Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

RUANG ISOLASI

2017
2
KATA PENGANTAR

Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain ketika mereka
mendapat perawatan medis, dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau
infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan
serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus
penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.

Penularan penyakit dapat melalui droplet, airborne, dan kontak. Untuk mencegah
terjadinya penularan dari petugas ke atau dari pasien ke petugas, maka petugas
harus memahami cara memutus mata rantai penularan dan memakai alat
pelindung diri dengan benar sesuai ketentuan.

Buku Panduan Ruang Isolasi RS Ananda Purwokerto ini diharapkan dapat


bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan dalam melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi Ruang Isolasi di RS Ananda Purwokerto

Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.

Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah S.W.T.
Amin.

Banyumas ,

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................1
SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan Ruang Isolasi
RS Ananda Purwokerto ...........................................................................................2
Kata Pengantar.........................................................................................................4
Daftar Isi...................................................................................................................5
BAB I. DEFINISI.................................................................................................6
BAB II. RUANG LINGKUP................................................................................8
BAB III. TATA LAKSANA..................................................................................9
A. Pengelolaan Pasien Berdasarkan Transmisi.....................................9
B. Syarat-syarat Ruang isolasi ...........................................................13
C. Tekanan Udara Ruang Isolasi.........................................................14
D. Pengaturan di Ruang Isolasi...........................................................15
E. Pengelolaan Limbah di Ruang Isolasi............................................17
F. Universal Precaution yang Diterapkan di Ruang Isolasi................18
G. Peran Perawat yang dapat Diterapkan di Ruang Isolasi.................19
H. Mekanisme Penggunaan Ruang Isolasi..........................................21
BAB IV. DOKUMENTASI..................................................................................23
A. SPO Ruang Isolasi..........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
DEFINISI
1. Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi
layanan kesehatan.
2. Ruang Isolasi adalah tempat yang mampu merawat pasien yang
memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan
lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu tempat (satu
pintu) serta mampu menciptakan lingkungan yang aman dari kontaminasi bagi
seluruh komponen
3. Ruang Isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien
menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
pasien dan petugas kesehatan.Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi
dua jenis, yaitu tekanan udara negatif (Negative Pressure) dimana tekanan
udara di ruang isolasi negatif terhadap area disekitarnya untuk mencegah
penyakit-penyakit yang mudah mengkontaminasi seperti,tuberculosis, cacar
air (varicella), herpes zoster, dan measles (rubella), sedangkan pasien yang
memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien HIV dan pasien yang
mendapat transplantasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow
Transplant)menggunakan ruang isolasi dengan tekanan udara positif
(Positive Pressure) dimana tekanan udara di ruang isolasi positif terhadap area
sekitarnya untuk melindungi pasien dari kontaminasi luar.
4. Ruang Isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga
pasien dengankondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka
menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006).
5. Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan
penyakit risiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-
penyakit infeksi antara lainHIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-
lain (Depkes RI).

5
6
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Ruang Isolasi meliputi :


1. Pasien yang penularannya melalui airborne;
2. Pasien yang penularannya melalui droplet
3. Pasien yang penularannya melalui contact;
4. IPCN (Perawat Pengendali Infeksi);
5. Petugas Ruang Isolasi;
6. Petugas IPSRS;
7. Petugas Kebersihan;
8. Petugas Pendaftaran;
9. Petugas IGD;
10. Petugas Poliklinik;
11. Petugas Radiologi;
12. Petugas Keamanan (Satpam);
13. Petugas Kendaraan (Driver).

7
BAB III
TATA LAKSANA

A. PENGELOLAAN PASIEN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan Transmisi Kontak
Merupakan cara transmisi penting dan tersering menimbulkan infeksi di
rumah sakit. Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi mikroba secara
epidemiologi yang ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak
langsung.
 Kontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang
yang rentan/petugas dengan kulit pasien yang terinfeksi atau kolonisasi.
 Kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan dengan
benda yang terkontaminasi dengan mikroba infeksius di lingkungan,
instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan terkontaminasi dan
belum cuci tangan atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong
pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak.Disamping itu
juga kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan
melalui tangan petugas atau bend-benda di lingkungan pasien.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, telinga, mulut
saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung
tangan.
Hindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan
dengan peralatan perawatan pasien, misalnya : pegangan pintu, tombol lampu,
telepon, dll.
2. Kewaspadaan Transmisi Droplet
Merupakan kewaspadaan droplet diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan
Standar terhadap pasien dengan infeksi yang sudah diketahui atau suspek
mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet (>5µm).
Droplet yang besar terlalu berat untuk melayang di udara dan akan jatuh
dalam jarak 1 m dari sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak
konjungtiva atau mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan
droplet partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau
carrier yang dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara selama prosedur
suction. Dibutuhkan jarak dekat antara sumber dan resipien < 1m, karena
droplet tidak bertahan di udara maka tidak dibutuhkan penanganan khusus

8
udara atau ventilasi, misalnya Adenovirus.Transmisi droplet, dimana droplet
mencapai mukus membran atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan
tangan dan ditransmisikan ke sisi lain, misalnya mukosa membran.Transmisi
jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misalnya
Commoncold, Respiratory Syncitial Virus (RSV). Transmisi jenis ini dapat
terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal,
batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.
3. Kewaspadaan Transmisi Melalui Udara (Airborne Precautions)
Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan
Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui
terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan
melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel terinhalasi (varicella
zoster) langsung melalui udara.
Kewaspadaan Transmisi melalui airborne ditujukan untuk menurunkan risiko
transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa
droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5µ evaporasi dari droplet yang bertahan
lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab
infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat
terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien
sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misalnya penanganan
udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara,
droplet nuklei atau sisik kulit terkontaminasi(S. aureus).
Kontak Droplet Udara/Airborne

Penempatan Tempatkan di ruang Tempatkan Tempatkan pasien di


Pasien rawat terpisah, bila pasien di ruang ruang terpisah yang
tidak mungkin terpisah, bila mempunyai :
kohorting, bila tidak mungkin 1. Tekanan negatif
keduanya tidak kohorting. Bila 2. Pertahankan udara
mungkin maka keduanya tidak 6 – 12 x / jam.
pertimbangkan mungkin, buat 3. Pengeluaran udara
epidemiologi pemisah dengan terfiltrasi sebelum
mikrobanya dan jarak > 1 meter udara mengalir ke
populasi pasien. antar TT dan ruang atau tempat
Bicarakan dengan jarak dengan lain di RS.
petugas PPI. pengunjung. Usahakan pintu
(kategori I B) Pertahankan ruang pasien
Tempatkan dengan pintu terbuka, tertutup. Bila ruang
jarak > 1 meter antar tidak perlu terpisah tidak
TT. penanganan memungkinkan,

9
Kontak Droplet Udara/Airborne
Jaga agar tidak ada khusus terhadap tempatkan pasien
kontaminasi silang udara dan dengan pasien lain
ke lingkungan dan ventilasi. yang mengidap
pasien lain (kategori I B) mikroba yang sama,
(kategori I B) jangan dicampur
dengan infeksi lain
(kohorting) dengan
jarak > 1 meter.
Konsultasikan
dengan petugas
PPIRS sebelum
menempatkan pasien
bila tidak ada ruang
isolasi dan kohorting
tidak memungkinkan
(kategori I B).

Transport Batasi gerak, Batasi gerak dan Batasi gerakan dan


Pasien transport pasien transportasi transport pasien
hanya kalau perlu untuk batasi hanya kalau
saja. Bila diperlukan droplet dari diperlukan saja.
pasien keluar pasien dengan Bila perlu untuk
ruangan perlu mengenakan pemeriksaan pasien
kewaspadaan agar masker pada dapat diberi masker
risiko minimal pasien (kategori bedah untuk cegah
transmisi ke pasien I B) dan menyebarnya droplet
lain atau menerapkan nuklei. (kategori I
lingkungan. hygiene B)
(kategori I B) respisari/etika
batuk.

APD Sarung Tangan Masker Perlindungan


Petugas dan Cuci Tangan Pakailah bila Saluran Napas
Memakai sarung bekerja dalam Kenakan masker
tangan bersih non radius 1 meter respirator
steril, lateks saat terhadap pasien (N95/Kategori N
masuk ke ruang (kategori I B), pada efisiensi 95%)
pasien, ganti sarung saat kontak erat. saat masuk ruang
tangan setelah Masker pasien atau suspek
kontak dengan seyogyanya TB paru.
bahan infeksius melindungi Orang yang rentan
(feses, cairan drain), hidung dan seharusnya tidak
lepaskan sarung mulut, dipakai boleh masuk ruang
tangansebelum saat memasuk pasien yang
keluar dari kamar ruang rawat diketahui atau
pasien dan cuci pasien dengan suspek campak,
tangan dengan infeksi saluran cacar air, kecuali
antiseptik. (kategori napas. petugas yang telah
I B) imun.
Bila terpaksa harus

10
Kontak Droplet Udara/Airborne
masuk, maka harus
mengenakan masker
respirator untuk
Gaun pencegahan.
Pakai gaun bersih, Orang yang telah
tidak steril saat pernah sakit campak
masuk ruang pasien atau cacar air tidak
untuk melindungi perlu memakai
baju dari kontak masker. (kategori I
dengan pasien, B)
permukaan
lingkungan, barang Masker Bedah/
di ruang pasien, Prosedur (min)
cairan diare pasien, Sarung Tangan
ileostomy, Gaun
colostomy, luka Goggle
terbakar. Bila melakukan
Lepaskan gaun tindakan dengan
sebelum keluar kemungkinan timbul
ruangan. aerosol.
Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang
ke lingkungan dan
pasien lain.
(kategori I B)

Apron
Bila gaun
permeable, untuk
mengurangi
penetrasi cairan,
tidak dipakai
sendiri.

Peralatan Bila memungkinkan Tidak perlu Transmisi pada TB


untuk peralatan nonkritikal penanganan Sesuai pedoman TB
Perawatan dipakai untuk 1 udara secara CDC “Guideline for
Pasien (satu) pasien atau khusus karena Preventing of
pasien dengan mikroba tidak Tuberculosis in
infeksi mikroba bergerak jarak Healthcare
yang sama. jauh. Facilities”
Bersihkan dan B.pertussis, MTB (obligat
desinfeksi sebelum SARS, RSV airborne) campak,
dipakai untuk pasien influenza, cacar air (kombinasi
lain. (kategori I B) Adenovirus, transmisi) Norovirus
Rhinovirus, (partikel feses,
MDRO, MRSA, N.meningitis, vornitus), Rotavirus
VRSA, VISA, VRE, Streptococ group melalui partikel kecil
MDRSP (Strep A, Mycoplasma aerosol.
Pneumoniae) pneumoniae.
Virus Herpes

11
Kontak Droplet Udara/Airborne
simplex, SARS, RSV
(indirek mel
mainan), S. aureus,
MDRO, VRE, C.
difficile, P.
aeruginosa,
Influenza, Norovirus
(juga makanan dan
air).

Tabel 1 : Tabel Kewaspadaan Berbasis Transmisi

B. SYARAT-SYARAT RUANG ISOLASI !


1. Pencahayaan
Sesuai Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk
ruang isolasia dalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain itu ruang
isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
2. Pengaturan Sirkulasi Udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip
tekanan,yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Gambar 1 : Isolation Rooms & Pressurization Control

C. TEKANAN UDARA RUANG ISOLASI


1. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif 
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih
rendah dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara
yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi

12
oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan
untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara
sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar.
Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem
sterilisasi dengan HEPA.

Gambar 2 : Negative Pressure Isolation Room

2. Ruang Isolasi Bertekanan Positif


Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara
dari dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara
luar yangmasuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak
terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini
digunakan untuk penyakit-penyakit immunodeficiency seperti HIV AIDS atau
pasien-pasien transplantasi sumsum tulang.Untuk memperoleh udara di ruang
isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang isolasi digunakan
udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi terlebihdahulu.

Gambar 3 : Positive Pressure Isolation Room

13
Gambar 4 : Pressurization Control in Buildings

3. Ruang Isolasi Standar


Ruang isolasi yang digunakan untuk pasien yang penularannya melalui
kontak atau droplet.

D. PENGATURAN DI RUANG ISOLASI


1. Ruang Isolasi
a. Ruangan
Syarat-syarat ruang steril :
 Luas ruangan minimal 4x5 m2, terdiri dari 2 ruangan yang dipisahkan
denganpintu penghubung.Ruang I untuk tidur pasien, sedangkan
ruang ke II untuk ruang persiapan tenaga medis sebelum memasuki
ruang pertama;
 Maksimal angka hitung kuman/m3 adalah 1;
 Pada masing-masing ruang tersedia air bersih yang mengalir ;
 Menggunakan LAF (Laminary Air Flow) dan bertekanan positif;
 Mempunyai fasilitas komunikasi intercom 2 (dua) arah yang
menghubungkan orang yang berada dalam ruangan dan di dalam
ruangan;
 Tenaga medis yang bertugas wajib menggunakan topi, masker, baju,
sarung tangan, alas kaki yang steril;

14
 Fasilitas ruang steril harus tersedia pada center yang akan
melaksanakan pengobatan dengan transplantasi sumsum tulang.

b. Penyeterilan Ruangan
 Dilakukan setelah pasien pulang/pindah dan sebelum pasien masuk;
 Sebelum disterilkan semua alat-alat dan ruangan dibersihkan;
 Karena sudah memakai jendela terbuka, maka ruangan tidak perlu
difogging.
c. Kultur Ruangan
 Kultur ruangan dilakukan tiap 6 bulan sekali dan diukur partikel
udaranya;
 Sampel kultur yang diperlukan :
 Kultur Udara ;
 Kultur Dinding ;
 Kultur Lantai ;
 Kultur Air ;
 Kultur Alat-alat Kesehatan.
2. Petugas
a. Jumlah Petugas
Kebutuhan tenaga perawat disesuaikan dengan kapasitas tempat tidur.
b. Kriteria Petugas
 Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam merawat pasien
dengan imunitas menurun;
 Harus melaksanakan prinsip-prinsip kesterilan dan displin;
 Perhatian dan mau mendengarkan keluhan pasien;
 Sudah mengikuti pelatihan dasar kanker dan kemoterapi.
c. Syarat-syarat Petugas
 Petugas kamar steril harus melakukan prinsip-prinsip kesterilan;
 Tidak diperbolehkan memakai perhiasan (cincin);
 Cuci tangan dengan antiseptik/chlorhexidin setiap masuk koridor
steril, yaitu bagian kuku disikat dengan sikat yang telah disediakan,
cuci tangan sampai siku pada air yang mengalir;
 Setiap keluar masuk ruangan penderita harus cuci tangan dengan
antiseptik pada air yang mengalir;

15
 Bila masuk koridor steril, gunakan penutup kaki dan jas drill;
 Dilarang keluar masuk ke dalam kamar pasien yang lain, kecuali
dalam keadaan darurat;
 Petugas yang sedang sakit tidak boleh masuk ruangan pasien;
 Alat- alat tulis seperti pulpen, dokumen medik, surat konsul, dan lain-
lain tidak diperkenankan keluar masuk koridor;
 Setiap petugas yang menolong pasien harus menggunakan sarung
tangan steril.
 Setiap masuk ke kamar pasien pakai jubah (jas drill) steril yang telah
disediakan.
3. Pasien
a. Indikasi pasien masuk ruang isolasi imunitas menurun adalah :
 Pasien yang akan dilakukan kemoterapi agresif;
 Pasien yang mempunyai ANC < 500 sel /µL.
b. Hal-hal yang perlu dijelaskan pada pasien dan keluarga :
 Tujuan, lamanya pengobatan, efek samping;
 Kondisi dan situasi ruangan;
 Kegiatan rutin;
 Kebersihan ruangan;
 Biaya;
 Surat Ijin Tindakan.

E. PENGELOLAAN LIMBAH DI RUANG ISOLASI


Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan
pengelolaanlimbah infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
1. Penimbunan (Pemisahandan Pengurangan)
Proses pemilahansama dengan pengelolaan sampah infeksius di ruang
perawatan umum.
2. Penampungan
Penampungan sampah ini dalam wadah yang memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai
tutup dan tidak overload.Penampungan dalam pengelolaan sampah medis
dilakukan perlakuan standarisasikantong dan kontainer seperti dengan
menggunakan kantong yang bermacamwarna seperti telah ditetapkan dalam

16
Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004 dimana kantong berwarna kuning
dengan lambang biohazard untuk sampahinfeksius, kantong berwarna ungu
dengan simbol citotoksik untuk limbahcitotoksik, dan kantong berwarna
hitamuntuk sampah non infeksius.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal.Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutaninternal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah
diberi label, dandibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksidan pakaian kerja khusus.Pengangkutan eksternal yaitu
pengangkutan sampah medis ketempat pembuangandi luar (off-
site).Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yangtepat
dan harus dipatuhi petugas yang terlibat.Prosedur tersebut termasuk
memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah infeksius diangkut dalam
kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.Di RS Ananda Purwokerto pengolahan dan
pembuangan sampah dikerjakan oleh pihak ke 3.

F. UNIVERSAL PRECAUTION YANG DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI


Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh
seluruhtenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi
menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun petugas kesehatan
(Nursalam, 2007).
Secara garis besar, standar kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain:
 Cuci tangan;
 Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan
membranmukosa;
 Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh
mungkinmemercik; 

17
 Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air; 
 Tangani jarum dan benda tajam dengan aman;
 Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air; 
 Proses instrumen dengan benar; 
 Lakukan pengelolaan limbah dengan benar; 
 Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama;
 Buang sampah terkontaminasi dengan aman;
 Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi
sterildan siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan
desinfeksi dansterilisasi.
Penerapan Universal Precaution meliputi :
 Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
Penggunaan APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugasmaupun pengunjung dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta kulityang tidak utuh dan selaput lendir pasien.
 Penatalaksanaan Ruang Rawat
 Lakukan pembersihan dengan menggunakan larutan chlorin 0,5 %
seluruh permukaan ruangan sebelum pergantian pasien;
 Pembersihan dilakukan dengan menggunakan APD lengkap;
 Semua peralatan yang ada di dalam ruangan juga dilakukan pembersihan
denganlarutan chlorin;
 Peralatan untuk pasien tidak dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain.
 Penatalaksanaan Ambulan
 Ambulan pembawa pasien dilakukan pembersihan dengan semprotan
air desinfektan;
 Bagian dalam dibersihkan dengan semprotan larutan chlorin 0,5 %;
 Petugas ambulan dan petugas pengantar wajib melakukan
dekontaminasiindividu sesuai alur dan protap.

G. PERAN PERAWAT YANG DAPAT DITERAPKAN DI RUANG ISOLASI


Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik
dari pasienke petugas maupun dari pasien ke pasien lainnya) dengan penerapan
universal precaution melalui :
a. Administrative Controls
 Pendidikan

18
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan pencegahan kepada
pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka
dan bertanggung jawab dalam menjalankannya.
 Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan pencegahan)
Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan
adanya perbaikan langsung.
b. Standard Precautions
Standard Precaution yang diterapkan meliputi :
 Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhubungan dengan
pasienatau setelah membuka sarung tangan;
 Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh;
 Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan
tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan
habis pakai;
 Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan
tubuh;
 Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman;
 Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang
cocok;
 Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis;
 Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai
prosedur;
 Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali
sejak limbah tersebut dihasilkan;
 Limbah padat terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dibuang
ketempat sampah kantong plastik kuning;
 Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah atau cairan
tubuhdibuangke tempat sampah kantong plastik hitam;
 Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer yang
berwarnakuning tahan tusuk dan tahan air .
 Kesehatan karyawan dan darah yang terinfeksi bakteri patogen
Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:
 Berhati-hati saat menangani alat kesehatan dengan permukaan tajam;
 Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau
mernanipulasinyadengan kedua tangan;

19
 Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum;
 Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam wadah yang
tahantusuk dan air, dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau;
 Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan ventilasi
lainsebagai alternatif mulut ke mulut.

H. MEKANISME PENGGUNAAN RUANG ISOLASI


1. Ruang Isolasi Bertekanan Positif diperuntukkan bagi pasien dengan
kekebalan tubuh menurun agar kuman dari orang atau pasien lain tidak
menular ke pasien yang diisolasi dalam ruangan tersebut.Ruangan tersebut
dilengkapi dengan HEPA Filter.
 Penatalaksanaan Ruang Isolasi Bertekanan Positif sebagai berikut :
a. APD yang digunakan masker, sarung tangan apabila menangani darah
dan cairan tubuh pasien, alas kaki khusus ruangan, dan gaun;
b. Pembatasan pengunjung;
c. Setelah dan sebelum ruangan digunakan didekontaminasi dengan
cairan klorin 0,5%;
d. Setelah pasien pulang, maka dilakukan pembersihan ruangan sebagai
berikut:
 Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dan peralatan pasien dengan
klorin 0,5%;
 Buang semua sampah sesuai dengan ketentuan;
 Ganti korden kotor dengan korden yang baru/bersih.
2. Ruang Isolasi Bertekanan Negatif diperuntukkan untuk pasien-pasien
dengan infeksi tertentu agar kuman dari pasien tidak menular ke orang lain.
Ruangan tersebut dilengkapi dengan Exhouse Fan (tidak menggunakan AC).
 Penatalaksanaan Ruang Isolasi Bertekanan Negatif sebagai berikut:
a. Digunakan untuk pasien TB Paru Aktif, diphteri, dan penyakit lainnya
dengan transmisi droplet dan airborne;
b. Pasien diberi masker bedah sejak pasien datang di IGD sampai
ditransfer ke Ruang Isolasi;
c. Petugas yang mentransfer pasien tersebut juga memakai masker
bedah;
d. APD yang digunakan di ruang isolasi bertekanan negatif meliputi:

20
 Tidak perlu menggunakan sarung tangan, kecuali kontak dengan
darah;
 Tidak perlu memakai alas kaki khusus
 Memakai Masker Bedah;
 Perlu memakai gaun jika pakaian terkontaminasi;
 Apabila pasien sudah pulang, maka harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
 Bersihkan Exhouse Fan;
 Bersihkan AC;
 Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dengan klorin 0,5%;
 Ganti semua korden yang terpasang dengan korden yang
baru/bersih;
 Buang semua sampah (selang Oksigen, dll) sesuai dengan
ketentuan;
 Buang air sisa humidifier, dan cuci tempatnya kemudian pasang
kembali dalam keadaan kosong dan sudah bersih dan steril;
 Dokumentasikan dalam CheckList setelah melakukan
pembersihandan dekontaminasi ruangan dan peralatan.
 Check List disimpan di ruang perawatan isolasi.

21
BAB IV
DOKUMENTASI

Standar Prosedur Operasional (SPO) Ruang Isolasi RS Ananda


Purwokerto terlampir.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008. Tata Laksana Avian Influenza.


Availableat:http://www.depkes.go.id/downloads/flu_H1N1/
tata_laksana_avian_influenza.pdf.
(Akses 19 Juni 2010)Isnaini. 2009.
Universal Precaution di Ruang Isolasi.
Available at:http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2009/07/kumpulan-informasi-
tentang-infeksi.html.
(Akses 19 Juni 2010)Sabra L. Katz-Wise. 2006.
Isolation Rooms.
Available at:http://www.revolutionhealth.com/conditions/lung/tuberculosis/treat/
isolation-room.
(Akses 19 Juni 2010)
http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/1A%20Laplit
%20garut.pdf  

Anda mungkin juga menyukai