RUANG ISOLASI
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat
pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah dari pasien lain ketika mereka
mendapat perawatan medis, dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau
infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan
serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus
penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Penularan penyakit dapat melalui droplet, airborne, dan kontak. Untuk mencegah
terjadinya penularan dari petugas ke atau dari pasien ke petugas, maka petugas
harus memahami cara memutus mata rantai penularan dan memakai alat
pelindung diri dengan benar sesuai ketentuan.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah S.W.T.
Amin.
Banyumas,
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................................................1
SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan Ruang Isolasi
RS Ananda Purwokerto ...........................................................................................2
Kata Pengantar.........................................................................................................4
Daftar Isi...................................................................................................................5
BAB I. DEFINISI.................................................................................................6
BAB II. RUANG LINGKUP................................................................................8
BAB III. TATA LAKSANA..................................................................................9
A. Pengelolaan Pasien Berdasarkan Transmisi.....................................9
B. Syarat-syarat Ruang isolasi ...........................................................13
C. Tekanan Udara Ruang Isolasi.........................................................14
D. Pengaturan di Ruang Isolasi...........................................................15
E. Pengelolaan Limbah di Ruang Isolasi............................................17
F. Universal Precaution yang Diterapkan di Ruang Isolasi................18
G. Peran Perawat yang dapat Diterapkan di Ruang Isolasi.................19
H. Mekanisme Penggunaan Ruang Isolasi..........................................21
BAB IV. DOKUMENTASI..................................................................................23
A. SPO Ruang Isolasi..........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
DEFINISI
1. Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang
merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika
mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran
penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi
layanan kesehatan.
2. Ruang Isolasi adalah tempat yang mampu merawat pasien yang
memerlukan preawatan isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan
lanjutan dan terintegrasi semua aspek pelayanan dalam satu tempat (satu
pintu) serta mampu menciptakan lingkungan yang aman dari kontaminasi bagi
seluruh komponen
3. Ruang Isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien
menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
pasien dan petugas kesehatan.Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi
dua jenis, yaitu tekanan udara negatif (Negative Pressure) dimana tekanan
udara di ruang isolasi negatif terhadap area disekitarnya untuk mencegah
penyakit-penyakit yang mudah mengkontaminasi seperti,tuberculosis, cacar
air (varicella), herpes zoster, dan measles (rubella), sedangkan pasien yang
memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien HIV dan pasien yang
mendapat transplantasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow
Transplant)menggunakan ruang isolasi dengan tekanan udara positif
(Positive Pressure) dimana tekanan udara di ruang isolasi positif terhadap area
sekitarnya untuk melindungi pasien dari kontaminasi luar.
4. Ruang Isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga
pasien dengankondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka
menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006).
5. Ruang Isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan
penyakit risiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-
5
penyakit infeksi antara lainHIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-
lain (Depkes RI).
6
BAB II
RUANG LINGKUP
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
udara atau ventilasi, misalnya Adenovirus.Transmisi droplet, dimana droplet
mencapai mukus membran atau terinhalasi.
Transmisi droplet ke kontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan
tangan dan ditransmisikan ke sisi lain, misalnya mukosa membran.Transmisi
jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung, misalnya
Commoncold, Respiratory Syncitial Virus (RSV). Transmisi jenis ini dapat
terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal,
batuk akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.
3. Kewaspadaan Transmisi Melalui Udara (Airborne Precautions)
Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai tambahan
Kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui
terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan ditransmisikan
melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel terinhalasi (varicella
zoster) langsung melalui udara.
Kewaspadaan Transmisi melalui airborne ditujukan untuk menurunkan risiko
transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa
droplet nuklei (sisa partikel kecil < 5µ evaporasi dari droplet yang bertahan
lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab
infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber, dapat
terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari pasien
sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misalnya penanganan
udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara,
droplet nuklei atau sisik kulit terkontaminasi(S. aureus).
Kontak Droplet Udara/Airborne
Penempatan Tempatkan di ruang Tempatkan Tempatkan pasien di
Pasien rawat terpisah, bila pasien di ruang ruang terpisah yang
tidak mungkin terpisah, bila mempunyai :
kohorting, bila tidak mungkin 1. Tekanan negatif
keduanya tidak kohorting. Bila 2. Pertahankan udara
mungkin maka keduanya tidak 6 – 12 x / jam.
pertimbangkan mungkin, buat 3. Pengeluaran udara
epidemiologi pemisah dengan terfiltrasi sebelum
mikrobanya dan jarak > 1 meter udara mengalir ke
populasi pasien. antar TT dan ruang atau tempat
Bicarakan dengan jarak dengan lain di RS.
petugas PPI. pengunjung. Usahakan pintu
(kategori I B) Pertahankan ruang pasien
Tempatkan dengan pintu terbuka, tertutup. Bila ruang
jarak > 1 meter antar tidak perlu terpisah tidak
TT. penanganan memungkinkan,
Jaga agar tidak ada khusus terhadap tempatkan pasien
9
Kontak Droplet Udara/Airborne
kontaminasi silang udara dan dengan pasien lain
ke lingkungan dan ventilasi. yang mengidap
pasien lain (kategori I B) mikroba yang sama,
(kategori I B) jangan dicampur
dengan infeksi lain
(kohorting) dengan
jarak > 1 meter.
Konsultasikan
dengan petugas
PPIRS sebelum
menempatkan pasien
bila tidak ada ruang
isolasi dan kohorting
tidak memungkinkan
(kategori I B).
10
Kontak Droplet Udara/Airborne
Gaun pencegahan.
Pakai gaun bersih, Orang yang telah
tidak steril saat pernah sakit campak
masuk ruang pasien atau cacar air tidak
untuk melindungi perlu memakai
baju dari kontak masker. (kategori I
dengan pasien, B)
permukaan
lingkungan, barang Masker Bedah/
di ruang pasien, Prosedur (min)
cairan diare pasien, Sarung Tangan
ileostomy, Gaun
colostomy, luka Goggle
terbakar. Bila melakukan
Lepaskan gaun tindakan dengan
sebelum keluar kemungkinan timbul
ruangan. aerosol.
Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang
ke lingkungan dan
pasien lain.
(kategori I B)
Apron
Bila gaun
permeable, untuk
mengurangi
penetrasi cairan,
tidak dipakai
sendiri.
11
Kontak Droplet Udara/Airborne
difficile, P.
aeruginosa,
Influenza, Norovirus
(juga makanan dan
air).
12
Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem
sterilisasi dengan HEPA.
13
Gambar 4 : Pressurization Control in Buildings
14
b. Penyeterilan Ruangan
Dilakukan setelah pasien pulang/pindah dan sebelum pasien masuk;
Sebelum disterilkan semua alat-alat dan ruangan dibersihkan;
Karena sudah memakai hepafilter, maka ruangan tidak perlu
difogging.
c. Kultur Ruangan
Kultur ruangan dilakukan tiap 6 bulan sekali dan diukur partikel
udaranya;
Sampel kultur yang diperlukan :
Kultur Udara ;
Kultur Dinding ;
Kultur Lantai ;
Kultur Air ;
Kultur Alat-alat Kesehatan.
2. Petugas
a. Jumlah Petugas
Kebutuhan tenaga perawat disesuaikan dengan kapasitas tempat tidur.
b. Kriteria Petugas
Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam merawat pasien
dengan imunitas menurun;
Harus melaksanakan prinsip-prinsip kesterilan dan displin;
Perhatian dan mau mendengarkan keluhan pasien;
Sudah mengikuti pelatihan dasar kanker dan kemoterapi.
c. Syarat-syarat Petugas
Petugas kamar steril harus melakukan prinsip-prinsip kesterilan;
Tidak diperbolehkan memakai perhiasan (cincin);
Cuci tangan dengan antiseptik/chlorhexidin setiap masuk koridor
steril, yaitu bagian kuku disikat dengan sikat yang telah disediakan,
cuci tangan sampai siku pada air yang mengalir;
Setiap keluar masuk ruangan penderita harus cuci tangan dengan
antiseptik pada air yang mengalir;
Bila masuk koridor steril, gunakan penutup kaki dan jas drill;
Dilarang keluar masuk ke dalam kamar pasien yang lain, kecuali
dalam keadaan darurat;
15
Petugas yang sedang sakit tidak boleh masuk ruangan pasien;
Alat- alat tulis seperti pulpen, dokumen medik, surat konsul, dan lain-
lain tidak diperkenankan keluar masuk koridor;
Setiap petugas yang menolong pasien harus menggunakan sarung
tangan steril.
Setiap masuk ke kamar pasien pakai jubah (jas drill) steril yang telah
disediakan.
3. Pasien
a. Indikasi pasien masuk ruang isolasi imunitas menurun adalah :
Pasien yang akan dilakukan kemoterapi agresif;
Pasien yang mempunyai ANC < 500 sel /µL.
Pasien segera dirujuk
b. Hal-hal yang perlu dijelaskan pada pasien dan keluarga :
Tujuan, lamanya pengobatan, efek samping;
Kondisi dan situasi ruangan;
Kegiatan rutin;
Kebersihan ruangan;
Biaya;
Surat Ijin Tindakan.
16
dengan simbol citotoksik untuk limbah sitotoksik, dan kantong berwarna
hitam untuk sampah non infeksius.
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal.Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah
diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana
dilengkapi dengan alat proteksidan pakaian kerja khusus.Pengangkutan
eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar
(off-site).Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang
tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat.Prosedur tersebut termasuk
memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah infeksius diangkut dalam
kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.Di RS Ananda Purwokerto pengolahan dan
pembuangan sampah dikerjakan oleh pihak ke 3.
17
Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air;
Proses instrumen dengan benar;
Lakukan pengelolaan limbah dengan benar;
Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama;
Buang sampah terkontaminasi dengan aman;
Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam kondisi
steril dan siap pakai dengan cara dekontaminasi, pencucian alat, dan
desinfeksi dansterilisasi.
Penerapan Universal Precaution meliputi :
Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)
Penggunaan APD berfungsi untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas maupun pengunjung dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.
Penatalaksanaan Ruang Rawat
Lakukan pembersihan dengan menggunakan larutan chlorin 0,5 %
seluruh permukaan ruangan sebelum pergantian pasien;
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan APD lengkap;
Semua peralatan yang ada di dalam ruangan juga dilakukan pembersihan
dengan larutan chlorin;
Peralatan untuk pasien tidak dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain.
Penatalaksanaan Ambulan
Ambulan pembawa pasien dilakukan pembersihan dengan semprotan
air desinfektan;
Bagian dalam dibersihkan dengan semprotan larutan chlorin 0,5 %;
Petugas ambulan dan petugas pengantar wajib melakukan dekontaminasi
individu sesuai alur dan protap.
18
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan pencegahan kepada
pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka
dan bertanggung jawab dalam menjalankannya.
19
Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau
mernanipulasinyadengan kedua tangan;
Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum;
Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke dalam wadah yang
tahantusuk dan air, dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau;
Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan ventilasi
lainsebagai alternatif mulut ke mulut.
20
b. Pasien diberi masker disposible sejak pasien datang di IGD sampai
ditransfer ke Ruang Isolasi;
c. Petugas yang mentransfer pasien tersebut juga memakai masker
disposible;
d. APD yang digunakan di ruang isolasi bertekanan negatif meliputi:
Tidak perlu menggunakan sarung tangan, kecuali kontak dengan
darah;
Tidak perlu memakai alas kaki khusus
Memakai Masker Disposible;
Perlu memakai gaun jika pakaian terkontaminasi;
Apabila pasien sudah pulang, maka harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Bersihkan Exhouse Fan;
Bersihkan AC;
Bersihkan dan dekontaminasi ruangan dengan klorin 0,5%;
Ganti semua korden yang terpasang dengan korden yang
baru/bersih;
Buang semua sampah (selang Oksigen, dll) sesuai dengan
ketentuan;
Buang air sisa humidifier, dan cuci tempatnya kemudian pasang
kembali dalam keadaan kosong dan sudah bersih dan steril;
Dokumentasikan dalam CheckList setelah melakukan
pembersihan dan dekontaminasi ruangan dan peralatan.
Check List disimpan di ruang perawatan isolasi.
21
BAB IV
DOKUMENTASI
22
DAFTAR PUSTAKA