Anda di halaman 1dari 102

APLIKASI BUNDLE

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI

Rully Hadi Prabowo, SST.


APLIKASI BUNDLE ISK
2

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


BUNDLE adalah??
• Sekumpulan cara yang terstruktur untuk
meningkatkan perawatan terhadap pasien
• Untuk memudahkan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan keperawatan
pada pasien yang berisiko terjadi infeksi
• Harus dilakukan oleh semua orang yang
memberikan pelayanan perawatan
terhadap pasien dan dilakukan secara
bersama – sama pada setiap pasien.
Bundles HAIs
Aplikasi bundle
pencegahan dan pengendalian
infeksi aliran darah (IAD)
Pengertian/ Konsep
• Kolonisasi :
Terdapatnya mikroorganisme dalam darah tetapi tidak disertai dengan
adanya tanda – tanda klinis
• Bacterimia = Infeksi Aliran Darah (IAD):
Hasil kultur darah menunjukan positive adanya mikroorganisme dan
disertai dengan tanda klinis seperti demam, menggigil, hipotensi
• Primary IAD
Infeksi aliran darah primer yang terjadi akibat dari IV divices disertai
adanya tanda klinis (merah, seperti terbakar, bengkak, sakit bila ditekan,
ulkus sampai eksudat purulen atau mengeluarkan cairan bila ditekan ) tapi
tidak ada infeksi ditempat lain
• Secondary IAD
Infeksi aliran darah primer yang terjadi akibat dari IV divices disertai
adanya tanda klinis, tapi ada infeksi ditempat lain
Termasuk central-line BSI
menurut NHSN
• Superior vena cava ,
• Inferior vena cava ,
• Brachiocephalic veins,
• Internal jugular veins ,
• Subclavian veins,
• External iliac veins ,
• Common iliac veins,
• Femoral veins,
• In neonates :the umbilical artery/vein.
Tujuan
• Tujuan dari program pencegahan
yang efektif adalah untuk
mengurangi tingkat kejadian infeksi
aliran darah primer disemua ruang
perawatan pasien dengan
menerapkan bundle
Pathophysiology of Catheter-Related Infection

Infusates/
All sources of infection
drugs
are potential targets
for prevention
hub/lines

catheter Dressing
hematogeneous
skin

Critically ill patient: 2-4 vascular access devices


Populasi yang Berisiko
• Semua pasien yang menggunakan alat
intravaskuler dalam waktu > 2 X 24 jam
• Faktor risiko adalah :
– Lamanya terpasang kateter
– Lamanya hari perawatan
– Kondisi penurunan daya tahan tubuh
(immunocompromised)
– Malnutrisi
– Luka bakar
– Luka operasi tertentu
• Intrinsik: terjadi pada cairan infus yang
terkontaminasi mikroorganisme dari pabrik
pembuatan. misalnya: bakteria gram negatif,
klebsiela spp, enterobacter.

• Extrinsik : kontaminasi terjadi saat insersi


catheter, persiapan cairan/obat, tangan
petugas.misalnya; coagulasi gram negative
staphylococci, staphylococcus aureus.
1
2

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


• Pasien memiliki setidaknya satu dari tanda-tanda atau gejala berikut: demam
(> 38oC), menggigil, atau hipotensi
dan
• Pasien ≤ usia 1 tahun memiliki setidaknya satu dari tanda-tanda atau
gejala berikut: demam (> 38oC) hipotermia(<36oC) atau bradikardi
• dan
Hasil laboratorium positif tidak berhubungan dengan infeksi di
tempat lain
Kriteria IADP lain
• Diketahui biakkan darah BSI-LCBI ketika ada
infeksi tempat lain dinyatakan infeksi aliran
darah sekunder (BSI) sekunder
• Kultur ujung kateter tidak digunakan untuk
menentukan BSI primer.
• Ketika positif kultur darah dan klinis atau gejala
infeksi lokal pada tempat pemasangan
intravaskular tetapi tidak ditemukan infeksi
lainnya dianggap BSI primer.
• Phlebitis purulen dikonfirmasi dengan kultur
semikuantitatif positif dari ujung kateter, tetapi
dengan biakan darah negatif atau tidak ada kultur
darah dianggap bukan sebagai BSI
PENCEGAHAN IADP
BERDASARKAN BUNDLE
Pencegahan IADP
Berdasarkan Bundle
The Institute for Healthcare Improvement
(IHI) CVC-BSI Prevention Bundle-----Evidence-
Based Measures to Reduce Infections
Associated with Catheter Insertion.

• Hand hygiene
• Maximal sterile barrier precautions
• Chlorhexidine skin antisepsis
• Optimal site care (device selection and
site of insertion)
• Education
• Catheter removal
• Monitoring of practices
• Leadership
Rekomendasi CDC dalam
pencegahan IAD
1) Mendidik dan melatih tenaga profesional dalam
pemasangan dan pemeliharaan kateter,
2) Hand hygiene
3) Selection of Catheters and Sites
4) Menggunakan maksimal barrier precaution selama
pemasangan vena sentral kateter
5) Menggunakan > 0,5% klorheksidin dengan alkohol
antisepsis untuk skin preparasi;
6) Menghindari penggantian rutin kateter vena sentral
sebagai strategi untuk mencegah infeksi,
7) Surveilans BSI
HAND HYGIENE

ENAM LANGKAH
KEBERSIHAN
TANGAN
UPAYA PENINGKATAN KEPATUHAN HH
Operator dan asisten
Topi ( non steril ): menutupi seluruh rambut
Maker ( non steril) : menutupi seluruh mulut dan
hidung
Gaun ( steril)
Sarung tangan ( steril )

Menutupi seluruh kepala dan badan


pasien dari atas sampai bawah
dengan steril drape
• Berdasarkan data klinik chlorhexidine antiseptik kulit
lebih efektif dibanding dengan antiseptik kulit yang
lain seperti povidone-iodine.
• CDC guidelines
– untuk mencegah intravascular catheter-related infections
chlorhexidine lebih disukai untuk cutaneous antisepsis,
– tincture of iodine, an iodophor, or 70% alcohol merupakan
alternatif
• Prepare the skin at the insertion site with
chlorhexidine 2% in 70% isopropyl alcohol.
• Aplikasikan antiseptik paling sedikit 30 detik
• Biarkan antiseptik mengering sebelum di insersi lebih
kurang 2 menit
 Area Femoral : risiko infeksi lebih tinggi
terutama pada pasien gemuk
 Area Subclavian : risiko lebih kecil
daripada lower internal jugular vein
 Pertimbangkan risiko infeksi
 Lebih tinggi risiko komplikasi mekanikal
 Dokter harus melihat risiko –keuntungan
pada setiap individu
 Kepatuhan Bundle didokumentasikan
Surveilans Aktif IADP
 Laksanakan surveilans untuk mengetahui adanya
kejadian infeksi
 Raba dengan tangan ( palpasi ) setiap hari lokasi

pemasangan kateter melalui perban untuk


mengetahui adanya pembengkakan
 Pengumpulan data setiap hari

 Perhitungan dan laporan IADP setiap bulan, triwulan,

semester, tahunan
 Insiden rate IADP

Jumlah IADP
----------------------------------------------X 1000 =
Jlh hr pemakaian kateter vena sentral
Intravena Kateter

Pemasangan Kateter
 Jangan menyingkat prosedur pemasangan
kateter yang sudah ditentukan
Perawatan Luka Kateter
 Bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptik yang
sesuai,sebelum pemasangan kateter.
 Biarkan antiseptik mengering pada lokasi
sebelum memasang
Intravena Kateter

• Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah kulit


dibersihkan dengan antiseptik (lokasi dianggap
daerah steril
• Gunakan kasa steril atau perban transparan untuk
menutup lokasi pemasangan
• Bila dipakai iodine tincture untuk membersihkan
kulit sebelum pemasangan kateter ,maka harus
dibilas dengan alkohol
• Periksa secara visual lokasi pemasangan
kateter untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan , demam tanpa adanya
penyebab yang jelas, atau gejala infeksi lokal
atau infeksi bakterimia
• Pada pasien yang memakai perban tebal
sehingga susah diraba atau dilihat, lepas
perban terlebih dahulu ,periksa secara visual
setiap hari dan pasang perban baru
• Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter
di lokasi yang dapat dilihat dengan jelas
Pengganti perlengkapan dan cairan intravena
 Secara umum ,set perlengkapan intravaskuler
terdiri atas seluruh bagian mulai dari ujung
selang yang masuk ke kontainer cairan infus
sampai ke hubungan alat
 Ganti selang penghubung tersebut bila alat
vaskuler diganti. Ganti selang IV, termasuk
selang piggyback dan stopcock, dengan interval
yang tidak kurang dari 72 jam, kecuali bila ada
indikasi klinis .
 Ganti selang yang dipakai untuk memasukkan
darah, komponen darah atau emulsi lemak
dalam 24 jam dari diawalinya infus.
Penggantian administrasi set
- Administrasi set : 72 – 96 jam

- Administer blood, produk blood, lipid emulsion : 24 jam

- Intermiten infusion : 24 jam

- Use a midline catheter or peripherally inserted central catheter (PICC),


instead of a short peripheral catheter, when the duration of IV therapy will
likely exceed six days

Cairan Parentral
 Infus harus diselesaikan dalam 24 jam untuk satu botol cairan parentral
yang mengandung lemak.

 Bila hanya emulsi lemak yang diberikan, selesaikan infus dalam 12 jam
setelah botol emulsi mulai digunakan .
-
Port Injeksi Intravena
 Bersihkan port injeksi dengan alkohol 70 % atau
povidone -iodine sebelum mengakses sistem .

 Campurkan seluruh cairan parentral di bagian


farmasi dalam Laminar – air flow hood
menggunakan tehnik aseptik
Penggunakan vial multi dosis
 Dinginkan dalam kulkas vial multi dosis yang
dibuka, bila direkomendasikan oleh pabrik .
 Bersihkan karet penutup vial multi dosis dengan
alkohol sebelum menusukkan alat ke vial
 Gunakan alat steril setiap kali akan mengambil
cairan dari vial multi dosis , dan hindari
kontaminasi alat sebelum menembus karet vial.
 Buang vial multi dosis bila sudah kosong, bila
dicurigai atau terlihat adanya kontaminasi, atau
bila telah mencapai tanggal kadaluarsa.
Profilaksis Antimikroba

• Jangan memberikan antimikroba sebagai


prosedur rutin sebelum pemasangan
atau selama pemakaian alat
intravaskuler untuk mencegah kolonisasi
kateter atau infeksi bakterimia

• Do not use topical antibiotic ointment or


creams on insertion sites, except for
dialysis catheters, because of their
potential to promote fungal infections
and antimicrobial resistance. Category IB
Kesalahan-kesalahan pada
pemasangan kateter
intravena
Kesalahan-kesalahan pada
pemasangan kateter
intravena
PPI INFEKSI SALURAN
KEMIH
DAN APLIKASI BUNDLE ISK
3
Catheter associated urinary tract infection ( CA - UTI) 9
INFEKSI SALURAN KEMIH

Pengertian :
Infeksi Saluran Kemih yang terjadi setelah

pemasangan urine kateter ≥ 2 x 24 jam (48jam)

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
0
PATOGENESIS
1. Kuman di meatus uretra bagian distal dapat langsung masuk ke saluran /
kandung kemih ketika kateter dimasukan.

2. Pada indwelling kateter mikroorganisme bermigrasi sepanjang permukaan


luar kateter di mukosa periuretra atau sepanjang permukaan dalam kateter,
setelah terjadi kontaminasi pada kantong penampung urine atau sambungan
antara kantong penampung dengan pipa drainase.

Dalam 8 jam setelah insersi terbentuk biofilm pada permukaan kateter

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
Apa Itu Biofilm 1

Biofilm

Sama dengan “ Plak“


Kumpulan dari sel – sel mikroorganisme atau mikrobial
khususnya bakteri yang melekat pada suatu permukaan
dan oleh pelekat polisakarida yang di sekresikan oleh
sel – sel bakteri

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
2
KRITERIA Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. ISK SYMPTOMATIC
2. ISK ASYMPTOMATIC
3. ISK LAINNYA

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
Symptomatic Urinary Tract Infection (SUTI)
Harus memenuhi paling tidak 1 dari kriteria berikut 1a 3

• Pasien terpasang kateter urine pada saat pengambilan


 spesimen. DAN
Minimal 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak
ada penyebab lain :
 Demam ( > 38 ° C )
 Nyeri suprapubik, atau nyeri sudut kostrovertebral DAN
 Culture  urine  ≥ 10⁵ unit koloni (CFU) / ml dengan tidak lebih dari
2 spesies mikroorganisme. ATAU

 Pasien telah dilepas  kateter urin dalam jangka waktu 48 jam saat


pengambilan spesimen DAN
Minimal 1 dari tanda – tanda atau gejala berikut dengan tidak ada
penyebab lain :
Demam (> 38 ° C), Frekuensi, disuria, suprapubik rasa sakit atau nyeri,
DAN
Urine cultur positif  ≥ 10.⁵  (CFU) / ml dengan tidak lebih dari
2 spesies mikroorganisme.
Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat
4
4

Asymptomatic Bacteremic Urinary


Tract Infection (ABUTI)

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
Pasien dengan atau tanpa kateter urin 5
Tidak memiliki tanda atau gejala (yaitu, untuk pasien semua usia, tidak ada
demam (> 38 ° C), frekuensi, disuria, nyeri suprapubik, atau nyeri sudut
kostovertebral ATAU
untuk pasien ≤ 1 tahun, tidak ada demam (> 38 °C,
hipotermia (<36 ° C inti), apnea, bradikardia, disuria, lesu, atau muntah)
DAN
Kultur urin > 105 CFU / ml dengan tidak lebih dari 2 spesies mikroorganisme
uropathogen * DAN
Kultur darah sama dengan setidaknya 1 mikroorganisme uropathogen dengan
kultur urin
Mikroorganisme Uropathogen adalah:
basil gram negatif, Staphylococcus spp, beta-hemolitik Streptococcus spp,
Enterococcus spp, vaginalis G., Aerococcus urinae, dan Corynebacterium (urease
positif)

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
6

Other Urinary Tract Infection (OUTI)


( ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, atau jaringan
sekitarnya ruang retroperineal atau perinephric)

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


4
Infeksi lain pada saluran kemih harus memenuhi paling tidak 1 dari kriteria berikut: 7

1. Adanya mikroorganisme dari kultur cairan (selain urin) atau


jaringan dari situs yang terkena.

2. Pasien memiliki abses atau bukti lain infeksi terlihat pada


pemeriksaan langsung, selama operasi bedah, atau selama
pemeriksaan histopatologi.

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


3.Pasien memiliki minimal 2 tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak ada penyebab
4
lain yang diakui: demam (> 38 ° C) rasa sakit, lokal, atau nyeri lokal di lokasi yang terlibat
8
DAN minimal 1 dari:
a. purulen drainase dari situs yang terkena dampak
b. mikroorganisme dibiakkan dari darah yang kompatibel dengan situs yang dicurigai
infeksi
c. bukti radiografi dari infeksi (misalnya, USG normal, CT scan, magnetic resonance
imaging ( MRI ) atau pemeriksaan radiolabel (galium, teknesium]).
1. Pasien <1 tahun memiliki setidaknya 1 dari tanda-tanda atau gejala berikut dengan tidak
ada penyebab lain yang diakui: demam (> 38 ° C inti), hipotermia (<36 ° C inti),
apnea,bradikardia, lesu, atau muntah dan minimal 1 dari:
a. purulen drainase dari situs yang terkena dampak
b. mikroorganisme dibiakkan dari darah yang kompatibel dengan situs yang dicurigai
infeksi
c. bukti radiografi dari infeksi, ( misalnya, USG normal, CT scan, magnetic resonance
imaging [MRI] Pencegah
Himpunan Perawat atau pemeriksaan
dan Pengendaliradiolabel ( galium,
Infeksi Indonesia teknesium]).
(HIPPII)- Pusat
Rekomendasi ( CDC) 4
Kategori 1 : sangat dianjurkan 9
diadopsi
Pelatihan petugas tentang prosedur cara
pemasangan & pemeliharaan kateter yang benar
Pemasangan kateter hanya bila diperlukan
Tekankan pentingnya cuci tangan
Memasang kateter dengan teknik dan peralatan
steril
Pertahankan/fiksasi kateter dengan benar
Pertahankan sterilitas sistem drainage tertutup
Pengambilan spesimen urin dengan cara aseptik
Pertahankan aliran urin tetap lancar

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


Kategori 2 : Dianjurkan secara moderat untuk 5
diterima 0

Petugas dilatih pemasangan kateter secara


periodik
Gunakan kateter dengan diameter terkecil yang
masih memadai
Hindari tindakan irigasi kecuali diperlukan untuk
mencegah / mengurangi obstruksi
Hindari pembersihan meatus uretra setiap hari
Tidak mengganti kateter pada interval yang masih
diperdebatkan

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


Kategori 3 : 5
Tidak begitu dianjurkan diadopsi 1

Pertimbangan alternatif lain untuk drainage urin


sebelum memasang indwelling kateter
Ganti sistem penampungan bila sterilisasi sistem
drainage tertutup telah terkontaminasi
Pisahkan ruang rawat pasien dengan indwelling
kateter
yang TER-infeksi dari yang TIDAK infeksi.
Hindari biakan urin rutin untuk monitoring kuman

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


KOMPONEN BUNDLE UTI 5
2

1.Kaji Kebutuhan
2.Hand hygiene
3.Insertion Technique
4.Catheter Maintenance
5.Catheter Care
6.Catheter Removal

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


1. Kaji Kebutuhan: 5
3

 Hati – hati dalam menentukan pemasangan kateter


 Pertimbangkan untuk pemakaian kondom atau
pemasangan intermitten
 Pemasangan kateter hanya jika betul- betul
diperlukan seperti pada retensi urine, obstruksi
kemih, kandung kemih neurogenik, pasca bedah
urologi, untuk memonitor output yang ketat
Segera lepas kateter jika sudah tidak diperlukan

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


PELEPASAN KATETER URINE ! 5
4

Foley Catheters Cause:


Infections 
Length of Stay 
Cost $$
Patient Discomfort 
Antibiotic Usage 

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


5
2. Hand hygiene 5

•Segera lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah


pemasangan kateter serta setelah memanipulasi kateter
•Pakailah sarung tangan jika memanipulasi kateter atau
pengosongan urine bag

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


5
6
3.Insertion Technique:
Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter, ( sarung
tangan steril, tirai, cairan antiseptik yang tepat, dan
membersihkan bagian meatus uretra).

 Kembangkan Balon dengan jumlah air yang


direkomendasikan pabrik.

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


5
7
Set steril

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


5
4. Catheter Maintenance 8

•Fiksasi Kateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada meatus.


•Selalu meletakan urine bag lebih rendah dari kandung kemih.
•Tidak meletakan urine bag dilantai
•Periksa slang sesering mungkin jangan sampai terlipat
( kingking).
•Menjaga sistem drainase tertutup.
•Gunakan penampung pembuangan urine untuk satu pasien satu alat
•Gunakan teknik aseptik untuk mendapatkan spesimen.

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


Pemeliharaan 5
 Pertahankan indwelling kateter sistem drainage tertutup 9

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


Cara Pengambilan 6
0
Spesimen.
•Pengambilan spesimen steril dari kateter
•Clamp tubing di bawah port kateter
• Swab port dengan alkohol
•Ambil spesimen dengan menusukan jarum suntik kebagian port kateter.
•Dengan menggunakan teknik steril masukkan spesimen ke dalam tempat
yang steril dan kirim ke lab
•Buka clamp, biarkan urine mengalir

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


6
5. Catheter Care 1

•Lakukan perawatan perineal sehari-hari dan setiap selesai buang air


besar.
•Gunakan kateter terkecil yang mencapai drainase
•Tidak ada penggunaan krim atau serbuk di daerah perineum
•Irigasi kandung kemih & pemakaian antibiotika
tidak dapat mencegah infeksi saluran kemih

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


6
2
6. Catheter Removal
Kateter segera lepas jika tidak diperlukan. Lepas atau
ganti semua kateter dalam waktu 24 jam masuk ke rumah
sakit.

Lepas atau ganti kateter jika pasien timbul gejala

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


Bundle IDO
• Menerapkan Kewaspadaan Isolasi

• Pendidikan dan pelatihan


• Pengendalian antimikroba
• Surveilans
• Pencegahan infeksi pada pemakain alat
• Jika menemukan ada tanda-tanda infeksi, sembuhkan
terlebih dahulu infeksinya sebelum hari operasi
elektif, dan jika perlu tunda hari operasi sampai infeksi
tersebut sembuh.

• Tidak mencukur rambut, kecuali bila rambut terdapat


pada sekitar daerah operasi dan atau akan menggangu
jalannya operasi

• Pertimbangkan suhu tubuh pasien


• Bila diperlukan mencukur rambut, lakukan di kamar bedah
beberapa saat sebelum operasi dan sebaiknya menggunakan
pencukur Elektric Clippers
(Bila tidak ada pencukur listrik gunakan silet baru)

• Mengendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan


menghindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum
operasi.
Studi yg melibatkan > 700 pasien, mendapatkan bahwa koloni
bakteri menurun 9x lipat dengan 2x mandi chlorhexidine
( Garibaldi, 1988 ).

Chlorhexidine dianjurkan dibanding povidone-iodine aktivitasnya


lebih superior dan memberikan keuntungan antimikroba
maksimum sesudah beberapa kali
pemakaian. Oleh karenanya, pasien harus mandi malam sebelum
( Malam ) dan pagi hari
menjelang operasi ( Rabih O. et al, 2010 ).
Desinfeksi Kulit pasien
Intra operative

Pembersihan pembedahan
awal kulit ( Desinfeksi ) pasien
itu dengan menggunakan
desinfektan chlorhexidine -
alkohol lebih superior dan
memberikan keuntungan
antimikroba maksimum dari
pada iodine - povidone untuk
mencegah infeksi daerah
operasi terutama pada jenis
operasi : bersih terkontaminasi
Pastikan kondisi kesehatan tim bedah

Menjaga agar kuku selalu pendek dan jangan memakai kuku


palsu

Membersihkan sela-sela dibawah kuku setiap hari sebelum


cuci tangan bedah yang pertama. (Kategori IB)
Tidak memakai perhiasan di tangan atau lengan.

Tidak ada rekomendasi mengenai pemakaian cat kuku, namun


sebaiknya tidak memakai.
Mendidik dan biasakan anggota tim bedah agar melapor
Jika mempunyai tanda dan gejala penyakit infeksi dan
segera melapor kepada petugas pelayan kesehatan
karyawan.

Larangan bekerja
untuk anggota tim bedah yang memiliki luka pada kulit,
hingga infeksi sembuh atau menerima
terapi yang memadai.
Pastikan kebersihan tangan tim bedah
Cuci tangan bedah 1. Kebersihan tangan petugas :
(surgical Scrub) dengan Terutama operator, Dokter
antiseptik yang sesuai. Anastesi, perawat yang kontak
Keringkan dengan langsung dengan pasien
handuk steril.
2. Dengan melakukan kebersihan
Kategori IB tangan yang tepat dan benar
dapat menurunkan infeksi 50 %

3. Catatan : penggunaan sarung


tangan bersih tidak menjadi
jaminan mencegah transmisi
mikroorganisme
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
YANG RASIONAL
• Pemberian profilaksis antimikroba hanya bila di indikasikan,
dan pilihlah jenis antimikroba yang paling efektif terhadap
patogen yang umum menyebabkan ILO pada operasi jenis
tersebut atau sesuai dengan rekomendasi.

• Berikan dosis propilaksis awal melalui intravena pada saat yang


sesuai sehingga pada saat operasi dimulai konsentrasi
bakterisida pada serum dan jaringan maksimal konsentrasinya.
Pertahankan kadarnya dalam serum dan jaringan selama
berlangsungnya operasi dan maksimum sampai beberapa jam
setelah insisi ditutup.
PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
YANG RASIONAL

• Pada operasi Caesar beresiko tinggi, berikan


propilaksis sesaat setelah tali pusar dipotong.
Kategori I A
• Tidak menggunakan vancomycin secara rutin
untuk profilaksis antimikroba.
Kategori IA
Kebiasaan yang salah
Mengalungkan masker
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONI
(VAP)
PENDAHULUAN

Ventilator Associated Pneumonia :


• Masalah infeksi terbesar di ruang ICU
• Terjadi 30-40 % pasien yang menggunakan ventilasi
mekanik
> 48 jam
• VAP terjadi 10 - 65% dari seluruh pasien yang terpasang
ventilator
• Mortalitas rate 24 -56 % ((Am J Respir Crit Care 2002)
• Kuman penyebab mortalitas : Pseudomonas dan
Acinetobacter (Crit Care Med 2004 )
• Meningkatkan biaya perawatan, LOS RS,dan LOS ICU
PENGERTIAN VAP
Di definisikan sebagai nosokomial
pneumonia yang terjadi setelah 48
jam pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanik baik melalui pipa
endotrachea /tracheostomi

GUIDE LINES FROM CDC 2008


Mikroorganisme Penyebab

• Early onset:
– Hemophilus influenza
– Streptococcus pneumoniae
– Staphylococcus aureus (methicillin sensitive)
– Escherichia coli
– Klebsiella

• Late onset:
– Pseudomonas aeruginosa
– Acinetobacter
– Staphylococcus aureus (methicillin resistant)

• Most strains responsible for


– early onset VAP are antibiotic sensitive.
– late onset VAP are usually multiple antibiotic resistant

Am J Resp Crit Care (1995)


 Early-onset :
Dalam 48-72 jam setelah intubasi
tracheal, komplikasi intubasi

Late-onset :
Setelah 72 jam
Bacteria masuk ke saluran pernapasan
bawah melalui tiga cara:
– Aspirasi mikroorganisme dari oropharingeal
dan saluran GI ( penyebab terbanyak)
– Inokulasi langsung/Direct inoculation
– Inhalasi bakteri
 Klinikal
– Demam
– Temperature > 38 0 C atau < 35 o C
– Sputum purulent
– Batuk, dyspnoe atau tachypnoe
– Suara nafas ; rales ,/bronchial

 X ray
– Infiltrat baru persisten atau progresif

 Laboratorium
– Leukosit > 12000/mm3 atau < 4000/mm3
– Kulture aspirasi trakheal ≥ 10 5 ppm/ ml
– Perubahan hasil analisa gas darah (↓ O2sats, , ↑ O2 requirement.)

NHSN 2008
PencegahanVAP
• Menerapkan Bundle VAP
– Kebersihan tangan
– Posisi pasien
– Kebersihan mulut
– Manajemen sekresi
– Pemberian sedasi
– Profilaksis PUD
– Profilaksis DVT
PencegahanVAP tambahan
• Pendidikan staf
• Kebersihan lingkungan
• Dekontaminasi peralatan
• Jarak t.tidur/ single room (26 m
• Pengobatan
– Peptic Ulcer Prophylaxis
– DVT Prophylaxis
• Surveilans
• Peran Perawat
• Lakukan kebersihan
tangan sebelum dan
sesudah kontak pasien
• Cuci tangan dengan air
mengalir dan
antiseptik jika tangan
terlihat kotor
• Gosok tangan dengan
cairan berbasis alkohol
Menjaga kebersihan mulut
pasien secara rutin, dengan
cara :
 Menyikat gigi setiap 12 jam untuk
mencegah terjadinya plaque
 Membersihkan mulut setiap 2- 4
jam
 Gunakan oral antiseptik yang
bebas dari alkohol (chlorhexidin
0.2 %)
HOB 30 - 45 ˚
• Pengisapan lendir jika
diperlukan
• Lakukan tindakan
aseptik
• Gunakan cairan steril
untuk membersihkan
jika kateter dimasukkan
kembali ke ETT
• Sebaiknya dengan
sistem tertutup
• Gunakan APD
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Teknik intubasi
Teknik pengisapan lendir
Bundles ventilasi mekanik
• Gunakan masker, sarung tangan
ketika intubasi, pengisapan
lendir
• Gunakan gaun jika ada prediksi
terkena cairan tubuh pasien
• Peralatan kritikal di sterilkan
• Peralatan semi kritikal disinfeksi tingkat tinggi
• Peralatan non kritikal dibersihkan, kecuali
terkontaminasi darah atau cairan tubuh
lakukan disinfeksi
• Semua peralatan pasien sebelum didisinfeksi
atau disterilkan harus dibersihkan terlebih
dahulu
Sebelum melakukan
intubasi laringoscope
blade terlebih dahulu
di alkoholise
Secepat mungkin
extubasi, tetapi
hindari re-intubasi
Sirkuit ventilator

Ganti sirkuit setiap pasien


Ganti sirkuit pernapasan jika terlihat kotor atau
tidak berfungsi (tidak ada rekomendasi waktu
penggantian breathing circuit )
Segera ganti sirkuit bila kotor
Tidak membuka sirkuit ventilator secara rutin
Segera buang kodensasi air dalam sirkuit
ketempat penampungan (water trapp)
• Peran perawat
sangat penting
dalam pencegahan
VAP
– Kaji proses weaning
tiap hari.
– Sedation Vacation
9
Kesimpulan 8

 Pelaksanaan program PPI yang baik dan benar


akan membantu dalam perencanaan strategik
di tatanan Pelayanan Kesehatan
 Pelaksanaan program pencegahan ISK, VAP,
IAD, IDO akan membantu meningkatkan mutu
di tatanan Pelayanan Kesehatan
 Melakukan pencegahan HAIs berdasarkan bundle
dapat menurunkan insiden rate infeki
Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat
9
Kesimpulan 9

BUNDLES IADP
1. Hand hygine
2. Penggunaan APD yang maksimal
3. Chlorhexidin untuk antisepstik
4. Pemilihan lokasi insersi yang tepat
5. Perawatan lokasi insersi setiap hari

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


1
Kesimpulan 0
0
BUNDLES IDO (C-A-T-S)
1. Electric Clipper
2. Antibiotik
3. Temperatur
4. Sugar

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


1
Kesimpulan 0
1
BUNDLES ISK
1. Kaji kebutuhan
2. Hand hygine
3. Lokasi insersi
4. Maintanence keteter
5. Cateter care
6. Cateter removal

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat


1
Kesimpulan 0
2
BUNDLES VAP
1. Kebersihan tangan
2. Posisi pasien
3. Kebersihan mulut
4. Manajemen sekresi
5. Pemberian sedasi
6. Profilaksis PUD
7. Profilaksis DVT

Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII)- Pusat

Anda mungkin juga menyukai