Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

RUANG ISOLASI

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan kesehatan pada
kami sehingga bisa menyelesaikan Panduan ruang isolasi ini .Dalam
tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan ini.
Kami (penulis) menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, oleh
sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan Panduan Ruang isolasi ini. Dan semoga
Panduan Ruang isolasi ini dapat bermanfaat bagi kita yang memerlukan.

Purworejo, Maret 2020

Penulis

SAMBUTAN
ii
DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO

Kami menyambut dengan gembira upaya yang telah berhasil


menyusun Panduan Ruang isolasi Rumah Sakit RSUD R.A.A.
Tjokronegoro. Panduan ini hendaknya digunakan sebagai petunjuk dalam
membuat ruang isolasi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan.
Tak lupa kami ucapkan selamat dan terima kasih kepada penyusun
yang telah berhasil Panduan ruang isolasi Di Rumah Sakit RSUD R.A.A.
Tjokronegoro. Selamat Bertugas
Purworejo, Maret 2020

Direktur RSUD R.A.A. Tjokronegoro

dr. Tolkha Amaruddin, M.Kes, SpTHT- KL

Penata Tk.I
NIP : 19750307 200902 1 002

iii
DAFTAR ISI

Judul...................................................................................................i

Kata Pengantar....................................................................................ii

Sambutan............................................................................................iii

Daftar Isi.............................................................................................iv

BAB I Definisi......................................................................................1

BAB II Ruang Lingkup.........................................................................2

BAB III Tata Laksana...........................................................................3

BAB IV Dokumentasi...........................................................................10

iv
BAB I
DIFINISI RUANG ISOLASI
A Difinisi Ruang Isolasi
Ruang Isolasi adalah ruang khusus yang terdapat di rumah sakit
yang merawat Pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari Pasien
lain Ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah
penyebaran penyakit atau infeksi kepada Pasien dan mengurangi risiko
terhadap pemberi layanan Kesehatan serta mampu merawat Pasien
menular agar terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
Pasien dan petugas Kesehatan.
PPI Telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau
Kewaspadaan Umum” yang harus di berlakukan untuk semua penderita
baik yang di rawat maupun yang tidak di rawat di rumah sakit terlepas
dari apakah penyakit yang di derita penularannya melalui darah atau
tidak .
Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar
para petugas Kesehatan yang merawat Pasien terhindar dari penyakit –
penyakit yang di tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka
melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja , lesi kulit, lesi selaput lender

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Perawatan Isolasi


RSUD R.A.A. Tjokronegoro yang merupakan rumah sakit yang memberikan
peayanan yang komplek berbagai jenis penyakit yang ada, tidak terkecuali
penyakit yang menular, pasien dengan resiko tinggi menyebarkan
penularan penyakit, dan juga pasien dengan resiko immunocompromised.
Sehingga diperlukannya suatu ruangan isolasi sehingga pasien-pasien
dengan kasus yang beresiko menyebarkan infeksi melalui droplet, airbone,
kontak langsung, vehicle, dna lainnya. Beberapa ruang isolasi yang ada di
RSUD R.A.A. Tjokronegoro adalah:

1. IRNA KENARI
Satu Kamar Ruang Isolasi untuk merawat semua pasien yang
menular
2. IRNA Gelatik
Satu kamar Ruang Isolasi untuk merawat semua pasien yang
menular

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. PENGERTIAN RUANG ISOLASI


Ruang Isolasi adalah Ruangan Khusus Untuk penderita penyakit
menular. Isolasi menggambarkan pemisahan yang terinfeksi selama
masa inkubasi dengan kondisi tertentu untyk mencegah atau
mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun tidak
langsung dari orang yang rentan.
Karantina Adalah Tindakan yang di lakukan untuk membatasi ruang
gerak orang yang sehat yang di duga telah kontak dengan penderita
penyakit menular tertentu.
CDC telah merekomendasikan suatu Universal Precaution atau
Kewaspadaan Umum yang harus di berlakukan untuk semua baik
yang di rawat maupun yang tidak di rawat di Rumah Sakit terlepas
dari apakah penyakit yang di derita penularannya melalui darah atau
tidak.
Hal ini di lakukan dengan asumsi bahwa darah dan cairan tubuh
dari penderita (sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma,
cairan vagina, jaringan, Liquor Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura,
peritonium, pericardial, dan amnion) dapat mengandung Virus HIV,
Hepatis B, dan bibit penyakit lainnya yang di tularkan melalui darah.

B. TUJUAN ISOLASI
Tujuan dari pada di lakukannya Kewaspadaan Umum ini adalah
agar para petugas Kesehatan yang merawat Pasien terhindar dari
penyakit– penyakit yang di tularkan melalui tertusuk jarum karena
tidak sengaja, lesi kulit, dan lesi selaput lendir.
Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian
sarung tangan, lab jas, masker, kacamata, atau kaca penutup mata.
Ruangan khusus di perlukan jika hyiegene penderita jelek. Limbah
Rumah sakit di awasi oleh pihak yang berwenang.

7
C. SYARAT-SYARAT RUANG ISOLASI
1. Pencahayaan
Menurut KepMenKes 1240/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya
untuk ruang isolasi adalah 0,1±0,5 lux dengan warna cahaya biru.
Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang
cukup.
2. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi ruang isolasi pada dasarnya menggunakan
prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah.

D. BERDASARKAN TEKANANNYA RUANG ISOLASI


1. Ruang Isolasi bertekanan Negatif
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi
lebih rendah di bandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak
akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar
tidak terkontaminasinya oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi
bertekanan negatif di gunakan untuk penyakit–penyakit menular
khususnya yang menular melalui udara sehingga kuman–kuman
penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode
pembuangan udara atau sirkulasi udara di gunakan sistim sterilisasi
dengan HEPA.
2. Ruang Isolasi bertekanan Positif
Ada ruang isolasi bertekan positif udara di dalam ruang isolasi lebih
tinggi di bandingkan udara luar sehingga menyebabkan terjadi
perpindahan udara dari dalam ke luar ruangan isolasi. Hal ini
mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke ruangan
iolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara
luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini di gunakan untuk penyakit-
penyakit immuno deficiency seperti HIV AIDS atau pasien–pasien
tranplantasi sum sum tulang untuk memperoleh udara di luar yang
sebelumnya telah di sterilisasi terlebih dahulu.
8
E. PENGELOLAAN LIMBAH
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan
pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari
penimbunanan, penampungan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuangan.

F. MACAM – MACAM ISOLASI


1. Isolasi ketat
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit
yang sangat virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara
maupun melalui kontak langsung. Cirinya adalah selain di sediakan
ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi meeka yang keluar
masuk ruangan di wajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan,
Ventilasi ruangan tersebut juga di jaga dengan tekanan negative
dalam ruangan.
2. Isolasi Kontak
Di perlukan untuk penyakit – penyakit yang kurang menular atau
infeksi yang kurang serius, untuk penyakit–penyakit yang teutama di
tularkan secara langsung sbagai tambahan terhadap hal yang di
butuhkan, di perlukan kamar tersendiri. Namun penderita dengan
penyakit yang sama boleh di rawat dalam satu kamar, masker di
perlukan bagi mereka yang kontak secara langsung dengan penderita.
Lab jas di perlkan jika memungkinkan terjadi kontak dengan tanah
atau kotoran dan sarung tangan di perlukan kija menyentuh bahn –
bahan yang infeksius.
3. Isolasi Pernafasan
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara,
di perlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka
yang menderita penyakit yang sama boleh di rawat dalam ruangan
yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang di
perlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak
dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak diperlukan.
9
4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita tbc Paru dengan BTA Positif atau gambaran
radiologinya menunjukkan TBC Aktif .Spesifikasikamar yang di
perlukan adalah kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu
tertutup . Sebagai tambahan terhadap hal – Hal pokok yang di
butuhkan masker khusus tipe respirasi di butuhkan bagi mereka
yang masuk keruangan perawatan,Lab jasdi perlukan untuk
mencegah kontaminasi pada pakaian dan perlukan sarung tangan.
5. Kehati–hatian terhadap penyakit enterie
Untuk penyakit – penyakit infeksi yang di tularkan langsung atau
tidak langsung melalui tinja . sebagai tambahan terhadap hal – hal
poko yang di perlukan , perlu di sediakan ruangan khusus bagi
penderita yang hygiene perorangannya rendah. Masker tidak di
perlukan jika ada kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan di
perlukan jika menyentuh bahan-bahan yang terkontaminasi.

G. PRINSIP ISOLASI
Ruang Perawatan Isolasi terdiri dari :
1. Ruang ganti umum
2. Ruang Bersih dalam
3. Stasi perawat
4. Ruang Rawat Inap
5. Ruang Dekontaminasi
6. Kamar mandi Petugas

H. PRINSIP KEWASPADAAN AIRBORNE HARUS DITERAPKAN


DISETIAP RUANGAN PERAWATAN ISOLASI YAITU:
1. Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif di
banding tekanan di koridor.
2. Pergantian sirkulasi udara 6-12 Kali perjam.
3. Udara harus di buang keluar , atau diresirkulasi dengan
menggunakan filter HEPA ( High Efficiency Particulate Air )
4. Setiap pasien harus di rawat di ruang tersendiri.
10
5. Pada saat petugas atau orang lain berada di ruang rawat pasien
harus memakai masker bedah (Surgical Masker ) atau masker N 95 (
Bila mungkin )
6. Ganti masker setiap 4-6 jam dan di buang ketempat sampah
Infeksius
7. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai gunakan
penampung dahak / ludah sekali pakai (Disposable)

I. UNIVERSAL PRECAUTION YANG DITETAPKAN DI RUANG ISOLASI


Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang di
lakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi dan di dasarkan pada prinsip bahwa darah dan
cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit , baik barasal dari
pasien maupun petugas kesehatan ( Nursalam 2007) ,secara garis
besar , standart kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan
membrane mukosa.
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh
mungkin memercik
4. Tutup Luka dan lecet dengan plester tahan air.
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajamdalam kotak tahan tusukan dan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Lakukan pengelolaan Limbah dengan benar
9. Bersihkan tumpahan dan cairan tubuh lain segera dan dengan
seksama.
10. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
11. Lakukan pengelolaan alat kesehatan untuk mencegah infeksi dalam
kondisi steril dan siap pake dengan cara dekomentasi alat dan
desinfeksi dan dansentralisasi

J. PROSEDUR PERAWATAN DI RUANG ISOLASI


11
1. Persiapan sarana
Baju oprasi ysng bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan.
Sepatu bot karet yang bersih, rapi, (tidak robek) dan sesuai ukuran
kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril
ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih ukuran lengan yang
sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang bersih.
Masker N95 dan kacamata pelindung. Lemari kaca berkunci tempat
penyimpanan pakaian dan barang- barang pribadi.
2. Langkah – langkah saat masuk ke ruang perawatan isolasi
Lakukan hal sebagai berikut:
a. Lepaskan cincin ,jam atau gelang
b. Lepaskan pakaian luar
c. Kenakan baju Kerja sebagai lapisan pertama pakaian
d. Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang –
barang pribadi lainnya dalam lemari berkunci yang telah di
sediakan.
3. Mencuci tangan
4. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
5. Kenakan gaun luar/ jas oprasi
6. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan
7. Kenakan masker
8. Kenakan masker bedah
9. Kenakan celemek plastik/ apron
10. Kenakan penutup kepala
11. Kenakan alat pelindung mata ( goggles/ kacamata )
12. Kenakan sepatu boot karet

BAB IV
DOKUMENTASI
12
Beberapa Standar operasional prosedur yang dibutuhkan adalah :
1. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Pemilihan jenis Alat pelindung
diri
2. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Alur masuk ke ruang isolasi
3. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Alur keluar ruang isolasi
4. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Alur membuang limbah
infeksius
5. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) alur pemakaian linen
6. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) alur penyimpanan linen kotor
7. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pengaturan sirkulasi udara
8. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pembersihan alat makan
9. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pemakaian masker bagi
pasien dengan resiko menularkan lewat dropplet
10. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pemakaian masker bagi
pasien dengan resiko mnlukarkan lewat airborne.
11.Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pemakaian masker bagi pasien
dengan imunokompromised.
12. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) persalinan spontan pasien
dengan resiko penularan melalu cairan tubuh ( HIV-AIDS )
13.Standar Prosedur Operasional ( SPO ) persalinan spontan pasien
dengan resiko penularan melalu cairan tubuh ( Hepatitis )
14. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pembersihan ruang isolasi
15. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pembersihan kamar
operasi stelah operasi dengan resiko penyakit menular
16. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pemantauan udara
17. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pemantauan tekanan negatif
18. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) swab microorganisme di ruang
isolasi
19. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) swab mikroorganisme di kamar
operasi

13
20. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pembedahan pada pasien
dengan HIV
21. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pembedahan pada pasien
dengan Hepatitis
22. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pemilihan alat bantu nafas
pada pasien dengan resiko penularan melalui udara/dropplet
23. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Kunjungan keluarga
pada pasien dengan imunokompromised
24. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) kunjungan keluarga pada
pasien yang beresiko menularkan penyakit melalui dropplet infection
25. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) jenis seragam petugas
kesehatan yang merawat pasien dengan penyakit menular.
26. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) jenis seragam petugas
kesehatan yang merawat pasien dengan imunokompromised.
27. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Alur keluar kamar
operasi pasien dengan penyakit menular
28. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) Alur masuk kamar
operasi pasien dengan penyakit menular
29. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) alur pasien masuk IGD
dengan resiko penyakit menular melalui dropplet/air borne
30. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) pembersihan mobil jenazah

dengan penyakit menular

31. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) perawatan jenazah dengan


penyakit menular HIV-AIDS

14
REFERENSI

1. http://soyina.blogspot.com/2012/05/perawatan-ruang-isolasi.html
2. snaini. 2009. Universal Precaution di Ruang Isolasi Available at:
http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2009/07/kumpulan-informasi-tentang-

infeksi.html.
3. Sabra L. Katz-Wise. 2006. Isolation Rooms Available at:

http://www.revolutionhealth.com/conditions/lung/tuberculosis/treat/isolation room.
4. http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/1A%20Laplit

%20garut.pdf

1
2

Anda mungkin juga menyukai