Anda di halaman 1dari 8

RSUD BESEMAH KOTA PAGAR

ALAM
KOMITE PENCEGAHAN DAN

PROGRAM PELAYANAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

1. Pendahuluan
Infeksi Nosokomial atau infeki rumah akit yang aat ini diebut sebagai Healthcare
Associated Infektion ( HAIs ), merupakan masalah di eluruh dunia baik dinegara yang udah maju
maupun yang edang berkembang, termasuk Indonesia. HAIs sangat merugikan rumah akit
maupun rumah sakit itu sendiri.HAIs mengakibatkan lama hari rawat meningkat, meningkatkan
angka kesakitan bahkan kematian sehingga biaya bertambah, produktifita paien maupun paien
menurun, menurunkan mutu dan citra rumah sakit, dimana pada maa mendatang akan muncul
tuntutan hukum bagi rumah sakit maupun pelayanan kesehatn lainnya.
Healthcare Associated Infections ( HAIs ) merupakan masalah penting diseluruh dunia
yang meningkat ( Alvarado 2000 ). Sebagai perbandingan, bahwa tingkat HAIs yang terjadi di
beberapa negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan
kejadian di Negara Negara Asia, Amerika Latin dan Sub- Sahara Afrika yang tinggi sehingga
mencapai lebih dari 40% ( Lynch dkk 1997 )
Suatu penelitan yang dilakukan oleh WHO menunjukan bahwa sekitar 8,7% dari 55
rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Negara Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan
Pasifik menunjukan adanya infeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0%
( WHO, 2002 )
Presentasi angka kejadian infeksi di RS sekitar 3 21% ( rata- rata 9% ) atau sekitar 10
persen/lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia mengalami infeksi
nosokomial. ( WHO, 2005 )

II. Latar Belakang


Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
bermutu dan terjangkau ( UU RI NO 36 tahun 2009 tantang kesehatan ). Untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau, maka Rumah sakit dan Fesilitas
Kesehatan lainnya harus senantiasa berorientasi pada Patient Safety dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada setiap individu dimana dan kapanpun.
Rumah Sakit dan Fasilaitas pelayanan kesehatan lainnya sudah saatnya memperhatikan
keamanan pasien sesuai dengan undang undang kesehatan dimana harus selalu mengutamakan
keamanan pasien. Salah satu goal dari patient Safety adalah mengurangi kejadian infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan ( Healthcare Associsted Infections / HAIs ).
Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU pendidikan, diperoleh
angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebasar 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Penelitian
yang pernah dilakukan oleh 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2004 menunjukan bahwa
9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat ( Balaguris, 2009 )
Dalam SK Menkes No 270/Menkes/2007 tentang Pedoman Manajerial PPI di RS &
Fasilitas Pelayanan lainnya, dikatakan bahwa setiap Rumah Sakit harus melaksanakan program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Berdasarkan hal hal tersebut di atas, maka disusunla
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Besemah Pagar
Alam.

III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terlaksananya identifikasi dan penurunan resiko infeksi yang didapat dan ditularkan
pasien, staf non klinis, tenaga lain, mahasiswa dan pengunjung di RSUD Besemah Pagar
alam.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemahaman semua pegawai sehingga dapat menjalankan kegiatan PPI
didalam melayani pasien.
b. Memberikan pendidikan dan pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
( PPI )
c. Meningkatkan fasilitas guna mendukung petugas menjalankan kegiatan PPI.

IV. Kegiatan
A. Kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umun Daerah Besemah
Pagar Alam dibuat oleh Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang
ditandatangani oleh Ketua Komite PPI dan disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Besemah . Program ini di evaluasi tiap tahun.
Adapun program ini terdiri dari :
1. Pelaksanaan kewaspadaan isolasi
2. Kegiatan surveilans infeksi rumah sakit dan pila kuman
3. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh personil rumah sakit, pasien
dan keluarga serta pengunjung
4. Mencegah infeksi pada pemasangan alat kesehatan dengan tindakan invasive atau
bedah
5. Pedoman penggunaan Anti Mikroba Rasional
6. Infection Control Risk Assesment ( ICRA )
7. Sanitasi
8. Ruang Isolasi
9. Sistem Investigasi Outbreak dari Penyakit Infeksi

B. Rincian Kegiatan
1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi
a. Kebersihan tangan
1. Handrub berbasis alcohol jika tangan tidak terlihat kotor.
2. Handwash ( Kebersihan tangan dengan air mengalir ) jika tangan terlihat kotor.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD )
1. APD merupakan alat kesehatan yang terdiri dari masker, topi, sarung tangan,
pelindung wajah, sepatu yang digunakan petugas maupun pasien untuk melindungi diri
dari kontaminasi penyakit infeksi.
2. Digunakan sesuai indikasi
3. Segera dilepas jika sudah selesai tindakan.
c. Manajemen limba dan benda tajam
1. Limba padat infeksius ; limba terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh,sekresi
dan ekskresi.
2. Limba padat non infeksius ; limba yang tiak terkontaminasi dengan darah dan cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi.
3. Limbah benda tajam dan jarum
4. Limbah cairan tubuh, darah dan kompunen darah
d. Pengendalian lingkungan
1. Udara
2. Permukaan lingkungan
3. Air
e. Dekontaminasi Peralatan Kesehatan
1. Dekontaminasi diluar CSSD
2. Kebijakan Single Use Re-Use.
Klasifikasi Perawatan Peralatan pasien menurut Spaulding
i. Peralatan Kritikal : masuk ke pembuluh darah, jaringan steril.
ii. Peralatan semi Kritikal : masuk membran mukosa
iii. Peralatan non Kritikal : hanya permukaan tubuh
f. Penempatan Pasien
Penempatan pasien seuai dengan jenis infeksi dan transmisinya.
g. Penatalaksanaan Linen Pisahkan :
1. Linen infeksius ( linen yang terkontaminasi darah cairan tubuh ).
2. Linen non infeksius ( linen kotor bekas pakai tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh )
h. Kesehatan Karyawan.
1. Pemeriksaan kesehatan karyawan.
2. Pemberian immunisasi.
3. Pengadaan Alat Pelindung Diri
4. Pencegahan Kecelakaan Kerja karyawan.
5. Penatalaksanaan Kecelakaan Luka tusuk jarum.
i. Penyuntikan yang aman
1. Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic
2. Gunakan jarum suntik sekali pakai.
3. Segera buang jarum suntik setelah digunakan.
4. Sebaiknya gunakan obat / cairan sekali pakai, jika tidak memungkan
j. Etika Batuk
1. Menutup mulut dan hidung aat batuk/ bersin pakai tisu / sapu tangan ataw lengan atas
bagian dalam
2. Buang ke tempat sampah ( kuning ) bila telah terkena secret saluran napas.
3. Lakukan kebersihan tangan dengan sabun / antiseptic dan air mengalir, ataw Handrub.
4. Jaga jarak terhadap orang yang ISPA dengan demam.

2.Kegiatan Surveilans
- Menetapakan data surveilans yang dikumpulkan dan metode surveilansnya.
- Melakukan sensus harian
- Membuat laporan bulanan
- Melakukan analisa
a. Infeksi rumah sakit / HAIs
Infeksi Luka Operasi pada lokasi operai
Infeksi saluran Kemih pada pemasangan alat kesehatan di saluran kemih.
Infeksi saluran pernapasan pada pemasangan alat kesehatan di saluran pernapasan.
Infeksi Aliran Darah Primer pada pemasangan peralatan Intravaskular invasive.
Plebilitas pada pemasangan peralatan Intravaskular invasive.
Dekubitus pada pasien tirah baring lama.
Emeging/Re-Emerging.
Multi Drug Resisten Organism.
b. Pola Mikroorganisme HAI
Pola kuman Infeksi Luka Operasi
Pola kuman Infeksi Saluran Kemih
Pola Kuman Infeksi Pernapasan
Pola Kuman Infeksi Aliran Darah Primer
3. Pendidikan dan pelatihan PPIRS
a. Pengembangan Staf PPI RS.
b. Pelatihan PPI untuk petugas kesehatan ( dokter, perawat dan petugas kesehatan lain )
c. Pelatihan PPI untuk umum ( bukan petugas kesehatan)
d. Penyuluhan terhadap keluarga pasien dan pengunjung.
4. Penyuluhan infeksi pada pemasangan alat kesehatan dan tindakan bedah.
a. IADP ( Infeksi Aliran Darah Primer ) pada pemasangan kateter Vena Sentral/perifer.
b. ISK ( Infeksi Saluran Kemih ) pada pemasangan kateter Urine.
c. VAP (Ventilator Associated Pneumonia ) pada pemasangan ventilator.
d. HAP (Hospital Acquired Pneumonia ) pada pasien tirah baring lama.
e. Plebilitis pada pasien yang terpasang infuse vena perifer.
f. Dekubitus pada pasien tirah baring lama.
5. Penggunaan Antimikroba yang rasional
a. Ada kebijakan
b. Berdasarkan empiric
c. Berdasarkan hasil kultur ( Definitif )
d. Profilaksis 24 jam
6. Infeksi Control Risk Assesment ( ICRA )
Identifikasi resiko infeksi .
Analisa resiko infeksi.
Evaluasi resiko infeksi.
Susun langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi.
Monitoring pelaksanaan kebijakan dan pedoman PPI.
Pencatatan dan pelaporan insiden.
Risk Assement terdiri dari :
a. Risk Assement Setahun Sekali
b. Risk Assement Pemberian Obat Intra Vena
c. Risk Assement Sterilisasi dan Linen
d. Risk Assement Pembuangan Sampah
e. Risk Assement Pelayanan Makanan dan Permesinan
f. Risk Assement Renovasi/demolisi, Pembangunan
7. Sanitasi
a. Makanan di Instalasi Gizi.
b. Kamar Mayat.
8. Ruang Isolasi
a. Penempatan pasien dengan airborne Desease.
b. Penempatan pasien denahn Immunocompromized.
9. Sistem Investigasi Outbreak dari Penyakit Infeksi
Mengumpulkan data
Melakukan analisa
Melakukan tindakan perbaikan

V. Metodologi
1. Pendidikam dan Pelatihan.
2. Sosialisasi.
3. Pamflet dan leaflet
4. Standar Prosedur Oprasianal ( SOP )
5. Audit.
6. Pertemuan berkala ( rapat komite/Tim PPI )

VI. Sasaran.
1. Terlaksananya Kegiatan pencegahan dan Pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umun
daerah Besemah Pagar alam.
2. Terlaksananya surveilans dengan indicator sebagai berikut :
a. Angka IADP ( Infeksi Aliran Darah primer ) pada pemasangan Kateter Vena Central (
NNI Benchmark < 3,2%)
b. Angka ISK ( Infeksi Salurah Kemih ) paa pemasangan Lateter urin ( NNI Benchmark <
3%)
c. Angka VAP (Ventilator Associated Pneumonia ) pada pemasangan ventilator ( NNI
Benchmark < 5,1%)
d. Angka HAP ( Hospital Acquired Pneumonia ) pada pasien tirah baring lama( NNI
Benchmark < 5,1%)
e. Angka ILO ( Infeksi Luka operasi ) ( Standar SPM < 2 % )
3. Terlaksananya partisifasi pasien/keluarga dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi.

VII. Jadwal Kegiatan


i.
NO KEGIATAN JA FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP D

N ES

1. Surveilans
2. Peninjauan,perbaikan
dan pengembangan
SOP
3. Edukasi dan
Sosialisasi
4. Monev Kewaspadaan
isolasi
- Monitoring
kepatuhan Hand
Hygiene
- Monitoring
Pembuangan
sampah
infeksius, cairan
tubuh dan darah
serta benda tajam
dan jarum
- Monitoring
Sterilisasi di RS
- Monitoring
peralatan
kadaluwarsa,
single use
menjadi re-use
- Manajemen
Laundry dan
linen
- Monitoring
pelaksanaan
isolasi pasien
5. Monitoring pelayanan
makanan dan
permesinan
6. Membuat Infektion
Control Risk
Assesment ( ICRA)
7. Pencatatan dan
pelaporan pajanan
8. Monitoring Jika ada kegiatan pembongkaran, pembangunan dan renovasi
pembongkaran,
pembangunan dn
renovasi
9. Melakukan investigasi Jika ada kejadian Luar Biasa ( KLB ) / Outbreak
Outbreak

1 Rapat Komite PPI


0.
1 Rapat Tim PPI dan
1. Link
1 Membuat Laporan
2.
1 Diklat PPI dasar
3.
1 Diklat PPI lanjut
4.
1 Evaluasi pelaksanaan
5. Program

VIII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Pelaporan


Evaluasi pelaksanaan kegiatan memerlukan adanya data yang berisikan hasil kegiatan
yaitu dokumen yang berisikan data yang berhubungan dengan kegiatan secara rinci untuk
menunjang kegiatan penceghan dan pengendalian infeksi.Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungaan agar data yang sudah dihasilkan dapat menjadi nilai tambahan bagi rumah
sakit dan pelayanan secara umum dan pada proses selanjutnya.Dari hasil evaluasi terdapat data-
data pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi, kita dapat menentukan langkah
selanjutnya terhadap :
Rencana Kegiatan
Evaluasi terhadap program yang telah dibuat untuk tahun berikutnya.
Komite PPI melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
dalam bentuk :

Laporan surveilans yang dibuat setiap bulan.


Laporan hasil audit.
Laporan Kegiatan PPI berdasarkan program setiap bulan.

IX. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


1. Pencatatan
Pencatatan adalah pengisian formulirbsurveilans yang dilakukan sebagai
pencatatan pasien harian, bulanan dan pencatatan pemakaian alat-alat kesehatan.
Pengukuran, pengawasan, pengamatan kegiatan dan kondisi dilakukan berkaitan
dengan program.
2. Pelaporan Kegiatan
Laporan kegiatan merupakan laporan internal yang terbagi secara priodik yaitu laporan
bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan yang mencakup :
Laporan hasil surveilans HAIs berdasarkan laporan dari unit kerja.
Laporan hasil audit kepatuhan terhadap kewaspadaan standar.
Laporan hasil pendidikan dan pelatihan.
Laporan hail pencegahan HAIs karena pemakaian alat.
Laporan penggunaan mikroba RS.
Setiap kegiatan program dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
evaluasi, yang semua itu dilaporkan kepada direktur RS dan disiminasikan kepada
seluruh ruangan yang berkepentinan disertai dengan rekomendasi untuk perbaikan
rumah sakit secara keseluruhan
4. Evaluasi Kegiatan.
Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan program secara menyeluruh.
Evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat Komite PPI dan dibuat dalam bentuk
pelaporan setiap tahun yang diserahkan kepada Direktur RSUD Besemah Kota Pagar
alam

Disusun oleh : Diketahui oleh:


Ketua Komite PPI Plt. Direktur RSUD Besemah

Dr. Merianson, SpPD, FINASIM dr. Hardianto, SpM


NIP. 196710092000121001 NIP 197511262005011002

Anda mungkin juga menyukai