NOMOR : 02/RSUD/PER/DIR/VIII/2018
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RSUD NUNUKANTENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI RUMAH SAKIT;
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD
NUNUKAN sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini;
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pencegahan dan
pengendalian infeksi dilaksanakan oleh direktur RSUD
NUNUKAN;
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan dapat
ditinjau ulang setiap 3 (tiga) tahun.
DULMAN L
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RSUD NUNUKAN
NOMOR : 02/RSUD/PER/DIR/VIII/2018
TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi
dengan pelayanan edukatif, tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat
perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu
berorientasi pada mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta
karyawan sesuai dengan Visi, Misi RSUD NUNUKAN.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus
pada pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke
pelayanan dan kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan
keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta
memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali
beberapa unit pelayanan tertentu.
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu
melalui kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap
pelayanan di rumah sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing
untuk mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
8. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib
mematuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
melakukan upaya untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko,
mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan
dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
9. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib
melakukan 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien.
10. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam
kondisi siap pakai.
11. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
12. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai
dengan profesi dan ketentuan yang berlaku.
13. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah
sakit dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
14. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
15. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan
menggunakan informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara
benar untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit
baik secara keseluruhan maupun individu.
16. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib
dilaksanakan melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
17. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester
dan tahunan kepada manajemen rumah sakit.
18. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa (TB) sesuai dengan
pedoman stategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course).
19. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit,
maka pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani
setelah mendapat persetujuan pasien/ keluarga.
20. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
21. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi
rahasia medis pasien yang dilayani.
22. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik
internal ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
a. RSUD NUNUKAN menyelenggarakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas
terhadap penularan infeksi di rumah sakit.
b. Satu atau lebih individu (Tim PPI) mengawasi program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
c. Individu yang menjalankan tanggung jawab pengawasan sebagaimana
ditugaskan atau yang tertulis dalam uraian tugas.
d. RSUD NUNUKAN menyelenggarakan pemantauan kegiatan PPI dengan
membentuk Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
e. Tim PPI bertanggung jawab kepada Direktur RSUD NUNUKAN.
f. Tim PPI terdiri dari individu yang kompoten sesuai ukuran rumah
sakit, tingkat risiko, ruang lingkup program dan kompleksitasnya.
g. Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan uraian tugas yang tercantum dalam Pedoman Manajerial PPI di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011.
h. RSUD NUNUKAN membentuk IPCN (Infection Prevention and Control
Nurse) purna waktu yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan PPI.
i. Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) sebagai pelaksana harian/
penghubung di unit masing-masing.
j. Kegiatan koordinasi PPI merupakan gerakan bersama yang sinergi dari
semua pihak yang melibatkan dokter, perawat profesional pencegahan
dan pengendali infeksi, house keeping dan tenaga lainnya sesuai
ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
k. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
l. Tim PPI membuat laporan bulanan ke Komite PPI selanjutnya Komite
PPI wajib membuat laporan yang diteruskan kepada Direktur RSUD
NUNUKAN setiap bulannya.
m. PPI mendapatkan alokasi sumber daya yang cukup dan dimasukkan
dalam Rencana Anggaran Belanja (RAB) Tahunan.
2. Program PPI.
a. PPI menyusun dan mengimplementasikan program komprehensif dan
rencana penurunan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan pada
pasien, keluarga, pengunjung dan tenaga kesehatan.
b. Program PPI harus berdasarkan atas ilmu pengetahuan terkini,
pedoman praktik yang diakui dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan standar sanitasi/ kebersihan dari badan-
badan nasional dan harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
c. Direktur RSUD NUNUKAN menunjuk staf yang cukup untuk
melaksanakan program PPI yang terdiri dari Komite PPI, IPCO, IPCN
dan IPCLN.
d. Direktur RSUD NUNUKAN mengalokasikan sumber daya yang cukup
untuk program PPI dengan memfasilitasi SDM yang memadai,
peralatan medis dan teknologi yang canggih.
e. Direktur RSUD NUNUKAN menyediakan sistem manajemen informasi
untuk mendukung dalam melaksanakan program PPI.
f. Program PPI yang sudah dijabarkan dalam Program Kerja PPI RSUD
NUNUKAN harus komprehensif dan terdapat rencana menurunkan
risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien dan tenaga
kesehatan.
g. Program PPI yang sudah dijabarkan dalam Program Kerja PPI RSUD
NUNUKAN harus termasuk kegiatan surveilance yang sistematik dan
proaktif untuk menentukan angka infeksi biasa (endemik) dan sistem
investigasi outbreak dari penyakit infeksi.
h. Program Kerja PPI RSUD NUNUKAN diarahkan oleh peraturan dan
prosedur yang berlaku.
i. Tujuan penurunan risiko dan sasaran Program Kerja PPI RSUD
NUNUKAN harus terukur dan direview secara teratur.
j. Program Kerja PPI RSUD NUNUKAN sesuai dengan ukuran, lokasi
geografis, pelayanan dan pasien rumah sakit.
k. Semua area pelayanan pasien, staf dan pengunjung di rumah sakit
harus dimasukkan dalam Program Kerja PPI RSUD NUNUKAN PPI.
l. Komite PPI dan Tim PPI harus telah melakukan manajamen risiko
dengan mengidentifikasi proses-proses pelayanan yang terkait dengan
risiko infeksi sebelum menyusun program.
m. Program Kerja PPI RSUD NUNUKAN dilaksanakan 24 jam.
n. PPI mengusulkan kebijakan, menyusun pedoman, panduan, prosedur
ataupun melakukan edukasi staf, merubah cara praktik dan kegiatan
lain yang diperlukan dalam penerapan strategi penurunan risiko
infeksi.
o. Kegiatan yang terdapat dalam Program Kerja PPI RSUD NUNUKAN
diintegrasikan ke dalam Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien rumah sakit.
p. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPI termasuk dalam Program
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit.
4. Kebersihan Tangan
a. RSUD NUNUKAN mengidentifikasi situasi mana diperlukan prosedur
cuci tangan, desinfeksi tangan atau desinfeksi permukaan.
b. Prosedur cuci tangan dan desinfeksi digunakan secara benar diseluruh
area tersebut.
c. Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene dari sumber yang
berwenang.
d. Kebersihan tangan yang sesuai prosedur harus dilakukan disetiap area
pelayanan dengan benar.
e. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
1) Segera : setelah tiba di tempat kerja.
2) Sebelum :
a) Kontak langsung dengan pasien.
b) Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan
tindakan invasif.
c) Menyediakan/ mempersiapkan obat-obatan.
d) Mempersiapkan makanan.
e) Memberi makan pasien.
f) Meninggalkan rumah sakit.
3) Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang.
4) Setelah :
a) Kontak dengan pasien.
b) Melepas sarung tangan.
c) Melepas alat pelindung diri.
d) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak,
muntahan, urine, keringat dan peralatan yang diketahui atau
kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, pispot,
urinal, baik menggunakan atau tidak menggunakan sarung
tangan.
e) Menggunakan toilet, menyentuh/ melap hidung dengan tangan
(batuk/ bersin).
f) Menyentuh lingkungan di sekitar pasien.
f. 4 Jenis kebersihan tangan.
1) Kebersihan tangan surgical.
2) Kebersihan tangan aseptik.
3) Kebersihan tangan alkohol handrub.
4) Kebersihan tangan social.
g. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan
(WHO):
1) Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien.
2) Momen 2 : sebelum tindakan aseptik.
3) Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien.
4) Momen 4 : setelah kontak dengan pasien.
5) Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
h. Area yang harus cuci tangan dan 6 langkah kebersihan tangan yaitu
telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, punggung jari, ibu jari
dan ujung-ujung jari.
i. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan/ bagian (klinis & non-
klinis) di RSUD NUNUKAN, yaitu :
1) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial).
2) Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
chlorhexidine 2% (aseptik).
3) Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
(handrub).
4) Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
chlorhexidine 4 % (surgical).
j. Kebersihan tangan efektif :
1) Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien.
2) Tidak menggunakan perhiasan kecuali jam tangan.
3) Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinis),
semua perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang)
harus dilepaskan selama bertugas dan pada saat melakukan
kebersihan tangan.
4) Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan
kuku palsu dan cat kuku.
5) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air.
6) Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan
handuk sekali pakai.
7) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila
tangan terlihat kotor.
8) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
(handrub) bila tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan.
9) Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai.
10) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan/ mengenakan
sarung tangan.
11) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih
ada isinya.
12) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
pengisian ulang.
k. Sediakan di setiap ruangan/ bagian :
1) Area klinis (area perawatan/ pelayanan langsung terhadap pasien) :
a) Wastafel dengan air yang mengalir.
b) Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2
dan 3) : poli rawat jalan, ICU/HCU, IGD (area non tindakan),
ruang keperawatan, unit penunjang medik (radiologi,
laboratorium klinik, rehabilitasi medik).
c) Larutan chlorhexidine 4 % : IGD (area tindakan), kamar bedah,
VK/Kebidanan.
d) Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, post perawat (indikasi
kebersihan tangan momen 1, 4, 5), toilet, dapur.
e) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap sisi tempat
tidur pasien, di area kritis (IGD, ruang observasi VK/Kebidanan,
ICU/HCU, kamar bedah), meja trolly tindakan, lorong perawatan.
2) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
a) Wastafel dengan air yang mengalir.
b) Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
c) Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3):
sanitasi, kamar cuci, kamar jenazah, CSSD.
d) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk
petugas/ pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar
jenazah, area dimana fasilitas kebersihan tangan dengan sabun
dan air mengalir tidak tersedia/ jauh letaknya.
l. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
1) Mengukur/ mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan : Petugas
klinis setiap 2 minggu sekali (Ruang Keperawatan, IGD, ICU/HCU,
OK, Rawat Jalan, VK/Kebidanan, Rehabilitasi Medik, Gizi).
2) Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan.
Sebelum kontak dengan pasien (Momen 1 menurut WHO).
a) Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (kamar cuci, farmasi,
dapur, IPSRS, sanitasi, kamar jenazah) : sesuai indikasi
kebersihan tangan secara umum.
b) Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun
nonklinis dengan sasaran 30% dari jumlah masing-masing profesi
(Dokter, Perawat, Fisioterapi dan Gizi).
m. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien,
keluarga dan pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari
proses penerimaan pasien baru.
n. Setiap petugas di RSUD NUNUKAN wajib mengikuti pelatihan
kebersihan tanganyang diadakan oleh rumah sakit secara
berkesinambungan mengenai prosedur kebersihan tangan melalui
orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
o. Kebersihan tangan harus dilakukan sesuai dengan prosedur diseluruh
area rumah sakit.
p. Rujukan penulisan Panduan atau Prosedur kebersihan tangan sesuai
dengan Pedoman A Guide to the Implementation of the WHO ultimodel
Hand Hygeine Improvemwnt Srategy tahun 2009. Atau sumber nasional
yang berwenang seperti Kementrian Kesehatan.
5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
a. RSUD NUNUKAN mengidentifikasi situasi dimana masker, pelindung
mata, gaun dan sarung tangan atau pelindung telinga serta alat
pelindung diri lainnya diperlukan dan melakukan pelatihan
penggunaannya secara tepat dan benar.
b. RSUD NUNUKAN mengatur dan memenuhi standar terkait, undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
c. RSUD NUNUKAN mengidentifikasi dimana sarung tangan dan atau
masker atau pelindung mata dibutuhkan.
d. Sarung tangan dan atau masker atau pelindung mata digunakan
secara tepat dan benar.
e. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi
dengan selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/ tindakan medik sehingga tepat, efektif, dan efisien.
f. Sarung tangan, dan masker atau pelindung mata dibutuhkan bila
mungkin terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan
terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh
yang potensial terkontaminasi.
g. APD digunakan di area dimana di perkirakan adanya risiko terpajan/
terpapar cairan tubuh atau area terkontaminasi, sebelum kontak
dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan.
h. APD digunakan dan dilepaskan secara tepat, benar dan hati-hati.
i. Resiko keamanan radiasi yang diidentifikasi diimbangi dengan
prosedur atau peralatan khusus untuk mengurangi resiko.
j. Program pengawasan dan pengarahan dapat ditugaskan kepada 1
(satu) orang atau lebih, dimana kompetensi petugas tersebut
berdasarkan atas pengalaman atau pelatihan.
k. Petugas tersebut merencanakan dan melaksanakan program yang
meliputi :
1) Merencanakan semua aspek dari program.
2) Melaksanakan program.
3) Mendidik karyawan.
4) Memonitor dan melakukan uji coba program.
5) Melakukan evaluasi dan revisi program secara berkala.
6) Memberikan laporan tahunan ke badan pengelola tentang
pencapaian program.
7) Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara
konsisten dan terus menerus.
l. Adanya program untuk memonitor semua aspek dari program
manajemen risiko fasilitas/ lingkungan dan data monitoring digunakan
untuk mengembangkan atau meningkatkan program.
7. Pengendalian Lingkungan.
Lakukan prosedur untuk perawatan rutin, pembersihan, dan desinfeksi
permukaan lingkungan, tempat tidur, tiang-tiang tempat tidur, peralatan di
samping tempat tidur, dan permukaan lainnya yang sering disentuh, dan
pastikan prosedur ini dilaksanakan. Meliputi penyehatan air,
pengendalian serangga dan binatang pengganggu, penyehatan ruang dan
bangunan, pemantauan higiene sanitasi makanan, pemantauan
penyehatan linen, disinfeksi permukaan/ udara/ lantai, pengelolaan
limbah cair/ limbah B3/ limbah padat medis/non medis dikelola oleh
Instalasi Sanitasi Lingkungan RS (ISLRS) dan Sub Bagian Rumah Tangga
bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan Komite PPI RS,
sehingga aman bagi lingkungan.
a. Pengertian permukaan : Seluruh permukaan dari Sarana/ Prasarana/
Peralatan yang potensial menampung droplet dan mikroorganisme dan
banyak berhubungan dengan pasien/ penunggu/ karyawan/
pengunjung.
b. Ruang lingkup permukaan : permukaan kaca, permukaan meja
makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet,
permukaan trolley, permukaan lantai, permukaan peralatan/
instrument.
c. Prosedur pengendalian permukaan
1) Permukaan Lantai :
a) Petugas pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan dibantu
karyawan lainnya. pada dasarnya seluruh karyawan RS
bertanggung jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Jadwal mengepel lantai : setiap hari, dua kali sehari, pagi dan
sore
c) Ruang Lingkup : seluruh lantai diseluruh ruangan RS dengan
prioritas ruang rawat inap, koridor, poliklinik, IGD, toilet/ kamar
mandi.
d) Air pembersih adalah air bersih ditambah larutan pembersih yang
bersifat antiseptic atau campuran kaporit sesuai petunjuk
desinfeksi (larutan chlorine 0,5%).
e) Prosedur :
(1) Kain pel bersih dicelupkan ke dalam ember berisi air
pembersih.
(2) Kain pel diperas secukupnya dengan menggunakan tongkat pel
kain pel diusapkan merata pada lantai sampai digosokkan bila
ada noda kotor.
(3) Kain pel dicelupkan ke dalam ember untuk dibilas dan diperas.
(4) Kain pel kembali diusapkan ke lantai demikian seterusnya
sampai seluruh lantai dibersihkan atau sampai air dalam
ember keruh hingga tidak bisa membilas kain pel lagi. Bila
sudah selesai, air sisa dalam ember dibuang melalui spoolhoek
diruang verbedding atau ruang pemeliharaan, kain pel
ICU/HCU diatas spoolhoek. Pelaksana memakai sarung tangan
karet dan cuci tangan diwastafel.
(5) Peralatan disimpan diruang pemeliharaan/ verbedding.
2) Permukaan lain :
Petugas pelaksana adalah petugas bagian pemeliharaan dibantu
karyawan lainnya. Pada dasarnya seluruh karyawan RS bertanggung
jawab atas kebersihan ruangan yang menjadi tanggung jawabnya.
a) Persiapkan larutan Chlorine 0,5% dan lap bersih. Petugas
memakai sarung tangan karet rumah tangga.
b) Setelah permukaan disiapkan dari benda-benda diatasnya, maka
lap bersih dicelupkan ke dalam larutan chlorine 0,5% kemudian
diperas secukupnya.
c) Usapkan lap tersebut ke permukaan secara merata.
d) Bilas lap dalam larutan tersebut dan peras lagi sehingga lap bisa
digunakan kembali.
e) Bila sudah selesai, air sisa dibuang lewat spoolhoek. Kain lap
dibersihkan diatas spoelhoek. Sarung tangan dibersihkan diatas
spoolhoek.
f) Peralatan disimpan diruang pemeliharaan.
g) Petugas cuci tangan diatas wastafel.
Prosedur tetap pengendalian lingkungan kebijakan tentang ruangan dan
bangunan :
a. Lingkungan, ruang dan bangunan RS harus selalu dalam keadaan
bersih, mudah dibersihkan dan tersedia fasilitas sanitasi yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit tidak memungkinkan
sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang
pengerat dan binatang pengganggu lainnya.
c. Bangunan RS harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan
dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan.
d. Tata ruang dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsinya, serta
memenuhi persyaratan kesehatan.
e. Kontruksi :
1) Lantai
a) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, yang kedap air, permukaan
rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
b) Lantai yang selalu kontak dengan air, kemiringannya harus
cukup kearah saluran limbah/ drainase.
c) Lantai harus selalu bersih, dibersihkan 2x sehari, tingkat
kebersihan memenuhi syarat.
2) Dinding
a) Permukaan dinding harus rata, berwarna terang, dicat tembok
dan mudah dibersihkan.
b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus dilapisi
bahan yang kuat dan kedap air.
3) Ventilasi
a) Ventilasi dapat menjamin peredaran udara didalam kamar dengan
baik.
b) Tersedia lubang udara yang cukup dan dibersihkan secara
berkala.
c) Dapat dilengkapi Exhauster Fan, kipas angin dan atau AC.
4) Atap
a) Atap harus kuat dan tidak menjadi tempat perindukan serangga
dan tikus atau binatang lainnya.
b) Kerangka atap perlu diresidu dulu agar tahan terhadap rayap.
c) Pemeriksaan secara berkala terhadap kemungkinan kebocoran.
5) Pintu
a) Pintu harus kuat dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan
binatang pengganggu lainnya.
b) Menggunakan cat anti rayap.
c) Dilengkapi shutter otomatis.
d) Dibuat sedemikian rupa sehingga pembukuaan pintu dapat
diminalisir, misalnya dengan membagi pintu menjadi 2 bagian, 1
bagian cukup untuk dilewati 1 orang saja. Bagian lain lebar,
dibuka jika ada bed atau trolley yang melewati.
e) Tersedia lubang kaca sehingga paramedic dapat mengawasi
ruangan tanpa harus selalu membuka pintu.
6) Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air bersih, air limbah, listrik, oksigen,
suction, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain harus
rapi, aman dan terlindung.
7) Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang
perawatan:
a) Ruang perawatan minimal 4,5m²per bed.
b) Ruang isolasi minimal 6m² per bed.
Prosedur tetap tentang kebijakan pengendalian udara :
a. Pengendalian udara indoor
1) Disiplin melaksanakan prosedur pengendalian penularan infeksi dari
penderita penyakit yang menular secara aerogen.
2) Isolasi pasien yang potensial tinggi mencemarkan udara dengan
penyakit yang dideritanya.
3) Isolasi pasien dengan penyakit yang menimbulkan bau tak sedap.
4) Pembersihan ruangan dilakukan rutin sehari dua kali, pagi dan sore
5) Pembersihan lantai ruangan perawatan dilakukan setelah jam
makan, jam kunjungan, atau segera bila diperlukan.
6) Menghindari pembersihan ruangan yang menimbulkan debu,
terutama bila dalam ruangan masih ada pasien yang menginap.
7) Lubang angin disediakan agar menjamin penggantian udara. Luas
lubang angin minimal 10 % luas lantai. Dilengkapi kawat kasa.
Dibersihkan secara berkala.
8) Pada ruangan yang kekurangan lubang angin disediakan exhaust
fan.
9) Udara didalam Ruang Operasi, Ruang bersalin dan ICU/HCU dibuat
sedemikian rupa sehingga selalu berada dalam tekanan postif saat
digunakan, dengan cara menggunakan AC, ruangan tertutup dan
meminimalkan potensi penampungan debu dalam kontruksi
ruangan.
10) Menghindari penumpukan sampah dalam ruangan yang dapat
menimbulkan bau.
11) Menghindari penumpukan makanan yang cenderung cepat
membusuk. Menutup makanan dalam wadah/ tempat tertutup.
12) Menghindari pemakaian/ penumpukan linen kotor yang dapat
menimbulkan bau.
13) Menghindari padatnya penunggu pasien dalam ruangan, maksimal 2
orang penunggu pasien dalam ruangan.
14) Menjaga sanitasi toilet dalam ruangan.
b. Pengendalian udara outdoor
1) Jalur lalu lintas kendaraan bermotor dan parkir diletakkan jauh dari
area rawat inap.
2) Dipasang papan peringatan untuk kendaraan bermotor agar jalan
perlahan dan larangan membunyikan klakson.
3) Asap incinerator dialirkan ke udara bebas dengan cerobong asap
setinggi 6 meter
4) Incinerator diletakkan jauh dari area rawat inap.
5) Menambah jumlah tanaman perlu diarea terbuka rumah sakit dalam
bentuk taman.
6) Sampah diletakkan dalam wadah tertutup dan dibuang setiap hari.
8. Pengelolaan Linen.
a. Manajemen laundry dan linen dilakukan dengan tepat untuk
meminimalisi risiko bagi pasien dan staf rumah sakit.
b. Petugas harus menerapkan kewaspadaan standar pada saat mengelola
linen.
c. RSUD NUNUKAN mengidentifikasi sistem pendukung, gas medis,
ventilisasi dan sistem kunci lainnya yang diperiksa, diuji coba,
dipelihara secara teratur dan ditingkatkan bila perlu.
d. Kualitas air dimonitor secara teratur.
e. Air yang digunakan untuk hemodialisis/ chronic renal dialysis
diperiksa secara teratur.
f. Data hasil monitoring dikumpulkan dan didokumentasikan untuk
program Manajemen pendukung/ utility medis yang ditujukan untuk
perencanaan dan peningkatan.
g. Jenis linen di RSUD NUNUKAN dikualifikasikan menjadi linen bersih,
linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius.
h. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan trolly
linen kotor, linen kotor infeksius dengan kantong linen kuning atau
diberi tanda infeksius.
i. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan desinfeksi kereta linen, pengepelan/ disinfeksi lantai,
implementasi praktik kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung
diri (APD) sesuai potensi resiko selama bekerja.
9. Kesehatan Karyawan.
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap petugas
kesehatan dan pemberian imunisasi.
b. Penatalaksanaan limbah benda tajam dan tertusuk jarum ditangani
sesuai SPO berkoordinasi dengan K3RS.
c. Peralatan yang dapat menggantikan pernafasan dari mutut ke mulut
(mouth-to-mouth resuscitation), seperti mouthpiece, kantong resusitasi,
dan peralatan ventilasi lainnya hendaknya diletakkan di tempat yang
sering dibutuhkan.
DULMAN L