PELAKSANAAN CSSD
Tim Penyusun:
1
DAFTAR ISI
2
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM
SULTAN AGUNG Nomor :
254.2/PER/RSI-SA/IV/2019
Tentang
PEDOMAN
PELAYANAN CSSD
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Bismillahirrahmanirrahiim
4
Rumah Sakit Islam Sultan Agung telah memenuhi prinsip syariah.
10. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor :
1136/PER/RSI- SA/III/2019 tentang Kebijakan Pelayanan dan
Manajemen Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
11. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor :
1138/PER/RSI- SA/III/2019 tentang Pedoman Pelayanan
Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
12. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Nomor : 1423/KPTS/RSI-SA/III/2017 tentang Pemberlakuan
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
MEMUTUSKAN :
MENETAPKA
N:
KESATU : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Keputusan Direktur
no. 1381/ PER/RSI-SA/I/ 2017 tentang Pedoman Pelayanan CSSD
Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 04 Sya’ban 1440 H
20 April 2019 H
Tembusan Yth :
1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Unit terkait
3. Arsip
4
BAB. I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba
termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang
mengutamakan keselamatan pasien dan petugas selalu berupaya untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung dengan cara melakukan sterilisasi pada
alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua
bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal
tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan
mikroba termasuk endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting
di dalam rumah sakit untuk mengendalikan infeksi dan punya peran yang
sangat penting dalam upaya menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi sangat
tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait antara lain, unsur
pelayanan medik, unsur penunjang medik, instalasi lain seperti
perlengkapan, logistic, perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana,
sanitasi dan lain-lain. Hal ini saling terkait, apabila terjadi hambatan pada
salah satu unit maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil
sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi
dan banyak. Penggunaan alat dan bahan yang disterilkan di rumah sakit
juga demikian besar, dan hal ini merupakan dasar pemikiran untuk
Rumah Sakit Islam Sultan Agung harus memiliki pusat sterilisasi
tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/
Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan salah satu instansi
yang berada dibawah kepala instalasi kamar bedah dan bertanggung jawab
langsung kepada Direktur Pelayanan Rumah Sakit. Pusat sterilisasi ini
bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan
kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk endospora) secara cepat
dan tepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara
professional, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu yang baik
oleh perawat, apoteker, ataupun tenaga non medik yang berpengalaman
dibidang sterilisasi. Maka peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk
meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini juga
terkai dengan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan
7
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan , pendidikan, pembinaan dan
pelatihan serta monitoring dan evaluasi terkait infeksi.
B. FALSAFAH
Pusat sterilisasi/ CSSD Rumah Sakit Daerah Sungai Rumbai memberikan
pelayanan sterilisasi alat dan bahan dengan sebaik-baiknya untuk
melayani dan membantu kebutuhan alat dan bahan steril seluruh unit di
rumah sakit. Rumah sakit perlu mengembangkan proses sterilisasi yang
tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh rangkaian perlakuan terhadap
alat dan bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril menjadi lebih efisien,
ekonomis, dan terkontrol dengan harapan safety patient semakin terjamin.
C. TUJUAN
Umum :
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di Rumah Sakit Daerah Sungai Rumbai.
Khusus :
1. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit
Daerah Sungai Rumbai (CSSD).
2. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
3. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi
nosokomial di RS Islam Sultan Agung.
4. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat
sterilisasi dalam memberikan pelayanan.
5. Sebagai panduan kerja bagi tenaga di satelit CSSD sebagai tangan
panjang pelayanan pusat sterilisasi dalam memberikan pelayanan
sterilisasi.
6. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi
nosokomial di rumah sakit.
D. ISTILAH
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen
oksida pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen
oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical
Instrumentation
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit
dan membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
9
E. MANFAAT
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dan satelit
CSSD yang berada di unit kerja dalam meningkatkan mutu pelayanan
yang bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit
Daerah Sungai Rumbai
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 tentang Keselamatan Kerja tahun 1970
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes no 1204 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit Tahun 2004
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan
tahun 2010
9. The APSIC Guidlines For Desinfection and Sterilisation of Instruments
In Healt Care Facilities, 2017
10
BAB II
STANDAR
KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) dan
di satelit CSSD diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC
pada setahun terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk
penyakit paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah
dialami selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi
kulit, infeksi gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk jarum
minimal setahun satu kali.
Kualifikasi Tenaga:
1. Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang
kesehatan atau S1 umum dengan masa kerja minimal 5 tahun di
Rumah Sakit
2. Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum
dengan masa kerja 5 tahun di Rumah Sakit
3. Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
4. Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5. Mengetahui tentang psikologi personel.
6. Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
11
7. Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8. Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
2. Penanggungjawab CSSD
Uraian tugas:
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses
sterilisasi di rumah sakit.
b. Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit.
c. Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/
personel lain demi kemajuan CSSD.
d. Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
e. Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi
secara benar.
f. Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan
sterilisasi diterapkan dengan baik.
g. Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan mutu pelayanan.
h. Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
i. Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
j. Membuat program orientasi tenaga baru.
k. Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan
pengalaman kerja 3 tahun dibidang kesehatan
2. Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
sterilisasi.
3. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas
dari unit yang dipimpinnya.
4. Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5. Mengetahui tentang psikologi personel.
6. Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7. Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
8. Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.
3. Staf CSSD
Uraian tugas:
a. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
b. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
c. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
12
f. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative
membosankan.
g. Dapat menerima tekanan kerja.
h. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
i. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan
kursus/ pelatihan sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
4. Administrator
Uraian tugas :
a. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
b. Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
c. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun
melalui telp.
f. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
g. Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
h. Dapat menerima tekanan kerja.
i. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
j. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap
peralatan, gedung/ bangunan dan aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7. Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah
BMHP, dll.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan
kursus/ pelatihan sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
14
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan
minimal 450 m2 Denah ruang CSSD
(Lampiran 1)
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril
terbesar di rumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di
rumah sakit. Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan
berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Lokasi ytang tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi
silang karena pengaruh lalu lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD
diupayakan juga dekat dengan loundry atau pencucian linen karena set linen
untuk kebutuhan steril akan lebih mudah dalam penyiapannya.
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang
mengirimkan alat kotor setelah digunakan melalui ruang ini. Ruang
dekontaminasi harus dapat menampung semua barang kotor yang akan
dibersihkan dan akan menjalani proses sterilisasi. Ruang dekontaminasi
direncanakan, dipelihara dan selalu dikontrol untuk mendukung efisiensi
15
proses dekontaminasi dan untuk melindungi petugas penerimaan CSSD
dari benda-benda tajam, yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-
hal berbahaya lainnya.
Pada satelit pelayanan CSSD yang berada di unit, sebisa mungkin dibuat
desain yang sama dengan CSSD, sehingga keamanan dan keselamatan
petugas juga tetap terjamin.
Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat
kesehatan yang sudah melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan
dan bahkan alat yang sudah steril. Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi
harus mempunyai system ventilasi yang baik, yaitu:
a. Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan
menggunakan system sirkulasi udara yang mempunyai filter.
b. Tekanan udara harus negative supaya tidak mengkontaminasi udara ruang
lainnya.
c. Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan
bahan yang ada di CSSd harus menggunakan pembersih yang
sesuai.Debu, serangga dan vermin adalah pembawa mikroorganisme
penyebab/ penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis mengenai
prosedur pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan transportasinya.
Hal ini diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan
infeksi dan yang berbahaya atau tidak.
E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodic dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis
mesin sterilisasi. Secara periodic minimal sekali dalam setahun dilakukan
oleh BPFK atau Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan Departemen
Kesehatan atau agen tunggal pemegang merk alat.
F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/
perawatan mesin. Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian
pemelihgaraan sarana medis RS Islam Sultan Agung Semarang, teknisi CSSD
atau pihak yang membutuhkan perawatan mesin tersebut. Informasi yang dimuat
adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain
19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN CSSD
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan
alat dan bahan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu
berhubungan dengan unit lain diantaranya yaitu :
Bagian loundry/ pencucian.
Instalasi pemeliharaan sarana.
Instalasi farmasi.
Sanitasi.
Satelit CSSD unit
PPI.
Gudang logistic/ perlengkapan.
Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).
21
b. Pemantauan hasil steril : dengan test mikrobiologi.
8. Pencatatan dan pelaporan
2. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan.
Dibuatnya alur supaya :
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.
Pembuangan limbah
Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang .
Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan
pemerintah.
Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar
bersih sebelum dilakukan sterilisasi.
Mencuci Manual
- Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut
dan rumit.
- Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang
disarankan oleh produsen alat.
- Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
- Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses
berikutnya.
Mencuci Mekanik
- Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas,
lebih bersih dan lebih aman untuk petugas.
- Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan
alat/ instrument.
- Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
Desinfeksi Kimia
- Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level
desinfeksi yang diperlukan untuk pemakaian tersebut.
- Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang
24
tersedia untuk membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang
dipakai ulang sebelum proses sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian.
Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan terhadap alat dan
bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril.
3. Metode Sterilisasi
25
a) Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan
diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu
merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu
sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada bahan yang terbuat
dari kaca.
b) Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap
sterilan yang baik, dan juga siap melepaskan gas dan uap tersebut
dari kemasan dan isinya selama waktu aerasi
c) Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan
koagulasi sel protein secara irreversible.
d) Mesin sterilisasi uap dan vacum (STEAM)
Proses sterilisasi yang menggunakan uap jenuh di bawah tekanan
untuk waktu paparan tertentu dan pada suhu tertentu.
e) Sterilisasi dengan Plasma
Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida
f) Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari,
maupun instrumen. Sayangnya formaldehid (dalam keadaan
tunggal) tidak dapat digunakan untuk sterilisasi alat rentan panas,
khususnya dengan lumen kecil, karena daya penetrasinya lemah
serta aktivitas sporisidalnya juga lemah.
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label
yang mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan
melakukan rotasi stok, walaupun kadaluarsa tidak tergantung
pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh
kemasan tersebut.
Penetapan batas kadaluarsa pada semua peralatan sesuai
kesepakatan dengan komite PPI setelah melakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Batas kadaluarsa- Shelf Life untuk kemasan steril
lebih terkait pada suatu kondisi daripada waktu. Semua
27
peralatan yang telah benar penanganan, dibungkus, disterilkan
dan disimpan dengan baik pada kondisi lingkungan yang
terkontrol dan ditangani oleh tangan yang bersih akan selalu
steril tanpa batas waktu, kecuali terdapat kondisi kemasan
terganggu (rusak, bocor, kotor, basah).
Tetapi jaminan penyimpanan di unit kerja masing-masing belum
dapat disamakan. Sehingga CSSD dan komite PPI membuat
standar waktu sebagai batas kadaluarsa.
a. Kadaluarsa alat kritikal/ instrumen adalah 6 (enam) bulan
dari tanggal proses sterilisasi
b. Tanggal kadaluarsa linen atau set yang dibungkus dengan
linen adalah 3 (tiga) hari dari tanggal proses sterilisasi
b. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir
seperti pada tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga
evaluasi secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan
sterilisasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
28
BAB V
LOGISTIK
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock) ke
logistik yaitu :
1. Petugas Administrasi /koordinator menulis bon permintaan barang (stock)
secara tertulis di form permintaan barang.
1. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh Penjab CSSD
2. Petugas Administrasi /koordinator menyerahkan bon permintaan kepada Petugas
Pengadaan.
3. Petugas Pengadaan menerima bon permintaan barang.
4. Pada hari berikutnya sesuai yang disepakati petugas administrasi
/koordinator mengambil barang yang telah diminta ke pengadaan.
29
5. Petugas administrasi /koordinator melakukan pengecekan antara bon
permintaan dengan barang yang diserahkan.
6. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan,
administrasi/koordinator menandatangani penerimaan pada Bon permintaan.
30
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit
menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya di ambil.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) :
32
C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah
penyebaran infeksi, langkah – langkahnya sebagai berikut :
a. Tuangkan Cairan anti septik/ sabun ke telapak tangan secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan
dan sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
e. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tanagn kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
34
c. ALAT PELINDUNG MATA melindungi petugas dari percikan darah
atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata
mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan harus menggunakan
masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan
tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak
sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas
kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata
biasa serta masker.
36
4. Prosedur Penanganan Kecelakaan
a. Tertusuk Jarum
1) Segera keluarkan darah.
2) Siram dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
3) Cuci dengan air sabun/ desinfektan. (Jika perlu bilas dengan alkohol 70
%)
4) Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.
37
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA
A. Pengertian
Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik
terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek
kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak
langsung.
B. Tujuan
1. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping
pasien, dan pengunjung
2. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan
3. Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko
keselamatan dan kesehatan di Rumah Sakit sehingga tidak
menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan SDM
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung
39
1. manajemen risiko K3RS;
2. keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
3. pelayanan Kesehatan Kerja;
4. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
7. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
dan
8. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
41
Jenis pemeriksaan kesehatan disesuaikan berdasarkan risiko pekerjaannya.
1. Kegiatan yang bersifat kuratif paling sedikit meliputi pelayanan tata
laksana penyakit baik penyakit menular, tidak menular, penyakit
akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, dan penanganan pasca
pemajanan (post exposure profilaksis).
2. Kegiatan yang bersifat rehabilitatif paling sedikit meliputi rehabilitasi
medik dan program kembali bekerja (return to work).
43
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa
digunakan, periksa kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat
licin lantai, sebaiknya ada rambu- rambu peringatan
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk
selalu menggosok dibawah permukaan air untuk mencegah
terjadinya aerosol yang dapat terhirup
K. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas
terlatih yang sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar
sterilisasi dan cara menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan
demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat
diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi
lebih terjamin. Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi
luka bakar pada kulit maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada
penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap
sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka bakar
elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat
cipratan zat kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
45
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan
sebagai desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal,
tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
b. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat.
Umumnya digunakan sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan
yang mengandung formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi
(biasanya antara 12-15 %)
46
Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi,
laringospasme Kontak kulit : Iritasi pada kulit
Kontak mata : iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat
menyebabkan kornea buram dan buta
47
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
c. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam
proses sterilisasi kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa
kimia organik terutama dalam pembuatan etilen glikol, fungisida, dan
fumigan bahan makanan dan tekstil
49
Tertelan : Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar,
sakit tenggorokan, mual, muntah,, frostbite, diare,
nyeri perut, nyeri dada, nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial karsinogen
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas,
ventilasi dan oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
d. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak
digunakan sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai,
kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang
50
kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi antara
1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
Bahaya utama pada kesehatan
Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
51
berulang atau berat : kemerahan, gatal
dan luka bakar
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan
akhirnya padat mengalami
dermatitis kontak
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih,
edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen,
muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol >
5 % dapat menyebabkan luka bakar pada
pada mulut dan esophagus
Efek pada sistem kardiovaskuler: Hipotensi dan syok
Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena
hemoglobinuri Efek pada pernafasan : Depresi
pernafasan dan gagal nafas
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi
dan oksigenasi dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan
sirkulasi
53
disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan bila
tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila
terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
54
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Definisi Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
56
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
57
BAB
IX
PENU
TUP
Pedoman Pelayanan CSSD merupakan suatu panduan yang menjadi acuan dan
diharapkan dapat membantu rumah sakit pada umumnya dan bagian CSSD pada
khususnya untuk menambah pengetahuan tentang tata cara pelayanan CSSD di
rumah sakit yang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman bagi
petugas CSSD di Rumah sakit.
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 04 Sya’ban 1440 H
20 April 2019 H
Tembusan Yth :
1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Unit terkait
3. Arsip
58