penyelenggaraan
pelayanan
Pencegahan
dan
maka
diperlukan
penyelenggaraan
pelayanan
d
Mengingat
tentang
M E M U T U S KAN :
Kesatu
Kedua
KEBIJAKAN
PELAYANAN
PENCEGAHAN
DAN
Ketiga
Keempat
Dr. H. KARSITO
PEMBINA IV/a
NIP. 19700203 200212 1 006
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI.
RSUD dr. R. SOEDJONO SELONG
A KEBIJAKAN UMUM
1
Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada
mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi
pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan.
Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa
unit pelayanan tertentu.
Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6
(enam) sasaran Keselamatan Pasien.
B KEBIJAKAN KHUSUS :
1. ORGANISASI PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan
infeksi di Rumah Sakit, maka RSUD dr. R. SOEDJONO SELONG
melaksanakan Pencegahandan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) serta Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (TPPI). Komite PPI RSUD dr. R. SOEDJONO SELONG
bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Tim PPI bertanggung jawab
langsung kepada Komite PPI.
c) Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas
sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakitdan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
d) Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional
disemua unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka
RSUD dr. R. SOEDJONO SELONG memiliki 3 IPCN (Infection Prevention
and Control Nurse) purna waktu yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan
pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi gugus tugas perawatan.
f) Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) sebagai pelaksana harian/penghubung di
unit masing-masing.
g) IPCLN bertugas melakukan surveilans HAIs di ruangan masing-masing.
2. KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, desinfeksi dan
sterilisasi, tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian
lingkungan, praktik menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk,
praktek lumbal punksi, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program
kesehatan karyawan, penempatan pasien. Kewaspadaan standar diterapkan secara
menyeluruh di semua area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap
situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Panduan PPI RSUD dr. R. SOEDJONO
Selong.
3. KEBERSIHAN TANGAN
a
Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
seluruh lingkungan RSUD dr. R. Soedjono Selong
Mempersiapkan makanan
ibu
jari
kiri
berputar
dalam
genggaman
tangan
kanan
dan
lakukanSebaliknya
6) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari (kuku) tangan kanan ditelapak tangan
kiri dan sebaliknya.
Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-klinis) di
RSUD dr. R. Soedjono Selong
-
Menaikkan lengan baju (jika mengenakan jas lengan panjang saat melayani
pasien) ketika melakukan kebersihan tangan
Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi), semua
perhiasan yang ada (misalnya : jam tangan, cincin, gelang) harus dilepaskan
selama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku
palsu dan cat kuku
Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan tissu sekali
pakai
Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
namun saat ini kita menyiapkan ruang kohort untuk perawatan pasien airbone
disease, dengan menjaga kombinasi ventilasi alami dengan ventilasi mekanis
(menggunakan exhausefan) dan pertukaran udara 12 kali per jam, yang terpisah
dari pasien non infeksi.
d) Tatalaksana
perawatan
pasien
infeksi
diterapkan
berdasarkan
prinsip
dan
PENGENDALIAN
INFEKSI
TUBERKOLOSIS
meng-antri
dengan
pasien
lain
untuk
mendaftar
atau
mendapatkan kartu.
b) Semua pasien yang berobat ke IGD dengan keluhan batuk akan diberikan
edukasi oleh petugas RS terlatih mengenai etika batuk serta higiene respirasi
dan diharuskan memakai masker bedah, jika keluhan pasien mengarah ke TB
(batuk 2 minggu atau batuk darah ).
c) Semua pasien yang datang berobat ke poli rawat jalan dengan keluhan batuk
akan diberikan edukasi oleh petugas RS terlatih mengenai etika batuk serta
higiene respirasi yaitu dengan menutup mulut dan hidung ketika batuk atau
bersin dan diharuskan memakai masker bedah.
d) Pasien yang suspek atau kasus TB melalui pertanyaan penyaringan harus
dipisahkan dari pasien lain, dan diminta menunggu di ruang terpisah dengan
ventilasi baik serta diberi masker bedah atau tisu untuk menutup mulut dan
hidung saat batuk ataupun bersin.
e) Pasien dengan gejala batuk segera mendapatkan pelayanan untuk mengurangi
waktu tunggu sehingga orang lain tidak terpajan lebih lama.
f) Pasien TB yang perlu dirawat inap ditempatkan di ruang terpisah dari pasien lain
(ruang isolasi)..
g) Rumah
sakit
menggunakan
sistem
ventilasi
alamiah
dan
campuran
10
11
Infeksi
Saluran
Kencing
Pada
Pemasangan
Kateter
Urine
Catheter
dan
pada
gambaran
radiologi
toraks
ditemukan
inflitrat
baru.
Tidakdalammasainkubasi
Ventilator Associated Infection (VAP) : Nosokomial pneumonia yang terjadi setelah 48
jam pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik baik melalui pipaendotrachea /
tracheostomi
Infeksi Luka Operasi (ILO) / Surgical Site Infection (SSI) : Infeksi akibat tindakan
Pembedahan, dapat mengenai berbagai lapisan jaringan tubuh.
Kebijakan
a) Melakukan surveilens PPIRS
b) Melakukan Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi
dilakukan Komite PPIRS di bawah koordinator Dokter Penanggung jawab PPI
(IPCO) untuk tujuan pengendalian, manajemen risiko dan kewaspadaan
terhadap kejadian luar biasa (KLB).
c) Pengendalian angka IRS menggunakan target sasaran seuai program PPI.
Sasaran angka IRS dievaluasi setiap tahun.
d) Kejadian luar biasa IRS ditetapkan oleh direktur RS berdasarkan pertimbangan
Komite PPI RS menurut hasil surveilans. Kecenderungan kejadian IRS yang
terus menerus meningkat signifikan selama 3 bulan berturut-turut atau
peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan tertentu
diwaspadai sebagai KLB. Pencegahan dan pengendalian risiko penyebaran
kejadian yang berpotensi menjadi KLB dilakukan segera secara sinergi melalui
kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh Komite PPIRS.
e) Laporan Infeksi RS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur Medik dan
Keperawatan setiap 3 bulan.
f) Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (ILI, ISK,
VAP/HAP, IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan surveilans
infeksi RS. Kultur mikrobiologi dilakukan pada setiap kasus yang diduga infeksi
rumah sakit (HAIs), jika memungkinkan.
12
c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek yang
ditimbulkan.
9. STERILISASI ALAT/INSTRUMEN KESEHATAN PASKA PAKAI
Di RSUD dr R. Soedjono Selong dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisika atau
kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk perendaman dan pembilasan),
pengeringan, pengemasan, labeling, indikatorisasi, sterilisasi, penyimpanan,
distribusi diikuti dengan pemantauan dan evaluai proses serta kualitas/mutu hasil
sterilisasi secara terpusat melalui Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) yang
saat ini berada di belakang ruang OK.
a. Pemrosesan alat/instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria alat.
Sterilisasi dilakukan untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi
(DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal, disinfeksi tingkat rendah untuk alat
non kritikal.
b. Kriteria pemilihan desinfektan didasari atas pedoman pemrosesan peralatan
pasien sesuai rekomendasi PPI. Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap
penyediaan desinfektan dan antiseptik di Rumah sakit melalui sarpras yang
disediakan di gudang RSUD dr. R. Soedjono Selong.
c. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun
panduan dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring
dan evaluasi proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan
Komite PPI RS.
d. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit
menggunakan form.
13
1
2
3
Dialiser HD
Mayo/OPA
LMA
(Laryngeal
Mask Airway)
Pengait
corpal
(terbuat dari abocat)
Suction balon
Respiratory valve
Oksigen masker
nenonatus
Sirkuit ventilator
Vacum
4
5
6
7
8
9
Pemrosesan
Frekuensi
Maksimal
penggunaan
Referensi
Satuan kerja
7x
40 x
40 x
HD
DTT
DTT
DTT
10 x
DTT
DTT
DTR
30 x steam
30 x steam
10 x
Neonatus, IGD
ICU
Neonatus
DTT
OK
ICU
Segera buang alat, bila alat rusak sebelum waktunya (sebelum frekuensi
maksimal penggunaan).
14
Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
Wadah /container diberi alas kantong plastic dengan warna : kuning untuk
limbah infeksius & B3, hitam untuk limbah non medis / non infeksius.
Kantong plastik tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4)
b. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan tahan
tusukan ( safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
c. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam Safety box
d. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali (pagi dan sore). Apabila harus menggunakan lift harus
disesuaikan dengan jam penggunaan lift untuk pengangkutan sampah sesuai
SPO.
e. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan
pihak ketiga.
15
f. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan
khusus, masker, sepatu boot, apron, pelindung mata, dan bila perlu penutup
kepala (helm).
g. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan
telaah komite PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
12. PENGELOLAAN LINEN
a. Jenis linen di RSUD dr. R. Soedjono Selong diklasifikasikan menjadi linen
bersih, linen kotor infeksius yang terpapar oleh cairan tubuh pasien (darah,
cairan NGT, urine), linen infeksius yang terpapar oleh sisa muntahan dan feses,
linen kotor non infeksius.
b. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong linen
yang berbeda, linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam, linen kotor
infeksius yang terpapar darah dengan kantong linen kuning, linen kotor
infeksius yang terpapar dengan feses dan muntahan dengan kantong linen
berwarna kuning.
c. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko
selama bekerja
13 PENGELOLAAN MAKANAN
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi makanan
minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah makanan.
a. Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada pasien,
pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur
pelayanan instalasi gizi agat terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi
melalui makanan
b. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu
penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
c. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadi berupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan
di bawah tanggung jawab Komite K3 RS.
d. Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala
selama 6 (enam) bulan sekali.
16
17
Nonkritis/resiko
rendah:
adalah
peralatan
yang
kontak
Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan disinfektan
: Lysol 1:100 (permukaan logam), Chlorine 0.05 % (permukaan bukan
logam).
Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan sabun
PH netral
ISI
Isopropyl, ethil
alkohol
Chlorhexidine 2%
MERK
Alkohol 70 %, Softa-man
Chlorhexidine 4%
Bethadine Solotion
Chlorin
Bycline
6
7
8
Gluteraldehyde 3.4%
Ethanol
Chlorhexidin 0,5%
digluconate solution
PENGGUNAAN
Antiseptik kulit
Antiseptik kebersihan
tangan ruang perawatan,
antiseptik kulit pre operasi
Antiseptik kulit kebersihan
tangan daerah kritis
Antiseptik kulit dan luka
Operasi
- Disinfektan tumpahan
darah dan cairan tubuh
lainnya.
- Penggunaan di kamar
bersalin
- Untuk wabah (mis ;C
difficile)
- Multi Drug Resisten
Organisem (Mis :
MRSA)
High level desinfektan
Low level Disinfeksi
Antiseptik kulit di poli rawat
jalan dan koridor rumah sakit
18
Obat yang akan digunakan diambil dengan jarum dan syringe yang steril,
jika masih ada sisa obat dalam ampul dapat di gunakan kembali untuk
pemberian berikutnya dengan menyediakan obat tersebut dalam spuit
steril dan disimpan dalam wadah yang tertutu.
Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit
yangsteril
Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan kecuali
vial tersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien tertentu.
e. Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan bersama
sama untuk beberapa pasien.
f. Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan tidak
dapat digunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien.
g. Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakan flexpen harus
menggunakan jarum baru.
19
pasien, keluarga dan pengunjung turut ambil bagian dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi.
e. Pasien, keluarga, dan pengunjung yang dirawat di RSUD dr. R. Soedjono
Selong harus mentaati peraturan yang ada di RSUD dr. R. Soedjono Selong
sesuai dengan peraturan tata tertib pasien.
f. Buku Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitas lainnya tahun 2011 : tentang kebersihan tangan dan penggunaan
Alat PelindungDiri (APD) di fasilitas kesehatan
g. Pasien dapat mengingatkan petugas kesehatan (Dokter, Perawat, Fisioterapi,
Petugas kebersihan, Gizi dll) bila tidak melakukan kebersihan tangan
sebelum dan sesudah menyentuh pasien dan lingkungan pasien.
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah tanggung jawab
petugas kesehatan, pasien, keluarga dan pengunjung.
i. Anak-anak di bawah 12 tahun di larang mengunjungi pasien
j. Pasien, keluarga dan pengunjung berperan penting di dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Setiap ruangan / unit harus
menyediakan fasilitas wastafel, tempat sampah non infeksius (kantong
hitam), sabun biasa (handsoap), masker bagi pasien, keluarga dan
pengunjung.
19. PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) HAIs
a. Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, RSUD dr. R.
Soedjono Selong perlu mempunyai sistem pengendalian dan penanganan
KLB.
b. Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di
rumah sakit. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan
untuk mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
c. Surveilans dilakukan oleh IPCN bekerjasama dengan IPCLN. Data yang
didapat dari surveilans diolah oleh komite PPIRS, disertai analisis,
rekomendasi dan tindak lanjut, dan digunakan sebagai bahan laporan kepada
Direktur rumah sakit, dan bahan komunikasi dengan bagian yang terkait.
d. Kejadian Luar Biasa Infeksi Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktur
berdasarkan pertimbangan Komite PPI RSUD dr. R. Soedjono Selong pada
hasil evaluasi epidemiologik kecenderungan peningkatan angka IRS secara
signifikan selama 3 bulan berturut-turut. Peningkatan signifikan angka
kejadian IRS pada suatu waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai
KLB.
e. Penanganan KLB IRS harus dilakukan dengan segera dan secara terpadu
oleh seluruh unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh Komite PPIRS.
20
prosedur
21
PEMERIKSAAN
KULTUR
dan
SWAB
MIKROBIOLOGI
DI
22
22. PENCEGAHAN
DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI
(PPI)
DI
PEMULASARAN JENAZAH
a
Aspek budaya dan agama harus diperhatikan. Keluarga pasien yang ingin
melihat jenazah setelah dipindahkan dari ruang perawatan juga harus
menerapkan Kewaspadaan Standar.
Pemeriksaan post-mortem:
23
Lantai dipel dua kali sehari dengan menggunakan cairan sabun netral
Bayi sehat rawat gabung dengan ibunya, bayi sakit akan di rawat di ruang
neonatus
b. Peralatan
Bak mandi : dibersihkan dengan detergen dan air bersih setiap hari
Perawat yang merawat bayi sehat tidak boleh merawat bayi sakit.
24
Petugas yang menerima ASI yang dipompa dari ibu / keluarga, maka
pada botol harus ditutup, beri label, tanggal dan waktu pengambilan
ASI.
3) Bayi
Bayi yang sehat harus dipisahkan dari bayi yang sakit. Bayi sehat
rawat gabung dengan ibunya dan bayi sakit akan dirawat di ruang
neonatus.
Bayi yang dirawat dengan blue light, matanya harus ditutup dan
dibuka saat diberi susu.
Baju / gaun panjang dan sarung tangan harus digunakan pada semua
prosedur yang bersentuhan dengan darah atau cairan tubuh pasien,
termasuk juga kebersihan peralatan dan lingkungan, pemeriksaan
plasenta.
Staff yang mempunyai lesi/luka terbuka atau goresan pada tangan mereka
harus menutup luka tersebut dengan plester kedap air dan selalu
menggunakan sarung tangan saat menangani persalinan.
Staff yang bekerja dikamar bersalin harus ikut dalam program vaksinasi
Hepatitis B.
25
2) Pasien
3) Bayi
Bayi lahir, tali pusat diikat dengan klem tali pusat steril dan diberi
alkohol 70% atau povidine iodine 7.5% pada ujung tali pusat.
4) Lingkungan
Ruang Bersalin
-
Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka dan tidak
kotor, dan lihat tanggal kadaluarsa.
26
Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau kalau perlu
bila terkena darah.
Suntikan dan contoh darah bayi ditunda sampai darah yang berasal
dari ibu dibersihkan.
Lakukan imunisasi bayi baru lahir dengan ibu yang positif hepatitis B.
Kebersihan Tangan
27
dengan
Tutup kepala digunakan mulai pintu masuk kamar bedah, dan diganti
setiap kali selesai operasi.
Gunakan alas kaki yang tertutup bagian depan, dan tidak berlubang.
Pembersihan
dan
desinfeksi
dilakukan
segera
setelah
alat-alat
Pembersihan lingkungan
dibersihkan
setiap
selesai
dipakai
pasien
dengan
28
Pasien
Petugas
Petunjuk Umum :
29
Sarung tangan
Untuk melindungi staff ICU, sarung tangan harus digunakan jika akan
kontak dengan cairan tubuh lainnya dan sarung tangan harus dilepas setelah
selesai melakukan perasat untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi
silang, kemudian segera lakukan kebersihan tangan.
Konsultasi
Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus dapat dijadikan sebagai
narasumber dalam melakukan surveilans dan pengkajian pengendalian
infeksi di ICU. Disamping itu tim PPI juga harus menetapkan dan
melakukan monitoring terhadap prosedur sterilisasi dan desinfeksi terhadap
peralatan yang digunakan di ICU , juga terhadap penanganan bila terjadi
luka tertusuk jarum.
Prosedur Invasif
yang
dipasang
kanulasi
merupakan
tempat
masuknya
30
Peralatan
Tingkat sterilitas yang benar, desinfektan dan dekontaminasi harus dilakukan
pada semua perlatan yang akan digunakan. Setiap pasien harus mempunyai
peralatan sendiri-sendiri dan bisa dipakai ulang atau menggunakan alat yang
sekali pakai.
Circuit Ventilator
Untuk setiap pasien, breathing circuit, humidifier harus diganti setiap 5-7
hari atau dapat diganti jika kotor, circuit dapat dilindungi dengan posisi filter
yang benar, sedangkan bacterial filter dipakai satu pasien satu bacterial filter.
Supllay
Area penyimpanan
Item yang bersih dan steril tidak boleh disimpan dalam area yang sama.
Lokasi atau ruangan terpisah harus digunakan untuk area bersih dan kotor.
Item steril
Semua item yang telah steril harus disimpan di area yang bersih dan kering.
Jika bungkusan steril mengalami kerusakan atau bocor, maka kemasan
tersebut dinyatakan tidak steril lagi dan item didalamnya tidak boleh
digunakan atau harus di steril ulang. Pengecekan item steril pada stok steril
harus dilakukan secara reguler. Semua item steril harus dicek keutuhan
kemasannya sebelum digunakan (dibuka).
Pengelolaan Linen
31
Linen disimpan di tempat yang bersih, kering dan tertutup untuk mencegah
kontaminasi kuman dari udara. Jika linen bersih tidak jadi digunakan, maka
tidak boleh disimpan di area penyimpanan stok linen ruangan, tetapi harus
dikembalikan ke laundry untuk dicuci ulang.
Tidak boleh meletakkan linen kotor di lantai, di kursi atau di meja. Linen
kotor dimasukkan ke dalam kantong plastik trolly linen kotor yang telah
tersedia. Trolly linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor tidak
boleh digunakan untuk membawa linen bersih.
Obat-obatan
Antibiotika
Pemberian antibiotika pada pasien ICU yang tidak memperhatikan pola
sensitivitas kuman akan memberikan andil terjadinya KLB infeksi serius
dengan konsekuensi yang fatal. Adanya kebijakan penggunaan antibiotika
dirumah sakit akan lebih rasional dalam pemberiannya dan merupakan
keputusan yang dapat diterima secara hukum dibandingkan mereka yang
tidak mempunyai kebijakan tentang pemberiaan antibiotika yang benar.
32
Pasien yang dirawat di ICU secara rutin harus dilakukan personal hygiene
dengan baik. Dengan melakukan personal hygiene yang baik akan mencegah
terjadinya infeksi silang dan memberikan kesegaran dan mengurangi stres
bagi pasien.
Petugas
Semua staff yang bertugas di ICU harus memakai seragam yang bersih. Staf
ICU tidak diperbolehkan memakai perhiasan termasuk cincin kawin saat
mereka tugas, hal ini karena potensial menyebarkan kuman atau
mengakibatkan kolonisasi kuman. Staf yang diketahui mengidap penyakit
menular baik melalui pembuluh darah maupun melalui udara harus berobat
dan melaporkan ke supervisor.
Pengunjung tidak perlu memakai baju ganti pada saat mengunjungi pasien di
ICU.
Pengunjung tidak perlu melepaskan alas kaki untuk masuk ke ruang ICU,
dengan catatan alas kaki yang digunakan harus bersih dan kering.
Pengendalian Lingkungan
Penanganan sampah
-
Jarum bekas dan benda tajam lainnya harus dibuang ke dalam tempat
yang telah disediakan (safety box).
Bekas balutan yang terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh harus
dibuang ke dalam kantong sampah warna kuning.
House Keeping
33
Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi
Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang
terluka maupun utuh atau mukosa
Semua pasien yang datang harus dianggap carrier dari mikroorganisme patogen.
Perlindungan diri :
-
Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester kedap air.
Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan berlengan pendek.
Sterilisasi instrumen :
34
Menutupi pegangan lampu, tombol-tombol pada unit gigi, baki instrumen, ujung
alat three way syringe, saliva ejector, ujung alat tambalan sinar, sandaran kepala
dengan plastik, alumunium foil sekali pakai untuk tiap pasien.
perbandingan
data
dasar
infeksi
internal
maupun
eksternal
35
Tanggal kadaluarsa dari produk dapat ditilis seperi berikut : dd/mm/yy atau
mm/yy. Jika tanggal kadaluarsa ditulis dd/mm/yy, maka produk tersebut akan
dianggapa kadaluarsa pada tanggal tersebut. Tetapi jika ditulis : mm/yy, maka
produk tersebut kadaluarsa pada hari terakhir dibulan tersebut.
Tanggal kadaluarsa dapat dicetak di label atau di stempel di atas botol atau
karbon ; hal ini penting untuk diketahui dan mematuhi tanggal kadaluarsa
tersebut.
Tanggal kadaluarsa dari produk harus jelas dan mudah dilihat, jika tidak, staf
harus menolak untuk menerima atau menyimpan produk tersebut.
Untuk wadah terbuka dari obat-obatan di area perawatan pasien, staf harus
mengikuti tabel tanggal kadaluarsa yang terlampir atau tanggal kadaluarsa
dari pabrik. Tanggal kadaluarsa harus tertulis di label wadah.
36