PANDUAN
CARA MENGELOLA PASIEN DENGAN
INFEKSI AIRBORNE
TAHUN 2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat-Nya sehingga Panduan Cara Mengelola Pasien dengan Infeksi
Airborne ini dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Direktur,
Tim Penyusun :
1. Dr. Asriani Azikin,Sp.Pk
2. Raja Indah Marzuki, S.Kep.Ns
3. Maelani,S.Kep.,Ns
4. Irawati, A. Md. Kep
5. Marlina, A. Md. Kep
6. Ahiruddin , A. Md. Kep
7. Muhammad bahri, A. Md. Kep
3
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN …………………………………………………………….…. 4
1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 4
2. Pengertian ………………………………………………………………….. 5
B. RUANG LINGKUP ……………………………………………………………… 6
C. KEBIJAKAN ……………………………………………………………........... 7
D. TATA LAKSANA …………………………………………………………......... 8
E. DOKUMENTASI ………………………………………………………………... 9
1
TENTANG
MEMUTUSKAN :
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
NOMOR 239 TAHUN 2021
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN CARA
MENGELOLA PASIEN DENGAN INFEKSI
AIRBORNE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI
PANDUAN
CARA MENGELOLA PASIEN DENGAN INFEKSI AIRBORNE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya
sehari – hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit.
Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak langsung ataupun tidak
langsung, penularan tersebut dapat melalui droplet transmission, dan
airborne transmission (CDC). Tindakan pencegahan universal
merupakan salah satu strategi yang telah direkomendasikan oleh
Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dalam upaya
pengendalian infeksi dan penularan penyakit di sarana kesehatan,
seperti rumah sakit, poliklinik , dan pusat layanan kesehatan lainnya.
Standard Precaution dapat mencegah penularan penyakit /
mikroorganisme (Duerink,dkk. 2006). Prinsip tindakan pencegahan
universal yaitu menganggap semua pasien adalah terkena atau terinfeksi
mikroorganisme, dengan atau tanpa tanda dan gejala sehingga tingkat
pencegahan seragam harus digunakan dalam merawat semua pasien
(Smeltzer, dkk, 2009).
Penularan agen infeksius melalui airborne adalah penularan
penyakit yang disebabkan oleh penyebaran droplet nuklei yang tetap
5
infeksius saat melayang di udara dalam jarak jauh dan waktu yang
lama. Penularan melalui udara dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi
penularan “obligat” atau penularan “preferensial”. Terus munculnya
ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sama sekali tidak boleh diabaikan. Penyakit/patogen yang menular
merupakan masalah yang terus berkembang, dan penularan patogen
yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tidak
terkecuali. Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui
droplet, tapi penularan melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan
yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol pernapasan
infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk
sebagian patogen. Karena banyak gejala ISPA merupakan gejala
nonspesifik dan pemeriksaan diagnosis cepat tidak selalu dapat
dilakukan, penyebabnya sering tidak langsung diketahui. Selain itu,
intervensi farmasi (vaksin, antivirus, antimikroba) untuk ISPA mungkin
tidak tersedia. Maka dari itu perlu diadakan panduan pengelolaan
pasien dengan infeksi airborne.
B. Pengertian
Penyakit infeksi airborne adalah penyakit infeksi menular dengan
penularan melalui penyebaran partikel kecil (≤ 5 μm) ke udara, baik
secara langsung atau melalui partikel debu yang mengandung
mikroorganisme infeksius. Partikel ini dapat tersebar dengan cara batuk,
bersin, berbicara dan tindakan seperti bronkoskopi atau pengisapan
lendir. Partikel infeksius dapat menetap di udara selama beberapa jam
dan dapat disebarkan secara luas dalam suatu ruangan atau dalam
jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara secara khusus dan ventilasi
diperlukan untuk mencegah transmisi melalui udara;
6
BAB II
RUANG LINGKUP
BAB III
KEBIJAKAN
BAB IV
TATA LAKSANA
B. Tata Laksana
Penempatan pasien untuk penularan penyakit melalui udara dengan
cara :
1. Tekanan negatif yang terpantau.
2. Pergantian udara minimal enam kali setiap jam.
3. Pembuangan udara keluar yang memadai, atau bila tidak terpasang
pada ruang isolasi, gunakan filter udara tingkat tinggi termonitor
sebelum udara beredar ke seluruh rumah sakit.
4. Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan.
5. Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan
dengan pasien lain yang dugaan terinfeksi mikroorganisme yang
sama tetapi tidak ada infeksi lain.
6. Gunakan alat pelindung diri waktu masuk ke ruang pasien yang
diketahui atau diduga mengidap tuberkulosis.
7. Jangan masuk ruangan pasien yang diketahui atau diduga
menderita campak atau varisela bagi orang yang rentan terhadap
infeksi tersebut.
8. Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk hal-hal
yang penting saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien
memang diperlukan, hindari penyebaran droplet nukleus dengan
memberi pasien masker bedah.
10
BAB V
DOKUMENTASI
RSUD SINJAI
NO. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN
C.02.18 C 1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2021 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SINJAI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Kahar Anies, Sp. B
NIP: 19780304 200502 1 002
Pengertian Pengelolaan pasien yang dapat menularkan penyakitnya
ke orang lain melalui udara.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pengelolaan pasien dengan Infeksi airborne.
Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 239 Tahun 2019 tentang
Pemberlakuan Panduan Cara Mengelola Pasien dengan
Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sinjai.
Prosedur 1. Petugas menjaga kebersihan tangan dan pemakaian
sarung tangan.
o Petugas kesehatan harus mencuci tangan atau
menggunakan handrub alkohol setelah kontak
dengan setiap pasien atau bahan menular setelah
melepaskan sarung tangan;
o Sarung tangan bukan menggantikan kebutuhan
mencuci tangan, karena pada sarung tangan
mungkin ada pori kecil yang tidak terlihat atau
sobek selama penggunaan atau tangan dapat
terkontaminasi pada saat melepaskan sarung
tangan;
o Tidak mengganti sarung tangan setelah kontak
antar pasien merupakan risiko penyebaran infeksi;
o Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan segera
mencuci tangan atau menggunakan handrub
berbasis alkohol;
2
RSUD SINJAI