Anda di halaman 1dari 25

1

PANDUAN
CARA MENGELOLA PASIEN DENGAN
INFEKSI AIRBORNE

TAHUN 2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat-Nya sehingga Panduan Cara Mengelola Pasien dengan Infeksi
Airborne ini dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Panduan ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan cara


mengelola pasien dengan infeksi airborne di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai.

Panduan ini akan dievaluasi kembali dan dilakukan perbaikan bila


ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit.
Dan kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Tim
Penyusun atas segala upayanya menyelesaikan Panduan ini.

Sinjai, 19 Maret 2021

Direktur,

dr.Kahar Anies, Sp. B


Nip.19780304 200502 1 002

Tim Penyusun :
1. Dr. Asriani Azikin,Sp.Pk
2. Raja Indah Marzuki, S.Kep.Ns
3. Maelani,S.Kep.,Ns
4. Irawati, A. Md. Kep
5. Marlina, A. Md. Kep
6. Ahiruddin , A. Md. Kep
7. Muhammad bahri, A. Md. Kep
3

DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN …………………………………………………………….…. 4
1. Latar Belakang ……………………………………………………………. 4
2. Pengertian ………………………………………………………………….. 5
B. RUANG LINGKUP ……………………………………………………………… 6
C. KEBIJAKAN ……………………………………………………………........... 7
D. TATA LAKSANA …………………………………………………………......... 8
E. DOKUMENTASI ………………………………………………………………... 9
1

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI


KANTOR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman No. 47Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan
Kode pos 92611 Telp (0482) 21132, Fax (0482) 21133, E-Mail :rsudsinjai@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN SINJAI
NOMOR 239 TAHUN 2021

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN CARA MENGELOLA PASIEN DENGAN INFEKSI


AIRBORNE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI,


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai
diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu
dari setiap unit pelayanan;
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan salah satu organisasi di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai yang mendukung
pelayanan rumah sakit secara keseluruhan;
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian
infeksi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Panduan Cara Mengelola Pasien dengan Infeksi
Airborne sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai tentang
Pemberlakuan Panduan Cara Mengelola Pasien dengan
Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai;
2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 38);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 308);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 857);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017
tentang Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1023);
3

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN SINJAI TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN
CARA MENGELOLA PASIEN DENGAN INFEKSI AIRBORNE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI.
KESATU : Menetapkan Pemberlakuan Panduan Cara Mengelola
Pasien dengan Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai sebagaimana tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan cara mengelola pasien dengan
infeksi airborne dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sinjai dan dibantu oleh Ketua
Komite PPI.
KETIGA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau ulang paling lama dua tahun.
KEEMPAT : Dengan berlakunya Panduan Cara Mengelola Psien Dengan
Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sinjai ini maka panduan sebelumnya dinyatakan tidak
berlaku lagi
Ditetapkan di Sinjai
pada tanggal 20 Maret 2021

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN SINJAI,

dr.Kahar Anies, Sp. B


Nip.19780304 200502 1 002
4

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH KABUPATEN SINJAI
NOMOR 239 TAHUN 2021
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN CARA
MENGELOLA PASIEN DENGAN INFEKSI
AIRBORNE RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI

PANDUAN
CARA MENGELOLA PASIEN DENGAN INFEKSI AIRBORNE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya
sehari – hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit.
Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak langsung ataupun tidak
langsung, penularan tersebut dapat melalui droplet transmission, dan
airborne transmission (CDC). Tindakan pencegahan universal
merupakan salah satu strategi yang telah direkomendasikan oleh
Centers for Desease Control and Prevention (CDC) dalam upaya
pengendalian infeksi dan penularan penyakit di sarana kesehatan,
seperti rumah sakit, poliklinik , dan pusat layanan kesehatan lainnya.
Standard Precaution dapat mencegah penularan penyakit /
mikroorganisme (Duerink,dkk. 2006). Prinsip tindakan pencegahan
universal yaitu menganggap semua pasien adalah terkena atau terinfeksi
mikroorganisme, dengan atau tanpa tanda dan gejala sehingga tingkat
pencegahan seragam harus digunakan dalam merawat semua pasien
(Smeltzer, dkk, 2009).
Penularan agen infeksius melalui airborne adalah penularan
penyakit yang disebabkan oleh penyebaran droplet nuklei yang tetap
5

infeksius saat melayang di udara dalam jarak jauh dan waktu yang
lama. Penularan melalui udara dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi
penularan “obligat” atau penularan “preferensial”. Terus munculnya
ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
sama sekali tidak boleh diabaikan. Penyakit/patogen yang menular
merupakan masalah yang terus berkembang, dan penularan patogen
yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tidak
terkecuali. Cara penularan utama sebagian besar ISPA adalah melalui
droplet, tapi penularan melalui kontak (termasuk kontaminasi tangan
yang diikuti oleh inokulasi tak sengaja) dan aerosol pernapasan
infeksius berbagai ukuran dan dalam jarak dekat bisa juga terjadi untuk
sebagian patogen. Karena banyak gejala ISPA merupakan gejala
nonspesifik dan pemeriksaan diagnosis cepat tidak selalu dapat
dilakukan, penyebabnya sering tidak langsung diketahui. Selain itu,
intervensi farmasi (vaksin, antivirus, antimikroba) untuk ISPA mungkin
tidak tersedia. Maka dari itu perlu diadakan panduan pengelolaan
pasien dengan infeksi airborne.

B. Pengertian
Penyakit infeksi airborne adalah penyakit infeksi menular dengan
penularan melalui penyebaran partikel kecil (≤ 5 μm) ke udara, baik
secara langsung atau melalui partikel debu yang mengandung
mikroorganisme infeksius. Partikel ini dapat tersebar dengan cara batuk,
bersin, berbicara dan tindakan seperti bronkoskopi atau pengisapan
lendir. Partikel infeksius dapat menetap di udara selama beberapa jam
dan dapat disebarkan secara luas dalam suatu ruangan atau dalam
jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara secara khusus dan ventilasi
diperlukan untuk mencegah transmisi melalui udara;
6

BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pedoman ini diterapkan oleh semua petugas baik di Instalasi gawat

Darurat, Rawat jalan, Rawat Inap, Penunjang terutama yang merawat

pasien infeksi airborne.

2. Pelaksana panduan ini adalah para tenaga kesehatan (medis, perawat,

farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat,rawat

jalan, IGD dan staf pendukung yang bekerja di rumah sakit.


7

BAB III
KEBIJAKAN

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
3. Keputusan Meneteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/Sk/III/2007
tentang pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, perlu dilakukan perubahan
sesuai dengan perkembangan mengenai pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia Nomor 5607);
7. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran (berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 465);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 413);
10. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menke/Per/II/1988 Tentang Rumah Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 986/
Menkes/Per/XI/1992 Tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
12. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011 Tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
8

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 Tentang


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
14. Peraturan Departemen kesehatan Republik Indonesia Tahun 2001
Tentang Pedomen Pengendalian Infeksi Nasokomial Di Rumah sakit;
15. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai
Nomor 239 Tahun 2019 tentang Pemberlakuan Panduan Cara
Mengelola Pasien dengan Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai.
9

BAB IV
TATA LAKSANA

Penempatan Pasien dengan Penularan Melalui Udara


A. Tujuan
Untuk menurunkan penularan penyakit melalui udara, baik yang
berupa bintik percikan di udara (airborne droplet nuclei, ukuran 5 μm
atau lebih kecil) atau partikel debu yang berisi agen infeksi.

B. Tata Laksana
Penempatan pasien untuk penularan penyakit melalui udara dengan
cara :
1. Tekanan negatif yang terpantau.
2. Pergantian udara minimal enam kali setiap jam.
3. Pembuangan udara keluar yang memadai, atau bila tidak terpasang
pada ruang isolasi, gunakan filter udara tingkat tinggi termonitor
sebelum udara beredar ke seluruh rumah sakit.
4. Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan.
5. Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan
dengan pasien lain yang dugaan terinfeksi mikroorganisme yang
sama tetapi tidak ada infeksi lain.
6. Gunakan alat pelindung diri waktu masuk ke ruang pasien yang
diketahui atau diduga mengidap tuberkulosis.
7. Jangan masuk ruangan pasien yang diketahui atau diduga
menderita campak atau varisela bagi orang yang rentan terhadap
infeksi tersebut.
8. Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk hal-hal
yang penting saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien
memang diperlukan, hindari penyebaran droplet nukleus dengan
memberi pasien masker bedah.
10

BAB V
DOKUMENTASI

1. SPO Pengelolaan Pasien dengan Infeksi Airborne.


2. SPO Penempatan Pasien dengan Infeksi Airborne.
1

PENGELOLAN PASIEN DENGAN INFEKSI


AIRBORNE

RSUD SINJAI
NO. DOKUMEN No. REVISI HALAMAN
C.02.18 C 1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2021 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SINJAI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Kahar Anies, Sp. B
NIP: 19780304 200502 1 002
Pengertian Pengelolaan pasien yang dapat menularkan penyakitnya
ke orang lain melalui udara.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pengelolaan pasien dengan Infeksi airborne.
Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 239 Tahun 2019 tentang
Pemberlakuan Panduan Cara Mengelola Pasien dengan
Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sinjai.
Prosedur 1. Petugas menjaga kebersihan tangan dan pemakaian
sarung tangan.
o Petugas kesehatan harus mencuci tangan atau
menggunakan handrub alkohol setelah kontak
dengan setiap pasien atau bahan menular setelah
melepaskan sarung tangan;
o Sarung tangan bukan menggantikan kebutuhan
mencuci tangan, karena pada sarung tangan
mungkin ada pori kecil yang tidak terlihat atau
sobek selama penggunaan atau tangan dapat
terkontaminasi pada saat melepaskan sarung
tangan;
o Tidak mengganti sarung tangan setelah kontak
antar pasien merupakan risiko penyebaran infeksi;
o Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan segera
mencuci tangan atau menggunakan handrub
berbasis alkohol;
2

PENGELOLAN PASIEN DENGAN INFEKSI


AIRBORNE
NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
C.02.18 C 2/2
RSUD SINJAI
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2021 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SINJAI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Kahar Anies, Sp. B
NIP: 19780304 200502 1 002
2. Petugas menggunakan Gaun atau Apron.
Gaun dan apron dipakai sebagai perlindungan diri
dan untuk mengurangi kemungkinan penyebaran
mikroorganisme di dalam rumah sakit;
o Gaun perlu dipakai untuk mencegah kontaminasi
pakaian dan untuk melindungi kulit petugas dari
percikan darah atau cairan tubuh;
o Gaun yang dipakai hendaknya terbuat dari bahan
kedap air;
o Penutup kaki atau sepatu boot akan memberikan
perlindungan lebih lanjut terhadap kulit bila ada
kemungkinan terjadi tumpahan atau percikan
bahan infeksius dalam jumlah besar.

Unit Terkait 1. Perawatan Interna.


2. Perawatan Anak.
3

PENEMPATAN PASIEN DENGAN INFEKSI


AIRBORNE
RSUD SINJAI
NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
C.02.19 C 1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN
20/03/2021 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SINJAI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Kahar Anies, Sp. B
NIP: 19780304 200502 1 002
Pengertian Penempatan pasien yang terkena infeksi pada ruang
khusus untuk mencegah penyebarannya melalui udara.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penempatan pasien dengan Infeksi airborne.
Kebijakan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sinjai Nomor 239 Tahun 2021 tentang
Pemberlakuan Panduan Cara Mengelola Pasien dengan
Infeksi Airborne Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Sinjai.
Prosedur 1. Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap
kewaspadaan standar.
2. Letakan pasien didalam satu ruangan tersendiri. Jika
ruangan tersendiri tidak tersedia kelompokan kasus
yang telah dikonfirmasi secara terpisah di dalam
ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur
dari kasus yang belum dikonfirmasi atau sedang
didiagnosis. Bila ditempatkan dalam ruangan, jarak
antar tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan
diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang
fisik seperti tirai atau sekat.
3. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut
dialiri udara bertekanan negatif yang dimonitor
(ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian
udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar
atau menggunakan saringan udara partikulasi efisiensi
tinggi (filter Hepa) yang termonitor sebelum masuk ke
sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit. Jika tidak
tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem
penyaringan udara partikulasi efisiensi, buat tekanan
4

PENEMPATAN PASIEN DENGAN INFEKSI


AIRBORNE
RSUD SINJAI
NO. DOKUMEN REVISI HALAMAN
C.02.19 C 2/2
TANGGAL TERBIT: DITETAPKAN
20/03/2021 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN SINJAI
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Kahar Anies, Sp. B
NIP: 19780304 200502 1 002

negatif di dalam ruangan pasien dengan memasang


pendingin ruangan atau kipas angin di jendela
sedemikian rupa agar aliran udara keluar gedung
melalui jendela. Jendela harus membuka keluar dan
tidak mengarah ke daerah publik.
Uji tekanan negatif dapat dilakukan dengan
menempatkan sedikit bedak tabur dibawah pintu dan
amati apakah terpisah kedalam ruangan. Jika
diperlukan kipas angin tambahan didalam ruangan
dapat meningkatkan aliran udara.
4. Jika pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada
pasien mengenai perlunya tindakan pencegahan ini.
5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan
memakai APD yang sesuai : masker (bila
memungkinkan masker efisiensi tinggi harus
digunakan, bila tidak,gunakan masker bedah sebagai
alternatif ) gaun, pelindung wajah atau pelindung mata
dan sarung tangan
6. Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk
ruangan
7. Pakai gaun bersih, non steril ketika masuk ruangan
jika akan melakukan tindakan ke pasien atau kontak
dengan permukaan atau barang – barang di dalam
ruangan.
Unit Terkait Ruang Perawatan Interna.
5

PENGENDALIAN VENTILASI LINGKUNGAN

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

RSUD SINJAI C.02.20 C 1 dari 1 halaman

PROSEDUR TANGGAL DITETAPKAN


TETAP TERBIT
DIREKTUR
20/03/2021

dr. Kahar Anies, Sp. B


NIP. 19780304 200502 1 002

PENGERTIAN Ventilasi adalah lubang masuk dan keluarnya angin


sekaligus sebagai lubang pertukaran udara dalam suatu
ruangan.

TUJUAN Untuk mencegah adanya penyebaran infeksi yang


membahayakan kesehatan pasien.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD Sinjai Nomor 381 Tahun 2015


tentang Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
6

PROSEDUR a. Pengendalian Ventilasi Umum


1. Dalam suatu ruangan diunit supaya memiliki
ventilasi.
2. Ventilasi dalam ruangan dibiarkan terbuka agar
supaya ada Sirkulasi udara dalam ruangan.
3. Ventilasi Ruangan Jangan dibiarkan tertutup.
4. Ventilasi yang selalu terbuka diberi Rang.
5. Untuk Ruangan yang belum memiliki ventilasi
sebaiknya dibuatkan ventilasi buatan.
6. Sebaiknya ventilasi dibersihkan satu kali
seminggu.
b. Pengendalian Spora Jamur
1. Ruangan tersegel dengan pintu yang menutup
sendiri dan jendela kedap udara akan menjamin
kontrol ventilasi.
2. Udara yang masuk lebih banyak udara yang
keluar.
3. Gunakan lap basah selama pembersihan untuk
menghindari beterbangan spora selama
pembersihan ruangan.
c. Pengendalian pencemaran bau dalam ruangan:
Penutupan bau yang didasarkan atas kerja
antagonistis diantara zat – zat yang berbau misalnya
bau karet dapat ditutup atau ditiadakan dengan
paratin.

UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Jalan


2. Unit Rawat Inap
3. Unit Penunjang
7

TINDAKAN YANG MENIMBULKAN AEROSOL

NO. DOKUMEN : NO. REVISI : HALAMAN :


C.02.15 C 1/1

RSUD SINJAI

PROSEDUR TANGGAL DITETAPKAN :


TETAP TERBIT : DIREKTUR
20/03/2021 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI,

dr. Kahar Anies, Sp. B.


NIP. 19780304 200502 1 002

PENGERTIAN Tindakan yang menimbulkan erosol adalah tindakan medis yang


dapat menghasilkan aerosol dalam berbagai ukuran termasuk
kecil (< 5 nm).

TUJUAN Sebagai acuan untuk melindungi petugas dari paparan aerosol.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RSUD Sinjai Nomor 381 Tahun 2015


tentang Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
8

PROSEDUR 1. Gunakan masker bedah.

2. Gunakan pelindung mata ( kacamata/pelindung wajah).

3. Memakai sarung tangan bersih/ handscoen.

4. Memakai celemek kedap air untuk beberapa prosedur dengan


volume cairan yang tinggi.

5. Melakukan prosedur diruang berventilasi cukup, yaitu


disarana- Sarana yang dilengkapi ventilasi mekanik, minimal
terjadi pertukaran udara 6 sampai 12 kali setiap jam.

6. Membatasi jumlah orang yang ada di ruangan pasien sesuai


jumlah minimum.

7. Tempatkan pasien di ruang tersendiri.

8. Membersihkan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan


pasien dan lingkungannya serta setelah melepas APD.

UNIT TERKAIT Semua Unit Pelayanan


PPI
9

PEMBERSIHAN RUANG PERAWATAN PASIEN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI : HALAMAN :


RSUD SINJAI A.02.55 1/1
STANDAR TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN :
PROSEDUR DIREKTUR
OPERASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI,

dr. Kahar Anies, Sp. B.


NIP. 19780304 200502 1 002

Pengertian Proses membersihkan ruangan bebas dari debu dan kuman


patogen.
Tujuan Untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari kuman patogen
aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau mencegah
terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada
pasien, petugas dan pengunjung.

Kebijakan 1. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit


dan fasilitas pelayanan lainnya DEPKES RI, 2011
2. Keputusan Direktur Utama Nomor :
PM.01.24/IV.4.6/70/2015 tentang kebijakan kebersihan
lingkungan.
Prosedur 1. Semua permukaan lingkungan ditempat pelayanan harus
dibersihkan dua kali sehari dan apabila terlihat kotor.
2. Pembersihan tempat tidur beserta fasilitas lain dibersihkan
setelah pasien pulang.
3. Bersihkan dan desinfeksi peermukaan yang sering disentuh
seperti pegangan pintu, bed rails, light switch.
4. Bersihkan dinding, blinds, dan jendela, tirai diarea perawatan.
5. Permukaan meja pemeriksaan atau peralatan lainnya pernah
bersentuhan dengan pasien harus dibersihkan dan
didisinfeksi setelah digunakan
6. Pilih desinfektan yang terdaftar dan digunakan sesuai
petunjuk pabrik, jika tidak ada petunjuk pembersihan dari
pabrik ikuti prosedur tertentu, atau gunakan larutan clorin
0,5 %
10
11

PEMBERSIHAN RUANG PERAWATAN PASIEN

NO. DOKUMEN : NO. REVISI : HALAMAN :


RSUD SINJAI A. C 2/2
STANDAR TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN :
PROSEDUR 20/03/2021 DIREKTUR
OPERASIONAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN SINJAI,

dr. Kahar Anies, Sp. B.


NIP. 19780304 200502 1 002

7. Gunakan deterjen atau air untuk membersihkan


permukaan non keperawatan seperti perkantoran
administrasi.
8. Larutan, kain lap dan kain pel harus di ganti secara
berkala
9. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan
10. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci
dan dikeringkan setelah digunakan dan sebelum
disimpan
11. Tempat tempat disekitar pasien bersihkan dari
peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu, sehingga
memudahkan pembersihan
12. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang
telah digunakan pasien yang diketahui atau suspek
terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan kehawatiran
harus dibersihkan dengan desinfektan segera setelah
digunakan
13. Canebo setelah digunakan untuk membersihkan
permukaan peralatan pasien harus direndam dilarutan
clorin 0,5 % selama 5 – 10 menit sebelum dicuci dan
dikeringkan
14. Proses pengeringan :
a. Untuk canebo dibentangkan di permukaan datar
b. Untuk mop dan super mop setelah pencucian
12

dikeringkan dengan cara mengantungnya.


Unit Terkait Petugas kebersihan / clining service

Anda mungkin juga menyukai