas jarum bekas dari semprit
habis pakai.
 Hindari membengkokkan, mematahkan, atau
memanipulasi jarum bekas dengan tangan.
 Masukkan instrumen tajam ke dalam tempat
yang tidak tembus tusukan.

13
Proses recapping yang
aman:
Metoda satu tangan

14
Pencegahan dan manajemen kejadian
yang tidak diharapkan
Rekomendasi pada kontrol infeksi
 Prosedur kontrol infeksi yang membantu mencegah
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan :
Kebersihan tangan.
Penggunaan sarung tangan.
Hand rub.
Penggunaan alat flebotomi tajam steril dan sekali pakai.
Tempat penampung benda tajam.
Disinfeksi permukaan dan kursi.
Mencuci dan disinfeksi torniket.
Transportasi sampel laboratorium berlabel, kontainer yang
dapat dicuci.
15
Hubungan dengan pasien
Rekomendasi untuk meningkatkan percaya diri
pasien:
Fasilitas kesehatan akan menyediakan
informasi bagi pasien berupa liflet atau
poster yang menerangkan prosedur
flebotomi dengan sederhana untuk
meningkatkan rasa percaya diri pada pasien.

16
Hubungan dengan pasien…
Pada laboratorium yang sangat ramai,
mungkin tidak ada waktu untuk
menerangkan prosedur kepada pasien, atau
alasan pengambilan sampel.

Sangat direkomendasikan adanya leaflet atau


poster
17
Hubungan dengan pasien…

Informasi yang baik akan menolong pasien


lebih santai dan nyaman sehingga
mengurangi ketidaknyamanan selama
proses flebotomi.

18
Hubungan dengan pasien …
 Bila pasien dalam keadaan mental yang tidak

memungkinkan (sakit jiwa, ketidakmampuan


organ, atau tidak sadar), pengambilan sampel
dapat dilakukan tanpa ijin, sesuai dengan
kebijakan institusi atau negara yang ada.
 Status pasien harus terdokumentasi secara jelas

pada status klinis pasien.

19
Hubungan dengan tenaga kesehatan

Rekomendasi untuk tenaga kesehatan dan


kebijakan keselamatan pasien:

Protokol profilaksis setelah terpapar harus


tersedia di fasilitas kesehatan dan area
flebotomi berupa instruksi yang jelas
pada kasus kecelakaan terpapar darah
atau cairan tubuh.

20
Hubungan dengan tenaga
kesehatan …
 Bila terjadi kejadian terpapar darah dan cairan
tubuh, tenaga kesehatan harus tahu kebijakan
PEP yang meliputi HIV, HBV and HCV.
 Tempat kerja harus memberikan keterangan
secara jelas (baik jam kerja siang maupun
malam) di mana tenaga kesehatan mendapatkan
bantuan, dukungan, dan perawatan, termasuk
PEP dan keuntungan melaporkan kejadian untuk
mencegah infeksi.

21
Hubungan dengan tenaga kesehatan …

Kecelakaan kerja akan dilaporkan dalam sistem


yang mengijinkan manajemen medis dan
penelusuran pada individu yang terpapar, juga
mengijinkan analisis kejadian, untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
dimodifikasi untuk mencegah KTD. Dibutuhkan
manajemen medis dengan survey berkala
untuk meningkatkan pelaporan kejadian
terpapar dan KNC.

22
Hubungan dengan tenaga kesehatan …
 Keuntungan PEP untuk HIV mungkin yang
paling besar jika dimulai sesegera mungkin,
terutama jika dimulai tidak lebih dari 72 jam
setelah terpapar. Sumber pasien dan individu
yang terpapar harus secara cepat diperiksa
untuk mencegah pengobatan yang tidak perlu.

 Berdasar pada hasil tes atau jika asesmen


resiko dibutuhkan, terapi profilaksis ARV harus
diberikan sesegera mungkin, idealnya dalam
jam-jam pertama, atau tidak lebih dari 72 jam
setelah terpapar.
23
Hubungan dengan tenaga kesehatan …
 Imunisasi Hepatitis B harus diberikan kepada
petugas kesehatan, dan terutama flebotomis. 1 – 2
bulan setelah dosis ketiga pemeriksaan verivikasi.
Seroproteksi.
 Pengulangan pemeriksaan serologi setelah terpapar
dengan pasien Hepatitis B tidak perlu bila orang
yang terpapar telah divaksin. Titer antibodi mungkin
semakin turun.
 Panduan nasional PEP untuk terpapar adalah
instruksi penggunaan HBIG (Hepatitis B Immune
Serum Globulin).

24
Hubungan dengan tenaga kesehatan …

 Tidak ada rekomendasi PEP setelah terpapar


dengan HCV. Pemeriksaan pada kedua pihak
dapat menolong meyakinkan dalam kasus
kecelakaan kerja.
 Penelitian PEP untuk HCV masih
berlangsung untuk menentukan efektifitas
regimen peginterferonalfa-2b.

25
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko
Pasien Strategi pengurangan risiko

• Vaksinasi Hepatitis B untuk


Terpapar virus lewat pekerja
darah, melalui: • Penggunaan alat steril sekali
Penggunaan pakai.
jarum/bahan tajam • Penggunaan alat dengan desain
berulang dan keamanan.
kontaminasi • Membersihkan permukaan kerja
permukaan kerja dengan disinfektan.

26
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko …
Pasien Strategi pengurangan risiko

• Kebersihan tangan.
• Membersihkan kulit pasien
Infeksi di dengan 70% isopropyl
tempat alkohol.
pengambilan
• Menggunakan jarum steril
sampel dan baru dikeluarkan dari
tempatnya bila ingin dipakai.

27
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko …
Pekerja Kesehatan Strategi pengurangan risiko

• Menggunakan alat-alat yang


aman (lanset bertutup,
• Luka tusuk holder, jarum bertutup).
selama prosedur • Cegah recapping
• Rusaknya menggunakan 2 tangan.
tempat •Tempatkan benda tajam
penampungan dalam wadah tersendiri yg
darah. terjangkau.
• Buang jarum yang telah
digunakan segera.
28
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko …
Pekerja Kesehatan Strategi mengurangi resiko

• Vaksinasi Hepatitis B
• Menggunakan sarung tangan
•Menggunakan tabung dan alat
untuk pengambilan multi
Terpapar tabung.
•Mengikuti protokol bila
darah terpapar darah dan cairan
tubuh, melaporkan insiden.
•Tutup area kulit terluka
dengan penutup kedap air.

29
Pengendalian infeksi di fasilitas
kesehatan
 Pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan
dilaksanakan olehTim yang terdiri dari dokter,
perawat, petugas laboratorium, farmasi,
sanitasi, pengelola pusat sterilisasi dan
disinfeksi serta tenaga teknis pemeliharaan
sarana fasilitas kesehatan.
 Kegiatan pengendalian infeksi meliputi
surveilans, upaya pencegahan dan tindakan
penanggulangan pada kejadian luar biasa.

30
Tindakan yang berhubungan dengan
keselamatan kerja flebotomis

Paparan bahan infeksius dalam prosedur flebotomi


tidak terbatas pada kecelakaan tertusuk jarum,
namun dapat terjadi karena kulit yang luka atau
melalui mukosa selama pengambilan darah,
penanganan spesimen, dan transportasi spesimen.

31
Tindakan sebelum terpapar

Pengetahuan tentang organisme patogen yang


dapat ditularkan melalui darah merupakan
bekal pengetahuan untuk tindakan pencegahan.
Organisme patogen yang paling sering
menyebabkan infeksi adalah HBV, HCV danHIV.

32
Pencegahan

 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan


tindakan flebotomi.
 Menggunakan sarung tangan pada saat kontak
dengan pasien, pengambilan darah, penanganan
dan transportasi spesimen.
 Menggunakan jarum dan semprit sekali pakai.
 Masukkan jarum dan semprit yang telah dipakai ke
dalam wadah benda tajam anti bocor.
 Jangan menutup kembali jarum, mematahkan atau
membengkokkan jarum.
 Mencari bantuan bila pasien tidak bekerja sama.
 Mencari bantuan untuk menangani anak-anak.
33
Imunisasi

 Imunisasi HBV menurunkan 90% angka


kejadian hepatitis yang disebabkan oleh
pekerjaan.

34
Manajemen setelah terpapar
 Perawatan luka
Segera cuci luka dengan sabun dan air.
Bila mengenai mukosa, cuci hati-hati
menggunakan air steril mengalir atau larutan
saline steril.
 Pemeriksaan paska paparan dan pemantauan
Bila petugas telah mendapat imunisasi
Hepatitis B tidak diperlukan pengobatan
pencegahan ataupun pemeriksaan sumber
penularan.
Bila terpapar HIV pengelolaan dapat dilihat
pada pedoman.
35
Tindakan disinfeksi dan antiseptik
 Bila tempat menusuk tampak kotor, cuci area
dengan air dan sabun, keringkan dengan
handuk sekali pakai.

 Prosedur satu langkah (direkomendasikan ± 1


menit):
Gunakan kombinasi chlorhexidine
gluconatein 2% dan isopropyl alcohol 70 %.
Yakinkan bahwa kulit kontak dengan
disinfekstan sedikitnya 30 detik.
Biarkan area kering sempurna, atau minimal
30 detik.
36
Tindakan disinfeksi dan antiseptik …
Prosedur 2 langkah (bila chlorhexidine
gluconatein dalam 70% isopropyl alcohol tidak
tersedia, gunakan prosedur 2 langkah dengan
lama ± 2 menit)
Gunakan isopropyl alcohol 70%.
Yakinkan bahwa kulit kontak dengan
disinfekstan sedikitnya 30 detik.
Biarkan area kering sempurna (kurang lebih
20 detik).
Langkah kedua: gunakan iodine )lebih efektif
dari povidon iodine) atau chlorhexidine 2 %.

37
Whichever procedure is used, DO
NOT touch the veinpuncture site
once the skin has been
disinfected.

38
Alkohol
 Etil dan isopropyl alkohol 60-90% merupakan
disinfektan terbaik, tersedia dan murah.
Kemampuannya membunuh dengan cepat
tanpa sisa kimia menjadi disinfektan ideal bagi
berbagai peralatan medis.
 Keuntungan penggunaan alhohol adalah dapat
membunuh semua fungi dan bakteria,
termasuk mikobakteria dengan cepat.
 Kerugian penggunaan alkohol, cepat menguap.

39
Natrium hipoklorit
 Keuntungan larutan Natrium hipoklor itu
umumnya tidak mahal dan merupakan
desinfektan yang tersedia di mana-mana, mudah
disiapkan dan digunakan, cepat menginaktivasi
semua virus termasuk HBV, HCV dan HIV, juga
membunuh bakteria TB. Sangat berguna untuk
dekontaminasi peralatan bedah, sarung tangan,
benda lain dan permukaan luas yang kotor.

 Kerugian penggunaan larutan Natrium hipoklorit


adalah dapat menyebabkan korosi pada alat-alat
logam dengan paparan lama pada konsentrasi
lebih dari 0,5.
40
Terima kasih

41

Anda mungkin juga menyukai