Anda di halaman 1dari 43

INFECTION RISK ASESSMEN (ICRA)

PROGRAM PPI DI FASYANKES & ICRA


RENOVASI, KONTRUKSI & DEMOLISI

PERKUMPUAN PENGENDALIAN INFEKSI INDONESIA


(PERDALIN)
TAHUN 2022
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

• Setelah selesai proses pembelajaran ini peserta mampu


menjelaskan ICRA program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah proses pembelajaran ini peserta mampu:


§ Menjelaskan pengertian ICRA
§ Menjelaskan tujuan ICRA
§ Menjelaskan waktu dilakukan ICRA
§ Menjelaskan Individu yang melakukan ICRA
§ Menjelaskan Tahapan ICRA
§ Menjelaskan Proses ICRA
POKOK BAHASAN

Ø Pendahuluan
Ø Latar Belakang
Ø pengertian ICRA
Ø tujuan ICRA
Ø waktu dilakukan ICRA
Ø Individu yang melakukan ICRA
Ø Proses ICRA
PENDAHULUAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu
upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung
dan masyarakat sekitar rumah sakit.
Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh
semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya
Salah satu program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) adalah kegiatan menilai risiko Infeksi
(ICRA).
LATAR BELAKANG

Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah suatu


kegiatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit untuk menilai dan mengontrol risiko infeksi
di rumah sakit yang dilakukan per unit bagian/instalasi di
rumah sakit.

Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan suatu


sistem pencegahan pengendalian infeksi yang terukur
dengan melihat kontinuitas dan probabilitas aplikasi
program
PENGERTIAN
Menurut definisi APIC (Association for Professionals In Infection Control
and Epidemiology),
ICRA merupakan suatu perencanaan proses dan bernilai penting
dalam menetapkan program dan pengembangan kontrol infeksi

ICRA merupakan bagian proses perencanaan pencegahan dan


kontrol infeksi, sarana untuk mengembangkan perencanaan, pola
bersama menyusun perencanaan, menjaga fokus surveilans dan
aktivitas program lainnya, serta melaksanakan program pertemuan
reguler dan upaya pendanaan (Lardo, 2016).

ICRA renovasi merupakan suatu pengkajian multidisiplin, yang prosesnya


didokumentasikan untuk mengidentifikasi secara proaktif dan mengurangi resiko
dari infeksi yang bisa terjadi selama kegiatan konstruksi.(APIC report,2000)
RISK ASSESMENT
§ Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara
rinci dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang
potensial berisiko ataupun kegagalan dan suatu yang rentan
melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area
yang akan di perbaiki berdasarkan dampak yang akan di
timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu proses
perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan
§ Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya
risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan
dampak risiko.
§ Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg
terlibat termasuk pasien dan publik
(TJC 2010)
TUJUAN ICRA

1. Tercapainya perlindungan terhadap pasien, petugas dan


pengunjung rumah sakit dari risiko infeksi.
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di rumah
sakit.
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko
infeksi di rumah sakit.
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian
risiko infeksi di seluruh area rumah sakit
SIAPA YANG
MELAKUKAN ICRA

Multidisiplin ilmu

10
KAPAN
DILAKUKAN
ICRA

Setiap tahun untuk ICRA Program

11
BAGAIMANA MELAKUKAN ICRA
The risk assessment and management flowchart
Source: Australian Guidelines for the Prevention and Control of Infections in Health Care (NHMRC 2010) - Adapted
PROSES PENILAIAN RISIKO

1. Bentuk tim untuk melakukan penilaian risiko.


2. Identifikasi faktor risiko potensial di setiap kategori berikut:
Komunitas dan populasi dilayani
Berpotensi terkena infeksi spesifik
Praktik pengobatan dan perawatan
Pembersihan, desinfeksi, dan penanganan instrumen dan perangkat medis
Lingkungan perawatan
Manajemen darurat
Orang lain yang diidentifikasi oleh organisasi
PROSES PENILAIAN RISIKO
3. Menilai setiap faktor risiko potensial berdasarkan hal-hal berikut:
a. Probabilitas kejadian / kondisi yang terjadi ditentukan dengan
mengevaluasi risiko dari potensi ancaman yang sebenarnya terjadi
. Informasi mengenai data historis, data surveilans infeksi, ruang lingkup
layanan yang disediakan oleh fasilitas, dan lingkungan area sekitarnya.
b. Potensi dampak kejadia / kondisi terhadap pasien dan personel,
ditentukan dengan mengevaluasi potensi pasien sakit, cedera, infeksi,
kematian, kebutuhan masuk ke fasilitas rawat inap; potensi penyakit
personel, cedera, infeksi, kekurangan; berpotensi memengaruhi
kemampuan organisasi untuk berfungsi / tetap terbuka; dan tingkat
dampak klinis dan finansial.
c. Kesiapan organisasi untuk menghadapi kejadian / kondisi ditentukan
dengan mempertimbangkan kebijakan dan prosedur yang sudah ada,
pengalaman dan tanggapan staf terhadap situasi aktual, serta layanan
dan peralatan yang tersedia.
PROSES PENILAIAN RISIKO
4. Setelah skor risiko ditetapkan dalam tiga kelompok penilaian,
jumlahkan jumlah di setiap kelompok untuk memberikan tingkat
risiko numerik untuk setiap peristiwa / kondisi.

5. Rangking acara / kondisi dari skor tertinggi hingga terendah dalam


tabel yang tersedia. Pilih risiko dengan skor tertinggi sebagai fokus
prioritas untuk mengembangkan
.
CATATAN: Beberapa acara / ketentuan dengan skor lebih rendah
dapat dipilih karena merupakan persyaratan akreditasi atau peraturan.

Penilaian risiko dan Rencana ISPC harus ditinjau dan disetujui oleh komite jaminan
kualitas dan peningkatan kinerja organisasi (atau komite lain yang ditunjuk).
Penilaian risiko dan Rencana ISPC harus ditinjau setiap tahun (dan lebih cepat jika
keadaan berubah).
Risk Matrix Grading

Risiko sebagai suatu fungsi dari Probabilitas


(Change,likelihood) dari suatu kejadian yang tidak diinginkan
dan tingkat keparahan / besarnya dampak dari kejadian
tersebut

Skor Risiko =
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada
SKOR RISIKO =
Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada

Program prioritas berdasarkan nilai terbesar

17
RISK MATRIX GRADING

§ Sering digunakan
§ Untuk memetakan risiko terhadap probabilitas, dampak dan sistem yg ada

Risk Matrik efektif


§ Mudah digunakan dan dimengerti
§ Mempunyai deskripsi detail dan definitif
§ Menerangkan bagaimana risiko dapat di mitigasi pada tingkat yang bisa
ditolerir
FORM PENGKAJIAN RISIKO

• Probability / Kemungkinan terjadi


• Impact, dan Dampak
• Current Systems / Sistem kelanjuan
• Item tambahan boleh ditambahkan jika
diperlukan
TK Risk Deskripsi Kejadian
1 Never Tidak pernah

2 Rare Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)

3 Maybe Kadang (Frekuensi 3- 4 x/tahun)

4 likely Agak sering (Frekuensi 4-6 x/tahun)

5 Expect it Sering (Frekuensi > 6 – 12 x /tahun

20
TK Deskripsi Dampak
RIKS
1 Minimal clinical • Tidak ada cedera

2 Moderate clinical • Cedera ringan , mis luka lecet


• Dapat diatasi dng P3K
3 Prolonged length • Cedera sedang, mis : luka robek
of stay • Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


function • Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau
intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng
penyakit
5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan
21
penyakit
TK RIKS Deskripsi Kegiatan
1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu


dilaksanakan

3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak


dilaksanakan

4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak


dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan

22
Kajian risiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Potential Probability Risk/Impact (Health, Financial, Current Systems/Preparedness Score
Risks/ Legal, Regulatory)
Problems 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Expect it Like May Rar Nev Loss of Serious Prolonge Moderate Minim non Poor Fair Goo Soli
life/ Loss d al d
ly be e er (functio Length Clinical/fi e d
limb Clinic
n/ of nancial
Function/ financia stay al/
financial l/ financi
legal al

Standard Precaution
Lack of Hand
Hygiene

Lack of respiratory
Hygiene/cough
Etiquette

Lack of safety
injection

23
From Risks to Priorities to Oction Plan

Risk
Assessment Priorities IC Plan

24
PENILAIAN RISIKO

§ Belum Tersedia pintu penerimaan barang kotor


dengan pendistribusian barang steril
§ Belum Tersedia sarana untuk cuci Tangan
§ Kurangnya Kepatuhan menggunakan APD
pada saat Pembersihan alat
§ Proses pembersiihan ruang tidak optimal
PRIORITAS RENCANA TINDAK LANJUT

No Jenis Skor Prioritas


Kelompok risiko

1 Belum Tersedia sarana untuk 36 1


cuci tangan

2 Kurangnya Kepatuhan 27 2
menggunakan APD pada saat
Pembersihan alat

3 Belum Tersedia pintu penerimaan 27 3


barang kotor dengan
pendistribusian barang steril
INFECTION PREVENTION CONTROL PLAN

Objective Strategy Measurement Lead staff Collaborating


Staff

1. Increase 1. Direct 1. Concurent 1. ICC 1. Director


hand observatio 2. Direct 2. Charge 2. Nursing
hygiene n Observation Nurse Assistants
organizatio Hand
2. 3. Observation 3. Nurse 3. Nurses
n wide hygiene with 100 % Manager
education compliance 4. Nurse
3. Feedback Educator
of HAIs
rates
4. One on
one
education
when
indicated pelatihan IPCD PERSI/GRS 28
GANTT CHART RENCANA TINDAK LANJUT (ACTION PLAN)

No Kegiatan Tujuan Strategik Penanggung Waktu Hasil yang


jawab diharapkan

1 Menyediakan Tersedianya Membuat surat Komite PPI Satu bulan Sarana


sarana untuk cuci sarana usulan ke Kebersihan
tangan Kebersihan manajemen Tangan
pembuatan
tangan tersdia dalam
sarana cuci
tangan
satu bulan

2 Meningkatkan Tercapainya Sosialisasi Komite PPI Satu bulan Kepatuhan


Kepatuhan Kepatuhan kembali Penggunaan
menggunakan Menggunakan pentingnya APD
APD pada saat APD pada saat Menggunakan mencapai
Pembersihan alat Pembersihan APD saat 100 %
alat Pembersihan
alat
ICRA RENOVASI,
KONTRUKSI & DEMOLISI
LATAR BELAKANG

› Proyek konstruksi di Rumah Sakit memiliki banyak risiko dan bahaya yang harus
diidentifikasi sebelumnya.

› Tanpa adanya pemahaman terhadap risiko-risiko tersebut, pembangunan/kegiatan


ini akan membahayakan keselamatan petugas, pasien,dan bahkan pekerja
konstruksi.

› Standart Akreditasi terkait PPI 9 Rumah sakit menurunkan risiko infeksi pada saat
melakukan pembongkaran, konstruksi, dan renovasi gedung.

6/15/22 ICRA RENOVASI PERSI-GR 31


Langkah Ke-1:
Identifikasi Tipe Aktivitas Konstruksi (Tipe A-D)

Tipe A Tipe B
Inspeksi dan aktifitas non-invasive Skala kecil, durasi aktivitas
• Termasuk, tapi tidak terbatas pada : pendek yang dapat
menghasilkan debu minimal
a. mengangkat papan langit-langit
untuk inspeksi visual terbatas pada I • Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
papan per 50 square feet. a. instalasi telepon dan kabel
computer
b. pengecatan (tetapi bukan melakukan
plesteran) b. akses untuk ke ruangan
c. dinding penghalang, pekerjaan c. memotong dinding atau langit-langit
jaringan listrik, pompa minor, dan dimana migrasi debu dapat
aktivitas yang tidak menghasilkan dikontrol
debu atau membutuhkan
pemotongan dinding atau akses ke
langit-langit dibandingkan dengan
untuk inspeksi visual.
Tipe C Tipe D
Aktivitas yang menghasilkan debu dari tingkat moderat
sampai tinggi atau membutuhkan penghancuran atau Penghancuran mayor dan proyek
pemusnahan komponen kerangka gedung bangunan
• Termasuk, tapi tidak terbatas pada : • Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
a. melakukan plesteran dinding untuk dicat atau a. aktivitas yang membutuhkan kerja
pelapisan dinding shift yang berkelanjutan
b. mengangkat penutup lantai, papan langit-langit, dan b. membutuhkan penghancuran
papan penghalang besar atau pengangkatan system
kabel yang lengkap
c. konstruksi dinding baru
c. konstruksi baru
d. membuat akses kerja minor atau pekerjaan listrik di
atas langit-langit
e. aktivitas kabel mayor
f. pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu shift
Langkah Ke-2 :
Identifikasi Kelompok Pasien yang Berisiko di sekitar kegiatan
konstruksi
Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi

Area Kantor Cardiologi CCU Setiap area yang merawat


pasien dengan
Echocardiography UGD imunokompromise

Endoscopy Persalinan Unit Luka Bakar

Kedokteran Nuklir Laboratorium (specimen) Cathlab Jantung

Terapi fisik Perawatan Bayi Baru Lahir ISP

Radiologi/MRI Poli Bedah ICU

Terapi Respiratori Pediatrik Unit Penyakit Dalam

6/15/22 PELATIHAN IPCD-IPCN/PERSI/PERDALIN


Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA Renovasi

• Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Aktivitas


Konstruksi dan Kelompok Pasien Berisiko

Note: Infection Control approval will be required when the Construction


Activity and Risk Level indicate that Class III or Class IV control procedures are
necessary.
Rekomendasi Tim PPI
berdasarkan Kelas ICRA Renovasi

Kelas I
Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai

• Lakukan pekerjaan dengan • Bersihkan Area setiap


metode yang dapat selesai pekerjaan.
meminimalisir debu dari
aktivitas konstruksi.
• Segera
mengganti/menggeser
papan langit-langit yang
salah posisi selama inspeksi
visual
Steps 1-3 Adapted with permission V Kennedy, B Barnard, St Luke Episcopal Hospital, Houston TX; C Fine CA
Steps 4-14 Adapted with permission Fairview University Medical Center Minneapolis MN Forms modified /updated;
provided courtesy of Judene Bartley, ECSI Inc. Beverly Hills MI 2002. Jbartley@ameritech.net Updated, 2009.
Kelas II
Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai

• Melakukan metode yang aktif


untuk mencegah debu
• Bersihkan permukaan
beterbangan dari tempatnya ke kerja dengan desinfektan
udara. • Kumpulkan limbah
• Semprotan air ke permukaan kerja konstruksi dengan
untuk mengontrol debu pada saat container yang tertutup
memotong
rapat sebelum
• Tutup pintu yang tidak dipakai dibawa/dikirim
dengan selotip.
• Memblok dan menutup ventilasi • Lakukan pengepelan basah
udara. dan atau vacuum dengan
• Letakkan keset di pintu masuk dan vacuum HEPA filter
pintu keluar dari area konstruksi. sebelum meninggalkan
• Lepaskan atau lakukan isolasi area kerja
system HVAC di area kerja. • Hentikan isolasi system
HVAC pada
PELATIHAN area kerja
IPCD-IPCN/PERSI/PERDALIN
Kelas III

Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai


• Cabut atau lakukan isolasi system • Jangan melepaskan
HVAC pada area yang sedang penghalang dari area
dikerjakan untuk mencegah kerja sampai proyek yang
kontaminasi dari system saluran.
selesai telah diinspeksi
oleh K3RS dan PPIRS dan
• Lengkapi semua Penghalang kritikal, secara keseluruhan telah
seperti lembaran penutup, triplek, dibersihkan oleh USL.
plastic, untuk menutup area dari
area non kerja atau melakukan
implementasi dengan metode
control cube (kereta dorongan • Lepaskan pembatas
dengan penutup plastic dan material secara hati-hati
penghubung tertutup pada area untuk meminimalisasi
kerja dengan vakum HEPA untuk penyebaran debu dan
melakukan vakum sampai ke pintu debris sisa-sisa
keluar)sebelum konstruksi dimulai. konstruksi.
Kelas III

Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai

• Jaga tekanan negative udara • Vakum area kerja


dalam area kerja dengan vakum HEPA
menggunakan HEPA yang filter.
dilengkapi dengan unit
filtrasi udara. • Area dilakukan
pengepelan basah
dengan desinfektan.
• pengiriman atau kereta.
Tutup rapat dengan selotip
kecuali sudah ada • Hentikan isolasi sistem
penutupnya. HVAC pada area yang
sedang dikerjakan
Kelas IV

Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai

• Jaga tekanan negative • Tutup


udara dalam area kerja sambungan/reseptakel
pengiriman atau kereta.
menggunakan HEPA yang Tutup rapat dengan
dilengkapi dengan unit selotip kecuali sudah
filtrasi udara. ada penutupnya.

• Tutup lubang, pipa-pipa, • Vakum area kerja


dengan vakum HEPA
sambungan-sambungan, filter
dan bolongan-bolongan
dengan benar
Kelas IV

Selama Pekerjaan Konstruksi Setelah Pekerjaan Selesai


• Dirikan/Buat anteroom dan anjurkan semua
petugas untuk melewati ruangan ini sehingga
mereka bisa divakum terlebih dahulu
• Area dilakukan
menggunakan pembersih vakum HEPA sebelum
meninggalkan area kerja atau mereka dapat pengepelan basah
memakai baju pelindung atau penutup tubuh yang
dapat dilepas setiap saat mereka meninggalkan dengan desinfektan
area kerja.

• Setiap petugas yang memasuki area kerja harus


memakai pelindung alas kaki/sepatu. Pelindung
sepatu harus diganti setiap petugas keluar dari • Hentikan isolasi sistem
area kerja.
HVAC pada area yang
• Jangan melepaskan penghalang dari area kerja sedang dikerjakan
sampai proyek yang selesai telah diinspeksi oleh
K3RS dan PPIRS dan secara keseluruhan telah
dibersihkan oleh USL
KESIMPULAN

● Tiap organisasi harus melakukan pengkajian risiko infeksi yang


spesifik. Penilaian ini disusun untuk merancang prioritas program
PPI RS
● Sekali prioritas teridentifikasi, sasaran, tujuan dan strategi dipakai
untuk merancang rencana program PPI RS
● Proses penilaian risiko dilakukan terus menerus, dengan perubahan
fokus setiap tahun
● Laporan perkembangannya dapat melacak dan laporkan prioritas
dan keberhasilan program PPI RS
TERIMAKASIH
ATAS
PERHATIANNYA
SALAM SEHAT SELALU

Anda mungkin juga menyukai