Anda di halaman 1dari 41

RANTAI PENULARAN

PENYAKIT INFEKSI
Siklus penularan penyakit
Agen Penyebab Infeksi
Bakteri, Jamur, Virus,
Riketsia, Parasit
Pejamu Rentan: Reservoir:
Immunocompromised; Pasca Manusia; Air dan Larutan;
bedah; Luka bakar; Penyakit Obat; Peralatan
kronik;Umur muda; Lansia

Tempat Masuk: Tempat Keluar:


Lapisan mukosa; Luka; Sal. Ekskreta; Sekreta; Droplet
Cerna; Sal. Kemih; Sal. nafas

Cara Penularan:
Kontak; (langsung, tak
langsung), droplet; melalui
udara; mel. benda; Vektor
Cara penularan penyakit infeksi

1. Udara/saluran pernapasan

 Droplet dari hidung, mulut, sinus, tenggorokan,

paru atau bahan yang terkontaminasi terhirup

pada saat bernapas.

 Contoh: TB, Flu, Cacar air


cara penularan penyakit infeksi…

2. Kontak langsung

 Langsung bersentuhan dengan tempat

infeksi atau cairan tubuh seperti air liur,


mukus, kotoran mata, pus atau dahak.

 Contoh: dermatitis, racun, cacar air


cara penularan penyakit infeksi…
3. Fecal-oral

 Melalui tangan, makanan, benda masuk mulut,

dll.

 Jarang terjadi langsung dari feses.

 Contoh: Hepatitis A, rotavirus


cara penularan penyakit infeksi…
4. Darah
 Kontak dengan darah atau

cairan tubuh atau benda


yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh
melalui pembuluh darah, atau luka.
 Contoh: HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C
Penularan hepatitis B & HIV
HBV atauHIV Tubuh Bagaimana virus
(Agen) manusia tersebar dari klien
(pejamu) yang terinfeksi

Pejamu Darah,
sekret
yang rentan vagina
(petugas atau air
kesehatan) mani

Tusukan
jarum, kulit
Cara penularan
luka,
(bersentuhan dengan
terpotong
atau terciprat yang terkontaminasi
ke dalam atau instrument yang
selaput lendir didekontaminasi)
Kewaspadaan standar

 Kewaspadaan Universal (1985)


 Sistem Isolasi Duh Tubuh (1987)
 CDC & HISPAC (Centers for Disease Control &
Hospital Infection Control Practices Advisory
Committee) (1996)
 Kewaspadaan Isolasi
KEWASPADAAN STANDAR
(Garner dan HICPAC 1996)
 Terdiri dari:

 Kewaspadaan standar, diterapkan pada semua klien

dan pasien yang mengunjungi fasilitas pelayanan

kesehatan.

 Kewaspadaan berdasarkan penularan, diterapkan

hanya untuk pasien rawat inap.


Perlindungan diri
Petugas kesehatan:
 Menggunakan sarung tangan.
 Ukuran yang sesuai ukuran
 Non-steril
 Cuci tangan.
 Sebelum dan sesudah melakukan
pelayanan pasien
 Sebelum menggunakan dan melepas
sarung tangan
 Menggunakan masker, celemek, kacamata pelindung.
 Hanya pada keadaan tertentu
Cuci tangan
6
Pembuangan jarum dan syringe

 Jarum dan syringe sekali pakai.


 Hindari pemasangan kembali penutup
jarum bekas.
 Hindari melepas jarum bekas dari semprit
habis pakai.
 Hindari membengkokkan, mematahkan,
atau memanipulasi jarum bekas dengan
tangan.
 Masukkan instrumen tajam ke dalam
tempat yang tidak tembus tusukan.
Proses recapping yang
aman:
Metoda satu tangan
Pencegahan dan manajemen kejadian
yang tidak diharapkan
Rekomendasi pada kontrol infeksi
 Prosedur kontrol infeksi yang membantu mencegah
infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan :
 Kebersihan tangan.
 Penggunaan sarung tangan.
 Hand rub.
 Penggunaan alat flebotomi tajam steril dan sekali pakai.
 Tempat penampung benda tajam.
 Disinfeksi permukaan dan kursi.
 Mencuci dan disinfeksi torniket.
 Transportasi sampel laboratorium berlabel, kontainer yang
dapat dicuci.
Hubungan dengan pasien
Rekomendasi untuk meningkatkan percaya diri
pasien:
Fasilitas kesehatan akan menyediakan
informasi bagi pasien berupa liflet atau
poster yang menerangkan prosedur
flebotomi dengan sederhana untuk
meningkatkan rasa percaya diri pada pasien.
Hubungan dengan pasien…
Pada laboratorium yang sangat ramai,
mungkin tidak ada waktu untuk
menerangkan prosedur kepada pasien, atau
alasan pengambilan sampel.

Sangat direkomendasikan adanya leaflet atau


poster
Hubungan dengan pasien…

Informasi yang baik akan menolong pasien


lebih santai dan nyaman sehingga
mengurangi ketidaknyamanan selama
proses flebotomi.
Hubungan dengan pasien …
 Bila pasien dalam keadaan mental yang tidak
memungkinkan (sakit jiwa, ketidakmampuan
organ, atau tidak sadar), pengambilan sampel
dapat dilakukan tanpa ijin, sesuai dengan
kebijakan institusi atau negara yang ada.
 Status pasien harus terdokumentasi secara jelas
pada status klinis pasien.
Hubungan dengan tenaga kesehatan

Rekomendasi untuk tenaga kesehatan dan


kebijakan keselamatan pasien:

Protokol profilaksis setelah terpapar harus


tersedia di fasilitas kesehatan dan area
flebotomi berupa instruksi yang jelas
pada kasus kecelakaan terpapar darah
atau cairan tubuh.
Hubungan dengan tenaga
kesehatan …
 Bila terjadi kejadian terpapar darah dan cairan
tubuh, tenaga kesehatan harus tahu kebijakan
PEP (post-exposure prophylaxis) yang
meliputi HIV, HBV and HCV.
 Tempat kerja harus memberikan keterangan
secara jelas (baik jam kerja siang maupun
malam) di mana tenaga kesehatan
mendapatkan bantuan, dukungan, dan
perawatan, termasuk PEP dan keuntungan
melaporkan kejadian untuk mencegah infeksi.
Hubungan dengan tenaga kesehatan …

Kecelakaan kerja akan dilaporkan dalam sistem


yang mengijinkan manajemen medis dan
penelusuran pada individu yang terpapar, juga
mengijinkan analisis kejadian, untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
dimodifikasi untuk mencegah KTD. Dibutuhkan
manajemen medis dengan survey berkala
untuk meningkatkan pelaporan kejadian
terpapar dan Kejadian Nyaris Celaka (KNC).
Hubungan dengan tenaga kesehatan …
 Keuntungan PEP untuk HIV mungkin yang
paling besar jika dimulai sesegera mungkin,
terutama jika dimulai tidak lebih dari 72 jam
setelah terpapar. Sumber pasien dan individu
yang terpapar harus secara cepat diperiksa
untuk mencegah pengobatan yang tidak perlu.

 Berdasar pada hasil tes atau jika asesmen


resiko dibutuhkan, terapi profilaksis Anti Retro
Viral (ARV) harus diberikan sesegera mungkin,
idealnya dalam jam-jam pertama, atau tidak
lebih dari 72 jam setelah terpapar.
Hubungan dengan tenaga kesehatan …

 Imunisasi Hepatitis B harus diberikan kepada


petugas kesehatan, dan terutama flebotomis.
1 – 2 bulan setelah dosis ketiga pemeriksaan
verivikasi. Seroproteksi.
 Pengulangan pemeriksaan serologi setelah
terpapar dengan pasien Hepatitis B tidak perlu
bila orang yang terpapar telah divaksin. Titer
antibodi mungkin semakin turun.
 Panduan nasional PEP untuk terpapar adalah
instruksi penggunaan HBIG (Hepatitis B
Immune Serum Globulin).
Hubungan dengan tenaga kesehatan …

 Tidak ada rekomendasi PEP setelah terpapar


dengan HCV. Pemeriksaan pada kedua pihak
dapat menolong meyakinkan dalam kasus
kecelakaan kerja.
 Penelitian PEP untuk Hepatitis C Virus masih
berlangsung untuk menentukan efektifitas
regimen peginterferonalfa-2b (obat yang
digunakan dalam pengobatan hepatitis
C kronis)
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko
Pasien Strategi pengurangan risiko

•Vaksinasi Hepatitis B untuk


Terpapar virus lewat pekerja
darah, melalui: •Penggunaan alat steril sekali
Penggunaan pakai.
jarum/bahan tajam •Penggunaan alat dengan desain
berulang dan keamanan.
kontaminasi •Membersihkan permukaan kerja
permukaan kerja dengan disinfektan.
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko …
Pasien Strategi pengurangan risiko

• Kebersihan tangan.
•Membersihkan kulit pasien
Infeksi di dengan 70% isopropyl alkohol.
tempat
•Menggunakan jarum steril
pengambilan
dan baru dikeluarkan dari
sampel tempatnya bila ingin dipakai.
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko …
Pekerja Kesehatan Strategi pengurangan risiko

•Menggunakan alat-alat yang


aman (lanset bertutup, holder,
jarum bertutup).
•Luka tusuk
selama prosedur •Cegah recapping
menggunakan 2 tangan.
•Rusaknya tempat
penampungan •Tempatkan benda tajam
darah. dalam wadah tersendiri yg
terjangkau.
•Buang jarum yang telah
digunakan segera.
Penetapan Risiko dan Strategi
Pengurangan Risiko …
Pekerja Kesehatan Strategi mengurangi resiko

•Vaksinasi Hepatitis B
•Menggunakan sarung tangan
•Menggunakan tabung dan alat
untuk pengambilan multi
Terpapar tabung.
•Mengikuti protokol bila
darah terpapar darah dan cairan
tubuh, melaporkan insiden.
•Tutup area kulit terluka
dengan penutup kedap air.
Pengendalian infeksi di fasilitas
kesehatan
 Pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan
dilaksanakan olehTim yang terdiri dari dokter,
perawat, petugas laboratorium, farmasi,
sanitasi, pengelola pusat sterilisasi dan
disinfeksi serta tenaga teknis pemeliharaan
sarana fasilitas kesehatan.
 Kegiatan pengendalian infeksi meliputi
surveilans, upaya pencegahan dan tindakan
penanggulangan pada kejadian luar biasa.
Tindakan yang berhubungan dengan
keselamatan kerja flebotomis
Paparan bahan infeksius dalam prosedur flebotomi
tidak terbatas pada kecelakaan tertusuk jarum,
namun dapat terjadi karena kulit yang luka atau
melalui mukosa selama pengambilan darah,
penanganan spesimen, dan transportasi
spesimen.
Tindakan sebelum terpapar

Pengetahuan tentang organisme patogen yang


dapat ditularkan melalui darah merupakan bekal
pengetahuan untuk tindakan pencegahan.
Organisme patogen yang paling sering
menyebabkan infeksi adalah HBV, HCV danHIV.
Pencegahan
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan flebotomi.
 Menggunakan sarung tangan pada saat kontak
dengan pasien, pengambilan darah, penanganan
dan transportasi spesimen.
 Menggunakan jarum dan semprit sekali pakai.
 Masukkan jarum dan semprit yang telah dipakai ke
dalam wadah benda tajam anti bocor.
 Jangan menutup kembali jarum, mematahkan atau
membengkokkan jarum.
 Mencari bantuan bila pasien tidak bekerja sama.
 Mencari bantuan untuk menangani anak-anak.
Imunisasi

 Imunisasi HBV menurunkan 90% angka


kejadian hepatitis yang disebabkan oleh
pekerjaan.
Manajemen setelah terpapar
 Perawatan luka
 Segera cuci luka dengan sabun dan air.
 Bila mengenai mukosa, cuci hati-hati
menggunakan air steril mengalir atau larutan
saline steril.
 Pemeriksaan paska paparan dan pemantauan
 Bila petugas telah mendapat imunisasi
Hepatitis B tidak diperlukan pengobatan
pencegahan ataupun pemeriksaan sumber
penularan.
 Bila terpapar HIV pengelolaan dapat dilihat
pada pedoman.
Tindakan disinfeksi dan antiseptik
 Bila tempat menusuk tampak kotor, cuci area
dengan air dan sabun, keringkan dengan
handuk sekali pakai.

 Prosedur satu langkah (direkomendasikan ± 1


menit):
 Gunakan kombinasi chlorhexidine
gluconatein 2% dan isopropyl alcohol 70 %.
 Yakinkan bahwa kulit kontak dengan
disinfekstan sedikitnya 30 detik.
 Biarkan area kering sempurna, atau minimal
30 detik.
Tindakan disinfeksi dan antiseptik …
Prosedur 2 langkah (bila chlorhexidine
gluconatein dalam 70% isopropyl alcohol tidak
tersedia, gunakan prosedur 2 langkah dengan
lama ± 2 menit)
 Gunakan isopropyl alcohol 70%.
 Yakinkan bahwa kulit kontak dengan
disinfekstan sedikitnya 30 detik.
 Biarkan area kering sempurna (kurang lebih
20 detik).
 Langkah kedua: gunakan iodine )lebih efektif
dari povidon iodine) atau chlorhexidine 2 %.
Prosedur mana pun yang digunakan,
JANGAN menyentuh tempat tusukan
vena setelah kulit didesinfeksi.
Alkohol
 Etil dan isopropyl alkohol 60-90% merupakan
disinfektan terbaik, tersedia dan murah.
Kemampuannya membunuh dengan cepat
tanpa sisa kimia menjadi disinfektan ideal bagi
berbagai peralatan medis.
 Keuntungan penggunaan alhohol adalah dapat
membunuh semua fungi dan bakteria,
termasuk mikobakteria dengan cepat.
 Kerugian penggunaan alkohol, cepat menguap.
Natrium hipoklorit
 Keuntungan larutan Natrium hipoklor itu
umumnya tidak mahal dan merupakan
desinfektan yang tersedia di mana-mana, mudah
disiapkan dan digunakan, cepat menginaktivasi
semua virus termasuk HBV, HCV dan HIV, juga
membunuh bakteria TB. Sangat berguna untuk
dekontaminasi peralatan bedah, sarung tangan,
benda lain dan permukaan luas yang kotor.

 Kerugian penggunaan larutan Natrium hipoklorit


adalah dapat menyebabkan korosi pada alat-alat
logam dengan paparan lama pada konsentrasi
lebih dari 0,5.

Anda mungkin juga menyukai