Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN PENGGUNAAN

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

RUMAH SAKIT UMUM JATI HUSADA


KARANGANYAR
2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugrah yang telah
diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Rumah
Sakit Jati Husada Karanganyar ini dapat selesai di susun.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Alat Pelindung Diri (APD)
Rumah Sakit Jati Husada Karanganyar.

Saran dan masukan sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan panduan ini.

Karanganyar, Juni 2022

TIM PPI

iii
DAFTAR ISI

BAB IDEFINISI …………………………………………………………………………………………………………………Error!


Bookmark not defined.

BAB II RUANG LINGKUP……………………………………………………………...…2

BAB III TATALAKSANA ………………………………………………………………..15

BAB IV DOKUMENTASI…………………………………………………………………16

iv
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari diharapkan kepada tugas yang berat untuk
bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang
umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan tubuh
sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap pathogen ini meningkatkan resiko mereka
terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di
kamar bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada resiko pemaparan terhadap pathogen yang
lebih tingg daripada bagian – bagian lainnya ( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena resiko yang
tinggi ini, panduan dan praktik perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk
melindungi staf yang bekerja di area ini. Lagipula, anggota staf yang tahu cara melindungi diri
mereka dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten menggunakan tindakan –
tindakan ini akan membantu melindungi pasien – pasiennya juga.
Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat, dan
bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas kesehatan tidak merasakan
diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang berresiko tidak secara teratur
menggunakan perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan atau praktik – praktik lain (cuci
tangan) yang disediakan untuk mereka.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. PERLENGKAPAN ALAT PELINDUNG DIRI


Pelindung pembatas sekarang umumnya diacu sebagai Perlengkaan Perlindungan Diri
(PPD), telah digunakan bertahun – tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan
kesehatan. Akhir – akhir ini, dengan timbulnya AIDS dan HCV dan munculnya kembali
Tuberculosis di banyak Negara, penggunaan PPD menjadi sangat penting untuk melindungi
petugas.
APD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak steril sangat penting
dalam mengurangi resiko penularan, namun yang lainnya (seperti pakaian, topi dan sepatu
tertutup) terus dipakai tanpa bukti yang meyakinkan tentang efektivitasnya (Larson dkk 1995).
Kenyataannya, beberapa praktik yang biasa, seperti semua petugas di ruang operasi, bukan
hanya tim bedah saja, harus memakai masker, akan meningkatkan biaya, sedangkan
perlindungan yang diberikan sangat minimal, kalaupun ada, perlindungan bagi pasien dan staf
(Mitcell 1991).
Tambahan lagi, demi efektivitasnya, APD harus digunakan dengan tepat. Seperti, gaun
bedah dan kain penutup telah menunjukkan dapat mencegah infeksi luka hanya kain kering.
Kalau basah, kain yang bersifat spons yang mengisap bakteri dari kulit atau peralatan dapat
menembus kain yang kemudian dapat mengkontaminasi luka bedah.
Sebagai akibatnya, administrator rumah sakit, penyelia, dan petugas pelayanan
kesehatan harus menyadari bukan hanya keuntungan dan keterbatasan APD yang khusus,
melainkan juga peranan APD dalam mencegah infeksi, agar dapat digunakan secara efektif dan
efisien.

B. APA ITU PERLENGKAPAN PELINDUNG DIRI


Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di
tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dari cara kerja yang aman.
Kelemahan penggunaan APD :
1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
2. Sarung APD tidak dipakai karena kurang nyaman

2
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak Negara kap, masker,
gaun dan duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, terbuat dari kain yang
diolah atau bahan sintetis yang dapat menahan air atau cairan lain (darah atau duh tubuh) untuk
menembusnya. Bahan – bahan tahan cairan ini, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di
banyak Negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang 140/inci) adalah bahan yang
sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan duk. Sayangnya, kain katun
enteng itu tidak memberikan tahanan efektif karena basah dapat menembusnya dengan mudah,
yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat
untuk ditembus uap (tidak dapat disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu untuk
dikeringkan. Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau terang agar kotoran dan
kontaminasi dapat terlihat.

C. JENIS JENIS ALAT PELINDUNG DIRI


1. ALAT PELINDUNG KEPALA
a. Topi pengaman (Safety Helmet)
Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda – benda.
b. Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap – uap korosif, debu, kondisi iklim yang buruk.
c. Tutup Kepala
Mencegah jatuhya dari kepala ke muka atau daerah operasi
Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri yang alin, yaitu:
1) Kaca Mata (goggles)
2) Penutup muka
3) Penutup telinga
4) Respirator dll
2. SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari
mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk
mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke
pasien lainnya untuk mencegah penyebaran kontaminasi silang.

3
Sarung tangan pemeriksaan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh,
sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), alat atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau
menyentuh kulit nonintak atau selaput lendir.Jenis sarung tangan ada 3 :
a. Sarung tangan bedah
Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasive atau pembedahan.
b. Sarung tangan pemeriksaan
Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin.
c. Sarung tangan rumah tangga
Dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan – bahan terkontaminasi dan
sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena elastik, sensitif dan
tahan lama dan dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Karena meningkatnya masalah
alergi lateks, sedang dikembangkan bahan serupa yang disebut “nitril” yang merupakan
bahan sintetik seperti lateks.
Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa Negara jenis sarung tangan
pemeriksaan yang tersedia adalah dari vinil, suatu bahan sintetik yang lebih murah
daripada lateks. Namun, vinil tidak elastic, sehingga kurang pas dan mudah robek. Sarung
tangan pemeriksaan yang berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal, kurang fleksibel
dan sensitif dan dapat member perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.
1. Kapan pemakaian sarung tangan diperlukan
Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari
petugas kesehatan telah terbukti berulang kali (Tenorio et al 2001) tetapi pemakaian
sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung
tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami kerusakan
melepas sarung tangan (Bagg. Jenkins dan Barker 1990, Davis 2001). Tergantung
keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh semua
petugas ketika :
1. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membrane
mukosa atau kulit yang terlepas.
2. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan sesuatu ke
dalam pembuluh darah, seperti memasang infus.
3. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar.

4
Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui Kontak (yang
diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui atau
dicurigai), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih,
tidak steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung
tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan
sabun atau dengan handrub berbasis alcohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya
menghindari kontaminasi silang (CDC 1987). Pemakaian sepasang sarung tangan yang
sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien
ke pasien yang lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian
berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling
dan Colleagues (1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas
yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak
mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.

Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan


1. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan
bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran dapat mengganggu keterampilan
dan mudah robek.
2. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek.
3. Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika anda memakainya) untuk melindungi
pergelangan tangan
4. Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk mencegah
kulit tangan kering/berkerut
5. Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak sarung tangan
bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks
6. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit
7. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC, cahaya
ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak bahan sarung
tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindungan.

5
Reaksi Alergi terhadap sarung tangan
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh
berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks (nitril) atau
sarung tangan lateks rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi (reaksi
alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan
bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan
reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan membawa partikel lateks ke udara.
Jika hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah sarung
tangan lateks dapat membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan ini
tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membrane mukosa mata dan hidung. (Garner
dan HICPAC 1996).
Pada sebagian besar orang yang sensitive, gejala yang muncul adalah warna merah
pada kulit, hidung berair dan gatal – gatal pada mata, yang mungkin berulang atau
semakin parah misalnya menyebabkan gangguan pernafasan seperti asma. Reaksi alergi
terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya
reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3 – 5 tahun, bahkan
sampai 15 tahun (Baumann 1992), meskipun pada orang yang rentan. Belum ada terapi
atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu – satunya pilihan adalah
menghindari kontak.
CARA MEMAKAI SARUNG TANGAN

6
3. MASKER
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu dan
membuat rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta
untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut
petugas kedua hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kassa, kertas
dan bahan sintetik yang beberapa diantaranya tahan cairan. Masker yang dibuat dari
katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai
filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari
tetesan partikel berukuran besar (>5 μm) yang tersebar melalui batuk atau bersin ke
orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1 meter). Namun masker bedah terbaik
sekalipun tidak dirancang untuk benar – benar menutup pas secara erat (menermpel
sepenuhnya pada wajah) sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian tepi nya.
Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang dihisap
(Chen dan Welleke 1992) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan tersebut/
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah
partikel mencapai membrane mukosa dari petugas kesehatan.
Masker dengan efisiensi tinggi
Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang
direkomendasikan, bila penyaringan udara diangap penting misalnya pada perawatan
seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker
dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari partikel dengan ukuran <5 mikron
yang dibawa oleh udara. Pelindung ini trediri dari banyak lapisan bahan penyaring dan
harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak
pelindung ini jyga lebih mengganggu pernafasan dan lebih mahal daripada masker
bedah. Sebelum petugas memakai masker N95 peru diadakan fit test pada setiap
pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau
SARS, petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi safety dan health
(NIOSH), disetujui oelh European CE, atau standar National Institute for Occupational
standar tersebut dari Negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan

7
tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti
khususnya N95, harus diuji pengepasannya (fit set) untuk menjamin bahwa perangkat
tersebut pas dengan benar pada wajah pemakainya.
Pemakaian Masker Efisiensi Tinggi
Petugas kesehatan harus :
1. Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan
utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker tersebut.
Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi
dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
2. Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali
harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
3. Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada pada
tempatnya dan berfungsi dengan baik.
Fit test untuk masker efisiensi tinggi
Fungsi masker akan terganggu/tidak efektif jika masker tidak dapat melekat secara
sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah ini :
1. Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian bawah atau
adanya gagang kacamata.
2. Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan bagian
pada masker
3. Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah anda memasang masker,
menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas
masker.
4. Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat memakai masker efisiensi
tinggi
Kewaspadaan
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh individu
yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan dan
melepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien.

8
CARA MEMAKAI MASKER

4. ALAT PELINDUNG MATA


Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (googles) plastik bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada
bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata
atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan
cairan tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas
kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
Ada beberapa jenis alat elindung mata diantaranya :
1. Kacamata Biasa (Spectacle Googles)
Kacamata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau tanpa pelindung
samping. Kacamata dengan pelindung samping lebih banyak memberikan
perlindungan.
2. Googles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena memakai ikat
kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi mata.

9
5. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN
Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :
1. Respirator yang sifatnya memurnikan udara
a. Respirator yang mengandung bahan kimia
b. Topeng gas dengan kamister
c. Respirator dengan cartridge
d. Respirator dengan filter mekanik
e. Bentuk hamper sama dengan respirator cartridge kimia, tapi udara berupa
saringan/filter
f. Biasanya digunakan pada pencegahan debu
g. Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia
2. Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih
Supply udara berasal dari :
a. Saluran udara bersih atau kompresor
b. ALat pernafasan yang mengandung udara (SCBA)
Biasanya berupa tabung gas yang berisi :
a. Udara yang dimampatkan
b. Oksigen yang dimampatkan
c. Oksigen yang dicairkan
3. Respirator dengan supply oksigen
Biasanya berupa “Self…Breathing….yang harus diperhatikan pada respirator jenis
tersebut di atas
a. Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya
b. Pemakaian yang tepat
c. Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

6. TOPI
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan
pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah
atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.

10
7. GAUN PELINDUNG
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau
seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk
melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat
pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi
atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya.
Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa
pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan
segera untuk mencegah berpindahnya organism.
Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Gaun pelindung
khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu seperti :
1. Terhadap Radiasi Panas
Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan yang bisa
merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan berkilau. Bahan – bahan pakaian lain
yang bersifat isolasi terhadap panas adalah : 1000°C, katun, asbes (kalau sampai
500°C).
2. Terhadap Radiasi Mengion
Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbale biasanya berupa apron. Pakaian ini
sering digunakan di bagian radiologi.
3. Terhadap Cairan dan Bahan – bahan Kimia
Biasanya terbuat dari bahan plastik atau karet.

8. APRON
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah,
cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron
akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.

11
9. PELINDUNG KAKI
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu,
sandal, “sandal jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh
dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu
yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah. Sebuah
penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan
kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan seringkali
digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas tanpa sarung tangan sehingga
terjadi pencemaran. (Summers et.al.1992)

10. PERANAN DUK


Di banyak Negara duk biasanya dibuat dari linen persegi yang dijahit dari
berbagai ukuran. Dipakai untuk menciptakan medan operasi di seputar suatu sayatan,
membungkus instrument dan barang – barang lainnya untuk sterilisasi, penutup meja di
ruang operasi dan membuat hangat pasien selama prosedur bedah (OR Manager 1990a).
Jenis utama duk ialah :
1. Duk Kecil / Lap
Dipakai untuk mengeringkan tangan, membuat medan operasi segiempat (untuk ini
diperlukan beberapa duk kecil) dan membungkus instrument kecil serta semprit.
Biasanya dibuat dari katun lebih tebal dari pada linen lainnya, yang menjadikannya
lebih tahan air
2. Duk Seprai
Dipakai untuk membatasi medan operasi dan menciptakan ruang kerja, maupun
untuk membungkus perangkat instrumen. Biasanya dibuat dari katun ringan dan
hanya memberikan sedikit perlindungan.
3. Duk Bolong
Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang ditempatkan pada medan operasi
yang dipersiapkan. Duk ini terutama digunakan untuk prosedur – prosedur bedah
minor (sayatan kecil).

12
4. Duk Pembungkus
Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu bungkus instrument dibuka. Duk
penutup ini harus cukup luas untuk menampung isi suatu bungkusan sewaktu dibuka
dan dapat menutupi seluruh permukaan meja.

PEMAKAIAN DUK UNTUK PROSEDUR BEDAH


Duk kecil yang steril terbuat dari kain dapat ditempatkan di sekeliling sayatan
bedah yang dipersiapkan, untuk menciptakan suatu area kerja. Walaupun area ini sering
disebut “medan steril”, sesungguhnya tidak steril. Sebagaimana dipertunjukkan pada
gambar, duk kain membiarkan kebasahan merembes dan membantu menyebarkan
organism dari kulit ke dalam sayatan walau setelah pembersihan area bedah dengan
antiseptic. Jadi, baik tangan yang bersarung tangan (steril atau didisinfeksi tingkat
tinggi) maupun instrument steril atau didisinfeksi tingkat tinggi dan barang – barang
lainnya hanya menyentuh duk setelah ia diletakkan di tempatnya. Karena duk kain tidak
efektif sebagai pembatas, duk kecil yang kering dan bersih dapat digunakan jika duk
kecil steril tidak tersedia.
Cara mempersiapkan medan operasi dan memasang duknya tergantung dari jenis
tindakan yang akan dilakukan. Berikut ini panduan cara memasang duk untuk
menghindari pemborosan duk steril dan penggunaan yang tidak perlu :
1. Semua duk harus ditempatkan di sekeliling area yang kering sama sekali dan
dipreparasi secara luas.
2. Kalau dipakai duk yang steril, sarung tangan steril atau didisinfeksi tingkat tinggi
harus dipakai sewaktu menempatkan duk di tempatnnya (hati – hati jangan sampai
menyentuh tubuh pasien dengan tangan yang bersarung tangan).
3. Duk harus ditanganisesedikit mungkin dan jangan sekali – sekali digosok atau
dilipat. Selalu memegang duk di atas area yang harus dipasang duk, dan buang duk
itu kalau jatuh ke bawah.

PROSEDUR BEDAH MINOR (INSERSI IMPLAN NORPLANT ATAU


PENGANGKATANNYA ATAU LAPAROTOM – MINI)
1. Tempatkan lubang duk diatas bidang insisi yang telah disiapkan dan jangan
pindahkan duk steril, setelah menyentuh kulit.
2. Jika duk bolong tidak steril, pakai sarung tangan steril atau DTT setelah
menempatkan duk pada pasien untuk menghindari sarung tangan terkontaminasi.

13
Pakailah duk bolong sehingga sekurang – kurangnya 5 cm dari kulit terbuka di
sekeliling sayatan. (Kalau tidak ada duk steril, bagaimanapun, duk yang bersih dan
kering dapat dipakai)

PROSEDUR BEDAH MAYOR (LAPAROTOMI ATAU SEKSIO SESARIA)


1. Pakai lembaran duk yang kuas untuk menutupi tubuh pasien kalau diperlukan untuk
membuat tubuhnya panas. Duk itu tidak perlu steril karena tidak akan dekat tempat
insisi (Belkin 1992). Tapi harus bersih dan kering.
2. Setelah membersihkan kulit dengan antiseptic, tempatkan duk kecil untuk
mempersegikan tempat insisi (biarkan sekurang – kurangnya 5 cm dari kulit terbuka
di sekeliling sayatan).
3. Mulai dengan menempatkan duk kecil yang terdekat dengan anda untuk mengurangi
kontaminasi. Dengan memegang satu sisi dari duk, biarkan sisi yang lan menyentuh
kulit abdomen kira – kira 5 cm di luar tempat sayatan. Perlahan – lahan letakkan sisa
duk pada abdomen. Setelah terletak pada tempatnya, jangan sekali – kali
memindahkannya mendeteksi insisi. Boleh, kalau ditarik menjauhi insisi.
4. Pasang tiga duk lainnya untuk menjadikan area kerja menjadi persegi empat.

14
BAB III
TATALAKSANA

A. Langkah-langkah memakai Alat Pelindung Diri

1. Pakai terlebih dahulu baju dan sepatu kerja sesuai anjuran Rumah sakit

2. Cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer

3. Pakai masker bedah

4. Pakai handscoon

5. Pemakaian selesai

B. Langkah- langkah melepas Alat Pelindung Diri yang benar

1. Lakukan cuci tangan

2. Lepaskan masker

3. Lepaskan sarung tangan

4. Pelepasan selesai

15
16
RUMAH SAKIT UMUM
JATI HUSADA PROSEDUR PEMAKAIAN DAN PELEPASAN
KARANGANYAR MASKER N95

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


PPI 09.01.06 A 1/2

DITETAPKAN,
TANGGAL DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL
6 April 2020 dr. Hj. Sri Hartini, MM

N95 adalah partikulat respirator yang direkomendasikan oleh CDC


dan WHO untuk melindungi saluran nafas dari biohazard yang
PENGERTIAN
bersifat aerosol.
1. Untuk menutupi hidung dan mulut serta berfungsi menyaring
polutan dan partikel-partikel halus berbahaya di udara, seperti
debu.
TUJUAN 2. Mencegah setidaknya mencapai 95 persen partikel uji yang
sangat kecil (0,3 mikron).

SK Direktur RSU Jati Husada No 13.12.0038/ SK.DIR /RSJH/


KEBIJAKAN 2016 Tentang Kebijakan Pemakaian APD ( Alat Pelindung Diri )

Memakai masker N95 :


PROSEDUR 1. Melakukan Hand Hygiene sebelum memegang masker N95.
2. Pegang badan masker bagian luar dengan salah satu tangan,
biarkan tali karet pengikatnya menjuntai.
3. Letakkan masker menutupi hidung dan mulut pada posisi yang
tepat, dan tahan posisi ini.
4. Tangan yang tidak memegang masker, menarik tali karet
pengikat masker bagian bawah, ke arah depan wajah, lalu
melewati atas kepala, kemudian diposisikan di belakang kepala,
dekat pangkal leher.
5. Memposisikan tali pengikat karet bagian atas, menarik ke arah
depan wajah, lalu melewati atas kepala, dan diposisikan di
belakang kepala, kira-kita 5cm di atas tali sebelumnya.
6. Dengan kedua tangan, lekukkan dan rapatkan logam bagian atas
masker agar mengikuti bentuk hidung dan sekitarnya.
7. Cek kebocoran masker dengan cara meniup udara keluar dari
hidung, apabila terasa ada aliran udara di sekitar masker, maka
ini berarti ada kebocoran dan pemakaian masker harus di ulang.
8. Bila tidak ada kebocoran, masker sudah siap digunakan.

17
RUMAH SAKIT UMUM
JATI HUSADA PROSEDUR PEMAKAIAN DAN PELEPASAN
KARANGANYAR MASKER N95

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


PPI 09.01.06 A 1/2

DITETAPKAN,
TANGGAL DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL
6 April 2020 dr. Hj. Sri Hartini, MM

N95 adalah partikulat respirator yang direkomendasikan oleh CDC


dan WHO untuk melindungi saluran nafas dari biohazard yang
PENGERTIAN
bersifat aerosol.
1. Untuk menutupi hidung dan mulut serta berfungsi menyaring
polutan dan partikel-partikel halus berbahaya di udara, seperti
debu.
TUJUAN 2. Mencegah setidaknya mencapai 95 persen partikel uji yang
sangat kecil (0,3 mikron).

SK Direktur RSU Jati Husada No 13.12.0038/ SK.DIR /RSJH/


KEBIJAKAN 2016 Tentang Kebijakan Pemakaian APD ( Alat Pelindung Diri )

Memakai masker N95 :


PROSEDUR 1. Melakukan Hand Hygiene sebelum memegang masker N95.
2. Pegang badan masker bagian luar dengan salah satu tangan,
biarkan tali karet pengikatnya menjuntai.
3. Letakkan masker menutupi hidung dan mulut pada posisi yang
tepat, dan tahan posisi ini.
4. Tangan yang tidak memegang masker, menarik tali karet
pengikat masker bagian bawah, ke arah depan wajah, lalu
melewati atas kepala, kemudian diposisikan di belakang kepala,
dekat pangkal leher.
5. Memposisikan tali pengikat karet bagian atas, menarik ke arah
depan wajah, lalu melewati atas kepala, dan diposisikan di
belakang kepala, kira-kita 5cm di atas tali sebelumnya.
6. Dengan kedua tangan, lekukkan dan rapatkan logam bagian atas
masker agar mengikuti bentuk hidung dan sekitarnya.
7. Cek kebocoran masker dengan cara meniup udara keluar dari
hidung, apabila terasa ada aliran udara di sekitar masker, maka
ini berarti ada kebocoran dan pemakaian masker harus di ulang.
8. Bila tidak ada kebocoran, masker sudah siap digunakan.

18
19
RUMAH SAKIT UMUM
JATI HUSADA PROTOKOL PELEPASAN ALAT PELINDUNG DIRI
KARANGANYAR UNTUK PENANGANAN KASUS COVID-19

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


PPI 09.01.06 A 1/1

DITETAPKAN,
TANGGAL DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR TERBIT
OPERASIONAL
30 Maret 2020 dr. Hj. Sri Hartini, MM
Prosedur Melepas alat pelindung diri atau pakaian khusus atau
peralatan yang di pakai petugas untuk memproteksi diri dari
PENGERTIAN bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius setelah selesai
menangani pasien covid-19
Melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah,
cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
TUJUAN
lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.

SK DirekturRSU Jati HusadaNo 13.12.0038/ SK.DIR/RSJH/ 2016


Tentang Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri Untuk
KEBIJAKAN
Penanganan Kasus Covid-19

1. Pelepasan alat pelindung diri harus sesuai urutan

2. Buka APD dan masukan ke tempat sampah infeksius

3. Pertama ganti sarung tangan luar dengan yang baru

PROSEDUR 4. Lakukan handrub dengan 6 langkah

5. Melepaskan penutup kepala

6. Lakukan handrub dengan 6 langkah

7. Melepaskan pakaian pelindung (gulung bagian dalam menjadi

20
bagian luar) dan lepaskan sarung tangan luar

8. Lakukan handrub dengan 6 langkah

9. Melepaskan pelindung wajah (faceshiled) dan atau kacamata


pelindung \ (Googles)

10. Lakukan handrub dengan 6 langkah

11. Melepaskan masker dengan hanya memegang bagian tali saja

12. Lakukan handrub dengan 6 langkah

13. Melepaskan sepatu boot

14. Lakukan handrub dengan 6 langkah

15. Melepaskan sarung tangan dari bahan nitril/lateks bagian dalam

16. Pelepasan alat pelindung diri selesai. Setelah selesai semua cuci
tangan menggunakan sabun

UNIT TERKAIT Unit pelayanan yang menangani pasien Covid-19

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai