Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nabilla Syahwa Aryanto

NIM : 132111133089
Kelas : A3
MK : Keselamatan Pasien dan K3 TM 10

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

HAIs (Health care Associated Infection) adalah Infeksi yang didapat penderita selama
mendapatkan pengobatan, tidak dalam masa inkubasi, bisa juga muncul setelah perawatan di
rumah karena perawatan di rumah sakit atau petugas kesehatan mendapatkan infeksi saat
bertugas pada healthcare setting. Sumber dari infeksi ini adalah dari masyarakat/ komunitas
(Community Acquired Infection) dan dari rumah sakit (Healthcare Associated Infections
(HAIs). Rantai penularan infeksi terdiri dari 6 komponen, yaitu :
1. Infectious agent (bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing)
2. Reservoir (orang, alat, dan air)
3. Portal of exit (ekskresi, sekresi droplet, dan kuli)
4. Metode Transmisi (kontak langsung / benda mati Injeksi/ telan udara/aerosols)
5. Portal of entry ( luka kulit, mukosa saluran cerna / nafas / kencing)
6. Susceptible host (neonatus, diabetes, immunosuppressed, peny cardiovask)
Kewaspadaan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara
rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Sedangkan kewaspadaan
transmisi adalah tambahan Kewaspadaan Standar untuk pasien yang diketahui atau diduga
terinfeksi atau terkolonisasi dengan agen infeksius, termasuk pathogen tertentu yang
memerlukan tambahan langkah-langkah secara efektif untuk mencegah infeksi.
1. Kewaspadaan standar
a) KebersihanTangan
b) PenggunaanAPD
c) Etika Batuk dan Bersin
d) PengelolaanLimbah
e) Pengendalian Lingkungan
f) Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
g) PenatalaksanaanLinen
h) PraktekMenyuntikyangAman
i) Perlindungan Kesehatan Petugas
j) Penempatan Pasien
k) PraktekLumbalPungsi
2. Kewaspadaan transmisi a) Airborne
b) Droplet c) Kontak
Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan Tangan
a. Handrub : selama 20-30 detik dengan pembersih tangan berbahan alcohol.
b. Handwash : selama 40-60 detik dilakukan bila tangan tampak kotor dan setelah
terkena cairan tubuh pasien (walaupun telah memakai sarung tangan).
c. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin.
2. Penggunaan APD
a. Digunakan untuk mencegah paparan dari mikroorganisme, paparan dari kimia pembersih
misalnya desinfektan, dan penyebaran mikroorganisme dari satu area perawatan pasien ke area
lain.
b. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah menggunakanAPD, pastikan staf dengan
benar melakukan pelepasan alat pelindung diri, penggunaan sarung tangan rutin tidak
dianjurkan kecuali pasien di daerah tersebut dalam kewaspadaan berbasis penularan ada risiko
kontak dengan cairan tubuh dan darah misal membersihkan tumpahan di tempat tidur pasien,
saat ada indikasi penggunaan masker repiratory pastikan untuk melakukan Fit Test, gunakan
sepatu tertutup untuk mencegah cedera dari paparan bahan kimia pembersih, kotoran dan jaga
agar kuku tetep pendek untuk mencegah sobeknya sarung tangan dan kotoran.
3. Etika Batuk
a. Ketika batuk dan bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu
b. Tisu dibuang pada tempat sampah
c. Tutup hidung dan mulut dengan lengan baju ketika batuk/ bersin

d. Lebih baik menggunakan masker untuk melindungi lingkungan sekitar


e. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik setiap setelah batuk
atau bersin.
4. Pengelolaan Limbah
a. Limbah kategori radioaktif kontainernya bewarna merah, limbah sangat infeksius bewarna
kuning, limbah infeksius patologi dan anatomi bewarna kuning, limbah sitotoksis bewarna
ungu, dan limbah kimia/farmasi bewarna cokelat.
b. Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/ pojok limbah cair (spoelhoek).
c. Dekontaminasi peralatan pasien melalui tahap pembersihan, disinfektan, dan sterilisasi.
5. Penatalaksanaan Linen
a. Semua linen diangkut dalam wadah yang tidak rusak
b. Pengantongan ganda tidak perlu untuk linen yang sudah digunakan
c. Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan
cara: cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian (APD)
dan cegah penyebaran mikroorganisme patogen ke orang lain dan lingkungan.
6. Praktik Menyuntik Yang Aman
Praktik menyuntik yang aman sesuai Permenkes 27 Tahun 2017, diantaranya :
a. Menerapkan aseptic technique untuk mecegah kontaminasi alat alat injeksi
b. Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien
dan satu prosedur
c. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll)
d. Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan)
e. Tidak mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya
f. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril
g. Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang
membuat.
7. Perlindungan Kesehatan
a. Pemeriksaan kesehatan rutin → sesuai kebijakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

8. Penempatan Pasien
a. b.
c.
d. e. f.
g.
Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius
Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi (kontak, droplet, airborne) sebaiknya
ruangan tersendiri
Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang jenis
infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1
meter.
Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan jenis
transmisinya (kontak,droplet,airborne)
Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya seyogyanya dipisahkan
tersendiri
Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar dibatasi di
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit
yang tidak perlu kepada yang lain.
Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasienTB dalam satu ruangan tetapi
pasienTB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasienTB.
b.
Pemeriksaan bila terjadi pajanan : Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan
sabun/cairan antiseptik sampai bersih; Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa
luka atau tusukan, cuci dengan sabun dan air mengalir; Bila darah/cairan tubuh mengenai
mulut, ludahkan dan kumurkumur dengan air beberapa kali; Bila terpecik pada mata, cucilah
mata dengan air mengalir (irigasi), dengan posisi kepala miring kearah mata yang terpercik;
Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air; Bagian tubuh
yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut. Jangan dipencet atau dihisap;
Segera lapor ke PPI/K3RS.
Surveilans dan Peran Perawat dalam Mengenali Infeksi
Survelians kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan,
untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penganggulangan secara efektif dan efisien.

Surveilans HAIs ( Health Care Associated Infections) : Suatu proses dinamis, sistematis,
terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi data kesehatan yang
penting di fasilitas kesehatan pada suatu populasi spesifik dan didesiminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, serta
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Tujuan survelians: Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenerungan kejadian Hais,
terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap terjadinya fenomena abnormal, identifikasi dini
KLB, menyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya infeksi, salah satu unsur pendukung
akreditasi, memenuhi standar mutu pelayan kesehatan, dan mengukur dan menilai keberhasilan
program PPIRS.
Tahapan surveilans : perencanaan, pengumpulan data, analisis, interpretasi, dan evaluasi.
Jenis-Jenis HAIs
a. Infeksi Aliran Darah (IAD)/ CLABSI ( central Line Catheter Associated Blood Stream
Infection)
b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)/ CAUTI ( Catheter Associated Urinary Track Infection )
c. Infeksi Daerah Operasi (IDO)/ SSI ( Surgical Site Infection)
d. VAP (Ventilator Associated Pnemonia)
e. Phlebitis/VASC (Arterial orVenous Infections)

Anda mungkin juga menyukai