Puji dan syukur pihak rumah sakit panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga panduan yang membahas tentang ”Manajemen Risiko” ini dapat
terselesaikan.
Pihak rumah sakit menyadari panduan ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu
pihak rumah sakit mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam panduan
berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Pihak rumah sakit menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan panduan ini. Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1. Pendahuluan.....................................................................................................................................1
1.2. Tujuan Panduan................................................................................................................................1
1.3. Batasan operasional.........................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP..............................................................................................................................4
2.1. Ruang Lingkup Panduan Manajemen Risiko.....................................................................................4
2.2. Tanggung jawab manajemen risiko..................................................................................................4
BAB III TATA LAKSANA................................................................................................................................8
3.1. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko (Risk Assessment)................................................................8
3.2. Analisis Risiko.................................................................................................................................11
3.3. Evaluasi Risiko.................................................................................................................................12
3.4. Kelola Risiko....................................................................................................................................14
3.4.1. Investigasi Sederhana..............................................................................................................14
3.4.2. RCA (Root Cause Analysis).......................................................................................................18
3.4.3. HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)...................................................................22
3.4.4. Menurunkan Risiko..................................................................................................................29
3.4.5. Daftar Risiko.............................................................................................................................30
3.5. Pengawasan, Audit, dan Peninjauan...............................................................................................31
3.6. Komunikasi dan Konsultasi.............................................................................................................31
BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini
mencakup seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistim untuk mengendalikan
dan mengurangi risiko.
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit
dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat dalam
suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini meliputi dua hal:
a. Identifikasi proaktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat mengancam pencapaian
sasaran mutu pelayanan rumah sakit.
b. Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan insiden, serta respon
terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.
Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggung jawab untuk:
a. Identifikasi risiko
b. Analisa Risiko
c. Evaluasi risiko
d. Pengendalian risiko / mengelola risiko
e. Mencatat risiko (risk register)
1
c. Insiden Keselamatan Pasien (IKP): setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan
Kejadian Potensial Cedera (KPC).
d. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien.
e. Kejadian Nyaris Cidera (KNC): adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada
pasien tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien.
f. Kejadian Tidak Cedera (KTC): adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera pada
pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien.
g. Kondisi Potensial Cedera (KPC): adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cidera, tetapi belum terjadi.
h. Kejadian Sentinel : adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah mengakibatkan
kematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau kecacatan pada pasien.
Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat diantisipasi dan
tidak berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar
pasien; bunuh diri, kehilangan permanen dari sebagian besar fungsi tubuh yang tidak
berhubungan dengan penyakit dasar pasien; pembedahan yang salah lokasi / salah prosedur /
salah pasien; penculikan bayi atau bayi yang dibawa pulang oleh orang tua yang salah.
i. Pelaporan insiden keselamatan pasien : adalah suatu sistim untuk mendokumentasikan
laporan insiden keselamatan pasien, menganalisa dan mengantisipasi / mengelola /
mengendalikan insiden secara berkesinambungan.
j. Risiko Sisa : adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya pengendalian
/ tindakan dilakukan.
k. Penilaian Risiko : adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi
dalam pelayanan di rumah sakit dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading)
kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut
l. Penilai Risiko : adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah menghadiri
pelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk memastikan
bahwa tiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang terlatih.
m. Internal : merujuk kepada aktivitas atau dokumen di dalam rumah sakit.
n. Eksternal : merujuk kepada aktivitas atau dokumen yang bukan berasal dari rumah sakit.
Tahap persiapan mencakup : ruang lingkup kegiatan manajemen resiko, personil yang
terlibat, standar dalam penentuan kriteria resiko, prosedur / mekanisme pelaporan, pemantuan
serta review, dokumentasi yang terkait.
Identifikasi bahaya merupakan tahapan yang penting. Beberapa tehnik identifikasi bahaya
seperti observasi / survey, inspeksi, pemantauan, audit, kuesioner, data statistik, konsultasi dengan
pekerja, Fault Tee Analysis, Walk through survey.
Penilaian resiko merupakan acuan agar penilaian yang dilakukan seobjektif mungkin
berdasarkan data yang ada. Penilaian ini mencakup : informasi tentang suatu aktifitas, tindakan
2
pengendalian resiko yang ada, peralatan / mesin yang digunakan untuk melakukan aktifitas, data
Material Safety Data Sheet / MSDS, Data statistik kecelakaan / penyakit akibat kerja, hasil studi atau
survey, studi banding pada industri sejenis, penilaian dari pihak spesialis / tenaga ahli.
Analisa resiko adalah kegiatan analisa suatu resiko dengan cara menentukan besarnya
kemungkinan / probability dan tingkat keparahan (severity) dari akibat atau konsekuensi suatu
resiko. Analisa ini dilakukan untuk membuat prioritas pengendalian resiko.
Kegiatan yang dilakukan berupa :
a. Mengidentifikasi besarnya risiko
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
4) Memberi saran kepada penilai risiko, kepala unit kerja dan pihak eksekutif perihal
manajemen risiko.
5) Memelihara dan membina daftar penilai risiko yang aktif.
6) Menanggapi permintaan audit internal dan eksternal berkaitan dengan manajemen risiko.
7) Menanggapi permintaan pihak eksternal untuk informasi berkaitan proses risiko.
d. Tanggung Jawab Penilai Risiko
Penilai risiko harus dipilih oleh Kepala Unit Kerja untuk memastikan bahwa penilai risiko
yang dipilih mempunyai keterampilan kerja, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai
untuk memenuhi perannya. Staf yang berminat pada peran sebagai penilai risiko harus
mendiskusikan peran tersebut dan mendapat persetujuan dari Kepala Unit Kerja. Penilai risiko
bertanggung jawab untuk :
1) Menghadiri pelatihan penilai risiko dan pemutakhiran yang diselenggarakan oleh Tim
Manajemen Risiko.
2) Menilai risiko di area kerja mereka menggunakan Form Penilaian Risiko, mengidentifikasi
seluruh risiko yang penting terlebih dahulu dan memastikan bahwa Kepala Unit Kerja
mengambil perhatian terhadap risiko tersebut.
3) Memastikan bahwa mereka menyimpan dokumen penilaian risiko yang asli dan
memberikan satu salinan kepada Kepala Unit Kerja untuk disimpan dalam arsip.
4) Menunjukkan bukti penilaian dan rencana tindakan yang lengkap dengan jadwal waktu
penyelesaian.
5) Jika penilai risiko memandang bahwa penilaian risiko mereka tidak memperoleh perhatian
yang memadai, mereka harus menghubungi Komite Mutu dan Keselamatan Pasien untuk
meminta nasehat
e. Tanggung Jawab Kepala Unit Kerja
1) Mengelola seluruh risiko di tempat kerja mereka. Kepala Unit Kerja boleh mendelegasikan
tugas melakukan penilaian risiko kepada anggota tim yang telah menghadiri pelatihan
penilaian risiko untuk penilai.
2) Kepala Unit Kerja bertanggung jawab untuk :
a) Pelaksanaan strategi dan kebijakan manajemen risiko di area tanggung jawab mereka.
b) Mengelola daftar risiko unit kerja masing-masing. Hal ini termasuk mengumpulkan,
meninjau, dan memutakhirkan data.
c) Menunjuk penilai risiko untuk area mereka, memastikan bahwa mereka diijinkan
untuk menghadiri pelatihan penilai risiko dan sesi pemutakhiran.
d) Memastikan bahwa penilai risiko mempunyai alokasi waktu yang memadai untuk
melakukan penilaian risiko.
e) Melakukan validasi seluruh penilaian risiko yang dilakukan, dan melakukan tindakan
untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi sampai pada tingkat terendah yang
mungkin dicapai.
f) Melengkapi Form Penilaian Risiko (meninjau / menyetujui pemeringkatan matriks:
menyatakan tindakan apa yang diperlukan/ diambil untuk menurunkan risiko sampai
5
pada tingkat terendah yang mungkin dicapai).
g) Jadwal waktu untuk memulai/ meningkatkan langkah pengendalian.
(pada tingkat berapa risiko sisa tertinggal setelah pelaksanaan tindakan/peningkatan
langkah pengendalian: apakah risiko perlu dimasukkan ke dalam daftar risiko unit
kerja/rumah sakit).
h) Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan dan supervisi bagi staf
untuk mendukung penurunan risiko. (Hal ini mencakup bahwa seluruh staf
menghadiri training wajib yang terkait).
i) Memelihara catatan penilaian risiko yang dilaksanakan dan untuk mencatat
perkembangan dan kinerja dibandingkan tindakan perbaikan yang direncanakan.
j) Kepala unit kerja harus mengingatkan tim manajemen risiko jika penilai risiko
meninggalkan / tidak lagi memenuhi perannya, sehingga tim manajemen risiko
mempunyai tanggung jawab untuk memutakhirkan data penilai risiko organisasi.
k) Berkoordinasi dengan unit kerja lain di dalam rumah sakit.
l) Dalam keadaan dimana rencana untuk mengelola risiko berada di luar kewenangan
Kepala Unit Kerja atau dimana ada implikasi sumber daya yang besar, risiko akan
diprioritaskan oleh Direktur Rumah Sakit.
m) Memastikan bahwa penilaian risiko divalidasi ulang pada jangka waktu yang sesuai
atau mengikuti perubahan keadaan. Frekuensi peninjauan akan bervariasi mengikuti
tingkat sisa risiko
Berikut adalah yang disarankan :
Tingkat Kategori Risiko Warna Pelaksana Tinjauan Frekuensi
Sisa Risiko Penilaian Risiko Tinjauan
Ekstrim Ekstrim (15 - Merah Direktur RS Bulanan
7
BAB III
TATA LAKSANA
8
Kecelakaan:
1. Tersengat listrik
2. 2. Terpapar dengan bahan berbahaya
3. Tertimpa benda jatuh
4. Tersiram air panas
5. Terpeleset
Asesmen dan Terapi
1. Kesalahan identifikasi pasien
3. 2. Reaksi transfusi darah
3. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
4. Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien
5. Code blue
Masalah administrasi keuangan pasien
1. Kesalahan estimasi biaya
4. 2. Pengenaan tagihan yang sama 2 x
3. Kesalahan input data tagihan
4. Perbedaan tarif dan tagihan
5. Transaksi tidak terinput
Kejadian Infeksi
1. Kegagalan / kontaminasi alat medis
5. 2. Infeksi luka operasi
3. Needlestick injury
4. Kesalahan pembuangan limbah medis
5. Infeksi nosokomial
Rekam medik
1. Kegagalan memperoleh informed consent
6. 2. Kesalahan pelabelan rekam medik
3. Kebocoran informasi rekam medik
4. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
5. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medik
Obat
1. Pihak rumah sakitan resep yang tidak baik
2. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
7. 3. Kesalahan dosis obat
4. Obat rusak / expired
5. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
6. Kegagalan memonitor efek samping obat
9
Keamanan
8. 1. Pencurian
2. Pasien hilang
3. Lingkungan yang tidak aman
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan
memperhatikan:
a. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
b. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence
10
Error, harm E Terjadi kesalahan, hingga tx dan intervensi lanjut diperlukan
&kesalahan ini memberikan efek yg buruk yg sifatnya
F Terjadi kesalahan
sementara (KTD) & mengakibatkan pasien harus dirawat lebih
lama di RS serta memberikan efek buruk yang sifatnya
G Terjadi kesalahan
sementara (KTD) yang mengakibatkan efek buruk yang
bersifat permanen (KTD )
H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien contoh
syok anafilaktik (KTD)
Error, death I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia (Sentinel)
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden dengan
kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk
kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root
cause analysis – reaktif / responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis –
proaktif).
11
3.3. Evaluasi Risiko
a. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading
yang didapat dalam analisis.
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
b. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses
berikut :
1) Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu skor
2) Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatu skor
3) Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
c. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.
1) Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
2) Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan melakukan
verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi risiko.
Probabilitas Tak MINOR 2 Moderat 3 Mayor 4 Katatrospik
Significant 1 5
Sangat sering terjadi
(Tiap minggu/bulan) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
5
Sering terjadi (bbrp
kali/tahun) Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
4
Mungkin terjadi (1 -
< 2 tahun/kali) Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
3
Jarang terjadi (> 2 - <
5 th/kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
2
Sangat jarang terjadi
(> 5 thn/Kali) Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
1
12
Dari contoh terdahulu pada instalasi rawat inap, dapat dibuat evaluasi sebagai berikut:
NAMA INSTALASI : Rawat inap
Total Score
No Jenis Risiko Peringkat
Risiko Extreme Tinggi Sedang Rendah Tindakan PJ
Dampak Peluang (15-25) (8-12) (4-6) (1-3)
1 Phlebitis 5 5 25
2 Angka kejadian 5 5 25
pasien tanpa gelang
3 Pasien jatuh 5 5 25
4 Kepatuhan 5 5 25
identifikasi pasien
5 Angka ketidakhadiran 5 5 25
dokter
6 Angka kejadian 5 3 15
pasien jatuh
7 Tertukar obat 5 3 15
8 Komplain pelanggan 3 5 15
9 Angka kejadian ISK 5 3 15
Ketidakmampuan
10 pemenuhan privasi
5 3 15
pasien
11 Perintah lisan yang
3 5 15
tidak diverifikasi dpjp
12 Kelengkapan IC 3 4 12
13 Angka kejadian
5 2 10
tertusuk jarum
14 Angka kejadian ILO 5 2 10
15 petugas tidak cuci 5 2 10
16 tangan
Terjadi 5 2 10
17 kebakaran/gempa
Rawat inap infeksius 2 3 6
18 Risiko tersetrum
listrik (ada instalasi 3 2 6
listrik)
19 Pasien pulang tanpa
sepengetahuan 2 2 4
perawat
13
3.4. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan
risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah
(risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
LEVEL/BANDS TINDAKAN
LOW (RENDAH) Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin.
SENTINEL RC
A
KTD
MERAH & KUNING
RISK GRADING
INVESTIGASI
SEDERHANA
15
Manajemen Investigasi Lengkap : _ YA/TIDAK Tanggal :
Risiko :
16
Contoh kasus:
Pasien setelah menjalani fisioterapi pemanasan dengan alat mengalami luka bakar
derajat 1. Petugas fisioterapinya adalah tenaga yang baru bekerja 1 bulan
Langkah yang dilakukan:
a. Identifikasi insiden dan mengumpulkan informasi (observasi, wawancara, telaah RM)
b. Membuat laporan insiden keselamatan pasien dan kronologi kejadian (lampiran 1)
c. Nilai Dampak = 3, karena cidera sedang
d. Nilai Probabilitas = 2, karena kejadiannya jarang terjadi (2-5 tahun sekali)
e. Skor risiko = 3 x 2 = 6
f. Kategori risiko moderate dengan warna bands hijau.
g. Maka dilakukan investigasi sederhana
17
3.4.2. RCA (Root Cause Analysis)
Langkah-langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA):
1. Identifikasi insiden yg akan di investigasi
3. Kumpulkan data
(Observasi, Dokumentasi , Interview)
6. Analisis Informasi
(5 why’s, Analisis Perubahan, Analisis penghalang, fish bone, dll )
a. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi
IKP pada derajat kuning dan merah.
b. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
1) Subkomite keselamatan pasien
2) Subkomite mutu dan manajemen risiko
3) Bidang keperawatan dan perwakilan kepala ruang
4) Perwakilan kepala instalasi / bagian
5) Perwakilan klinisi
6) Personil lain yang dinilai perlu (misal dari komponen K3, PPI, administrasi keuangan,
kepegawaian, farmasi, logistik dll sesuai IKP yang terjadi).
INSIDEN :
TIM INVESTIGATOR:
Ketua:1. Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
18
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
a. Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang medis)
b. Senior management expert (misal direktur medis)
c. Senior clinical expert (misal konsultan senior)
d. Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak terlibat
langsung dalam insiden tersebut
Tim ini dibentuk oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien yang akan bertanggung
jawab kepada Direksi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cempaka Az-Zahra. Tim diberi tenggang
waktu kerja sesuai grading untuk memberikan laporan kepada ketua komite mutu dan
keselamatan pasien.
c. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:
1) Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
2) Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman / panduan/ SPO
terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
3) Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisah termasuk
kepada pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut.
Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:
a. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama investigasi dan jika
kasus disidangkan ke pengadilan
b. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
c. Menggambarkan insiden secara akurat
d. Mengorganisasi informasi
e. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi
Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan sesegera
mungkin:
1) Semua catatan medis dan catatan keperawatan
2) Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
3) Incident report (laporan keselamatan pasien)
4) Kebijakan dan prosedur
5) Integrated care pathway yang berhubungan
6) Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
7) Bukti fisik
8) Daftar staf yang terlibat
9) Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
10) Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden (misal
pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dan lain-lain).
19
d. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:
1) Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden
2) Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk menemukan
bagian dalan proses dimana insiden terjadi
3) Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good practice &
CMP (care management problem), berguna untuk kejadian yang berlangsung lama
4) Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang sebelum,
selama, dan sesudah kejadian. Berguna pada kejadian yang melibatkan banyak orang
namun dalam periode waktu pendek.
Contoh Tabular timeline:
WAKTU 30-7 – 2014, jam 4 – 8 – 2014, jam 8-8 – 2014, jam
KEJADIAN 15.00 09.00 14.00
KEJADIAN Pasien terlihat di Pasien tiba di RS Pasien datang di
ruang penerimaan utk ruang penerimaan,
operasi TKR ulang diterima petugas.
dilakukan inform Residen 1 dibuat
consent. inform consent.
INFORMASI Pasien pulang krn
TAMBAHAN tempat penuh, pasien
diberitahu
pembatalan.
GOOD PRACTICE Risiko tindakan telah Risiko tindakan telah
dijelaskan & dijelaskan &
terdokumentasi. terdokumentasi.
MASALAH
PELAYANAN
20
f. Analisa Informasi
1) Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab masalah, dengan
mengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor kontributor, dan akar masalah.
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun sudah
menemukan pneyebab langsung sebelum menemukan akar penyebab masalah.
Contoh:
2) Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang
seharusnya. Contoh: Kasus salah area operasi
3) Analisis Barrier
Contoh dari kasus di atas:
21
4) Analisis Fish Bone
22
kateterisasi jantung), atau proses non medik (pembayaran tagihan pasien asuransi). Dalam
menentukan proses yang hendak dianalisis dengan HFMEA, kumpulan proses yang ada
digrading untuk menentukan skor risikonya (sebagaimana dalam prosedur RCA, risk
assessment).
23
Pertemuan 5 Tuangkan modus kegagalan dan penyebabnya pada
lembar kerja HFMEA (Langkah 3).
Lakukan analisa hazard (Langkah 4)
Kemudian uraikan modus kegagalan (dalam sub proses) dari masing-masing tahapan
dalam alur proses tersebut.
24
Contoh Diagram Alur
Proses:
25
d. Langkah 4. Hazard Analysis
Failure Mode (Kegagalan Proses) yang dipilih dijabarkan lebih lanjut dan lebih detail
dalam tabel berikut:
26
• Tidak ada ringan • Perlu dirawat >6
penanganan • Terjadi pada 2 -4 • Terjadi pada 4 - Pengunjung
• Terjadi pada 1- Pengunjung 6 Pengunjung
2 org
Pengunjung
Staf • Tidak ada • Cedera ringan • Cedera luas / • Kematian
cedera • Ada berat • Perawatan >
• Tidak ada Penanganan/ • Perlu dirawat 6 staf
penanganan Tindakan • Kehilangan
• Terjadi pada 1- • Kehilangan waktu/
2 staf waktu/ kec kecelakaan
• Tidak ada kerja : 2-4 staf kerja pada 4-6
kerugian staf
waktu /
keckerja
Fasilitas Kerugian < 1. Kerugian Kerugian Kerugian
000.000 atau 1.000.000 s.d 10.000.000 > 50.000.000
tanpa 10.000.000 s.d. 50.000.000
menimbulkan
dampak
terhadap pasien
3 Kadang-kadang tahun)
Kemungkinan akan muncul
(Occasional) (dapat terjadi bebearapa kali dalam 1 sampai 2
TINGKAT BAHAYA
SERING 4
16 12 8 4
KADANG 3
12 9 6 3
27
JARANG 2
8 6 4 2
HAMPIR TIDAK
PERNAH 1 4 3 2 1
Dalam kaitan dengan contoh sebelumnya maka ke dalam tabel dapat dituliskan sebagai berikut:
28
Untuk setiap hazard dengan score > / = 8, dianalisa lebih lanjut dengan Pohon Keputusan
(Decision Tree)
Bila dari analisa Pohon Keputusan berakhir pada STOP, maka tidak perlu lagi
meneruskan pencarian akar masalah untuk hazard ini karena berarti hazard tersebut tidak
prioritas. Sedangkan hazard yang berakhir pada titik hijau sebagaimana gambar di atas,
perlu ditindaklanjuti sebagai langkah ke-5.
e. Langkah 5. Action & Outcome Measure
1) Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan dapat dikontrol, eliminasi,
terima
2) Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan di eliminasi atau
di kontrol
3) Identifikasi Ukuran Outcome yang digunakan analisa dan uji redisain proses
4) Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut
5) Tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk melaksanakan
rekomendasi.
29
Tingkat Risiko Target Waktu untuk Memulai Pengendalian
Ekstrim (15-25) Segera atau paling lambat dalam 2 X 24 jam
Tinggi (8-12) Sampai 2 minggu
Sedang (4-6) Sampai 6 minggu
RisikoRendah (1-3) Sampai 12 minggu
2. KP Pasien Jatuh
3. KP Tertusuk jarum
suntik
30
3.5. Pengawasan, Audit, dan Peninjauan
a. Kebijakan ini akan diawasi melalui audit tahunan melihat kepada sampel Form Penilaian Risiko,
daftar risiko unit kerja dan daftar risiko korporat.
b. Audit.
c. Tinjauan notulen dari tim unit kerja, komite mutu dan keselamatan pasien serta direksi rumah
sakit untuk mengkonfirmasi diskusi seputar manajemen risiko.
31
BAB IV
DOKUMENTASI
32