PEDOMAN
KEBERSIHAN TANGAN
DISUSU
RSUD Cengkareng
Jl. Kamal Raya, Bumi Cengkareng Indah, Cengkareng Timur, Jakarta Barat 11730
Telp. (021) 54372874 (Hunting), Fax. (021) 5442693, Website: www.rsudcengkareng.com, email:
marketingrs@rsudcengkareng.com
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kebersihan tangan telah diakui sebagai salah satu tindakan terpenting
untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi di rumah
sakit/fasilitas kesehatan lain. Berbagai penelitian mengindikasikan bahwa
penularan infeksi rumah sakit sebagian besar terjadi melalui transmisi kontak,
khususnya melalui kontak tangan petugas disamping kontak melalui
peralatan/tindakan invasif.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat
dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran
mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui
sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet
202).
Angka kepatuhan cuci tangan petugas di RSUD Cengkareng tahun 2018
baru mencapai angka 60% masih perlu dingkatkan.
Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek
membersihkan tangan dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang ditularkan
melalui tangan dengan menghilangkan kotoran dan debris atau membunuh
mikroorganisme pada kulit, baik yang diperoleh melalui kontak dengan pasien
dan lingkungan maupun sejumlah mikroorganisme permanen yang tinggal di
lapisan terdalam kulit.
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat.
Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI, terdapat 2 teknik mencuci tangan,
yaitu mencuci tangan dengan sabun dan mencuci tangan dengan larutan
berbahan dasar alcohol.
1
c) Sebelum:
➢ Menyediakan/mempersiapkan obat-obatan
➢ Mempersiapkan makanan
e) Setelah:
2. DEFINISI
1. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air atau
sabun antiseptik. Mencuci tangan dengan prosedur yang tepat harus
dilakukan apabila tangan terlihat kotor atau setelah terkena cairan tubuh.
2. Handrub antiseptic berbasis alkohol tanpa air adalah antiseptik
handscrub yang bereaksi cepat menghilangkan sementara atau mengurangi
mikroorganisme penghuni tetap dan melindungi kulit tanpa menggunakan
air. Sebagian besar antiseptik ini mengandung alkohol 60-90%, suatu
emollient dan seringkali antiseptik tambahan (misalnya khlorheksidin
glukonat 2-4%) yang memiliki aksi residual (Larson et al. 2001).
3. Agen antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan bergantian)
adalah bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup
lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang
2
sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi
jumlah hitung bakteri total.
Contohnya adalah:
a. Alkohol 60-90% (etil dan isopropyl atau metal alcohol)
b. Klorheksidin glukonat 2-4% (Hibiclens, Hibiscrub, Hibitane)
c. Klorheksidin glukonat dan cetrimide, dalam berbagai konsentrasi
(Savlon)
d. Yodium 3%, iodium dan produk alkohol berisi iodium atau tincture
(yodium tinktur)
e. Iodofor 7.5-10%, berbagai konsentrasi (Betadine atau Wescodyne)
f. Kloroksilenol 0.5-4% (para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai
konsentrasi (dettol)
g. Triklosan 0.2-2%
4. Emollient adalah cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol atau
sorbitol yang ketika ditambahkan pada handsrub dan lotion tangan akan
melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit (keretakan,
kekeringan, iritasi dan dermatitis) akibat pencucian tangan dengan sabun
yang sering (dengan atau tanpa antiseptik) dan air.
5. Infeksi nosokomial atau infeksi yang didapat dari fasilitas pelayanan
kesehatan adalah infeksi yang tidak ada atau tidak sedang dalam inkubasi
ketika pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Sabun dan deterjen adalah produk-produk pembersih (batang, cair,
lembar atau bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan sehingga
membantu melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang
menempel sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan
untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun
antiseptik (antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat
pertumbuhan dari hampir sebagian besar mikroorganisme.
7. Cuci tangan bedah adalah membersihkan tangan dengan menggunakan
sikat halus dan sabun anti septic dibawah air mengalir untuk mengangkat
debu, kotoran, minyak atau lotion maupun microorganisme dari tangan dan
lengan pada anggota tim bedah yang akan melakukan prosedur
pembedahan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
BAB III
KEBIJAKAN
Keputusan direksi rumah sakit Umum Daerah Cengkareng tentang
pedoman kebersihan tangan di rumah sakit umum Daerah Cengkareng agar
risiko infeksi pada pelayanan kesehatan rumah sakit umum daerah
Cengkareng dapat dikendalikan dan dapat memutus mata rantai penularan
infeksi dengan melakukan kebersihan tangan.
Rumah sakit umum daerah Cengkareng dalam melakukan kebersihan
tangan dengan menggunakan sabun dan cairan desinfektan, dengan maksud
sebagai sarana untuk mencegah, mengendalikan serta menurunkan angka
kejadian infeksi di rumah sakit umum dearah Cengkareng terkait pelayanan
kesehatan yang di lakukan di rumah sakit umum daerah Cengkareng.
Rumah sakit umum daerah Cengkareng menyediakan sarana dan
prasarana dalam memenuhi kebutuha kebersihan tangan dengan
menyediakan tempat cuci tangan (wastafel) disertai dengan sabu cair di setiap
kamar mandi dan toilet, baik kamar mandi dan toilet rawat inap maupun
kamar mandi dan toilet rawat jalan serta di kamar mandi dan toilet area
administrasi (perkantoran), di setiap kamar pasien, tempat tidur perawatan
rawat inap jg disediakan hand rub (cairan desinfektan untuk kebersihan
tangan berbasis alkhohol), rumah sakit umum daerah Cengkareng juga
menyediakan hand rub (cairan desinfektan untuk kebersihan tangan berbasis
alkhohol) di area publik dengan meletakkan di setiap dinding di dekat pintu
masuk setiap poliklinik dandinding di setiap kamar perawatan pasien, juga di
area pendaftaran dan kasir administrasi rawat inap dan rawat jalan, di setiap
area penunjang medis juga disediakan hand rub (cairan desinfektan untuk
kebersihan tangan berbasis alkhohol) untuk melakukan kebersihan tangan.
Berdasarkan keputusan:
1. Peraturan Mentri Kesehatan No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
4. Surat Keputusan Direktur RSUD Cengkareng Nomor 240 tentang
Pedoman Alat Pelindung Diri
5
BAB IV
TATA LAKSANA
6
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
7
4) Setelah kontak dengan pasien
8
a) Setiap menemui pasien
b) Setelah menemui pasien/kontak dengan lingkungan sekitar pasien
c) Setelah kontak dengan cairan tubuh
d) Sebelum meninggalkan rumah sakit
e) Sebelum dan setelah makan
B. Sabun
Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan
permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang
dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan.
C. Larutan Antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit
atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh
mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang
memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa. Antiseptik
memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit
setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan reaksi
kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak dapat disterilkan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme pada
kulit secara maksimal terutama kuman transien. Kriteria antiseptik yang kita
gunakan adalah sebagai berikut:
➢ Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme
secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan
tuberkulosis, fungi, endospora).
➢ Efektivitas
➢ Kecepatan aktivitas awal
9
➢ Efek residu yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
➢ Tidak mengakibatkan iritasi kulit
➢ Tidak menyebabkan alergi
➢ Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
➢ Dapat diterima secara visual maupun estetik
10
d. Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau
gunakan ember dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam
sebuah ember dan buanglah di toilet
11
Agar efektif, gunakan secukupnya larutan handscrub sesuai petunjuk
pabrik (sekitar 1 (satu) sendok teh, 3-5 cc).
Yang perlu diperhatikan:
a. Hand rub antiseptic tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,
sehingga jika tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh, harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih
dahulu.
b. Untuk mengurangi “penumpukan” emollient pada tangan setelah
pemakaian hand rub antiseptic berulang, tetap diperlukan mencuci
tangan dengan sabun dan air setiap kali setelah 5-10 aplikasi handscrub
(bila memungkinkan dan tersedia tempat hand wash ditempat yang
terdekat).
c. Hand rub yang hanya berisi alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek
residual yang terbatas dibandingkan dengan hand rub yang berisi
campuran alkohol dan antiseptik seperti khlorheksidin.
12
3. Upaya Meningkatkan Kebersihan Tangan
Upaya yang dapat untuk meningkatkan kepatuhan petugas melakukan
kebersihan tangan, seperti:
a. Menyebarluaskan panduan terbaru mengenai praktek menjaga
kebersihan tangan di mana tercantum bukti mengenai efektifitasnya
dalam mencegah penyakit dan perlunya petugas kesehatan untuk
mengikuti panduan tersebut.
b. Melibatkan pimpinan/pengelola rumah sakit dalam diseminasi dan
penerapan pedoman kebersihan tangan
c. Menggunakan teknik pendidikan yang efektif, termasuk role model
(khususnya supervisor), mentoring, monitoring dan umpan balik positif.
d. Menggunakan pendekatan kinerja yang ditargetkan ke semua petugas
kesehatan, bukan hanya dokter dan perawat, untuk meningkatkan
kepatuhan
e. Mempertimbangkan kenyamanan petugas dan pilihan yang efektif untuk
menjaga kebersihan tangan sehingga membuat petugas lebih mudah
mematuhinya
e. Kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3 mm melebihi ujung
jari, tidak boleh menggunakan kuku buatan dan cat kuku saat
bertugas. Berdasarkan penelitian membuktikan bahwa daerah di bawah
kuku (ruang subungual) mengandung jumlah mikroba tertinggi
13
(McGinley, Larson dan Leydon; 1988). Kuku yang panjang dapat
berperan sebagai reservoir untuk bakteri gram negatif (P. aeruginosa),
jamur dan pathogenlain (Hedderwick et al.2000). Kuku panjang, baik
yang alami maupun buatan, lebih mudah melubangi sarung tangan
(Olsen et al.1993). Serta kuku buatan dapat berperan sebagai reservoir
untuk bakteri gram negative.
14
BAB V
DOKUMENTASI
15
16
17
18
19
20