Anda di halaman 1dari 100

Riyantinah, S Kep Ns

KOMITE PPI DASAR RSUP Dr. SARDJITO


YOGYAKARTA
Riyantinah, S Kep Ns,
Hp. 082137355730
Unit Kerja : RSUP Dr. Sardjito
⚫ Pekerjaan : IPCN, Tim Wound Care
⚫ Organisasi :
Sekretaris I HIPPII Cabang DIY
Sekretaris II PERDALIN cabang DIY
Sekretaris I InWOCNA DPW DIY
Dewan Pengarah HIPMEBI DPW DIY
Anggota World Council of Enterostomal Therapist
Pendidikan dan Pelatihan :
⚫ AKPER Dep Kes Yogya, 1987
⚫ D IV Perawat Pendidik FK UGM
⚫ S1 Keperawatan FK UGM
⚫ Advanced Nursing Study cource For South East Asean Nursing conducted by The
International Nursing Foundation Of Japan
⚫ Enterostomal Theraphy Nurse conducted by World Council Of Enterostomal Theraphy
Nurse
⚫ Training of Trainer, attachment area Wound Care, infection control, Kho Teck Puat
Hospital Singapura
Tujuan
Pembelajaran

Peserta mengerti dan memahami :


Faktor2 HAIs di ruang Intensif
Strategi PPI di Ruang Intensif
Penerapan Kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis trqnsmisi
Dekontaminasi alat
Bundles HAIs
Pengertian baru (CDC, WHO th 2007)

Infeksi yang terjadi selama proses perawatan


di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain,
dimana pasien pada saat masuk tidak ada
infeksi atau tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi muncul setelah pasien
pulang dari perawatan, juga infeksi pada
petugas kesehatan yang terjadi di pelayanan
kesehatan
Pendahuluan

 Pasien di Ruang intensiv : Kondisi kritis


 Daya tahan tubuh menurun
 Peralatan banyak terpasang
 Risiko infeksi Tinggi

 Strategi Meminimalkan terjadinya infeksi


Prevalensi

 Prevalensi HAIs di RS 6%
 Terjadi di ruang intensive, walaupun
ruang intensive hanya memiliki 5 %
dari seluruh tempat tidur
 Kejadian HAIs 5 sampai 10 kali lebih
besar di ruang intensive daripada
ruang rawat general (general ward)
Perkiraan kejadian HAIs
■ > 4 milyard pasien td HAIs diberbagai pelayanan
kesehatan
■ Di negara maju dengan fasilitas kesehatan yg
modern I
5–10% : INOS
■ Di negara berkembang dgn risiko HAIs 2–20 kali lebih
besar , diperkirakan 25 %
■ Di ICU HAIs about 30% of patients and the
attributable mortality may reach 44%
■ PICU : 23,5 %
Epidemiologi

Kennedy menggambarkan bahwa perawatan


intensive...
‘ Epidemiological Jungle”
 Pseudomonas aeruginosa 13 %
 Coagulase negative staphylococci 10 %
 Candida 10 %
 Enterococci 9 %
 Enterobacter 8 %
Faktor-faktor kontribusi

 Beratnya penyakit
 Stress physiological & Psychological
 Usia / Umur
 Penggunaan antibiotika
 Prophylaxis for stress ulcer
 Sleep Deprivation
 Malnutrition
 Under staffing
The Inanimate Environment Can Facilitate
Transmission

~ Contaminated surfaces increase cross-transmission ~


Abstract: The Risk of Hand and Glove Contamination after Contact with a VRE (+) Patient
Environment. Hayden M, ICAAC, 2001, Chicago, IL.
RANTAI PENULARAN PENYAKIT INFEKSI

Agen Penyebab
Infeksi
Bakteri, Jamur, Virus,
Riketsia, Parasit

Pejamu Rentan: Reservoir:


Immunocompromised; Pasca Manusia; Air dan Larutan;
bedah; Luka bakar; Obat; Peralatan
Penyakitkronik;Umur muda; Lansia

Tempat Masuk: Tempat Keluar:


Lapisan mukosa; Luka; Sal. Cerna; Ekskreta; Sekreta; Droplet
Sal. Kemih; Sal. nafas

Cara Penularan:
Kontak; (langsung, tak langsung,
droplet; melalui Udara; mel.
Benda; Vektor

2-12
Sumber infeksi

• 2 yang terpenting di RS :

orang ( pasien,petugas,pengunjung )
objek yang terkontaminasi ( darah,
saliva,sputum,cairan nasal,cairan dari
luka,urin dan eksresi )
Faktor-faktor yg diperlukan utk timbulnya dan
berlangsungnya transmisi

+
Quantity of Virulence Route of Port Sensitive
pathogen transmission host

14 9/12/2022
Strategi pencegahan dan pengendalian
infeksi
 Engineering control
- Design and layout
 Administrative contrl
- Menerapkan kewaspadaan standar dan isolasi
- Pendidikan dan Pelatihan PPI
- Kegiatan surveilans HAIs. : IADP, ISK, VAP,ILO
- Kegiatan audit
- Menerapkan Bundles Hais
- Penggunaan Antimikroba rasional
 Design layout
- Ada akses ke ruang operasi dan CSSD
- Sharp container
- Terpisah ruang clean and dirty utility
- Jika memungkinkan setiap tempat tidur ada
cairan handrub
Enginnering Control

 Design & Layout


 Space ruangan cukup memadai, minimal 20 m2
 Idealnya setiap pasien ditempatkan di kamar
terpisah
 Fasilitas kebersihan tangan dan towel tissue
memadai
 Minimal ada satu ruang isolasi/enam pasien
dengan fasilitas negative dan positif tekanan
udara ventilasi
Petugas pelayanan kesehatan

 Sehat tidak dalam kondisi sakit yang


memungkinkan menularkan kepada
pasien
 Tidak ada bukti memakai pakaian
khusus menurunkan angka HAIs
 Tidak ada bukti menggunakan sepatu
khusus menurunkan HAIs

Proven Effective Infection Control Strategies
DISINFECTION & EDUCATION
STERILIZATION INFECTION CONTROL
POLICIES
HAND HYGIENE

SURVEILLANCE BUNDLES OF CARE


❑ CAUTI, VAP, INFECTIONS
CRBSI ISOLATION
❑ MDRO PRECAUTIONS
❑SSI
NEEDLE STICK INJURIES
OUTBREAK
CONTROL/MANAGEMENT

ANTIBIOTICS CONSTRUCTION /
RENOVATION
ENVIRONMENT OF
CARE
RESEARCH
KEWASPADAAN ISOLASI
( isolation precautions )
kombinasi
 Standard Precautions /Kewaspadaan Standar
gabungan dari
Universal Precautions/Kewaspadaan Universal
Body Substance Isolation/Isolasi duh tubuh
 berlaku untuk semua pasien

 Transmission-based precautions/ Kewaspadaan berbasis transmisi


terhadap pasien ranap dengan tanda infeksi baru
ditentukan berdasar kriteria klinis & epidemiologis, sebelum hasil
laboratorium mengkonfirmasi diagnosis

2-20
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Sarung tangan
3. Masker,goggle, face shield
4. Gaun
5. Peralatan perawatan pasien
6. Pengendalian lingkungan
7. Penatalaksanaan Linen
8. Perlindungan & Kesehatan karyawan
9. Penempatan pasien
10. Hygiene respirasi/Etika batuk
11. Praktek menyuntik aman
12. Praktek pencegahan infeksi unt prosedur lumbal pungsi

2-21
Kewaspadaan Standard

Kebersihan Tangan →indikator kualitas


Patient Safety
Tangan :
media transmisi patogen tersering di RS
- Ignatz Phillip Semmelweis
- July 1818, Hungary
- Studies law, medicine and surgery
- Specialized in forensic medicine,
pathologic anatomy and obstetrics
Patients often carry resistant
bacteria on their skin

Pasien dengan resistant


bacteria spt methicillin- Percent of Patients with
resistant S. aureus (MRSA) MRSA Who Carry the
atau vancomycin-resistant Organism on Their Skin
enterococci (VRE) often carry
the organism on many areas of
their skin, even when they
13-25%
don’t have any wounds or
broken skin. 40%

Gambar menunjukan 30-39%


prosentase area : pasien
carrier MRSA
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety
2. Sarung tangan
• Bersih,tidak steril
darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi, benda terkontaminasi

• Steril
mukosa membran,
kulit tidak utuh

• Pilih ukuran sesuai dg tangan


• Pasang sp menutup pergelangan
gaun

2-27
3. Masker, goggle, pelindung wajah

Melindungi
mukosa membran mata, hidung,mulut dari
kemungkinan percikan / semprotan darah/cairan
tubuh selama prosedur tindakan/perawatan
pasien

2-28
4. Gaun/apron

Bersih, non steril


melindungi kulit,
cegah baju terkontaminasi

Steril
mencegah kontaminasi dari
petugas →pasien,
pasien → petugas

Penutup kaki→ lindungi dr


tumpahan/percikan bahan infeksius
2-29
5.Peralatan perawatan pasien

• Kriteria Spaulding
Non kritikal
Semikritikal
Kritikal
• Dekontaminasi
disinfeksi
cleaning
DTT/Sterilisasi
Alur Pemrosesan Alat Medis Bekas Pakai
Pre-Cleaning (Pembersih Awal) Menggunakan detergen atau
enzymatic, (petugas dengan APD sesuai)

Pembersihan
(Cuci bersih dan , tiriskan)
Disinfeksi

Sterilisasi
Disinfeksi tingkat Disinfeksi tingkat
(peralatan kritis)
tinggi rendah
Masuk dalam pembuluh
(peralatan semi kritikal) (peralatan non kritikal)
darah/jaringan tubuh
Masuk dalam mucosa Hanya pada permukaan
Instrumen bedah
tubuh tubuh yang utuh
Endotracheal tube, NGT Tensi meter, termometer

Diirebus Kimiawi

Bersihkan dengan
air steril dan
keringkan 6-31
Dekontaminasi alat

Pencucian

DTT
Sterilisasi Disinfeksi Rebus
Kimiawi Kukus
Autoklaf Kimiawi
Panas Kering

Kering/Dinginkan
dan Simpan 2-32
KLASIFIKASI INSTRUMEN :
Berdasar Resiko Infeksi → Dr. Earl Spaulding
mengelompokan alat /instrumen menjadi :
Peralatan kritis
Peralatan semi kritis
Peralatan non kritis

KRITIKAL SEMI KRITIKAL NON KRITIKAL


PERALATAN KRITIKAL:

Peralatan medis yang menembus kulit dan


membran mukosa masuk ke dalam jaringan
tubuh steril atau sistem pembuluh darah.
Cara pengelolaan peralatan : sterilisasi
Contoh: instrumen bedah,kateter
intravena, kateter jantung, dll
PERALATAN SEMI KRITIKAL :

Peralatan yang kontak ( tidak penetrasi ) dengan mem-


bran mukosa tubuh.
Pengelolaan peralatan medis dengan disinfeksi tingkat
tinggi. (Minimal DTT)
Contoh: flexible endoscope , endotracheal tube;
endoscopi, nasogastric tube
PERALATAN NON KRITIKAL :

Peralatan medis yang kontak dengan permukaan kulit


yang utuh.

Pengelolaan alat : dengan cara disinfeksi tingkat inter-


mediate / tingkat rendah
Contoh: Tensimeter, stetoscope, bedpan, urinal, linen,
apron.
Dekontaminasi
• Proses untuk menghilangkan
mikroorganisme patogen, sehingga
peralatan kesehatan, instrumen atau lingkungan
aman untuk ditangani (petugas dan pasien).

• Merupakan kombinasi beberapa proses:


– Pembersihan
– Disinfeksi
– Sterilisasi
Cara Menghilangkan Kuman

⚫ Melepaskan secara fisik (membersihkan): →


disinfeksi/sterilisasi dapat menjadi tidak efektif bila
langkah ini tidak diterapkan.
⚫ Disinfeksi (membasahkan/merendam dalam cairan
disinfektan)
⚫ Sterilisasi
SAAT TEPAT UNTUK PEMBERSIHAN AWAL

1. Segera di Point of Use


2. Atau sesaat setelah digunakan:
→ dengan cara dilembabkan atau semprotan
dengan Enzymatik

PRINSIP :
❑ jangan biarkan kotoran mengering
❑ jangan gunakan NaCl, alkohol atau air panas
APD
PENGELOLAAN ALAT PASKA PAKAI
PENGELOLAAN ALAT PASKA PAKAI

1. PENERIMAAN :

▪ Tangani peralatan dg hati-hati,


minimalisir kontaminasi
terhadap lingkungan, petugas
dan alat lain
▪ Pastikan peralatan dalam
keadaan lembab, dengan
kontainer khusus, dan tertutup
▪ Dekontaminasi-bersihkan
kontainer setelah digunakan
Pembersihan:
➢ Langkah pertama dalam proses dekontaminasi
➢ Untuk menghilangkan kontaminasi oleh benda asing, seperti
debu atau kotoran
➢Menghilangkan bahan organik, seperti darah, sekresi, ekskresi,
dan mikroorganisme, untuk menyiapkan perangkat medis untuk
desinfeksi atau sterilisasi.
➢ Desinfeksi atau sterilisasi tidak dapat dilakukan tanpa
pembersihan menyeluruh terlebih dahulu.
SYARAT RUANG PENYIMPANAN :

✓ Lantai dinding dan plafon : licin ; tanpa alur; sudut


melengkung (mudah dibersihkan & didekontaminasi
✓ Kondisi Kebersihan (Bebas dari debu dan serangga)
✓ Ventilasi bertekanan positip
✓ Kelembaban udara : 35 - 75 %
✓ Suhu ruangan : 18 – 22 C
✓ Pencahayaan : min. 100 lux
✓ Jumlah koloni mikroba : max 200
PENYIMPANAN BARANG/ALAT STERIL
DI UNIT

• Alat /instrumen steril , disimpan ditempat yang


mudah dibersihkan, kering (tidak lembab),
pencahayaan cukup serta jauh dari lalu lintas
utama
Yang perlu diperhatikan sebelum
menggunakan alat/ instrumen steril

Strip pada indikator eksternal dan internal


berwarna garis hitam

Pastikan kemasan dalam kondisi baik


kemasan tidak terbuka; tidak kotor dan atau
basah

Tidak melebihi tanggal kedaluarsa (ED) yang


tercantum pada label pada tiap kemasan
6. Pengendalian lingkungan
Disinfektan untuk pembersihan harus standar
1. Pembersihan permukaan horizontal ruang rawat pasien:
lantai tanpa karpet, permukaan datar lain, meja pasien
harus dibersihkan secara teratur dan bila tampak
kotor/kena kotoran /cairan tubuh
2. Pembersihan dinding,tirai,jendela bila tampak
kotor/kena kotoran

2-47
7. Penanganan Linen

Penanganan & transport


• Cegah terpaparnya mukosa membran dan kontaminasi
mikroba terhadap pasien lain serta lingkungan → pakaiAPD
• Penyimpanan → jaga kebersihan
• Transportasi dengan troley bersih dan kotor terpisah (warna
berbeda ? tulisan identifikasi), tertutup

2-48
Penanganan limbah

Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/ domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :Cytotoksik
Wadah
Tahan bocor dan tusukan
Ada pegangan
Ada tutup
Dibuang setelah terisi 2/3 bagian

2-49
Penanganan benda tajam

Jangan recapping jarum bekas pakai (kategori IB),


Dilarang mematahkan jarum, melepaskan,
membengkokkan jarum bekas pakai.

Gunakan cara yang aman


bila memberikan benda
tajam

2-50
8. Kesehatan petugas
• Vaksinasi
• MCU teratur terutama petugas yg menangani kasus
dengan penularan melalui airborne
• Penanganan paska pajanan yang memadai (ada alur
pajanan, sebelum 4 jam sudah ditentukan penata
laksanaan) →petugas yang dihubungi? Pem Lab,
laporan ke?
• Petugas sakit ,berapa lama diliburkan? Batasi
kontak langsung dengan pasien
9. Penempatan pasien

• Pasien infeksius di ruang terpisah


• Kohorting bila tidak memungkinkan
• bila ke2nya tidak memungkinkan →
konsultasi dg petugas PPIRS → sesuai
cara transmisi penyebab infeksi

2-52
11. Praktek menyuntik yang aman

Cegah KLB akibat


 Pemakaian ulang jarum steril
untuk peralatan suntik IV
beberapa pasien
 jarum pakai ulang obat/cairan
multidose
12.Pencegahan infeksi prosedur LP

• Masker harus dipakai klinisi saat melakukan


lumbal pungsi,anaestesi spinal
/epidural/pasang kateter vena sentral
• Mencegah bakterial meningitis
• Cegah droplet flora orofaring
KEWASPADAAN
BERDASARKAN TRANSMISI

Airborne/Udara Kontak Droplet/Percikan

TBC MRSA, VRE Avian Influensa, H1N1

Chicken pox Herpes Simplex Meningococcus

Masker N95/ Sarung tangan, Masker bedah,


Respiratorik Gaun pelindung mata dan
wajah
stypandj57@yahoo.com
BUNDLES
• Sekumpulan cara yang terstuktur untuk meningkatkan
perawatan terhadap pasien
• Harus dilakukan oleh semua orang yang memberikan
perawatan terhadap pasien dan dilakukan secara
bersama – sama disetiap pasien ,waktu secara seragam
6/3/14
Recommendations in prevention
SSI

• Preoperative Phase
• Intraoperative Phase
• Postoperative Phase
Pencegahan IDO Pre Operasi
⚫Jika ditemukan ada tanda infeksi, : sembuhkan
⚫berhenti merokok 30 hari sebelum operasi elektif.
⚫Masa rawat inap sesingkat mungkin
⚫Tidak direkomendasikan pakai mupirocin melalui
hidung
⚫Tidak ada rekomendasi oksigenisasi pada luka
⚫Preoperative showering
⚫Hair removal
Preoperative showering

• Preoperative showering or have a bath (or


help patients to shower, bath or bed bath)
using soap, either the day before, or on the
day of, surgery.
• Recommendation antiseptic chlorhexidine 4%
Hair Removal
Do not use hair removal routinely
to reduce the risk of SSI
If hair has to be
removed, use
electric clippers
Risiko Infeksi

1,3 % Ko, Lazenby, 1991


0,4 %
CLINICAL STUDY

Seropian & Reynolds: “Wound infection after preoperative depilatory


vs razor preparation,” American Journal of Surgery 121 (March 1971) 251-254
6/3/14
Berikan Antibiotik 1 jam sebelum insisi
– Positive air pressure
– Circulating air 15x/ 1
hour
– Temp. 19-24 °C
– Air humidity 40-60%
– Alat steril
– Batasi petugas
– Tehnik aseptik
– APD
– Desinfeksi permukaan
– Kebersihan tangan
– Koloni kuman 10
CFU/M3
Post Operatife Phase
Prinsip perawatan luka akut
 Mencegah infeksi
 Menggunakan tehnik aseptik sampai
terjadi epitelisasi
 Promote healing by primary intention

 Menghindari komplikasi pembedahan :


infeksi, hematoma, dehicence
 Memperbaiki fungsi normal sedini
mungkin.
Wound dressings

- Evaluasi primary dressing,


- Observasi tanda2 infeksi
- Dresing bertujuan proteksi, exudare / penyerapan dan
menjaga suhu untuk luka akut.
- Mencegah Ektra pressure pada luka
- Penutupan luka diganti tergantung jenis luka 2 sd 3 hari
(CDC, Pencegahan SSI)
CAUTI Bundles

CAUTI Insertion Bundles


Penerapan 1.
2.
Kaji kebutuhan
Kebersihan tangan
Bundles 3. Teknik insersi
4. Pemeliharaan kateter
HAIs 5. Perawatan kateter
6. Pelepasan kateter
faktor – faktor penyebab infeksi

Sumber infeksi dapat berasal dari pasien dan


luar pasien
yang terbesar : dari peralatan dan
kontaminasi silang tangan petugas

Peralatan Petugas
Kaji kebutuhan
▪ Hati – hati dalam menentukan
pemasangan kateter
▪ Pertimbangkan pemakaian
kondom /pemasangan
intermitten
▪ Pemasangan kateter hanya jika
diperlukan seperti retensi urine,
obstruksi kemih, kandung kemih
neurogenik, pasca bedah urologi,
untuk memonitor output yang
ketat
Tehnik insersi / Pemasangan

- Ukuran tepat

- Tehnik aseptik
- Alat steril
- Fiksasi
Pemeliharaan kateter
• Fiksasi Kateter untuk mencegah
gerakan dan trauma pada meatus.
• Selalu meletakan urine bag lebih
rendah dari kandung kemih.
• Tidak meletakan urine bag dilantai
• Periksa slang sesering mungkin
jangan sampai terlipat ( kingking).
• Menjaga sistem drainase tertutup.
• Gunakan penampung
pembuangan urine untuk satu
pasien satu alat
• Gunakan teknik aseptik untuk
mendapatkan spesimen.
Perawatan kateter
• Lakukan perawatan perineal
sehari-hari dan setiap selesai
buang air besar.
• Gunakan kateter terkecil yang
mencapai drainase
• Irigasi kandung kemih &
pemakaian antibiotika tidak
dapat mencegah infeksi saluran
kemih
• Letakkan urine bag > rendah
dari kandung kemih dan buang
tiap 8 jam (per shift)/ bila
penuh
Perawatan Meatus

Lakukan vulva hygiene/penis


hygiene minimal 3 kali sehari

- Memakai sabun & bilas dengan air

- Antiseptik
• Pelepasan kateter

▪ Lepas atau ganti kateter jika terjadi


masalah kebocoran, gejala dan tanda
infeksi
▪ Segera lepas kateter jika sudah tidak
diperlukan
Ventilator Bundles

• Kebersihan Tangan
Penerapan • Posisi pasien (300-450)
• Kebersihan mulut (setiap 2- 4
Bundles jam dan k/p)
HAIs • Manajemen oropharingeal dan
endotrkheal
• Pengkajian setiap hari “ sedasi
dan ekstubasi
• Peptic ulcer disease (PUD)
prophylaxis
• Deep venous thrombosis (DVT)
prophylaxis (unless
contraindicated)
PencegahanVAP
• Menerapkan Bundle VAP • Pendidikan staf
– Kebersihan tangan • Kebersihan lingkungan
– Posisi pasien • Dekontaminasi peralatan
– Kebersihan mulut
• Jarak t.tidur/ single room
– Manajemen sekresi
oropharingeal dan trakheal (26 m
– Pengkajian setiap hari “ • Surveilans
sedasi dan untuk persiapan • Peran Perawat
ekstubasi”
• HH
– Peptic Ulcer Prophylaxis
– DVT Prophylaxis
Menjaga kebersihan mulut pasien
secara rutin, dengan cara :
❖ Menyikat gigi setiap 12 jam untuk
mencegah terjadinya plaque
❖ Membersihkan mulut
❖ Gunakan oral antiseptik yang bebas
dari alkohol (chlorhexidin 0.2 %)
• Pengisapan lendir jika
diperlukan
• Lakukan tindakan
aseptik
• Gunakan cairan steril
untuk membersihkan
jika kateter dimasukkan
kembali ke ETT
• Sebaiknya dengan
sistem tertutup
• Gunakan APD
Sebelum melakukan
intubasi laringoscope
blade terlebih dahulu
di DTT
Secepat mungkin
extubasi, tetapi
hindari re-intubasi
• Peralatan kritikal di sterilkan
• Peralatan semi kritikal disinfeksi tingkat tinggi
• Peralatan non kritikal dibersihkan, kecuali
terkontaminasi darah atau cairan tubuh lakukan
disinfeksi
• Semua peralatan pasien sebelum didisinfeksi atau
disterilkan harus dibersihkan terlebih dahulu
CLABSI Prevention Bundles

Central Line Insertion Bundle


(CLIB)
1. Optimal site insertion
2. Hand Hygiene
Penerapan 3. Alcohol based Chlorhexidine skin
preparation
Bundles 4. Maximum Barrier precaution

HAIs Central Line Maintenance Bundle


(CLMB)
1. Daily review of line necessity and
replacement
2. Hand Hygiene
3. Disinfection of hubs and changing
the access lumens/devices
4. Proper dressing change technique
5. Standardize administration set
change
Vascular Catheters
Central Venous Chateter
Central Venous Chateter (CVC) adalah kateter intravaskular yang berakhir di
atau dekat jantung, ATAU di salah satu pembuluh darah besar yang digunakan
untuk infus, penarikan darah, atau pemantauan hemodinamik
Peripheral Intravenous Catheter
Adalah tabung tipis dan fleksibel yang dimasukkan ke dalam vena, digunakan untuk
memberikan cairan intravena, transfusi darah, kemoterapi, dan obat-obatan lainnya
Vascular Catheters In
Bloodstream
patient & out patient
Infection
care

Microorganism

Intravenous fluid
Blood products
Medications
Parenteral nutrition Catheter Related
Bloodstream Infection
Hemodialysis access (CRBSI) CLABSI
Hemodinamic
monitoring
Catheter Related Bloodstream
Infection (CRBSI) CLABSI
Adalah adanya bakteremia yang berasal
dari kateter intravena.
Ini adalah salah satu komplikasi paling
sering, mematikan, dan mahal dari
kateterisasi vena sentral

Sumber : Gahlot et al, 2014


Patogenesis
Ada 4 rute kontaminasi saat insersi
pada kateter :

✓Migrasi dari organisme kulit

✓Kontaminasi langsung dari kateter


atau hub kateter melalui kontak tangan
atau kontaminasi cairan atau alat

✓Kateter menjadi hematogen karena


infeksi lain

✓Infusate contamination

Sumber : CDC
Faktor Risiko
CRBSI
CVC di Multiple catheter, jenis kateter, pemasangan saat darurat,
perawatan dipakai berulang dan penggunaan yg lama

Populasi rentan Pasien hemodialisis, intra operatif dan pasien onkologi

Jenis Alat Selain CVC, short term peripheral catheter, PICC, Midline
Intravaskular cath, peripheral arterial cath

Long care sebelum dipasang CVC, Durasi yg lama,


Faktor Risiko kolonisasi mikroba, multi lumen, Nutrisi parenteral,
Independen perawatan catheter dibawah standar (manipulasi
berlebihan)

Sumber : Infection Control & Hospital Epidemiology , Volume 43 , May 2022


Pencegahan CRBSI Saat Insersi

o Pemasangan CVC di Vena


o Hand Hygiene
Subclavia

Hand Wash
Hand Rub

o Maximal Barrier Precautions

o Skin Preparation
Dengan Chlorhexidine 0,5 – 2% /alcohol 70%

Sumber : International Journal of Infectious Diseases , 2019


Pencegahan CRBSI Setelah Insersi

o Pastikan ratio perawat dan pasien sesuai

o Hand Hygiene

o Gunakan dressing yg berisi chlorhexidine (pasien > 2 bulan)

o Hub/Access Device Disinfection

Infection Control & Hospital Epidemiology ,Volume 43 , Issue 5 , May 2022


Pencegahan CRBSI Setelah Insersi
o Dressing Changes
Diganti ketika Penggantian 7 hari, jika
basah, kotor atau menggunakan kassa
rusak Transparan diganti tiap 2 hari
dressing
Chlorhexidine patch

o Lepas catheter2 yang sudah tdk diperlukan :


- Kaji kebutuhan intravascular access tiap hari
- Lakukan Audit kepatuhannya
o Ganti administration set (yg bukan digunakan darah, produk
darah atau lipid) tiap 7 hari

o Lakukan surveilans
Infection Control & Hospital Epidemiology ,Volume 43 , Issue 5 , May 2022
Bundles Pencegahan IADP

TOT PPI.HIPPII.diklat
Pemilihan Lokasi Vena
Monitoring dan evaluasi

• Monitor setiap hari , apakah ada tanda tanda


infeksi, plebitis dll
2. Surveilans
❖Laksanakan surveilans untuk menentukan angka
infeksi masing-masing jenis alat, untuk memonitor
kecendrungan angka-angka tersebut dan untuk
mengetahui kekurangan -kekurangan dalam praktek
pengendalian infeksi.
❖Raba dengan tangan ( palpasi ) setiap hari lokasi
pemasangan kateter melalui perban untuk
mengetahui adanya pembengkakan
3. Kebersihan tangan
❖ Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan
alat intravaskuler, penggantian alat intravaskuler, atau
memasang perban .
❖ Penggunaan Barrier Pada Pemasangan dan Perawatan
Kateter
❖ Gunakan sarung tangan saat mengganti perban alat
intravaskuler
❖ Tidak ada rekomendasi mengenai pemilihan sarung
tangan untuk mengganti perban .
Proper Dressing Change Technique
✓ Dressing transparan : mudah pemantauan
visual dari area kateter,. Pada pendarahan,
diaforesis, kasa digunakan dulu dan segera
diganti dengan dressing transparan;
✓ Lakukan preparasi kulit setiap kali
melakukan penggantian dressing;
✓ Bila menggunakan kasa, dressing harus
diganti apabila basah, kotor, atau secara
visual rusak;
✓ Dressing CVC j diganti tiap hari sekali
apabila menggunakan kasa dan setiap 7
hari sekali jika dressing transparan
❖ Gunakan kasa steril atau perban transparan untuk menutup
lokasi pemasangan
❖ Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan kulit sebelum
pemasangan kateter ,maka harus dibilas dengan alkohol
❖Ganti perban bila basah, kotor
❖Hindari sentuhan yang mengkontaminasi lokasi kateter
saat mengganti perban
KESIMPULAN

PPI di PICU yang meliputi dan penerapan


Kewaspadaan isolasi dan Bundle HAIs
merupakan bagian dari program PPI , yang
harus diterapkan untuk mencegah
terjadinya HAIs
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai