PENGORGANISASIAN
Berdasar pada SK Direktur RSUD R.Syamsudin, SH No. 85 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ) tanggal 1 Desember 2014
bahwa PPIRS berbentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, terdiri
dari berbagai unit terkait yang bertanggungjawab kepada Direktur. Kemudian untuk
operasional, ada Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang terdiri dari
unsur perawat IPCN ( Infection Prevention Control Nurse ) dan IPCLN ( Infection Prevention
Control Link ). PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan yang
berkualitas terhadap pasien, baik langsung maupun tidak langsung. Memberikan pengertian
dan tambahan wawasan terhadap petugas kesehatan, pasien dan keluarga serta
pengunjung tentang perkembangan penyakit dan kuman yang mempengaruhi tingkat
kesembuhan pasien.
Kendala yang dihadapi :
1. Dalam perjalanan kinerja PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antara lain
baru ditetapkan nya IPCN purna waktu per tanggal 1 Agustus 2015, sehingga
surveilans baru berjalan berkesinambungan.
2. Beberapa kerjasama yang semestinya dilakukan dengan unit lainnya belum dapat
dilakukan secara maksimal, misalnya mendesain sebuah ruangan seharusnya
melibatkan unsur PPIRS untuk memberikan masukan kepada tim/unit/pihak yang
melaksanakan pembangunan sehingga sesuai atau paling tidak mendekati kaidah
PPI.
3. Masukan PPIRS belum bisa langsung dilaksanakan terkait dengan keadaan dan biaya
yang belum teranggarkan, dan lain-lain.
Harapan-harapan :
1. Masukan dari PPIRS untuk keselamatan pasien dan keselamatan petugas dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dapat diperhatikan oleh seluruh
karyawan dan pengambil keputusan.
2. Semua kendala saat ini dapat dihilangkan pada tahun depan.
3. PPIRS ke depan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu
layanan di RSUD R.Syamsudin, SH dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk
kemajuan RSUD R.Syamsudin, SH dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berkualitas, sehat, mandiri sehingga usia harapan hidup
akan lebih baik.
TABEL ANGKA INFEKSI
BULAN IVL UC OP CVC VENT FLEB ISK IDO IADP VAP
SEPTEMBER 2897 207 1110 0 18 120 0 4 0 0
OKTOBER 3284 257 1272 0 7 97 2 9 0 0
NOVEMBER 2702 269 1084 0 14 133 1 4 0 0
JUMLAH 8883 733 3466 0 39 350 3 17 0 0
DALAM% 3,94 0,41 0,49 0 0
ANGKA FLEBITIS
PERIODE SEPTEMBER-NOVEMBER 2015
DI RSUD R.SYAMSUDIN,SH
8883
10000
8000
6000 4.14 2.95 4.92 3.94
2897 3284 Prosentase
120 97 2702 133 350
4000
Flebitis
2000
Intra Vena Line
0
September Oktober November Jumlah
4000 3466
3000
0.36 0.71 0.37 0.49
2000 1110 1272 1084 Prosentase
4 9 4 17
1000 Infeksi Daerah Operasi
Operasi
0
September Oktober November Jumlah
ANALISA TABEL
Terjadi flebitis akibat pemasangan infus sebesar 3,94% (persen) atau 39,4‰ (mil),
berarti tiap 1000 hari perawatan akan ada pasien flebitis sebanyak 39 orang akibat
pemasangan infus. Terjadi infeksi saluran kemih (ISK) pasca pemasangan urine catheter
sebesar 0,41% (persen) atau 4,1‰ (mil), berarti tiap 1000 hari perawatan akan ada ISK
sebanyak 4 orang akibat pemasangan UC.Angka VAP dan IADP tidak didapatkan setelah
pemasangan ventilator dan vena central dalam kurun waktu 2 X 24 jam.Decubitus tidak
terkaji secara keseluruhan, didapatkan kasus decubitus akibat perawatan lama di rumah,
bukan karena perawatan di rumah sakit. Decubitus tidak termasuk angka HAIs, tetapi
menjadi salah satu indikator mutu pelayanan. Infeksi daerah operasi sebesar 0,49%
(persen).
Rumus untuk mendapatkan inciden rate adalah :
Kejadian infeksi kasus baru X 1000
1 W SUNTIK X X X V X 1 4 20
2 I INFUS X X X X X 0 5 0
3 M VISITE X X X V X 1 4 20
4 N INFUS X X V V X 2 3 40
5 Y INFUS X X V V X 2 3 40
6 D ASS.INFUS V X V V X 3 2 60
7 A GV X X X X X 0 5 0
8 H INFUS X X V V X 2 3 40
9 M PERBEDEN X X X X X 0 5 0
10 E UC V V V V X 4 1 80
11 A INFUS X X V V X 2 3 40
12 D EKG X X X V X 1 4 20
13 M AF INFUS X X V V X 2 3 40
14 M VISITE V X X V V 3 2 60
15 A VISITE V X X X V 2 3 40
16 F GV X X V X X 1 4 20
17 D OBSERVASI X X X X X 0 5 0
18 Y OBSERVASI V X V V V 4 1 80
19 W INFUS X V V V X 3 2 60
20 E VISITE X X X X V 1 4 20
21 T UC X X V V X 2 3 40
22 S OBSERVASI V X V V X 3 2 60
23 L VISITE X X X V X 1 4 20
24 I GV X X X X X 0 5 0
25 G INFUS X X V V X 2 3 40
26 U INFUS V V V V X 4 1 80
JUMLAH 7 3 14 18 4 46 84 920
Gambaran seperti ini diakibatkan karena setiap tindakan mereka selalu menggunakan
sarung tangan (handscoen), ini yang mengakibatkan cuci tangan menjadi diabaikan karena
semua merasa aman untuk dirinya, tapi tidak aman bagi pasien. Penggunaan sarung
tangan yang salah, akan berdampak pada banyak hal terutama sarung tangan menjadi
media perpindahan kuman dari satu pasien ke pasien lainnya, ke nurse station, ke catatan
medik, dan lain-lain.
KEGIATAN PPIRS
a. Pengenalan PPIRS
Kegiatan pengenalan PPIRS di lingkungan RSUD R.Syamsudin,SH sudah dilakukan pada
awal-awal pembentukan Tim PPIRS yang baru dan pada diklat-diklat serta penerimaan
karyawan baru.
b. Kampanye dan pendidika serta pelatihan kebersihan tangan ( Handhygiene)
Kegiatan ini terus dilaksanakan dan secara bertahap melalui staff education fair I dan
staff education fair II, melalui diklat-diklat serta rapat yang diadakan di lingkungan
RSUD.R.Syamsudin,SH. Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah
berjalan, orientasi petugas/karyawan baru, siswa praktikan sudah dilaksanakan
bekerjasama dengan bagian pendidikan dan pelatihan RSUD R.Syamsudin,SH.
c. Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasien dan pengunjung belum dilaksanakan
secara maksimal. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi kepada pengunjung menjadi
bagian yang cukup penting untuk bisa terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs)
d. Kesehatan karyawan
Program imunisasi dan cek kesehatan untuk karyawan belum dapat dilaksanakan
karena terbentur dengan anggaran yang butuh koordinasi dengan unit terkait.
e. Surveilans
Untuk survey sudah mulai dilaksanakan secara berkesinambungan oleh IPCN purna
waktu terhitung 1 september 2015. Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat
mutu pelayanan ditinjau dari angka infeksi antara lain ISK, IDO, Flebitis, untuk angka
IADP, VAP dan decubitu belum didapatkan angka infeksi.
f. Pelatihan PPI
Pelatihan pada bulan-bulan terakhir yaitu mengikuti :
1. Pelatihan IPCN pada 4-10 oktober 2015 di Bidakara RS Jantung Harapan Kita Jakarta
yang diselenggarakan oleh HIPPI Pusat
2. Workshop ICRA dan Surveilans pada 7-8 november 2015 di Balairung Jakarta yang
diselenggarakan oleh PERDALIN
Penggunaan antibiotika dan anti mikroba di RSUD R.Syamsudin,SH sudah diatur dalam SK
Direktur No.83 Tahun 2015 tentang Penggunaan Antibiotika di RSUD R.Syamsudin,SH.
Sosialisasi SK ini dilakukan oleh Bagian Hukum dan Pemasaran.
PEMBATASAN PENGUNJUNG
- Hasil pemantauan kualitas mikrobioligi udara menurut Instalasi Sanitasi dan Limbah di
Ruang OK Seruni, Ruang Tindakan kuret Seruni, PACU, R.Bayi dan CSSD sudah
memenuhi syarat mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Saat dilakukan pengujian baku mutu udara tidak ditemukan angka diatas baku mutu
yang telah ditetapkan, karena pemeriksaan dilakukan setelah ruangan dibersihkan
atau sedang tidak digunakan.
- Hasil pemantauan kualitas air bersih menurut Instalasi Sanitasi dan Limbah di Ruang
Hemodialisa, OK IBS, OK Seruni, Instalasi Pengendalian Gizi, CSSD, Mawar Merah,
Mawar Putih, Kebidanan dan Ruang Bayi telah memenuhi syarat, mengacu kepada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Untuk ruangan-ruangan yang hasil pemantauannya tidak
memenuhi syarat, kami lakukan treatment terhadap sumber air bersih yang digunakan
sampai hasil pemeriksaannya memenuhi syarat.
A. Kesimpulan
- Angka infeksi rumah sakit / HAIs di RSUD R.Syamsudin,SH masih terkendali, angka
infeksi dalam Indikator Mutu PPI adalah <9,8%.
- Kewaspadaan isolasi belum dipahami oleh staf dan petugas dilapangan sehingga masih
mengabaikan prinsip-prinsip/ konsep kewaspadaan standar.
B. REKOMENDASI
- Peningkatan kepatuhan kebersihan tangan (handhygiene) oleh semua pihak, baik
tenaga medis maupun non medis dengan memenuhi sarana dan prasarana yang terkait
dengan kebersihan tangan seperti wastafel, handrub, paper towel yang cukup sesuai
kebutuhan di lapangan.
- Gunakan sarung tangan sewajarnya seperti yang tercantum pada Pedoman atau SOP
tentang penggunaan APD. Kami anggap salah jika visite, pemasangan elektroda ECG,
mendorong pasien di blankar atau kursi roda, menggotong pasien tanpa resiko terkena
cairan tubuh pasien, membersihkan lantai, mendorong troli makanan, menyuapi
pasien, mendorong troli tindakan,dll masih menggunakan sarung tangan ( handscoen)
dan cara yang terbaik adalah menertibkan atau membiasakan handhygiene dengan 5
saat sebelum handhygiene dan 6 langkah yang benar.
- PKRS bekerjasama dengan security agar memberikan pemahaman kepada semua pihak
baik kepada petugas maupun pengunjung tentang pembatasan kunjungan dimana
waktu berkunjung belum terkontrol dan anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak
yang masuk bahkan menginap di ruangan rawat inap.
- Penambahan tenaga security yang urgent harus dilakukan demi terciptanya lingkungan
rumah sakit yang aman, nyaman dan kondusif bagi pelayanan.
- Perlunya masker N95 untuk petugas yang bekerja di ruangan rawat inap atau poliklinik
yang mempunyai resiko transmisi airborne seperti Poliklinik Paru dan Ruang Perawatan
Paru.
- Untuk instalasi gizi agar menggunakan prinsip PPI terkait dengan cara pencucian alat
makan pasien dengan 3 bak pencucian menggunakan air panas atau sesuai peraturan
yang mengatur tentang sanitasi pada instalasi gizi.
- Hasil survey keperawatan :
a. Gorden sebaiknya tidak menggunakan dari bahan linen, meskipun linen bukan
media transmisi yang baik untuk kuman direkomendasikan supaya menggunakan
bahan-bahan dari sejenis plastik sehingga mudah untuk dibersihkan atau
menggunakan gorden disposible anti kuman.
b. Kesed alas kaki sebaiknya tidak digunakan karena akan menjadi media yang subur
untuk pertumbuhan kuman
c. Masih ditemukan beberapa ruangan dimana pengunjung masih diminta untuk
melepas alat kaki. Seperti Ruang Tanjung kelas 2 dan 3, Ruang Intensif, Ruang
Family lantai 2, Korpri Melati Atas, FX.Soedarsono. Tentu tujuannya adalah
mempertahankan kebersihan ruangan karena seringkali pengunjung memakai
sepatu / sandal yang kotor, terutama di musim hujan. Menurut kaidah PPI tidak
disarankan melepas alas kaki karena, kaki pengunjung menjadi terkontaminasi
kuman dari lantai rumah sakit, selain itu juga mengganggu akses keluar masuk
ruangan karena pada umumnya diletakan didepan pintu dan mengganggu estetika.
Ruangan yang diperbolehkan menggunakan alas kaki pengganti sesuai standar PPI
(aman dan tertutup ) adalah Ruang Operasi dan Ruang Tindakan Kebidanan.
Seharusnya mempetahankan kebersihan lantai dengan meningkatkan frekwensi
pembersihan lantai.
d. Setiap ruangan harus memiliki kontainer untuk penyimpanan alar makan kotor
bekas pasien, sehingga tidak dirambah kucing atau binatang pengganggu lainnya.
e. Penyimpanan linen kotor saat perbeden harus pada konteiner yang tertutup,
sehingga pada saat dibawa le laundry kuman yang terdapat pada linen kotor tidak
berterbangan/ menjadi droplet.
f. Support dan pengawasan serta kepedulian tentang HAIs dari pihak manajemen
terutama Direktur beserta jajaran pemangku kebijakan secara berkesinambungan
untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas.
g. Konsep isolasi dan Ruangan Isolasi segera dilaksanakan dengan pemenuhan
kebutuhan standar.
h. Untuk peningkatan kepatuhan kebersihan tangan dibutuhkan wastafel dan
handrub yang sesuai dengan kebutuhan. Standar kebutuhan handrub adalah
disetiap bed untuk ruang intensif, ada disetiap incubator bayi resiko, ada disetiap
troli tindakan, pintu masuk area pelayanan atau kamar pasien.
i. Menstandarisasikan alat penunjang kesehatan atau perawatan terutama alat habis
pakai / bahan habis pakai di seluruh rumah sakit tanpa membedakan kelas
perawatan.
j. Mengatur jarak tempat tidur pasien sesuai Pedoman teknis Bangunan Rumah Sakit,
KEMENKES 2012 atau menurut kaidah PPI yang mengatur jarak tempat tidur
minimal 1 meter untuk pasien biasa, atau >1,8 meter untuk pasien dengan airborne
transmisi.
PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumah sakit
yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, melalui penanganan pasien yang
tepat, pemutusan mata rantai penularan penyakit dan pencegahan penyakit menular.
Dengan demikian rumah sakit kita turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat
Indonesia yang sehat dan mandiri bebas dari sakit dan kecacatan.