Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KULIT DAN KELAMIN


NOMOR 1150/PER/RSI-SA/I/2020

1
PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR 1105/PER/RSI-SA/I/2020
TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS KULIT DAN KELAMIN
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Menimbang : a. bahwa penyusunan standar pelayanan kedokteran bertujuan untuk memberikan


jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan kedokteran yang
berdasarkan nilai ilmiah sesuai dengan kebutuhan medis pasien serta
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kedokteran yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi;
b. bahwa sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pelayanan klinis Kulit dan
Kelamin perlu penyempurnaan Panduan Praktik Klinis Kulit dan Kelamin sebagai
acuan pelayanan klinis Kulit;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf b, perlu
ditetapkan Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung tentang
Panduan Praktik Klinis Kulit dan Kelamin;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;


2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 Tentang
Standar Pelayanan Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 107/DSN-
MUI/IX/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip
Syariah;
5. Keputusan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor 12/SK/YBW-SA/II/2018
tentang Pengangkatan dr. H. Masyhudi AM, M.Kes sebagai Direktur Utama Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Masa Bakti 2018 – 2022;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS KULIT DAN KELAMIN.

2
Pasal 1

Panduan Praktik Klinis adalah panduan prosedur standar dalam pelayanan dan perawatan kepada
pasien yang harus diketahui dan dijalankan oleh seorang dokter untuk melaksanakan kegiatan
kesehatan secara optimal, professional, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 2

Panduan Praktik Klinis bagi dokter di Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan bagi dokter
dalam memberikan pelayanan di Rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.

Pasal 3

Panduan Praktik Klinis Dokter di Rumah Sakit meliputi pedoman penatalaksanaan terhadap penyakit,
diambil berdasarkan kriteria:
1. Penyakit yang prevalensinya cukup tinggi;
2. Penyakit yang membutuhkan biaya tinggi; dan
3. Penyakit yang risiko tinggi.

Pasal 3

Pada saat Peraturan Direktur Utama ini berlaku, Surat Keputusan Direktur Utama Nomor
3420/PER/RSI-SA/I/2017 tentang Panduan Praktik Klinik Kulit Dan Kelamin dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 4
Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal 12 Jumadil Awwal 1441 H
08 Januari 2020 M

DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Dr. H. MASYHUDI AM, M.Kes.

3
PENYUSUN
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KULIT DAN KELAMIN

1. dr. Pasid Harlisa, Sp.KK Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin


2. dr. Hesti Wahyuningsih Karyadini, Sp.KK Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
3. dr. Yuzza Alfarra, Sp.KK Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

4
DAFTAR ISI

Halaman judul ....................................................................................................................................... 1


Peraturan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung ................................................................ 2
Penyusun .............................................................................................................................................. 4
Daftar Isi ............................................................................................................................................... 5
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... 6
Pendahuluan ......................................................................................................................................... 7
Panduan Praktik Klinik akne vulgaris..................................................................................................... 8
Panduan Praktik Klinik dermatitis atopik ............................................................................................ 10
Panduan Praktik Klinik uretritis gonore .............................................................................................. 13
Panduan Praktik Klinik herpes zooster ................................................................................................ 15
Panduan Praktik Klinik tinea korporis ................................................................................................. 17
Penutup .............................................................................................................................................. 19

5
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Demi kelancaran Pelayanan Medis di Bagian Dokter Kulit dan Kelamin, maka perlu dibuat
Prosedur Tetap dalam bentuk Panduan Praktik Klinis sebagai acuan dokter kulit dan Kelamin dalam
bertugas. Adanya buku ini diharapkan menjadi pedoman kerja bagi tenaga medis dan pihak terkait
dalam meningkatkan pelayanan, selain itu juga dapat menjadi bahan referensi.
Pada kesempatan ini disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua Staf
Medis atas kerjasamanya yang baik dalam menyusun buku prosedur tetap kulit ini.
Kami berharap agar keberhasilan yang telah dicapai akan memacu kita semua untuk turut
menambah buku-buku ilmiah yang berguna bagi peningkatan pelayanan kulit dan kelamin.
Semoga keberadaan buku Panduan Praktik Klinis ini bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, 8 Januari 2020

Penyusun

6
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR 1105/PER/RSI-SA/I/2020
TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS KULIT DAN
KELAMIN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan perorangan; lingkup pelayanan adalah
segala tindakan atau perilaku yang diberikan kepada pasien dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Substansi pelayanan medis adalah pratik ilmu pengetahuan dan
teknologi medis yang telah ditapis secara sosio – ekonomi –budaya yang mengacu pada aspek
pemerataan, mutu dan efsiensi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
akan pelayanan medis.
Untuk menyelenggarakan pelayanan medis yang baik dalam arti efektif, efisien dan
berkualitas serta merata dibutuhkan masukan berupa sumber daya manusia, fasilitas, prafasilitas,
peralatan, dana sesuai dengan prosedur serta metode yang memadai
Saat ini sektor kesehatan melengkapi peraturan perundang-undangannya dengan
disahkannya Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada bulan Oktober
2004 yang diberlakukan mulai bulan Oktober 2005. Pengaturan praktik kedokteran bertujuan
untuk memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis yang diberikan oleh dokter kulit dan kelamin, serta memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat dan dokter Kulit dan Kelamin.
Panduan praktik klinis (Clinical practice guidelines) merupakan panduan yang berupa
rekomendasi untuk membantu dokter atau dokter Kulit dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Panduan ini berbasis bukti (berdasarkan penelitian saat ini) dan tidak menyediakan langkah-
pendekatan untuk perawatan dan pengobatan, namun memberikan informasi tentang pelayanan
yang paling efektif. Dokter atau dokter Kulit menggunakan panduan ini sesuai dengan
pengalaman dan pengetahuan mereka untuk menentukan rencana pelayanan yang tepat kepada
pasien
B. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu
2. Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya
3. Memberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimal
4. Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil
5. Mamberikan tata laksana dengan biaya yang memadai

7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
AKNE VULGARIS
1 Pengertian Akne vulgaris yaitu peradangan kronis pada folikel pilosebaseus, yang secara
klinis ditandai adanya komedo, papul, pustule, nodul, dan kista, pada
predileksi yaitu diwajah, bahu, lengan atas, dada, dan punggung bagian atas
yang sering terjadi diusia remaja.
2 Anamnesis Seringkali terdapat riwayat genetic atau yang berkaitan dengan faktor
predisposisi seperti makanan, stress psikis atau akibat pengaruh lingkungan
seperti iklim.
3 Pemeriksaan Pada tempat predileksi : wajah, punggung, dada atas, bahu, dan lengan atas.
Fisik Tempat efloresensi : komedo hitam dan putih, papul, pustul, nodul, kista,
jaringan parut, hiperpigmentasi pasca inflamasi.

4 Diagnosis Sesuai klinis dan atau laboratoris.


Kerja
5 Diagnosis Rosassea
Banding Dermatitis perioral
Lupus miliaris diseminatus fasiei
6 Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang tidak terlalu dibutuhkan kecuali jika diduga
Penunjang berhubungan dengan kelainan hormonal dapat dilakukan pemeriksaan plasma
testosterone dan dehidroepiandrosteron.
7 Terapi Medikamentosa:
1. Derajat ringan
Antibiotik topikal (eritromisin krim atau klindamisin gel)
Benzoil peroksida (BPO) gel
Topikal retinoid atau keratolitik
2. Derajat sedang
Antibiotik topikal (eritromisin krim atau klindamisin gel)
Benzoil peroksida (BPO) gel
Topikal retinoid atau keratolitik
Antibiotic sistemik (oral) minimal 6 minggu, maksimal 18 minggu, pilihan:
tetrasiklin, doksisiklin, minoksiklin, klindamisin.
3. Derajat berat
BPO + retinoid topikal + antibiotik oral
Bila tidak berhasil isotretinoin oral dosis 0,1-2,0 mg/kgBB/hari sampai
dengan dosis kumulatif 120-150 mg/kgBB.
Terapi pemeliharaan: retinoid topikal (tretinoin krim atau keratolitik +
BPO)
Tindakan khusus:
a. Ekstraksi komedo
b. Injeksi kortikosteroid intralesi
8
c. Peeling kimiawi
d. Mikrodermabrasi
8 Edukasi 1. Hindari memencet lesi dengan cara non higienis
2. Pilih kosmetik non komedogenik
3. Lakukan perawatan kulit wajah.
9 Prognosis Tergantung derajat akne. Untuk akne ringan-sedang pada umumnya baik.
Untuk akne berat dubia.
10 Kompetensi Akne Vulgaris ringan (4A)
Akne Vulgaris Sedang- Berat (3A)
11 Indikator Outcome: gejala klinis hilang setelh terapi medikamentosa maupun tindakan
Medis khusus.

12 Kepustakaan 1. Freedberg IM, Elsen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Kazt SI, editor.
Dalam: Fitzpatrick’s Dermatology in generala medicine. Edisi ke-6. New
York: Mc Graw-Hill, 2003.
2. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Dalam: Rook’s Textbook
of Dermatology. Edisi ke-7. Oxford: Blackwell Science, 2004.
3. Moschella SL, Hurley HJ, editor. Dalam: Dematology. Edisi ke-3.
Philadelphia. Edisi ke-3. Philadelphia: WB Sounders Co, 1992.
4. Andrea LZ, Arun LP, Bethanee JS, Ali A, Hilarry EB, Diane SB, Whitney PB,
Emmy MG, Julie CH, Sewon K, Jonette EK, James JL, Rachel VR. Dalam:
Guideline Of Care For The Management of Acne Vulgaris. From The
Academia, 2016.

9
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DERMATITIS ATOPIK
1 Definisi Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit kronik berulang, ditandai dengan
(Pengertian) rasa gatal, kulit kering, inflamasi dan eksudatif. Terdapat 2 bentuk DA, yaitu
bentuk ekstrinsik/ alergi dimana terdapat sensitisasi terhadap allergen disertai
peningkatan serum IgE. Dan bentuk intrinsik/ non alergi yang tidak terjadi
sensitisasi terhadap allergen lingkungan disertai serum IgE yang rendah.
2 Anamnesis Terdapat keluhan riwayat gatal berulang, timbul pada predileksi tempat tertentu
sesuai fase klinins disertai munculnya ruam dermatitis akut dan kronis.
Berhubungan dengan penyakit atopik lainnya seperti rhinitis alergi, konjungtivitis
alergi, dan asma bronkial.
3 Pemeriksaaa Lesi akut: eritem berbatas tidak tegas, papul, papulovesikel, erosi, dan eksudasi.
n fisik Lesi sub akut: plak eritematosa, berskuama, ekskoriasi, dan papul.
Lesi kronis: plak tebal/ likenifikasi kehitaman, papulfibrotik (prurigo).

4 kriteria Berdasarkan kriteria Hanifin dan Rajka:


Diagnosis 1. Kriteria mayor : harus ada sedikitnya 3 atau lebih
a. Pruritus
b. Morfologi dan distribusi khas
1) Likenifikasi fleksural pada pasien dewasa
2) Erupsi didaerah wajah atau ekstensor pada pasien bayi dan anak
c. Dermatitis kronik atau kronik residif
d. Riwayat atopik pada diri atau keluarga (asma bronkial, rhinitis alergi,
dermatitis atopik)
2. Kriteria minor : harus ada sedikitnya 3 atau lebih
a. Xerosis
b. Iktiosis/ hiperlinear palmar/ keratosis pilaris
c. Reaksi tipe cepat (tipe 1) pada uji kulit
d. IgE serum meningkat
e. Awitan pada usia dini
f. Kecenderungan infeksi kulit, imunitas seluler terganggu
g. Kecenderungan mengalami dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki
h. Eksema pada putting susu
i. Kheilitis
j. Konjungtivitis berulang
k. Lipat Dennie-Morgan pada daerah infraorbital
l. Keratoconus
m. Katarak subscapular anterior
n. Kegelapan pada orbita
o. Muka pucat atau eritema
p. Pityriasis alba

10
q. Lipatan pada leher sisi anterior
r. Gatal bila berkeringat
s. Intoleransi terhadap wol dan pelarut lemak
t. Aksentuasi perifolikular
u. Intoleransi makanan
v. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh lingkungan dan emosi
w. White dermographism atau delayed blanch
5 Diagnosa Sesuai klinis dan atau laboratoris.
Kerja
6 Diagnosa 1. Dermatitis seboroik (fase infantil)
Banding 2. Dermatitis numularis (fase anak/ dewasa)
3. Dermatitis kontak (alergi/ iritan)
7 Pemeriksaan 1. Kadar IgE serum
penunjang 2. Hapusan darah tepi: eosinofil
8 Terapi 1. Sistemik
a. Antihistamin sedative (untuk bayi dan anak) atau non sedative (untuk
dewasa)
b. Antibiotic bila terjadi infeksi sekunder
c. Steroid adekuat pemberian singkat (untuk DA eksaserbasi, luas, rekalsitran)
2. Topikal
a. Menekan inflamasi dengan steroid topical lemah sampai sedang (untuk
infant dan anak), potensi sedang sampai kuat (untuk dewasa)
b. Emolien (kaya seramid)
3. Tindaklanjut
c. Pemantauan efek samping penggunaan steroid topical jangka alama,
penggunaan krim pelembab untuk hidrasi kulit, hindari faktor pencetus.

9 Edukasi 1. Penjelasan lengkap terkait DA, mulai dari pengertian, gejala, penyebab, faktor
pencetus, prognosis, dan tatalaksana.
2. Perawatan kulit pasien DA
a. Mandi 1-2x/ hari dengan air hangat selama 10-15 menit
b. Menggunakan sabun berpelembab
c. Penggunaan emolien dalam 3 menit setelah mandi
3. Pemakaian pakaian yang ringan, lembut, halus, dan dapat menyerap keringat
4. Terkait terapi dermatitis atopik
10 Prognosis Dubia
Indikator Outcome: gejala klinis hilang dan lesi terkontrol setelah terapi medikamentosa
medis maupun pemberian maintenance emollient.
11 Kompetensi 4A
12 Kriteria
pasien
pulang
11
13 Pustaka a. Leung DYM, LF, Boguniewicz M. Atopic Dermatitis (Atopc Eczema). Dalam:
Wolff K Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editor:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: Mc
Graw-Hill; 2008. H. 146-158.
b. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Dalam: Rook’s Textbook of
Dermatology. Edisi ke-7. Oxford: Blackwell Science, 2004.
c. Ellis C, Luger T. International Concensus Conferemce on Atopic Dermatitis II
(ICCAD II), British J Derm, 2003: 148 (S63).
d. Inne AD, MD; Siti AB, MD; Titi LS, MD; Maya DL, MD; Sri P, MD; Retno D, MD;
Triana A, MD; Githa R, MD; Rinadewi A, MD. Dalam: Panduan Diagnosis dan
Tatalaksana Dermatitis Atopik di Indonesia. Edisi ke-1. 2014.

12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
URETRITIS GONORE
1 Definisi Infeksi genital yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae.
(Pengertian)
2 Anamnesis 1. Umum: ada riwayat hubungan seksual selain dengan pasangan tetap (pekerja
sekual, dll).
2. Khusus:
a. Laki-laki
1) Demam ringan
2) Nyeri saat buang air kecil, bisa disertai nyeri pada saat ereksi
3) Keluar nanah dari lubang saluran kemih atau ada flek berwarna
kuning di celana sepanjang hari. Kadang nanah disertai darah.
b. Perempuan
1) Cervix : timbul keputihan berwarna kuning. Kadang disertai rasa nyeri
pada punggung.
2) Uretra : nyeri pada saat buang air kecil.
3 Pemeriksaaa 1. Laki-laki
n fisik a. Inspeksi
1) Orifisium uretra eksterna: eritem, oedem, ektropion
2) Duh tubuh mukopurulen
2. Perempuan
a. Inspeksi
1) Serviks: eritem, erosi
2) Uretra : OUE eritem, oedem
3) Duh tubuh mukopurulen
4 kriteria Diagnosis ditetapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
Diagnosis penunjang bila diperlukan.
1. Laki-laki
a. Duh tubuh purulent atau mukopurulen dari uretra disertai dysuria, oedem,
dan eritem pada OUE. Dapat pula asimptomatik.
b. Infeksi rectum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal
atau nyeri/ rasa tidak enak di anus/ perianal.
c. Infeksi pada faring biasanya asimptomatik.
d. Jarang disertai epididimitis
2. Perempuan
a. Seringkali asimptomatis dan tidak ditemukan pada pemeriksaan.
b. Duh tubuh endoserviks mukopurulen, endoserviks mudah berdarah
(catatan: duh tubuh endoserviks mukopurulen bukan merupakan predictor
spesifik untuk infeksi serviks).
c. Dapat disertai nyeri pelvis atau perut bagian bawah.
d. Infeksi pada uretra dapat menyebabkan dysuria
e. Infeksi faring umumnya asimptomatik.

13
5 Diagnosa Sesuai klinis dan atau laboratoris.
Kerja
6 Diagnosa 1. Infeksi genital non spesifik
Banding 2. Trikomoniasis
3. Kandidosis vulvovaginalis
4. Vaginosis bakterial
7 Pemeriksaan Pemeriksaan duh tubuh dengan pengecatan Gram bila diperlukan
penunjang
8 Terapi Medikamentosa:
1. Ceftriakson injeksi 250 mg im dosis tunggal, atau
2. Cefiksim tab 400 mg dosis tunggal, atau
3. Levofloksasin tablet 500 mg dosis tunggal (tidak boleh diberikan pada ibu
hamil, menyusui, anak-anak dibawah 12 tahun)
Dikombinasikan dengan:
1. Azitromicin 1000 mg dosis tunggal, atau
2. Doksisiklin 2x100 mg dosis tunggal
Jika terjadi komplikasi bartolinitis atau prostatitis:
1. Ceftriakson 250 mg injeksi im selama 3 hari
2. Cefiksim 400 mg oral selama 5 hari
3. Thiamfenicol 3,5 mg oral selama 5 hari
4. Kanamisin injeksi 2 gr im selama 3 hari
9 Edukasi 1. Menjelaskan mengenai penyakit gonore dari etiologi, penularan dan
komplikasi.
2. Menganjurkan pasien untuk mengajak periksa dan berobat pasangan
seksualnya.
3. Menganjurkan abstinensia sampai dinyatakan sembuh secara laboratoris. Bila
tidak dapat menahan diri dianjurkan memakai kondom.
4. Kontrol pada hari ke-3 dan ke-8.

14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS HERPES ZOOSTER

1 Definisi Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi infeksi
(Pengertian) laten endogen virus varicella-zoster yang terjadi setelah infeksi primer.
2 Anamnesis 1. Timbul demem, pusing, adanya keluhan yang muncul pada lokasi
terjadinya herpes zoster yaitu: gatal, nyeri otot, nyeri tulang, semutan,
pegal.
2. Bercak merah, lepuh-lepuh pada lokasi terjadinya herpes zoster.
3 Pemeriksaaan 1. Inspeksi
fisik Vesikel berkelompok diatas dasar eritem, unilateral dan dermatomal. Bila
vesikel pecah tampak krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus
2. Palpasi : nyeri
4 kriteria 1. Bentuk khusus (herpes zoster oftalmicus)
Diagnosis Timbul kelainan pada mata dan kulit didaerah persyarafan cabang ke
satu nervus trigeminus.
2. Sindroma Ramsay-Hunt
Timbul gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit, tinnitus,
vertigo, gangguan pendengaran, nystagmus, dan nausea, juga gangguan
pengecapan.
3. Neuralgia pasca herpetica
Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi HZ menghilang.
Batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul selama 3 bulan setelah
erupsi kulit menyembuh. Umumnya nyeri akan menghilang secara
spontan setelah 1-6 bulan
5 Diagnosa Kerja Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan.
6 Diagnosa 1. Infeksi virus herpes simpleks
Banding 2. Bila terdapat didaerah setinggi jantung, dapat salah diagnosis dengan
angina pectoris pada fase prodromal
3. Dermatitis venenata
4. Impetigo bulosa
7 Pemeriksaan Lab Kulit(
penunjang
8 Terapi Medikamentosa
1. Topikal
a. Stadium vesicular: bedak salisil 2% atau bedak kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
b. Bila vesikel pecah dan basah dapat diberikan kompres terbuka
dengan larutan antiseptic
c. Jika agak basah atau berkrusta dapat diberikan antibiotic untuk
mencegah infeksi sekunder

15
2. Sistemik
a. Usia < 50 tahun
Umumnya ringan dan sembuh spontan. Cukup diberikan terapi
simptomatik analgetik
1) Asam mefenamat 3-4x 250-500 mg/ hari, atau
2) Dipiron 3 x 500 mg/ hari, atau
3) Paracetamol 3 x 500 mg/ hari, ditambah
4) Kodein 3 x 10 mg/ hari
Bila lesi luas:
1) Asiklovir oral 5 x 800 mg/ hari selama 7 – 10 hari, atau
2) Valasiklovir 3 x 1000 mg/ hari selama 7 – 10 hari
b. Usia > 50 tahun
1) Perjalanan penyakit seringkali berat
2) Diberikan terapi simptomatik
3) Diberikan terapi antiviral
4) Asiklovir 5 x 800 mg/ hari selama 7 – 10 hari, atau
5) Valasiklovir 3 x 1000 mg/ hari selama 7 – 10 hari, atau
6) Famsiklovir 3 x 500 mg/ hari selama 7 – 10 hari
a) Herpes Zoster Oftalmikus
b) Asiklovir/ valasiklovir dengan dosis sama selama 10 hari pada
semua pasien.
c) Kortikosteroid
d) Rawat bersama dengan Sp. M
e) Herpes Zoster Otikus dengan paralisis nervus fasialis
7) Asiklovir/ valasiklovir oral 7 – 14 hari
8) Kortikosteroid 40 – 60 mg/ hari selama 1 minggu
9) Rawat bersama Sp. THT
a) Kemungkinan terjadi neuralgia pasca Herpetic
b) Asiklovir pada fase akut
c) Antidepresan trisiklik (amitriptilin 10 – 75 mg/ hari) selama 3
– 6 bulan setelah rasa sakit berkurang, atau
d) Gabapentin 300 mg, dosis/ hari 4 – 6 minggu, atau
e) Pregabalin 50 – 70 mg, dosis/ hari 2 – 4 minggu
9 Edukasi 1. Edukasi tentang penyakit dan gejala yang timbul beserta pengobatannya
2. Mandi teratur setiap hari
3. menceg
10 Prognosis Bonam
11 Pustaka Wolff K, Goldsmith LA, Freeberg IM, Kazt SI, Gilchrest BA, Leffel DJ, editor.
Dalam: Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York:
MC Graw-Hill, 2008.

16
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TINEA KORPORIS
1 Definisi Merupakan penyakit jamur kulit superfisial yang disebabkan oleh jamur
(Pengertian) golongan dermatofita (Edpdermophyton sp, Trcophyton sp, Microsporum sp)
yang mengenai kulit tidak berambut.
2 Anamnesis 1. Bercak merah yang terasa gatal, semakin lama tepinya meluas
2. Gatal bertambah berat bila berkeringat
3 Pemeriksaaan Inspeksi:
fisik 1. Lesi berbatas tegas
2. Polisiklik
3. Tepi aktif karena tanda radang lebih jelas dan polimorfik yang terdiri atas
eritema, skuama, kadang papul vesikel ditepi
4. Area penyembuhan dibagian tengah (central healing)
4 kriteria 1. Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
Diagnosis pemeriksaan penunjang bila perlu.
2. Gatal
3. Lesi polisiklik, tepi aktif (eritem, papul, atau vesikel) & adanya central
healing
5 Diagnosa Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila
Kerja diperlukan.
6 Diagnosa 1. Psoariasis
Banding 2. Pitiriasis rosea
3. Dermatitis seboroik
7 Pemeriksaan 1. Pemerikasaan sediaan langsung kerokan kulit dengan pengecatan KOH
penunjang 20%. Pada mikroskopik tampak: hifa panjang, dan a tau Artrospora
2. Pemeriksaan dengan kultur Sabouraus plus (tidak harus selalu dilakukan)
8 Terapi Medikamentosa
1. Sistemik
a. Griseofulvin 10 mg/kgBB/hari
b. Ketokonazol 200 mg/ hari
c. Itrakonazol 2 x 100 mg/ hari
d. Terbinafine oral 250 mg/ hari
2. Topikal
a. Golongan azol : ketokonazol, mikonazol cream/ salep
b. Golongan alinamin : terbinafine cream, asam undesilinat, tolnaftat
9 Edukasi 1. Ganti pakaian dan pakaian dalam setiap hari dan bila banyak berkeringat
2. Tidak memakai pakaian dari bahan yang tidak dapat menyerap keringat
dan ketat
3. Tidak bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain
4. Minum obat, memakai sampo dan kontrol secara teratur
5. Mengurangi berat badan sampai tercapai berat badan ideal

17
6. Mengatur pola makan dan mengendalikan gula darah
7. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan
10 Prognosis Bonam
11 kompetensi 4A
12 Pustaka 1. Wolff K, Goldsmith LA, Freeberg IM, Kazt SI, Gilchrest BA, Leffel DJ, editor.
Dalam: Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York:
MC Graw-Hill, 2008.
2. Gupta KA, Cooper EA, Ryder JE, Nicol KA, Chow M, Chaudhry MM, Optimal
Management of Fungal Infections of The Skin, Hair, and Nails. Am J Clin
Dermatol 2004; 5(4): 225-237.
3. Gupta KA, Tu LQ. Dermatophytosis: Diagnosis and Treatment. J Am Acad
Dermatology 2006; 54: 1050-5.

18
PENUTUP

Dengan telah tersusunnya Panduan Praktik Klinis ini diharapkan dapat menjadi Standar
Prosedur Operasional bagi dokter spesialis kulit dan kelamin yang sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan dan fasilitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
Melalui panduan ini diharapkan terselenggara pelayanan medis yang efektif, efisien,
bermutu dan merata sesuai sumber daya, fasilitas, pra fasilitas, dana dan prosedur serta metode
yang memadai. Semoga bermanfaat.

DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Dr. H. MASYHUDI AM., M.Kes.

19

Anda mungkin juga menyukai