NOMOR : 898/PER/RSI-SA/I/2014
TENTANG
INSTALASI STERILISASI PUSAT (CSSD)
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Disetujui Direktur
dr.
r. H. Masyhudi AM, M. Kes 15 Januari 2014
Utama
Bismillaahirrahmaanirrohiim
2
Nomor : HK.07.06/III/2371/2009 tentang Ijin Penyelenggaraan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung
7. Surat Keputusan Pengurus Badan Yayasan Badan Wakaf
Sultan Agung Nomor 68/SK/YBWSA/V/2013 tentang
Pengesahan Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung.
8. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf Sultan
Agung Nomor: 090/SK/YBWSA/XII/2009 tentang
Pengangkatan Direksi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Masa
Bakti 2009-2013
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN :
KESATU : Panduan Sterilisasi Pusat (CSSD) Rumah Sakit Islam Sultan Agung
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya.
Ditetapkan di : Semarang
Tanggal : 13 Rabiul Awal 1435H
15 Januari 2014M
3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR : 898/PER/RSI-SA/I/2014
TANGGAL : 15 JANUARI 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba
termasuk endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah
sakit untuk mengendalikan infeksi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam
upaya menekan kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya, pusat sterilisasi sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait
antara lain, unsur pelayanan medik, penunjang medik, bagian lain seperti
perlengkapan, logistik, perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana, sanitasi
dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu unit maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah
yang banyak. Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar. Hal ini
merupakan dasar pemikiran Rumah Sakit Islam Sultan Agung untuk memiliki pusat
sterilisasi tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/
Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang berada
dibawah Kepala Instalasi Kamar Bedah dan bertanggung jawab langsung kepada
4
Direktur Pelayanan Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini bertugas memberikan pelayanan
terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk
endospora) secara cepat dan tepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau
bahan secara professional, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang
baik oleh perawat, apoteker, ataupun tenaga non medik yang berpengalaman
dibidang sterilisasi.
Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11
rumah sakit di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003, didapatkan
angka ILO (infeksi Luka Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, Pneumonia
24,5 % dan Infeksi saluran nafas lain 15,1 % serta infeksi lain sebesar 32,1 %. Maka
peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini
juga terkait dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi terkait infeksi.
B. Falsafah
Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang memberikan
pelayanan sterilisasi alat dan bahan dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan
membantu kebutuhan alat dan bahan steril seluruh unit di rumah sakit.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang (CSSD).
b. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
c. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi
nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
d. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi
dalam memberikan pelayanan.
e. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial
di rumah sakit.
D. Istilah
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida pada
sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
5
2. AAMI singkatan dari Associaton for the Advancement of Medical Instrumentation
3. AHA ingkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk
spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas)
atau kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu
secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu
proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi
telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik
maupun pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan
suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.
6
E. Manfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang.
F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan tahun
2010
7
BAB II
PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
DI RUMAH SAKIT
Peralatan medis dan bahan penunjang yang digunakan dalam pelayanan kepada pasien
yang membutuhkan kondisi steril, biasanya dilakukan disetiap unit/ ruang yang
membutuhkan. Rumah sakit harus menyediakan alat sterilisasi di masing-masing unit/
ruang dan dengan menggunakan prosedur yang belum dapat di standarkan. Sistem ini
juga menyebabkan sulitnya melakukan kontrol terhadap hasil/ mempertahankan kualitas
hasil sterilitasi. Di masing-masing unit/ ruang juga masih sulit dalam pengawasan proses
dekontaminasi maupun proses sterilisasi.
Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu, teknologi dan kebutuhan akan pelayanan
medis serta pelayanan yang mengutamakan safety patient, maka rumah sakit perlu
mengembangkan proses sterilisasi yang tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh
rangkaian perlakuan terhadap alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril
menjadi lebih efisien, ekonomis, dan terkontrol dengan harapan safety patient semakin
terjamin.
Pusat sterilisasi di rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu menyiapkan alat
bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Untuk lebih jelas dari
fungsi dan tugas CSSD adalah dimulai dari menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikan peralatan dan bahan medis steril ke
seluruh unit/ ruang di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.
A. Tujuan
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan
kondisi steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi yang timbul akibat perawatan di rumah
sakit.
3. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilitas terhadap produk yang
dihasilkan.
5. Membantu effisiensi tenaga medis dan perawat dalam kegiatan pengelolaan
alat.
8
3. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh unit/ ruang
perawatan.
4. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh ruang/ unit
khusus.
5. Mendistribusikan bahan steril siap pakai untuk semua unit/ ruang sesuai
kebutuhan.
6. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan, bahan yang aman digunakan untuk
pelayanan pasien dengan tetap memperhatikan mutu, keamanan dan
efisiensi.
7. Mempertahankan hasil sterilitas yang memadai sesuai standar untuk
keperluan perawatan pasien.
8. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan melakukan evaluasi hasil
sterilisasi.
9. Melakukan dokumentasi setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, sterilisasi
dan distribusi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu dan
pencegahan pengendalian infeksi.
10. Melakukan pengawasan terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan komite Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
11. Memberikan penjelasan dan edukasi terkait masalah sterilisasi.
12. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf CSSD.
13. Meningkatkan kemampuan staf CSSD.
Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya
rumah sakit. Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi
yang dilakukan.
9
pencucian loundry, diperiksa, dan dilakukan setting sesuai kebutuhan dan
jenis linen.
8. Pengemasan; alat dikemas dengan bungkus plastik tahan panas (pouces).
9. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat, tanggal
sterilisasi, tanggal kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
10. Produksi; membuat dan mempersiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan
steril (kassa balut, depper, hand scoon, lidi kapas, dll).
11. Proses sterilisasi; dikerjakan oleh staf terlatih.
12. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan.
13. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan
memperhatikan stok/ kebutuhan.
14. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat
sterilisasi rutin setiap bulan sekali.
Akltivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering. Dan
supaya aktivitas tersebut berjalan lancer, baik dan tidak terkendala, diperlukan
pemeliharaan, pengaturan jadwal dan maintenance yang teratur terhadap mesin/
alat sterilisasi.
10
BAB III
KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada
setahun terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit
paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami
selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu
kali.
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang kesehatan
atau S1 umum dengan masa kerja minimal 5 tahun dibidang
sterilisasi.
2) Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum
dengan masa kerja 5 tahun dibidang sterilisasi.
11
3) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
7) Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
2. Penanggungjawab CSSD
a. Uraian tugas:
1) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses
sterilisasi di rumah sakit.
2) Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit.
3) Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/
personel lain demi kemajuan CSSD.
4) Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan
sterilisasi
5) Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi
secara benar.
6) Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan
sterilisasi diterapkan dengan baik.
7) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan mutu pelayanan.
8) Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
9) Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
10) Membuat program orientasi tenaga baru.
11) Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan
sesuai kebutuhan.
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan
pengalaman kerja 3 tahun dibidang sterilisasi.
2) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari
unit yang dipimpinnya.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
12
8) Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.
3. Staf CSSD
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative
membosankan.
7) Dapat menerima tekanan kerja.
8) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
9) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.
b. Kualifikasi Tenaga:
a. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/
pelatihan sterilisasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Mempunyai ketrampilan yang baik.
d. Personal hygiene baik.
e. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
f. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
4. Administrator
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
7) Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
8) Dapat menerima tekanan kerja.
9) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
10) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.
13
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
2) Dapat belajar dengan cepat.
3) Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4) Personal hygiene baik.
5) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6) Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7) Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah
BMHP, dll.
14
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan
sebaiknya melibatkan staf CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah
sakit dimana CSSD mempunyai tugas pokok menerima bahan dan alat medik dan
menjadikan seluruh bahan dan alat medik dari semua unit di rumah sakit dalam kondisi
rsirsirsirsisteril serta mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril. Hal ini tidak
lepas dari menentukan lokasi/ tempat CSSD berada.
A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2
Denah ruang CSSD (Lampiran 1)
15
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril terbesar
di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit.
Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi ytang
tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu lintas/
transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan loundry atau
pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan steril akan lebih mudah dalam
penyiapannya.
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang mengirimkan alat
kotor setelah digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat
menampung semua barang kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani
proses sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan selalu
dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk
melindungi petugas penerimaan CSSD dari benda-benda tajam, yang dapat
menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.
a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat
kesehatan yang sudah melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan
dan bahkan alat yang sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi
harus mempunyai sistem ventilasi yang baik, yaitu:
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan
menggunakan system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negatif supaya tidak mengkontaminasi udara
ruang lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
16
b. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan kerja dan juga
kenyamanan para petugas di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban
yang direkomendasikan adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %
c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan
bahan yang ada di CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu,
serangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme penyebab/
penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur
pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini
diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan
yang berbahaya atau tidak.
17
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang bersih.
4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin
sterilisasi. Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain
mesin sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat
sudah steril. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang
sudah steril terhadap kontaminan. Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan
Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih
dalam satu unit dan memungkinkan udara keluar atau penggunaan exhouse.
18
D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
Beberapa hal mengenai pembersihan dan pemeliharaan alat CSSD adalah
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum digunakan.
Pembersihan dilakukan setiap hari. Pembersihan mingguan atau periodic
dilakukan sesuai dengan yang disarankan produsen mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas
yang telah mendapat pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin
sterilisasi.
E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodik dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi.
Secara periodic minimal sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Departemen Kesehatan atau agen tunggal
pemegang merk alat.
F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/ perawatan
mesin. Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemelihgaraan
sarana medis RS Islam Sultan Agung Semarang, teknisi CSSD atau pihak yang
membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain,
7. Alat Pelindung Diri
Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan terhadap
cairan kimia, penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf saat
melakukan pekerjaan yang memungkinkan adanya percikanatau kontaminasi cairan
yang mengandung darah atau cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus
untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup kaki yang tahan air.
19
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai
dipakai.
20
BAB VI
PELAYANAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat dan
bahan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan dengan
unit lain diantaranya yaitu:
1. Bagian loundry/ pencucian.
2. Instalasi pemeliharaan sarana.
3. Instalasi farmasi.
4. Sanitasi.
5. PPI.
6. Gudang logistic/ perlengkapan.
7. Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).
21
8. Pencatatan dan pelaporan
B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Tujuan
dibuatnya alur sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.
22
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh
pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda
tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk
penanganan lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan
masuk keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan
b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang .
Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan
pemerintah.
c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih
sebelum dilakukan sterilisasi.
23
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci
yang dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci
yang dapat dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada.
Protein cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral
dengan menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci
alat.
h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang
lembut dan rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan
oleh produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui
proses berikutnya.
i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih
bersih dan lebih aman untuk petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan
alat/ instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
24
j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level
desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia
untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang
sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan
adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab
yang merusak kondisi steril.
25
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah
proses sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat
pemakaian
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi
3. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi
oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian
dalam permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya
digunakan pada bahan yang terbuat dari kaca.
b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang
baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan
isinya selama waktu aerasi
c. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi
sel protein secara irreversible.
d. Mesin sterilisasi uap
e. Sterilisasi dengan Plasma
Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen
piroksida
f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun
instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat
digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan lumen
kecil, karena daya penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga
lemah.
4. Pengujian alat sterilisasi
26
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan
proses sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin,
untuk dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam
pelaksanaan program.
27
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan
memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah
tercapai sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan
dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan
menjadi lebih mudah.
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi
stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada
kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam
rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
28
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum
dll dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat
memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit.
29
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman,
dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap
kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun
membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang
panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada
mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
30
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat
darurat untuk evaluasi lebih lanjut.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal,
fungisidal, dan virusidal.
31
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya
digunakan sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %).
32
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
3. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam
pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil.
33
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Pemaparan jangka pendek: iritasi, daya cium menurun, dispnea,
nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan
tubuh
Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek: reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek: terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjang: dapat menimbulkan kontak
Tertelan : Pemaparan jangka pendek: terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri
dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang: Kerusakan hati, potensial karsinogen
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
34
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-
anak 15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5
gr tiap 20 menit
4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar
mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan
digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2 %. LDL oral
pada manusia adalah 140 mg/kg.
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
35
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata
5. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
36
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata
37