Anda di halaman 1dari 37

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

NOMOR : 898/PER/RSI-SA/I/2014
TENTANG
INSTALASI STERILISASI PUSAT (CSSD)
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Tindakan Nama Jabatan Tandatangan Tanggal


Kepala
Disiapkan dr. Ahmad Fuadi, Sp. B--KBD, M. Kes Instalasi Bedah 12 Januari 2014
Sentral

Diperiksa Direktur 14 Januari 2014


dr.
r. H. Makmur Santosa, MARS
Pelayanan

Disetujui Direktur
dr.
r. H. Masyhudi AM, M. Kes 15 Januari 2014
Utama
Bismillaahirrahmaanirrohiim

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG


NOMOR : 898/PER/RSI-SA/I/2014
TENTANG
PANDUAN INSTALASI STERILISASI PUSAT (CSSD)
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

MENIMBANG : a. Bahwa Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan


kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien dan
petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi rumah sakit;

b. Bahwa salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan


rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit;

c. Bahwa pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam


rumah sakit untuk mengendalikan infeksi dan menekan
kejadian infeksi di rumah sakit;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam a,b, c dan d, perlu diterbitkan Surat Keputusan Direksi
tentang Panduan Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
5. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

2
Nomor : HK.07.06/III/2371/2009 tentang Ijin Penyelenggaraan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung
7. Surat Keputusan Pengurus Badan Yayasan Badan Wakaf
Sultan Agung Nomor 68/SK/YBWSA/V/2013 tentang
Pengesahan Struktur Organisasi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung.
8. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf Sultan
Agung Nomor: 090/SK/YBWSA/XII/2009 tentang
Pengangkatan Direksi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Masa
Bakti 2009-2013

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN :
KESATU : Panduan Sterilisasi Pusat (CSSD) Rumah Sakit Islam Sultan Agung
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan
dilakukan evaluasi setiap tahunnya.

KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan


diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Semarang
Tanggal : 13 Rabiul Awal 1435H
15 Januari 2014M

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG

Dr. H. Masyhudi AM, M. Kes


Direktur Utama

3
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR : 898/PER/RSI-SA/I/2014
TANGGAL : 15 JANUARI 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang mengutamakan


keselamatan pasien dan petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung dengan cara melakukan
sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses
kimia atau fisika.

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba
termasuk endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah
sakit untuk mengendalikan infeksi dan mempunyai peran yang sangat penting dalam
upaya menekan kejadian infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya, pusat sterilisasi sangat tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait
antara lain, unsur pelayanan medik, penunjang medik, bagian lain seperti
perlengkapan, logistik, perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana, sanitasi
dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan pada salah satu unit maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan dalam jumlah
yang banyak. Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan juga demikian besar. Hal ini
merupakan dasar pemikiran Rumah Sakit Islam Sultan Agung untuk memiliki pusat
sterilisasi tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/
Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang berada
dibawah Kepala Instalasi Kamar Bedah dan bertanggung jawab langsung kepada

4
Direktur Pelayanan Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini bertugas memberikan pelayanan
terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk
endospora) secara cepat dan tepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau
bahan secara professional, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang
baik oleh perawat, apoteker, ataupun tenaga non medik yang berpengalaman
dibidang sterilisasi.

Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11
rumah sakit di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003, didapatkan
angka ILO (infeksi Luka Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, Pneumonia
24,5 % dan Infeksi saluran nafas lain 15,1 % serta infeksi lain sebesar 32,1 %. Maka
peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini
juga terkait dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta
monitoring dan evaluasi terkait infeksi.

B. Falsafah
Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang memberikan
pelayanan sterilisasi alat dan bahan dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan
membantu kebutuhan alat dan bahan steril seluruh unit di rumah sakit.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang (CSSD).
b. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
c. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi
nosokomial di Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
d. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi
dalam memberikan pelayanan.
e. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial
di rumah sakit.

D. Istilah
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida pada
sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.

5
2. AAMI singkatan dari Associaton for the Advancement of Medical Instrumentation
3. AHA ingkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk
spora serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick Test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas)
atau kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu
secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik
dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu
proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi
telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan
adanya perubahan warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi
yang menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik
maupun pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
21. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora
melalui cara fisika atau kimia
22. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
23. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan
suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.

6
E. Manfaat
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dalam meningkatkan mutu
pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan tahun
2010

7
BAB II
PERAN PUSAT STERILISASI (CSSD)
DI RUMAH SAKIT

Peralatan medis dan bahan penunjang yang digunakan dalam pelayanan kepada pasien
yang membutuhkan kondisi steril, biasanya dilakukan disetiap unit/ ruang yang
membutuhkan. Rumah sakit harus menyediakan alat sterilisasi di masing-masing unit/
ruang dan dengan menggunakan prosedur yang belum dapat di standarkan. Sistem ini
juga menyebabkan sulitnya melakukan kontrol terhadap hasil/ mempertahankan kualitas
hasil sterilitasi. Di masing-masing unit/ ruang juga masih sulit dalam pengawasan proses
dekontaminasi maupun proses sterilisasi.

Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu, teknologi dan kebutuhan akan pelayanan
medis serta pelayanan yang mengutamakan safety patient, maka rumah sakit perlu
mengembangkan proses sterilisasi yang tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh
rangkaian perlakuan terhadap alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril
menjadi lebih efisien, ekonomis, dan terkontrol dengan harapan safety patient semakin
terjamin.

Pusat sterilisasi di rumah sakit mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu menyiapkan alat
bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Untuk lebih jelas dari
fungsi dan tugas CSSD adalah dimulai dari menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikan peralatan dan bahan medis steril ke
seluruh unit/ ruang di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.

A. Tujuan
1. Membantu unit/ ruang lain di rumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan
kondisi steril untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi yang timbul akibat perawatan di rumah
sakit.
3. Membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilitas terhadap produk yang
dihasilkan.
5. Membantu effisiensi tenaga medis dan perawat dalam kegiatan pengelolaan
alat.

B. Tugas Pusat sterilisasi


Tugas utama dari pusat sterilisasi adalah:
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
2. Melakukan proses sterilisasi alat dan bahan

8
3. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh unit/ ruang
perawatan.
4. Mendistribusikan alat steril siap pakai yang dibutuhkan oleh ruang/ unit
khusus.
5. Mendistribusikan bahan steril siap pakai untuk semua unit/ ruang sesuai
kebutuhan.
6. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan, bahan yang aman digunakan untuk
pelayanan pasien dengan tetap memperhatikan mutu, keamanan dan
efisiensi.
7. Mempertahankan hasil sterilitas yang memadai sesuai standar untuk
keperluan perawatan pasien.
8. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan dan melakukan evaluasi hasil
sterilisasi.
9. Melakukan dokumentasi setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, sterilisasi
dan distribusi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu dan
pencegahan pengendalian infeksi.
10. Melakukan pengawasan terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan
dan pengendalian infeksi bersama dengan komite Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi (PPI).
11. Memberikan penjelasan dan edukasi terkait masalah sterilisasi.
12. Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf CSSD.
13. Meningkatkan kemampuan staf CSSD.

Tanggung jawab pusat sterilisasi di rumah sakit tergantung dari besar kecilnya
rumah sakit. Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi dan proses sterilisasi
yang dilakukan.

C. Aktivitas Fungsional CSSD


Alur aktivitas CSSD adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan; alat kotor dari berbagai unit perawatan dan unit khusus diterima
oleh petugas CSSD.
2. Pencatatan; alat yang masuk ke CSSD dicatat dalam buku ekspedisi alat
masuk.
3. Perendaman; alat dimasukkan dalam bak dan direndam dalam cairan
desinfeksi 10-15 menit.
4. Pencucian; pencucian alat yang telah digunakan harus dibersihkan dengan
baik sebelum disterilkan.
5. Pembilasan; pembilasan dilakukan dengan air yang mengalir.
6. Pengeringan; dilakukan sampai kering betul.
7. Pengamatan dan pengesetan; alat dicek fungsi dan diperiksa kelengkapannya.
Dilakukan pengesetan sesuai kebutuhan dan jenis alat. Bahan linen hasil

9
pencucian loundry, diperiksa, dan dilakukan setting sesuai kebutuhan dan
jenis linen.
8. Pengemasan; alat dikemas dengan bungkus plastik tahan panas (pouces).
9. Labelling; setiap kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat, tanggal
sterilisasi, tanggal kadaluarsa, kode petugas dan indikator sterilisasi.
10. Produksi; membuat dan mempersiapkan bahan habis pakai untuk pelayanan
steril (kassa balut, depper, hand scoon, lidi kapas, dll).
11. Proses sterilisasi; dikerjakan oleh staf terlatih.
12. Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada rak bersih, dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan.
13. Distribusi; dilakukan sesuai kebutuhan ruang perawatan/ unit khusus dengan
memperhatikan stok/ kebutuhan.
14. Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan pemeliharaan alat
sterilisasi rutin setiap bulan sekali.

Akltivitas sterilisasi dilakukan setiap hari dengan frekuensi yang cukup sering. Dan
supaya aktivitas tersebut berjalan lancer, baik dan tidak terkendala, diperlukan
pemeliharaan, pengaturan jadwal dan maintenance yang teratur terhadap mesin/
alat sterilisasi.

D. Prinsip Dasar Operasional CSSD


1. Setiap rumah sakit harus memiliki pusat sterilisasi alat dan bahan yang
mandiri yang mampu memberikan pelayanan sterilisasi di rumah sakit dengan
baik.
2. Memberikan pelayanan sterilisasi alat dan bahan medik untuk pelayanan
perawatan terhadap pasien untuk kebutuhan seluruh unit rawat inap dan unit
khusus di rumah sakit.

10
BAB III
KETENAGAAN

A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada
setahun terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit
paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami
selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu
kali.

B. Uraian Tugas dan Kualifikasi Ketenagaan


Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas
dan tanggung jawabnya. Pembagian tugasnya dibagi atas penanggungjawab dan
teknis pelayanan sterilisasi.

1. Kepala Instalasi Kamar Bedah


a. Uraian tugas:
1) Memberikan pengarahan terkait ketenagaan dan pekerjaan yang
berhubungan dengan pelayanan unit.
2) Mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, ilmu pengetahuan,
ketrampilan dalam pengembangan diri/ personel CSSD.
3) Menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi
terhadap kinerja petugas CSSD.
4) Membuat perencanaan program kerja.
5) Bertanggungjawab kepada direktur pelayanan.
6) Melakukan pengendalian infeksi, supervise langsung, mengganti/
revisi prosedur, mengevaluasi staf dan melaporkannya.

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang kesehatan
atau S1 umum dengan masa kerja minimal 5 tahun dibidang
sterilisasi.
2) Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum
dengan masa kerja 5 tahun dibidang sterilisasi.

11
3) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
7) Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.

2. Penanggungjawab CSSD
a. Uraian tugas:
1) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses
sterilisasi di rumah sakit.
2) Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit.
3) Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/
personel lain demi kemajuan CSSD.
4) Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan
sterilisasi
5) Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi
secara benar.
6) Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan
sterilisasi diterapkan dengan baik.
7) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan mutu pelayanan.
8) Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
9) Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
10) Membuat program orientasi tenaga baru.
11) Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan
sesuai kebutuhan.

b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan
pengalaman kerja 3 tahun dibidang sterilisasi.
2) Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
3) Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari
unit yang dipimpinnya.
4) Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5) Mengetahui tentang psikologi personel.
6) Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7) Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.

12
8) Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.

3. Staf CSSD
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative
membosankan.
7) Dapat menerima tekanan kerja.
8) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
9) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.

b. Kualifikasi Tenaga:
a. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/
pelatihan sterilisasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Mempunyai ketrampilan yang baik.
d. Personal hygiene baik.
e. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
f. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.

4. Administrator
a. Uraian tugas:
1) Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
2) Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
3) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
4) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
5) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
6) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
7) Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
8) Dapat menerima tekanan kerja.
9) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
10) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.

13
b. Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
2) Dapat belajar dengan cepat.
3) Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4) Personal hygiene baik.
5) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6) Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7) Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah
BMHP, dll.

14
BAB IV
SARANA DAN PRASARANA

Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu
pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit. Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan
sebaiknya melibatkan staf CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah
sakit dimana CSSD mempunyai tugas pokok menerima bahan dan alat medik dan
menjadikan seluruh bahan dan alat medik dari semua unit di rumah sakit dalam kondisi
rsirsirsirsisteril serta mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril. Hal ini tidak
lepas dari menentukan lokasi/ tempat CSSD berada.

A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2
Denah ruang CSSD (Lampiran 1)

15
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril terbesar
di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit.
Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi ytang
tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu lintas/
transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan loundry atau
pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan steril akan lebih mudah dalam
penyiapannya.

C. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi


Pada prinsipnya ruang CSSD terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang didesain
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang antara ruang
kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian ruang CSSD juga dibuat senyaman
mungkin disesuaikan dengan alur kerjanya. Ruang CSSD dibagi dalam 5 (lima) ruang
yaitu :

1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang mengirimkan alat
kotor setelah digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat
menampung semua barang kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani
proses sterilisasi. Ruang dekontaminasi direncanakan, dipelihara dan selalu
dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk
melindungi petugas penerimaan CSSD dari benda-benda tajam, yang dapat
menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.

a. Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat
kesehatan yang sudah melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan
dan bahkan alat yang sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi
harus mempunyai sistem ventilasi yang baik, yaitu:
1) Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan
menggunakan system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
2) Tekanan udara harus negatif supaya tidak mengkontaminasi udara
ruang lainnya.
3) Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.

16
b. Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban akan mempengaruhi lingkungan kerja dan juga
kenyamanan para petugas di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban
yang direkomendasikan adalah:
1) Suhu udara ruangan antara 18 C- 22 C
2) Kelembaban udara antara 35 %- 75 %

c. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan
bahan yang ada di CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu,
serangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme penyebab/
penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis mengenai prosedur
pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini
diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan
yang berbahaya atau tidak.

Praktek kebersihan yang dilakukan diantaranya adalah:


1) Setidaknya sekali sehari dipel
2) Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat cuci dan
peralatan.
3) Membuang sampah setiap hari, dan mengganti bahan-bahan yang
kotor.
4) Langsung membersihkan setiap ada tumpahan cairan.
5) Teratur membersihkan rak penyimpanan, dinding, langit-langit, AC dan
yang lainnya.
6) Bekerjasama dengan sanitasi terhadap control binatang perusak.
7) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.

d. Lokasi ruang dekontaminasi


1) Terletak dibelakang area rumah sakit.
2) Dirancang sebagai area terpisah dengan area disebelahnya.
3) Barang/ alat kotor langsug dating/ masuk ke ruang dekontaminasi.
4) Barang/ alat kotor dicuci/ dibersihkan dan/ atau didesinfeksi sebelum
masuk ke area bersih atau ruang setting sebelum masuk ke mesin
sterilisasi.
5) Terdapat peralatan yang memadai untuk proses dekontaminasi,
pembersihan alat kesehatan.

2. Ruang Setting alat


Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk
mesin sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh

17
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang bersih.

3. Ruang Produksi dan Setting Linen


Ruang ini adalah ruang untuk mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa,
kapas, cotton swabs, hand scoon, dan lain-lain. Diruang ini juga dilakukan
pemeriksaan linen dari loundry, dilipat dan dikemas berdasar setting linen
kebutuhan kamar bedah, kamar bersalin, poliklinik, IGD dan ruang lain yang
membutuhkan. Pada daerah ini terdapat rak penyimpanan barang dan linen
untuk persiapan sterilisasi.

4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin
sterilisasi. Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain
mesin sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat
sudah steril. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang
sudah steril terhadap kontaminan. Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan
Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih
dalam satu unit dan memungkinkan udara keluar atau penggunaan exhouse.

5. Ruang Penyimpanan Barang Steril


Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila menggunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
simpan barang steril. Penerangan pada ruang ini harus memadai, suhu ruang
antara 18- 22 Celcius dan kelembaban 35-75 %, menggunakan tekanan positif
dan mempunyai dinding lantai keras tapi halus sehingga mudah dibersihkan.
Alat steril yang disimpan ditata di atas rak penyimpanan yang ada jarak dari
lantai 19-24 cm dan minimum 43 cm dari langit-langit. Rak mempunyai jarak 5
cm dari dinding untuk memudahkan pembersihan. Hindari terjadinya
penumpukan debu pada kemasan dan jangan letakkan rak dekat dengan kran
atau saluran air lainnya.

Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril adal;ah petugas


yang terlatih, sehat, terbebas dari penyakit menular terutama yang ditularkan
melalui droplet. Petugas didalam ruang penyimpanan bahan steril
menggunakan jas khusus yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang
penyimpanan barang steril tidak berada di lalu lintas utama dengan pintu
khusus dan jendela yang minim untuk mengurangi kemungkinan kuman dari
luar masuk.

18
D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
Beberapa hal mengenai pembersihan dan pemeliharaan alat CSSD adalah
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum digunakan.
Pembersihan dilakukan setiap hari. Pembersihan mingguan atau periodic
dilakukan sesuai dengan yang disarankan produsen mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas
yang telah mendapat pelatihan dari supplier alat.
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin
sterilisasi.

E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodik dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi.
Secara periodic minimal sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Departemen Kesehatan atau agen tunggal
pemegang merk alat.

F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/ perawatan
mesin. Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemelihgaraan
sarana medis RS Islam Sultan Agung Semarang, teknisi CSSD atau pihak yang
membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain,
7. Alat Pelindung Diri

Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan terhadap
cairan kimia, penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf saat
melakukan pekerjaan yang memungkinkan adanya percikanatau kontaminasi cairan
yang mengandung darah atau cairan infeksius lainnya. Harus ada alas kaki khusus
untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup kaki yang tahan air.

19
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai
dipakai.

20
BAB VI
PELAYANAN PUSAT STERILISASI (CSSD)

Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat dan
bahan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan dengan
unit lain diantaranya yaitu:
1. Bagian loundry/ pencucian.
2. Instalasi pemeliharaan sarana.
3. Instalasi farmasi.
4. Sanitasi.
5. PPI.
6. Gudang logistic/ perlengkapan.
7. Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).

A. Tatalaksana Pelayanan CSSD


1. Perencanaan dan penerimaan barang
a. Linen
b. Instrumen / alat
c. BHP (sarung tangan, kassa, jarum, dll)
2. Pencucian
a. Linen dilakukan dibagian loundry
b. Instrumen
3. Setting
a. Set Instrument
b. Set Linen
4. Pengemasan dan labeling
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
5. Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
6. Penyimpanan dan distribusi
Disesuaikan dengan tanggal kadaluarsa, disesuaikan dan ditempatkan pada rak
sesuai ruang yang membutuhkan.
7. Pemantauan kualitas sterilisasi
a. Pemantauan proses sterilisasi dengan penggunaan indikator sterilitas:
Indikator fisika, kimia dan biologi.
b. Pemantauan hasil steril dengan test mikrobiologi.

21
8. Pencatatan dan pelaporan

B. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Tujuan
dibuatnya alur sebagai berikut:
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.

Alur kerja yang dilakukan di CSSD adalah sebagai berikut :


1. Penerimaan alat dari pengguna (user).
2. Diserahkan CSSD melalui bagian penerimaan alat kotor.
3. Pengecekan/ seleksi dan dicatat.
4. Perendaman
5. Pencucian dan dekontaminasi
6. Pengeringan
7. Pengesetan
8. Pengemasan
9. Labeling
10. Proses sterilisasi
11. Gudang simpan steril
12. Distribusi

C. Tahap-tahap sterilisasi alat/ bahan medis


1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda
yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba berbahaya bagi kehidupan, sehingga
menjadi aman untuk proses-proses selanjutnya. Tujuan dari proses
dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung
dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut,
dari penyakit yang mungkin timbul akibat dari mikroorganisme pada alat
kesehatan tersebut.

a. Menangani dan Transportasi Benda Kotor


Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani
dengan serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga
dapat terhindar dari kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan
fasilitas lainnya. Proses penanganannya adalah:

22
1) Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh
pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
peralatan tersebut.
2) Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda
tajam
3) Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk
penanganan lebih lanjut.
4) Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan
masuk keruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan

b. Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang .
Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan
pemerintah.

c. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih
sebelum dilakukan sterilisasi.

d. Perlakuan Alat terkontaminasi


Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi harus sesegera mungkin
setelah dipakai. Hal ini dumaksudkan untuk mencegah kotoran menjadi
kering dan lebih sulit dalam pembersihannya. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai, maka:
1) Langsung dikirim ke CSSD segera setelah digunakan.
2) Dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air mengalir di tempat
pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus
untuk menghindari cipratan, tumpahan atau penguapan dan dibawa
keruang dekontaminasi CSSD.

e. Menangani alat terkontaminasi diruang Dekontaminasi CSSD


Mulai pembersihan :
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Disortir berdasar cara pembersihannya.
3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi.
4) Gunakan teknik pencucian sesuai yang disarankan pada alat.

f. Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents)


Supaya efektif, baha pencuci harus membantu menghilangkan residu dan
kotoran organic tanpa merusak alat. Bahan pencuci harus:

23
1) Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci
yang dipilih.
2) Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci
yang dapat dipakai.
3) Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada.
Protein cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral
dengan menggunakan detergen asam.
4) Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci
alat.

g. Metode Merendam dan Membilas


Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan
dan hamper semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat
agar aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan
secara manual maupun mekanikal atau kombinasi keduanya. Untuk
memastikan kebersihan al;at dan supaya tidak merusak alat, maka:
1) Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
2) Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15-
20 menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah
dan protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada
alat dan juga membantu menghilangkan mikroorganisme.
3) Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan
partikel-partikel kotoran.

h. Mencuci Manual
1) Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang
lembut dan rumit.
2) Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan
oleh produsen alat.
3) Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
4) Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui
proses berikutnya.

i. Mencuci Mekanik
1) Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih
bersih dan lebih aman untuk petugas.
2) Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan
alat/ instrument.
3) Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.

24
j. Desinfeksi Kimia
1) Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level
desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
2) Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.

2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia
untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang
sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan
adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab
yang merusak kondisi steril.

Syarat Bahan Kemasan:


a. Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri
b. Kuat dan tahan lama
c. Mudah digunakan
d. Tidak mengandung racun
e. Segel yang baik
f. Dapat dibuka dengan mudah dan aman
g. Masa kadaluarsa

Tipe-tipe Bahan Kemasan :


a. Kertas
b. Film Plastik
c. Kain (linen)
d. Kain campuran

Prosedur dan Langkah-langkah Pengemasan


Prosedur pengemasan harus mencakup :
a. Nama alat yang akan dikemas
b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan sesuai instruksi produk dan
spesifikasinya.
c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang digunakan
d. Tipe dan ukuran alat yang akan dikemas
e. Penempatan alat-alat dalam kemasan
f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal
g. Metode atau teknik pengemasan
h. Metode pemberian segel kemasan
i. Metode dan penempelan label identifikasi isi kemasan
j. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode
petugas

25
k. Petunjuk penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi
l. Peringatan waktu pengeringan, pendinginan dan penanganan asetelah
proses sterilisasi
m. Informasi aplikasi pelindung
n. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat
pemakaian
o. Informasi kepada pemakai untuk mencegah kemungkinan kontaminasi

3. Metode Sterilisasi
a. Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi
oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian
dalam permukaan sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya
digunakan pada bahan yang terbuat dari kaca.
b. Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang
baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan
isinya selama waktu aerasi
c. Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi
sel protein secara irreversible.
d. Mesin sterilisasi uap
e. Sterilisasi dengan Plasma
Sterilisasi ini digunakan pada plasma yang terbentuk dari hidrogen
piroksida
f. Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun
instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat
digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan lumen
kecil, karena daya penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga
lemah.
4. Pengujian alat sterilisasi

26
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan
proses sterilisasi dan cakupan program pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin,
untuk dapat menemukan dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam
pelaksanaan program.

1. Tujuan dilakukannya monitoring adalah:


a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari sistem
pelayanan sterilisasi (bila perlu).
b. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang
dilaksanakan di lapangan, sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
c. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan dipergunakan segera
untuk perbaikan program.

2. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :


a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas
berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses
sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi.
Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya
melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
terdistribusikan.

b. Data mesin sterilisasi.


Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus
didokumentasikan :
1) Nomor lot
2) Informasi umum kemasan (misal : kemasan linen, atau kemasan
instrument)
3) Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin
sterilisasi)
4) Nama operator
5) Data hasil pengujian biologis
6) Data respons terhadap indikator kimia
7) Data hasil dari uji Bowie-Dick

27
Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan
memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah
tercapai sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan
dokumentasi ini maka apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan
menjadi lebih mudah.

c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi
stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada
kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut.

B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam
rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.

Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :


1. Meningkatkan kinerja pengelolaan sterilisasi Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang
2. Sebagai acuan/masukan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang
yang disterilkan di jamin kesterilannya.
3. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi
4. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber
daya manusia.

28
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas


Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan
CSSD menjadi tanggung jawab petugas CSSD setelah dilakukan pembekalan terhadap
petugas tehadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan CSSD. Pada
dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat
di timbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik
bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat di turunkan
secara signifikan.

B. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di
lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim
menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup
kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyedian alat pelindung diri
menjadi tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab
petugas CSSD untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri
secara benar.

Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum
dll dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat
memungkinkan masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit.

Saran tindakan aman


1. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang
terkontaminasi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari wadah tadi
2. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu
pindahkan alat/instrument satu persatu. Pastikan agar bagian yang runcing dari
instrument mengarah berlawanan terhadap tubuh kita pada saat transportasi.
3. Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blades) ke dalam wadah yang tahan
tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa.
4. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument
lain dan posisikan sedemikian sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
luka pada petugas lain dengan penanganan normal

29
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman,
dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap
kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.

C. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi


Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-
barang steril menjadi lebih terjamin.

Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun
membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang
panas). Luka bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada
mata akibat cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.

Saran tindakan aman


1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin
sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain
untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas “
dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan
dengan memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan
langsung dengan udara luar (ke luar gedung)
6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus
menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh
atau menghisap udara di atas barang yang di pindahkan tersebut
7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya kereta
ditarik dan tidak di dorong
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di
jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi
selesai

30
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat
darurat untuk evaluasi lebih lanjut.

D. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien


Petugas CSSD mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya
kecelakaan pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit sehubungan dengan alat-
alat/instrument yang di gunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptic dan benar
sesuai dengan SOP yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk
mencegah terjadinya kecelakaan/luka pada pasien. Pasien penerima barang yang
belum di uji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun
penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument
bedah) apabila di gunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran tindakan aman


1. Lakukan pengujian terhadap instrument/alat sebelum di distribusikan dari CSSD
sesuai dengan petunjuk pabrik dan SOP di CSSD
2. Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor,
kerusakan atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang /alat
3. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisai
mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara baik
5. Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap,
dan berfungsi secara normal
6. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi
udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)

E. Penanganan zat-zat kimia di CSSD


Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat
kimia yang digunakan di CSSD bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan
dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri maupun
pasien.

1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal,
fungisidal, dan virusidal.

31
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata
Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan

2. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya
digunakan sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %).

Bahaya terhadap kesehatan


Dosis toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5 - 5 g/kg BB
Akut : 2-3 ppm, rasa gatal pada mata, 4-5 ppm lakrimasi, 10 ppm
lakrimasi berat,10-20 ppm susah bernafas, batuk, terasa panas
pada hidung dan tenggorokan, 50-100 ppm iritasi akut saluran
pernafasan
Lambat : Sensitisasi dermatitis
Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan kesuburan pada wanita,
percikan larutan pada mata dapat menyebabkan kerusakan berat
s/d menetap, kornea buram dan buta
Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa gastrointestinal disertai mual,
muntah, perdarahan
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi, laringospasme
Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat menyebabkan
kornea buram dan buta

32
Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:
a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

3. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam
pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil.

33
Bahaya utama terhadap kesehatan
Inhalasi : Pemaparan jangka pendek: iritasi, daya cium menurun, dispnea,
nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan keseimbangan
tubuh
Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek: reaksi alergi, kulit terasa panas,
melepuh, frostbite.
Kontak mata : Pemaparan jangka pendek: terasa panas, frostbite, mata berair,
pemaparan jangka panjang: dapat menimbulkan kontak
Tertelan : Pemaparan jangka pendek: terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah, frostbite, diare, nyeri perut, nyeri
dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang: Kerusakan hati, potensial karsinogen

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9% perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
d. Jangan biarkan korban menggosok mata
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
b. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan

34
c. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-
anak 15-30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5
gr tiap 20 menit

4. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar
mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan
digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara 1-2 %. LDL oral
pada manusia adalah 140 mg/kg.

Bahaya utama pada kesehatan


Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
berulang atau berat: kemerahan, gatal dan luka
bakar.
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat mengalami
dermatitis kontak.
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih,
edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen,
muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol > 5 %
dapat menyebabkan luka bakar pada pada mulut
dan esophagus.
Efek pada sistem : Hipotensi dan syok
kardiovaskuler
Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas

Tindakan pertolongan
a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata

35
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara
perlahan
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat di pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi

5. Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru

Bahaya utama terhadap kesehatan


a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi

Tindakan pertolongan pada pemaparan mata


a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yan terkena
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
d. Jangan biarkan korban menggosok mata

36
e. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata

Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit


a. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
c. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan air mengalir minimal 10
menit
d. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah /plastik tertutup
e. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut

Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal


a. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml
b. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
c. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
d. Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antacid

F. Alat pelindung diri


Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron
lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan
kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration”, dan “tight fitting”gogle,
khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya
cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh
lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan
penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan
gogle harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun
pelindung, dan gogle harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang harus
dilaundry setelah setiap pemakaian.

37

Anda mungkin juga menyukai