Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SARAF
RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
NOMOR : 566.3/PER/RSISA/V/2019

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. 1


Daftar Isi ....................................................................................................................... 2
Penyusun ...................................................................................................................... 3
Kata Pengantar.............................................................................................................. 4
Peraturan Direktur Nomor : 566.3/PER/RSISA/v/2019 tentang Panduan
Praktek Klinis (PPK) Saraf ............................................................................................. 5
Pendahuluan ................................................................................................................ 8
Panduan Praktik Klinik Chepalgia ................................................................................ 10
Panduan Praktik Klinik Tumor Medula Spinalis ........................................................... 15
Panduan Praktik Klinik HNP ......................................................................................... 17
Panduan Praktik Klinik Tumor Otak ............................................................................. 19
Panduan Praktik Klinik Neuropathy ............................................................................. 22
Panduan Praktik Klinik Vertigo .................................................................................... 24
Disclaimer ..................................................................................................................... 27
Penutup ........................................................................................................................ 28

2
PENYUSUN
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM SARAF

NO NAMA KSM

1. dr. Hj. Durrotul Jannah, Sp.S KSM SARAF

2. dr. Hj. Ken Wirastuti, Sp.S, M.Kes. KIC KSM SARAF

3. dr. H. Muktasim Billah, Sp.S KSM SARAF

3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR : 566.3/PER/RSISA/V/2019
tentang
PANDUAN PRAKTIK KLINIS SARAF
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

bismillahirrahmanirrahim

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG


MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung perlu disusun Panduan Praktik Klinis bagi dokter
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
b. bahwa dalam Panduan Praktik Klinis bagi dokter di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung bertujuan untuk memberikan acuan bagi dokter dalam
memberikan pelayanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
sekaligus menurunkan angka rujukan
c. bahwa buku panduan praktik klinis tersebut digunakan sebagai bahan
acuan kegiatan pelayanan medis
d. bahwa untuk kepentingan tersebut diatas perlu ditetapkan dalam surat
keputusan

MENGINGAT : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009 tentang
Praktik Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
tentang Jabatan Fungsional Umum Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755 /Menkes/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menker/SK II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

4
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
631/MENKES/SK/IV/2005 tentang pedoman peraturan internal staf medis
(Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit;
9. Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 445/01/BPMD/07/2014 tentang Perpanjangan Izin Operasional
Rumah Sakit Islam Sultan Agung;
10. Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor :
107/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit
Berdasarkan Prinsip Syariah;
11. Surat Keputusan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor
: 008.55.09/DSN-MUI/VIII/2017 tentang Penetapan Layanan dan
Manajemen Rumah Sakit Islam Sultan Agung telah memenuhi prinsip
syariah;
12. Surat Keputusan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor :
12/SK/YBW-SA/II/2018 tentang Pengangkatan dr. H. Masyhudi AM, M.Kes
sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Islam Sultan Agung Masa Bakti 2018
– 2022.
13. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor :
70/SK/YBW-SA/VI/2018 tentang Pengesahan Struktur Oragnisasi RSI
Sultan Agung
14. Surat Keputusan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung Nomor :
12/SK/YBW-SA/II/2018 tentang Pengangkatan Direktur Utama RSI Sultan
Agung Masa Bhakti 2018 – 2022;

MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN :
KESATU : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Surat Keputusan Nomor : 3421/
PER/RSI-SA/I/2017 tentang Panduan Praktik Klinis (PPK) Saraf Rumah Sakit
Islam Sultan Agung.

KEDUA : Penetapan Panduan Praktik Klinis Saraf Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

5
6
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
NOMOR : 566.3/PER/RSISA/V/2019
TANGGAL : 16 Mei 2019

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan perorangan; lingkup pelayanan adalah
segala tindakan atau perilaku yang diberikan kepada pasien dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Substansi pelayanan medis adalah pratik ilmu pengetahuan dan
teknologi medis yang telah ditapis secara sosio – ekonomi –budaya yang mengacu pada aspek
pemerataan, mutu dan efsiensi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
akan pelayanan medis.
Untuk menyelenggarakan pelayanan medis yang baik dalam arti efektif, efisien dan
berkualitas serta merata dibutuhkan masukan berupa sumber daya manusia, fasilitas,
prafasilitas, peralatan, dana sesuai dengan prosedur serta metode yang memadai
Saat ini sektor kesehatan melengkapi peraturan perundang-undangannya dengan
disahkannya Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada bulan
Oktober 2004 yang diberlakukan mulai bulan Oktober 2005. Pengaturan praktik kedokteran
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter/dokter Syaraf, serta
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter/dokter Syaraf.
Panduan praktik klinis (Clinical practice guidelines) merupakan panduan yang berupa
rekomendasi untuk membantu dokter atau dokter Syaraf dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Panduan ini berbasis bukti (berdasarkan penelitian saat ini) dan tidak menyediakan
langkah-pendekatan untuk perawatan dan pengobatan, namun memberikan informasi tentang
pelayanan yang paling efektif. Dokter atau dokter Syaraf menggunakan panduan ini sesuai
dengan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk menentukan rencana pelayanan yang
tepat kepada pasien

B. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pasal 44 ayat ( 1 ) ,
pasal 50 dan 51
2. Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 147 / MENKES / PER / 2010 tentang Perizinan RS
5. PERMENKES No 1438 / MENKES / PER / IX / 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
C. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu
2. Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya
3. Memberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimal
4. Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil
5. Mamberikan tata laksana dengan biaya yang memadai

8
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
CHEPALGIA

I . PENGERTIAN
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Chepalgia diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Migren
Epidemiologi :
- Riwayat keluarga
- Anak-anak, dewasa muda
- Wanita lebih sering daripada pria
Lokasi : Bifrontal, dapat unilateral
Tanda & Gejala : Kualitasnya berdenyut, kresendo, mual, muntah, fotofobia, dapat
timbul deficit neurologist
b. Tension
Epidemiologi : Wanita lebih sering daripada pria
Lokasi : Bilateral, menyeluruh atau oksipital
Tanda & Gejala : Kualitasnya menekan, ketat, mual, fotofobia, berhubungan dengan
ketegangan psikik
c. Cluster
Epidemiologi :
- Remaja dan dewasa
- Pria lebih sering daripada wanita
Lokasi : Unilateral, orbitofrontal
Tanda & Gejala : injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, miosis, ptosis, edema
palpebra
d. Hipertensi
Epidemiologi : ada riwayat keluarga
Lokasi : Bilateral, oksipital atau frontal
Tanda &Gejala : Hipertensi retinopati, dapat timbul papil udema
e. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Lokasi : bervariasi
Tanda & Gejala : mual, muntah, papil edema
f. Temporal Arteritis
Epidemiologi : Dewasa
Lokasi : Unilateral, temporal
Tanda & Gejala : Cabang arteri yang terkena menebal, gangguan visus, lekositosis,
anemia, LED meningkat.
g. Perdarahan Subarachnoid
Lokasi : Bilateral, oksipital
Tanda&Gejala :Onsetnya mendadak, kejang, kaku kuduk, kesadaran menurun,
deficit neurologist.

9
h. Meningitis, ensefalitis
Lokasi : Bilateral, oksipital
Tanda & Gejala : Demam, kaku kuduk, penurunan kesadaran.
II. ANAMNESIS
Anamnesa : penderita mengeluh nyeri kepala berat.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Penilaian GCS
Vital sign :
- Tekanan darah
- Frekuensi Jantung
- Frekuensi Napas
- Suhu Tubuh
Pemeriksaan Neurologis:
 Pemeriksaan motorik
• Kekuatan
• Gerakan
• Reflek Fisiologis
• Reflek Patologis
• Tonus
• Klonus
• Trofi
 Pemeriksaan N.Cranialis

IV. KRITERIA DIAGNOSTIK


a. Migren
Epidemiologi :
- Riwayat keluarga
- Anak-anak, dewasa muda
- Wanita lebih sering daripada pria
Lokasi : Bifrontal, dapat unilateral
Tanda & Gejala : Kualitasnya berdenyut, kresendo, mual, muntah, fotofobia, dapat
timbul deficit neurologist
b. Tension
Epidemiologi : Wanita lebih sering daripada pria
Lokasi : Bilateral, menyeluruh atau oksipital
Tanda & Gejala : Kualitasnya menekan, ketat, mual, fotofobia, berhubungan dengan
ketegangan psikik
c. Cluster
Epidemiologi :
- Remaja dan dewasa
- Pria lebih sering daripada wanita
Lokasi : Unilateral, orbitofrontal
Tanda & Gejala : injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, miosis, ptosis, edema
10
palpebra

d. Hipertensi
Epidemiologi : ada riwayat keluarga
Lokasi : Bilateral, oksipital atau frontal
Tanda &Gejala : Hipertensi retinopati, dapat timbul papil udema
e. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Lokasi : bervariasi
Tanda & Gejala : mual, muntah, papil edema
f. Temporal Arteritis
Epidemiologi : Dewasa
Lokasi : Unilateral, temporal
Tanda & Gejala : Cabang arteri yang terkena menebal, gangguan visus, lekositosis,
anemia, LED meningkat.
g. Perdarahan Subarachnoid
Lokasi : Bilateral, oksipital
Tanda&Gejala :Onsetnya mendadak, kejang, kaku kuduk, kesadaran menurun,
deficit neurologist.
h. Meningitis, ensefalitis
Lokasi : Bilateral, oksipital
Tanda & Gejala: Demam, kaku kuduk, penurunan kesadaran.
Indikasi rawat inap pada keadaan gawat darurat nyeri kepala , yaitu :
1) Perdarahan sub arachnoid
2) Tekanan intra kranial meninggi
3) Peradangan, misal : meningitis, ensefalitis, abses otak.
V. DIAGNOSIS KERJA
- Chepalgia

VI. DIAGNOSIS BANDING


- Migren
- Tension
- Kluster
- Hipertensi
- Peningkatan TIK
- Temporal arteritis
- Perdarahan subarachnoid
- Meningitis, ensefalitis

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Lab darah
Indikasi : bila kecurigaan ke arah penyakit sistemik.
- EEG
Indikasi : * Kecurigaan adanya tumor
* Suatu serangan migren yang disertai pinsan
11
* Bila ada perubahan intensitas, lamanya dan
sifat serangan migren
- Pemeriksaan radiologik
a. Foto polos kepala
Indikasi : Bila nyeri kepala yang dikeluhkan tidak
termasuk jenis yang benigna.
Contoh : hematoma, hidrosefalus, tumor intra
Kranial
b. Foto vertebra servikalis :
Indikasi : Bila ada nyeri oksipital atau suboksipital yang
bukan disebabkan oleh nyeri kepala tegang.

c. CT Scan
Indikasi : Bila ada dugaan ke arah kerusakan struktur
otak . mis : adanya neoplasma, perdarahan
otak, dsb.
VIII. TERAPI
a. Migren
Pada saat serangan diberi analgetik sederhana, misalnya :
parasetamol atau asam asetil salisilat, bila tidak menolong
dapat diberi ergotamin dengan dosis 1 – 2 mg peroral pada
saat onset dan bila perlu dapat diulang setiap 30 – 60
menit. Jika nyeri tidak hilang dapat ditambahkan sedativa.
Anelgetik yang lebih kuat adalah AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid) misal Ibuprofen, Naproxen, Anaprox.
b. Tension Headache
Pengobatan dengan Diazepam 3 x 1 – 2 mg / hari,
Amitriptilin 2 x 10 mg / hari
c. Cluster Headache
Pengobatan sama seperti migren
Untuk nyeri kepala migren dan tension dapat diberikan 1
terapi relaksasi (pemanasan, masase otot-otot kepala &
tengkuk) dan olahraga, serta edukasi perlu diberikan untuk
nyeri kepala non struktural.
IX. EDUKASI
1. Mengindari factor pencetus misalnya alcohol, konsumsi daging berlebihan, MSG,
Coklat
2. Olahraga teratur
3. Konsul kebagian Saraf dengan membawa foto CT scan kepala terlampir

X. PROGNOSIS
Tergantung ketelitian penegakan diagnosis
Dubia

12
XI. KEPUSTAKAAN
Neurologi Klinis, Priguna Sidharta, M.D.,Ph.D, 2004
Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf, dr.George Dewanto,Sp.S, EGC,
2009
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
TUMOR MEDULA SPINALIS

I . PENGERTIAN
Tumor medula spinalis dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
A. Pembagian berdasarkan lokasi anatomis dan proses desak ruang
dalam kanalis spinalis :
1. Tumor intra meduler : ialah tumor yang tumbuh didalam
substansi medulla spinalis.
2. Tumor ekstra meduler : ialah tumor yang tumbuh diluar medulla
spinalis :
a. Tumor ekstra meduler intra dural
b. Tumor ekstra meduler ekstra dural
B. Pembagian berdasarkan gambaran hisologis
1. Tumor intra meduler
- Ependimoma
- Astrositoma
- Oligodendroglioma
- Medulloblastoma
2. Tumor ekstra meduler
a. Tumor intra dural
- Neurinoma / Schwanoma / Neurifiroma
- Meningioma
- Ganglioneuroma
b. Tumor ekstra dural
- Osteosarkoma
- Khondrosarkoma
- Limfasarkoma
- Melanoblastoma

II. ANAMNESIS
Terdapat riwayat kelainan neurologist berupa gangguan motoris,
sensoris, otonom yang bersifat kronis progresif.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Ditemukan gangguan neurologis motoris, sensoris, dan otonom

IV. KRITERIA DIAGNOSTIK


Anamnesis :
13
Terdapat riwayat kelainan neurologist berupa gangguan motoris,
sensoris, otonom yang bersifat kronis progresif.
Gambaran / Gejala Klinis :
- Motoris : Hemiparesis / hemiplegic , tetraparesis / tetraplegi,
paraparesis / paraplegi
- Sensoris : Hipestesia / anesthesia, analgesia / hipo-hiperalgesia,
rasa kesemutan (parestesia), gangguan terhadap rangsang suhu,
rasa getar, rasa diskriminatif, dan proprioseptif
- Otonom : Anhidrosis / hiperhidrosis, Inkontinensia urine / alive, Retensio urine / alvie

V. DIAGNOSIS KERJA
- Tumor Medula Spinalis

VI. DIAGNOSIS BANDING


H. N. P, Trauma medulla spinalis

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan laboratorium rutin
b. X - FotoVertebra
c. Pemeriksaan khusus untuk medula spinalis :
1. Pemeriksaan CT Scan

VIII. TERAPI
a. Pembedahan
b. khemoterapi, imunoterapi, dan terapi
hormon sebagai terapi lanjutan, apabila tidak dapat
reseksi total.
c. Anti edema : injeksi dexamethason 4 x 10 mg iv

IX. EDUKASI
1. penjelasan tentang penyakit
2. pejelasan tentang perjalanan penyakitnya
3. penjelasan tentang prognosa penyakit
X. PROGNOSIS
Buruk

XI. KEPUSTAKAAN
Neurologi Klinis, Priguna Sidharta, M.D.,Ph.D, 2004
Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf, dr.George Dewanto,Sp.S, EGC,
2009

14
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
HNP

I . PENGERTIAN
HNP : penonjolan di Nukleus Pulposus menembus anulusfibrosus akibat proses
degeneratif yang dicetuskan oleh trauma fisik. HNP sering terjadi pada daerah lumbal,
jarang pada daerah servical dan thorakal

Low Back Pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang
rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bias menjalar ke daerah lain
seperti punggung bagian atas dan pangkal paha.
LBP dapat diklasifikasikan :
- Acute Low Back Pain : ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba - tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh.
- Chronic Low Back Pain : ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3
bulan Rasa nyeri ini dapat berulang - ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi
,discus intervertebralis dan tumor.

II. ANAMNESIS
- Nyeri tengkuk / pinggang yang disertai nyeri radikuler , rasa kebal, gringgingen pada
ekstremitas, kelemahan tungkai atau lengan , dapat disertai adanya gangguan
kencing dan berak juga dapat disertai gangguan ereksi. Rasa nyeri bertambah pada
waktu batuk, bersin atau mengejan

III. PEMERIKSAAN FISIK


Ditemukan nyeri gerak / tekan, spasme otot paravertebral, lordosis (-), skoliosis
kompensasi.
Klinis HNP cervikalis : test lermitte (+), test valsava (+), test
Nafziger (+)
Monoparesis superior flaksid, paraparesis inferior spastik, tetraparesis spastik.
Klinis HNP Lumbalis : Iskhialgia, Lasegue kurang 70, Lasegue silang (+) , test valsava (-
), test Nafziger (+)
Monoparesis inferior flaksid, paraparesis inferior flaksid.
Hyphoesthesi / anesthesia setinggi radiks spinalis / myelum yang tertekan.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Lab darah dan urin rutin
- X Foto polos vertebra AP / Lat / Obliq
- CT Scan

15
V. DIAGNOSIS
a. Diagnosis Kerja : LBP dengan ischialgia
b. Diagnosis Topis : Radix Nervus Spinalis
c. Diagnosa Etiologi : HNP
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Proses degenerasi di Medula Spinalis
- Proses tumor di Medula Spinalis

VIII. TERAPI
 Konservatif :
- Istirahat baring 3 – 4 minggu
- Medikamentosa : Analgetik / NSAID
- Musklerelaksan
- Neurotropik
- Rehabilitasi medis : pemanasan, traksi,latihan otot, cervical collar / spinal korset.
 Operatif : Bedah saraf dengan indikasi :
- Pada penderita dengan gangguan otonom
- Adanya defisit neurologi dengan kelumpuhan yang
berat
- Apabila dengan terapi konservatif selama 3 minggu belum ada perbaikan
atau terjadi keluhan berulang.

IX. EDUKASI
Berusaha hidup teratur, istirahat cukup. Berusaha duduk / berdiri dengan sikap benar
dan baik. Bila pederita gemuk maka perlu penurunan BB. Jangan mengangkat ,
mendorong, menarik dam membongkok atau memakai sepatu hak tinggi. Mencegah
batuk, bersin, mengejan, naik-turun tangga, dan kerja fisik berat.
X. PROGNOSIS
Dubia

XI. KEPUSTAKAAN
Neurologi Klinis, Priguna Sidharta, M.D.,Ph.D, 2004
Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf, dr.George Dewanto,Sp.S, EGC,
2009

16
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
TUMOR OTAK

I . PENGERTIAN
Pembagian Tumor Otak :
A. Tumor Intra Serebral
1. Astrositoma
2. Glioblastoma multiforme
3. Oligodendroglioma
4. Ependymoma
5. Meduloblastoma
6. Neurinoma
7. Craniopharyngioma
8. Pituitary Adenoma
9. Pinealoma
10. Teratomatous tumor
11. Choroid Pleksus Papilloma
12. Peradangan dan Massa vaskuler
13. Metastase

B. Tumor Ekstra Serebral


1. Meningioma
2. Chordoma
3. Basal tumor
4. Sarkoma

II. ANAMNESIS
Terdapat riwayat kelainan neurologist berupa gangguan motoris,
sensoris, otonom, yang bersifat kronis progresif

III. PEMERIKSAAN FISIK


Gejala – gejala TIK yang meninggi :
a. Nyeri kepala hebat
b. Muntah proyektil
c. Kejang fokal
d. Hemiparese / hemiplegic
Tanda – tanda lokalisatorik yang menyesatkan :
a. Kelumpuhan saraf otak, tersering saraf 3,4,dan 6
b. Refleks patologis positif
c. Gangguan mental : demensia
d. Gangguan endokrin
e. Ensefalomalasia

17
Tanda – tanda lokalisatorik yang benar atau symptom fokal :
- simtom fokal dari tumor di lobus frontalis
- simtom fokal dari tumor di lobus temporalis
- simtom fokal dari tumor di lobus parietaslis
- simtom fokal dari tumor di lobus oksipital
Tanda – tanda fisik diagnortik pada tumor intrakranium :
- Papil edema
- Terganggunya sutura, ini terjadi pada anak –anak
- Bradikardi dan tekanan darah sistemik yang meningkat secara
Progresif
- Irama dan frekuensi pernapasan berubah
- Destruksi tulang tengkorak

IV. KRITERIA DIAGNOSTIK


Anamnesa :
Terdapat riwayat kelainan neurologist berupa gangguan motoris,
sensoris, otonom, yang bersifat kronis progresif
1. Gejala – gejala TIK yang meninggi :
- Nyeri kepala hebat
- Muntah proyektil
- Kejang fokal
- Hemiparese / hemiplegic
2. Tanda – tanda lokalisatorik yang menyesatkan :
- Kelumpuhan saraf otak, tersering saraf 3,4,dan 6
- Refleks patologis positif
- Gangguan mental : demensia
- Gangguan endokrin
- Ensefalomalasia
3. Tanda – tanda lokalisatorik yang benar atau symptom fokal :
- simtom fokal dari tumor di lobus frontalis
- simtom fokal dari tumor di lobus temporalis
- simtom fokal dari tumor di lobus parietaslis
- simtom fokal dari tumor di lobus oksipital
4. Tanda – tanda fisik diagnortik pada tumor intrakranium :
- Papil edema
- Terganggunya sutura, ini terjadi pada anak –anak
- Bradikardi dan tekanan darah sistemik yang meningkat secara
Progresif
- Irama dan frekuensi pernapasan berubah
- Destruksi tulang tengkorak

V. DIAGNOSIS KERJA
- Tumor Otak

18
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Stroke
- Hematoma Sub Dural Kronik
- A. V. M

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- EEG
- Foto polos kepala AP/Lateral dan sella khusus
- Angiografi
- CT Scan
- MRI
- Radionuclid Brain Scanning

VIII. TERAPI
Pembedahan
- Radioterapi, khemoterapi, imunoterapi dan terapi hormon sebagai terapi lanjutan,
apabila tidak dapat reseksi total
- Anti edema : injeksi dexamethason 4 x 10 mg iv

IX. EDUKASI

X. PROGNOSIS
Tergantung jenis dari Tumor Otak

XI. KEPUSTAKAAN
Neurologi Klinis, Priguna Sidharta, M.D.,Ph.D, 2004
Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf, dr.George Dewanto,Sp.S, EGC,
2009

19
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
NEUROPATHY

I . PENGERTIAN
Neruropati adalah kondisi gangguan dan kerusakan saraf yang disebabkan oleh trauma
pada saraf, atau karena efek samping dari suatu penyakit sistematik.
Neuropati diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Neuropati Perifer
- Dapat bersifat mononeuropati atau polineuropati
- Dapat mengenai neuron (neuronopati), radiks (radikulopati), atau
pleksus (pleksopati)
- Gangguan motorik, sensorik maupun otonom dari saraf perifer
berupa symptom dan sign “negative” atau positive”
- Adanya kelemahan dan atrofi otot
- Adanya gangguan rasa nyeri tajam - tumpul dan rasa getar
- Refleks tendon menurun atau bahkan hilang
- Gangguan otonom berupa hipotensi postural, tidak berkeringat,
impotensi dan symptom pencernaan maupun kandung kemih

B. Neuritis Kranialis Idiopatik


- Kelumpuhan / kelemahan saraf – saraf cranial secara multiple
- pada satu sisi
- Tidak ditemukan symptom diffuse yang menunjukkan lesi
- system saraf pusat
- Dapat disingkirkan penyakit lain sebagai penyebab

II. ANAMNESIS
Anamnesa : Penderita mengeluh mempunyai gangguan motorik,
sensorik, maupun otonom dari saraf perifer, adanya kelemahan
dan atrofi otot, gangguan rasa nyeri, reflek tendon menurun,
kelumpuhan/ kelemahan saraf - saraf kranial .

III. PEMERIKSAAN FISIK


Ditemukan adanya gangguan saraf seperti pada
kriteria diagnosis diatas

IV. KRITERIA DIAGNOSTIK


A. Neuropati Perifer
- Dapat bersifat mononeuropati atau polineuropati
- Dapat mengenai neuron (neuronopati), radiks (radikulopati), atau
pleksus (pleksopati)
- Gangguan motorik, sensorik maupun otonom dari saraf perifer
berupa symptom dan sign “negative” atau positive”
- Adanya kelemahan dan atrofi otot
- Adanya gangguan rasa nyeri tajam - tumpul dan rasa getar
- Refleks tendon menurun atau bahkan hilang
- Gangguan otonom berupa hipotensi postural, tidak berkeringat, impotensi dan
symptom pencernaan maupun kandung kemih

20
B. Neuritis Kranialis Idiopatik
- Kelumpuhan / kelemahan saraf – saraf cranial secara multiple pada satu sisi
- Tidak ditemukan symptom diffuse yang menunjukkan lesi
- system saraf pusat
- Dapat disingkirkan penyakit lain sebagai penyebab

V. DIAGNOSIS KERJA
- Neuropathy

VI. DIAGNOSIS BANDING


- Pseudoneuropati
- Pseudo stroke
- Amyotropik Lateral Sklerosis Atipik
- Miopati

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Biopsi khususnya untuk vaskulitis neuropati
- EMG
- Laboratorium : Gula darah ----- DM
VDRL --------- Sifilis
LED ---------- Temporal / Giant cell arteritis
Serum Lyme ---Lyme disease
- X Foto Thoraks ---------Sarkoidosis atau tumor paru

VIII. TERAPI
A. Umum : Fisioterapi dan Neurotropik vitamin
B. Spesifik : sesuai penyebabnya.

IX. EDUKASI

X. PROGNOSIS
Sembuh sempurna

XI. KEPUSTAKAAN
Neurologi Klinis, Priguna Sidharta, M.D.,Ph.D, 2004
Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf, dr.George Dewanto,Sp.S, EGC,
2009

21
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
VERTIGO

I . PENGERTIAN
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan
sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :
- Vertigo Perifer : Vertigo yang disebabkan oleh vertigo posisional benigna dan
dicetuskan oleh perubahan posisi kepala
- Vertigo sentral : Vertigo yang disebabakan oleh gangguan dibatang otak aatau
serebelum

II. ANAMNESIS
Anamnesis :
Dicari gejala-gejala vertigo perifer:
- Onset paroksismal
- Serangan vertigo nyata dan berat
- Perubahan posisi mencetuskan / memperberat vertigo
- Sering ada gangguan pendengaran berupa tuli dan tinnitus
Dicari gejala-gejala vertigo sentral :
- Onset jarang paroksismal, sering insidious
- Perubahan posisi jarang mencetuskan / memperberat vertigo
- Serangan kurang nyata dan jarang berat
- Gejala neurologik tergantung letak lesi
* Neurinoma akustikur dan tumor sudut serebelo pontis: tinnitus
dan penurunan pendengaran
* Medula oblongata : Gejala otonom, paresis, nervus kranialis
V,IX,X
* Serebelum : disartri, tremor, ataksia
- Riwayat penyakit sebelumnya : penyakit kardiovaskuler, penyakit
psikiatri, minum obat-obatan .
- Riwayat penyakit keluarga :
Hipertensi, DM, Arteriosklerosis, penyakit jantung, penyakit
psikiatri, migren, epilepsy, karsinoma, stroke.

III. PEMERIKSAAN FISIK


-Mencari adanya gangguan keseimbangan
- Tes-tes untuk menimbulkan vertigo
- Mencari tanda-tanda defisit neurologik
- Mencari tanda-tanda penyakit sistemik.
- Mencari tanda-tanda penyakit jantung, DM
- Mencari tanda-tanda trauma kepala, neuropati perifer.
22
IV. KRITERIA DIAGNOSTIK
Dicari gejala-gejala vertigo sentral :
- Onset jarang paroksismal, sering insidious
- Perubahan posisi jarang mencetuskan / memperberat vertigo
- Serangan kurang nyata dan jarang berat
- Gejala neurologik tergantung letak lesi
* Neurinoma akustikur dan tumor sudut serebelo pontis: tinnitus
dan penurunan pendengaran
* Medula oblongata : Gejala otonom, paresis, nervus kranialis
V,IX,X
* Serebelum : disartri, tremor, ataksia
- Riwayat penyakit sebelumnya : penyakit kardiovaskuler, penyakit
psikiatri, minum obat-obatan .
- Riwayat penyakit keluarga :
Hipertensi, DM, Arteriosklerosis, penyakit jantung, penyakit
psikiatri, migren, epilepsy, karsinoma, stroke.

V. DIAGNOSIS KERJA
- Vertigo

VI. DIAGNOSIS BANDING


- Migren
- Tension Type Headache
- Kluster

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium : * Darah / urin rutin
* Kimia darah
- Test khusus : tes kalori, audiometri, X Foto Cranium AP/ Lat, CT Scan kepala, EEG,
EKG

VIII. TERAPI
Simtomatis
- Anti vertigo :
 Diazepam : dosis 5 – 10 mg tiap 4 – 6 jam p.o, i.m, i.v
 Droperidol : dosis 2,5 – 5 mg tiap 12 jam i.m
- Anti muntah
 Promethazine : dosis 25 – 50 mg tiap 4 – 6 jam p.o, i.m, sup
 Aprochlorperazine : dosis 5 – 10 mg tiap 4 – 6 jam, p.o, i.m dan 25 mg sup tiap
12 jam
 Meclizine: dosis 25 mg tiap 4 – 6 jam p.o

23
 Skopolamine dosis 0,5 mg transdermal
Kausatif :
Untuk vertigo dengan dasar kelainan struktural Vestibular Exercise

IX. EDUKASI
Edukasi rawat inap lama perawatan : 5 – 7 hari
Masa pemulihan : Tergantung keadaan penyakit
Konsul kebagian Saraf dengan membawa foto CT scan kepala terlampir
X. PROGNOSIS
Vertigo perifer dengan latihan medikasi dan edukasi akan sembuh dengan baik

XI. KEPUSTAKAAN
Neurologi Klinis, Priguna Sidharta, M.D.,Ph.D, 2009
Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf, dr.George Dewanto,Sp.S, EGC,
2012

24
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
DISCLAIMER

Dokumen tertulis PPK SARAF serta perangkat implementasinya ini disertai dengan disclaimer
(wewanti/ penyangkalan) untuk :
1. Menghindari kesalah-pahaman atau salah persepsi tentang arti kata standar, yang
dimaknai harus melakukan sesuatu tanpa kecuali
2. Menjaga autonomi dokter bahwa keputusan klinis merupakan wewenangnya sebagai
orang yang dipercaya pasien

Adapun disclaimer tersebut :


1. Disclamer Utama yaitu :
a. PPK dibuat untuk average patient
b. PPK dibuat untuk penyakit/ kondisi patologis tunggal
c. Reaksi individual terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi
d. PPK dianggap valid pada saat dicetak
e. Praktek Kedokteran modern harus lebih mengakomodasi preferensi pasien dan
keluarga
2. Disclaimer tambahan, yang dapat disertakan pada disclaimer :
a. PPK dimaksudkan untuk tatalaksana pasien sehingga tidak berisi informasi lengkap
tentang penyakit
b. Dokter yang memeriksa harus melakukan konsultasi bila merasa tidak menguasai atau
ragu dalam menegakkan diagnose dan memberikan terapi
c. Penyusun PPK tidak bertanggung jawab atas hasil apapun yang terjadi akibat penyalah
gunaan PPK dalam tatalaksana pasien

25
PENUTUP

Dengan telah tersusunnya Panduan Praktik Klinis ini diharapkan dapat menjadi Standar
Prosedur Operasional bagi dokter spesialis saraf yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
KSM dan fasilitas pelayanan kesehatan di RSI Sultan Agung.

Melalui panduan ini diharapkan terselenggara pelayanan medis yang efektif, efisien,
bermutu dan merata sesuai sumber daya, fasilitas, pra fasilitas, dana dan prosedur serta metode
yang memadai. Semoga bermanfaat.

26

Anda mungkin juga menyukai