Anda di halaman 1dari 4

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA HATI

NOMOR 008/SK/DIR/I/2014
TENTANG
KEBIJAKAN PENANGANAN PASCA PAJANAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA HATI MOJOKERTO

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya mencegah infeksi dan kecelakaan kerja di Rumah Sakit Mutiara
Hati Mojokerto harus selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan petugas di
rumah sakit.
b. Bahwa perlindungan terhadap setiap petugas kesehatan di Rumah Sakit Mutiara Hati
Mojokerto menjadi salah satu faktor penting dalam pengendalian infeksi di rumah
sakit. Profilaksis Paska Pajanan menjadi gerbang utama mencegah transmisi patogen
kedalam darah terhadap personil kesehatan yang bertugas atau pihak terkait yang
perlu tindakan profilaksis paska pajanan.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu


ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Keputusan Menkes RI Nomor 270/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman manajerial
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1508/Menkes/SK/IX/2005 tentang Rencana
Jangka Menengah Perawatan, dukungan dan Pengobatan untuk ODHA serta
Pencegahan HIV/AIDS tahun 2005-2009.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
5. Pedoman bersama ILO/WHO tentang pelayanan kesehatan dan HIV/AIDS, Direktorat
Pengawasan Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,2005.
6. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya, Depkes RI, 2011.
7. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya, Kementrian Kesehatan RI tahun 2011
8. Keputusan Direktur PT. Mutiara Hati Hazira Medika Nomor
01/SK/DIR/MHHM/2013 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Mutiara Hati.
9. Keputusan Direktur PT. Mutiara Hati Hazira Medika Nomor
02/SK/DIR/MHHM/2013 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Mutiara Hati.
10. Memo Internal Ketua Komite PPI Nomor 008/MI-PPI/RSMH/I/2014 tentang
permohonan pengesahan penanganan pasca pajanan Rumah Sakit Mutiara Hati
Mojokerto.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MUTIARA HATI
TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN PASCA PAJANAN RUMAH
SAKIT MUTIARA HATI MOJOKERTO
Kedua : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan
Penanganan Pasca Pajanan di RS Mutiara Hati Mojokerto yang disusun
oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Mutiara Hati
Mojokerto tahun 2014
Ketiga : Kebijakan ini mengatur bagaimana penanganan petugas yang terpapar
cairan tubuh pasien pada saat melaksanakan tindakan keperawatan di unit
pelayanan
Keempat : Komite PPI bertanggung jawab atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan tersebut.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini

Ditetapkan di Mojokerto
Pada tanggal 20 Januari 2014
Direktur
Rumah Sakit Mutiara Hati,

dr.M.N Geloed Asmara


NIK 2013.01.11
LAMPIRAN
Keputusan direktur Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto
Nomor : 008/SK/DIR/1/2014
Tanggal : 20 Januari 2014

KEBIJAKAN PENANGANAN PASCA PAJANAN


RUMAH SAKIT MUTIARA HATI MOJOKERTO

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Seluruh pasien dan petugas kesehatan secara potensial dapat terpapar patogen ke
dalam darah harus melaksanakan konsultasi dan pemeriksaan skrining kemungkinan
terjadinya infeksi penyakit aliran darah.
2. Infeksi patogen aliran darah hendaknya memperhatikan pertimbangan resiko
transmisi, basis suatu kasus, faktor yang mempengaruhi resiko transmisi dan standar
penceahan infeksi terhadap HIV, HBV, HCV. Harus di nilai terjadinya risiko
penularan HIV, perlu di laksanakan pencegahan dan konseling
3. Penanganan dan pemberian profilaksis pasca pajanan harus di berikan segera setelah
terpapar untuk menghindari perlukaan kulit, serta mengurangi risiko infeksi
penyakit menular pada petugas baik dari sumber infeksi yang di ketahui maupun
yang tidak di ketahui.
4. Dalam menangani petugas yang terpapar cairan tubuh pasien dikerjakan dalam
sistem yang terpadu melibatkan petugas K3RS, Komite PPI, dan petugas terkait,
ada mekanisme kerja yang kolaboratif dalam perawatan dan pengobatan, konseling,
pelaporan, penyelidikan, kompensasi, tindak lanjut jangka panjang, dan harus
disampaikan kepada petugas kesehatan sebagai bagian dari orientasi kerja

B. KEBIJAKAN KHUSUS :
1. Prinsif dasar penanganan pasca pajanan adalah: Jangan Panik ! Segera tangani
sesuai sifat paparan!
2. Penanganan Pasca Pajanan terpapar cairan tubuh, segera lakukan:
a. Pada luka tusuk bilas dengan air mengalir dan sabun antiseptik
b. Pada pajanan mukosa mulut ludahkan dan kumur
c. Pada pajanan mukosa mata irigasi dengan air bersih
d. Pajanan mukosa hidung hembuskan keluar dan bersihkan dengan air. Jangan
dihisap dengan mulut dan jangan ditekan, desinfeksi luka dan daerah sekitarnya
dengan alkohol 70% atau bethadine (Povidon iodine 2,5%.
3. Catat kejadian pajanan dan laporkan ke Tim K3RS dan Komite PPI, meliputi:
a. Tempat dan waktu pajanan
b. Uraian prosedur penggunaan APD pada saat pajanan
c. Tipe, beratnya dan jumlah cairan/ darah yang memajan petugas
a. Uraian tentang sumber pasien
b. Persetujuan untuk pemeriksaan rapid HIV
c. Dokumentasi medis yang memberikan uraian tentang manajemen pasca pajanan
4. Penanganan pasca pajanan bergantung kepada status petugas dan status pasien
terhadap HIV, Hepatitis B, Hepatitis C
5. Komite PPIRS dan K3RS melakukan follow up dan evaluasi serta melaporkan ke
Kepala rumah sakit

Mojokerto, 20 Januari 2014

Direktur
RS Mutiara Hati Mojokerto

dr.M.N Geloed Asmara


NIK 2013.01.11

Anda mungkin juga menyukai