Anda di halaman 1dari 67

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

&
CLINICAL PATHWAY

“SMF BEDAH”

OLEH

Dr. M Febriadi Ismet, Sp.B

RUMAH SAKIT UMUM SUNGAI GELAM


MUARO JAMBI
2018
APPENDISITIS

RSU SUNGAI Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


GELAM
MUARO JAMBI
Tanggal Disahkan oleh:
Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:
Appendisitis akut: Peradangan akut pada appendiks. Terdapat tanda-tanda
PENGERTIAN peritonitis lokal perut kanan bawah dan pada wanita tidak dijumpai kelainan
pada bidang ginekologi.

Appendisitis kronis: pernah didiagnosa sebagai appendicitis akut dan atau


adanya riwayat sering nyeri perut kanan bawah dan pada wanita tidak dijumpai
kelainan pada bidang ginekologi. Hasil appendikogram mendukung.

Manifestasi klinis:
 Sakit perut kanan bawah
 Adanya peritonitis lokal kanan bawah
 Adanya leukositosis (kasus akut)

Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas yang rendah
dan masa rawat yang relative sempit

Kebijakan 1. Tindakan appendiksektomi bisa dilakukan secara terbuka (open) atau


laparoskopik sesuai indikasi dan kebutuhan.
2. Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan
yang dilakukan ( sebelum tindakan dilakukan )

Prosedur 1. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran dan akan diberikan untuk


pasien sesuai dengan dokter yang diinginkan
2. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan nomor urut mulai
dari:
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 USG bila diperlukan
3. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan:
 Laboratorium
 Radiologi
 Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan kebutuhan
4. Untuk kasus appendicitis akut, pasien diminta melengkapi
pemeriksaan yang diminta. Pasien akan dikonsulkan ke dokter
penyakit dalam, anestesi dan spesialisasi lain sesuai kebutuhan
untuk toleransi tindakan; dan dilakukan operasi emergensi.
5. Setelah toleransi untuk tindakan dianggap cukup, akan ditentukan
jadwal tindakan APENDEKTOMI SEGERA. Dokter akan membuat surat
perintah rawat sesuai dengan ruangan yang diinginkan oleh pasien.
6. Untuk kasus appendicitis kronis, pasien sudah harus dirawat paling
lambat 1 hari sebelum tindakan untuk pemeriksaan anestesi oleh
dokter anestesi atau dirawat lebih awal sesuai kebutuhan toleransi
operasi.
7. Pasien sudah harus datang 30 menit sebelum tindakan dan
menyelesaikan administrasi keuangan sebelum dilakukan tindakan.
8. Tindakan anestesi akan dilakukan oleh dokter anestesi sesuai jadwal
dan persiapan tindakan dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter
dan tindakan appendiksektomi dilakukan oleh dokter bedah.
9. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan. Perawatan selama di
ruangan menjadi tanggung jawab dokter bedah dan akan
dipulangkan apabila keadaan pasien dianggap memungkinkan.
10. Pasien d iharuskan kontrol sesuai dengan instruksi dokter.
Prosedur operasi 1. Penderita dalam posisi terlentang, ahli bedah dalam general anestesi.
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada seluruh abdomen dan dada
bagian bawah, kemudian lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.
2. Dilakukan insisi dengan darah oblik melalui titik Mc.Burney tegak lurus
antara SIAS dan umbilikus (irisan Gridiron), irisan lain yang dapat dilakukan
adalah insisi traversal dan paramedian.
3. Irisan diperdalam dengmemotong lemak mencapai aponeurosis muskulus
oblikus abdominis Ekternus (MOE)
4. MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan seratnya, kemudian
diperlebar ke lateral dan ke medial dengan pertolongan pinset anatomi.
Pengait luka tumpul dipasang di bawah MOE, tampak di bawah MOE muskulus
Oblikus Internus (MOI)
5. MOI, kemudian dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem arteri
searah dengan seratnya sampai tampak lemak peritoneum, dengan haak
LangenBack otot dipisahkan. Pengait dipasang di bawah muskulus tranversus
abdominis.
6. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan menggunakan 2 pinset
bedah dan dibuka dengan gunting, perhatikan apa yang keluar pus, udara atau
cairan lain (darah, feses dll) periksa kultur dan tes kepekaan kuman dari cairan
yang keluar tsb. Kemudian pengait luka diletakkan di bawah peritonium.
7. Kemudian sekum (yang berwarna putih, memilikitanca koli dan haustra)
dicari dan diluksir. Apendiks yang basisnya terletak pada pertemuan tiga taenia
mempunyai bermacam – macam posisi antara lain antesekal, retrosekal,
anteileal dan pelvinal.
8. Setelah ditemukan sekum dipegang dengan darm pinset dan ditarik keluar,
dengan kassa basah sekum dikeluarkan kearah mediokaudal, sekum yang telah
keluar dipegang oleh asisten dengan ibu jari berada di atas.
9. Mesenterium dengan ujung spendiks di pegang dengan klem Kocher
kemudian mesoapendiks di klem potong dan diligasi berturut – turut sampai
pada basis apendiks dengan menggunakan benang suter 3/0.
10. Pangkal apendiks di crush dengan apendiks klem kocher dan pada bekas
crush tersebut diikat dengan sutera No. 00 – 2 ikatan
11. Dibagian distal dari ikatan diklem dengan kocher dan diantara klem kocher
dan ikatan tersebut apendiks dipotong dengan pisau yang telah diolesi
betadine, ujung sisa apendiks digosok betadine.
12. Sekum dimasukkan ke dalam rongga perut.
13. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus perforasi dapat
dipasang drain sub facial.
Komplikasi Durante operasi : perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum
atau usus lain. Pasca bedah dini : perdarahan, infeksi, hematom, parlitik ileus,
peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal. Pasca bedah lanjut : obstruksi
usus jeratan, hernia sikatrikalis.
Mortalitas :
0.1 % jika apendiks tidak perforasi.
15 % jika telah terjadi perforasi.
Kematian tersaring karena sepsis, emboli paru atau aspirasi.
Perawatan pasca Pada apendisitis tanpa perforasi : Antibiotika diberikan hanya 1x24 jam.
operasi Pada apendisitis dengan perforasi : Antibiotika diberikan hingga jika
gejala klinis infeksi reda dan laboratorium normal. (sesuai kultur
kuman). Mobilisasi secepatnya setelah penderita sadar dengan
menggerakkan kaki, miring kekiri dan kanan bergantian dan duduk.
Penderita boleh jalan pada hari pertama pasca bedah. Pemberian
makanan peroral dimulai dengan memberi minum sedikit – sedikit
(50cc) tiap jam apabila sudah ada aktivitas usus yaitu adanya flatdan
bising usus. Bilamana dengan pemberian minum bebas penderita tidak
kembung maka pemberian makanan peroral dimulai. Jahitan diangkat
pada hari kelima sampai hari ketujuh paca bedah.
Dokumen terkait 1. Surat rujukan
2. Rekam medis
3. Hasil pemeriksaan
Unit terkait 1. Departemen Radiologi
2. Departemen Patologi Klinik
3. Ruang rawat terkait
PELAYANAN APPENDICITIS

PASIEN PENDAFTARAN DOKTER

Anamnesis
Sakit perut kanan bawah

Pemeriksaan Fisik
Tanda peritonitis lokal abdomen kanan bawah
Colok dubur terdapat nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL, BT/CT, urinalisa, pada
wanita muda cek B-HCG dan konsul obsgin
Radiologi : Rontgen thoraks, appendikogram,
USG abdomen bila diperlukan

TATA LAKSANA

APPENDISITIS AKUT APPENDICITIS KRONIS

APPENDIKSEKTOMI SEGERA APPENDIKSEKTOMI ELEKTIF


terbuka terbuka
Clinical Pathways Appendicitis Akut

Nama pasien

Tanggal lahir pasien

Nomor rekam medik

Catatan khusus

Berat badan : ………… Kg

Riwayat Imunisasi : Lengkap / Tidak lengkap.

DPJP UTAMA :

Aspek Pelayanan Hari I Hari II Hari Hari Hari


III IV V
1. Penilaian dan Pemantauan Meedis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Anamnesa nyeri di perut kanan bawah, mual, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
muntah dan nafsu makan berkurang
 Pemeriksaaan fisik : nyeri tekan dan nyeri lepas [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
di titik Mc Burney, RT : nyeri tekan pkln11-01,
nilai cavum douglas pada wanita
 Pemeriksaan vital sign [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
2. Penilaian dan Pemantauan Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa nyeri [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa gizi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Resiko jatuh [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Psikososial
3. Tatalaksana Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Tindakan anastesi (general/spinal anestesi)
 Tindakan operasi/appendiktomi
4. Tatalaksana Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemasangan infuse [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Memastikan kateter [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
5. Pemeriksaan Penunjang Medik (lab, radiologi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan darah rutin [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan hcg TEST (wanita) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 USG Abdomen
6. Medikasi (Obat-obatan, cairan IV, trafusi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Antibiotic Ceftriakson 2 x gr [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Ketorolak 3 x 30 mg
 Ringer Laktat 1000 ml
 Dekstrose 5 % 1000 ml
 Ranitidine 2 x
 Metronidazol 3 x 500
 Cefixime oral 2 x 100 mg
 Midazolam 3 mg iv
 Fentanyl 50 – 100 mikrogram
 Propofol 100 mg
 Attracurium 10 mg
7. Nutrisi (enteral, parenteral, diet, pembatasan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
cairan, makanan tambahan, dsb)
 Pemberian dit tinggi serat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
8. Kegiatan (aktifitas, toileting, pencegahan jatuh) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
9. Konsultasi dan komunikasi tim (rujuk ke spesialis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
atau unit lain, jadwal konfrensi tim)
 Konsul dokter kebidanan (wanita)
 Konsul penyakit dalam untuk toleransi op
10. Konseling psikososial (kepastian dan kenyamanan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
bagi pasien/keluarga)
11. Pendidikan dan komunikasi dengan pasien/keluarga [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(obat, diet, penggunaan alat, rehabilitasi, dsb)
 Menjaga hygiene [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Control 3 hari setelah pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
12. Rencana discharge (penilaian outcome pasien yang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
harus dicapai sebelum pemulangan)
 Diet bagus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Mobilisasi cepat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
HERNIA

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

Pengertian Hernia Ingunalis : Penonjolon isi rongga abdomen


dengan kantong, melalui cincin interna menyusuri kanalis inguinalis; lateral dari
vasa epigastrika inferior
Hernia Femoralis : Penonjolan isi rongga abdomen dengan kantong melalui
foramen ovale
Hernia Strangulata : hernia terjepit yang mengalami gangguan
vaskularisasi organ didalamnya.
Hernia umbilical/paraumbilical : Penonjolon isi rongga abdomen
dengan kantong, melalui defek pada umbilical/sekitar umbilical
Tatalaksana :
1. Hernia strangulata harus ditangani secara emergensi
2. Herniotomi dilakukan sesuai indikasi dan standar prosedur medis
3. Hernioplasty dilakukan dengan menggunakan Mesh
4. Bila ada kontraindikasi pemasangan Mesh, dilakukan teknik
penutupan defek (Bassini, Mc Vay, Lichestein)

Tujuan Memperkuat daerah yang lemah dengan teknik tension free hernioplasty,
dengan morbiditas yang rendah dan angka residif yang rendah

Kebijaksanaan Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan


yang dilakukan ( sebelum tindakan dilakukan )

Prosedur 1. Pasien mendaftar di bagian pendaftaran sesuai dengan dokter yang


diinginkan
2. Pemeriksaan oleh dokter sesuai nomor urut, meliputi :
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan penunjang preoperatif
- Laboratorium, Rontgen thoraks, EKG
3. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan
laboratorium, radiologi sesuai indikasi
4. Pasien diminta kontrol sesuai jadwal setelah melengkapi
pemeriksaan yang diminta untuk kemudian menentukan jadwal
operasi. Dokter akan memberikan surat rawat sesuai dengan
ruangan yang diinginkan pasien.
5. Pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari sebelum tindakan
untuk pemeriksaan pra anestesi oleh dokter anestesi atau lebih
awal sesuai dengan kebutuhan toleransi operasi. Persiapan operasi
dilakukan di ruangan oleh perawat atas instruksi dokter bedah
6. Pasien sudah harus datang 30 menit sebelum tindakan untuk
menyelesaikan administrasi keuangan sebelum dilakukan tindakan
7. Tindakan anestesi dilakukan oleh dokter ahli anestesi
8. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan sesuai indikasi.
Perawatan ruangan menjadi tanggung jawab dokter bedah dan
akan dipulangkan apabila kondisi pasien dianggap baik atau
memungkinkan
Prosedur Operasi 1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal
anestesi atau anestesi
lokal.
2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum
3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus
Abdominis
Eksternus)
4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait
pita dan kantong
hernia diidentifikasi.
6. Isi hernia dimasukkan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara
tajam dan tumpul
sampai anulus internus.
7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium, dilanjutkan dengn
herniotomi.
8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengernioplasty dengan mesh.
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Komplikasi Perdarahan
Infeksi luka operasi
Cedera usus
Cedera kantong kemih
Cedera vesdeferen
Cedera testis,orra sarchitis, atropi testis
Cedera saraf intra inguinal, ilia hipogastrik atau genota femral
Mortalitas :
Tergantung keadaan hernia : repombilis atau strangulata, kondisi dan
penyakit penyerta
Perawatan Pasca Perawatan Pasca Operasi :
Bedah Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi.
Follow-up :
Pasien disarankan tidak berolah raga berat atau mengangkat benda berat
selama 6 – 8 minggu untuk mencegah kekambuhan.
Pada hari operasi penderita diberi infus menurut kebutuhan sehari kurang
lebih 2 sampai 3 liter cairan Ringer laktat dan dekstrosa.
Dokumen terkait 1. Surat rujukan
2. Rekam Medis
3. Hasil pemeriksaan
Unit Terkait
1. Departemen Radiologi
2. Departemen Patologi Klinik
3. Ruang rawat terkait
PELAYANAN HERNIA INGUINALIS

PASIEN PENDAFTARAN DOKTER


Anamnesis
H Lateralis : penonjolon isi rongga abdomen
dengan kantong, melalui cincin interna
menyusuri kanalis inguinalis;lateral dari
vasa epigastrika inferior
H Medialis : penonjolon isi rongga abdomen
dengan kantong, melalui daerah lemah
segi tiga Hasselbach, medial dari vasa
epigastrika inferior
H Femoralis : penonjolon isi rongga abdomen
dengan kantong melalui foramen ovale

Hernia umbilical/paraumbilical : Penonjolon isi


rongga abdomen dengan kantong, melalui
defek pada umbilical/sekitar umbilicAL
Pemeriksaan Fisik
Benjolan di inguinal / skrotum, dapat keluar
masuk
Benjolan di atas Lig inguinalis dapat sampai
skrotum, dapat teredukSI Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium : DPL
Radiologi : Ro Thoraks
EKG

TATA LAKSANA
HERNIOTOMI
HERNIOPLASTY dengan MESH
Clinical Pathways Hernia Inguinalis

Nama pasien

Tanggal lahir pasien

Nomor rekam medik

Catatan khusus

Berat badan : ………… Kg

Riwayat Imunisasi : Lengkap / Tidak lengkap.

DPJP UTAMA :

Aspek Pelayanan Hari I Hari II Hari Hari Hari


III IV V
1. Penilaian dan Pemantauan Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Anamnesa benjolan pada [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
inguinal/femoral/scrotal/umbilical/paraumbilikal/
luka operasi pada abdomen, hilan-timbul, nyeri
 Pemeriksaaan fisik : benjolan padat kistik, silk sign [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan vital sign [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
2. Penilaian dan Pemantauan Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa nyeri [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa gizi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Resiko jatuh [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Psikososial
3. Tatalaksana Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Tindakan anastesi (general/spinal anestesi)
 Tindakan operasi/herniotomi,hernioplasty
dengan mesh
4. Tatalaksana Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemasangan infuse [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Memastikan kateter [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
5. Pemeriksaan Penunjang Medik (lab, radiologi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan darah rutin [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 USG Abdomen sesuai indikasi
 Medikasi (Obat-obatan, cairan IV, trafusi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Antibiotic Ceftriakson 2 x gr [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Ketorolak 3 x 30 mg
 Ringer Laktat 1000 ml
 Dekstrose 5 % 1000 ml
 Ranitidine 2 x
 Metronidazol 3 x 500 (bila strangulate)
 Cefixime oral 2 x 100 mg
 Midazolam 3 mg iv
 Fentanyl 50 – 100 mikrogram
 Propofol 100 mg
6. Attracurium 10 mg
 Nutrisi (enteral, parenteral, diet, pembatasan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
cairan, makanan tambahan, dsb)
7. Pemberian dit tinggi serat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
8. Kegiatan (aktifitas, toileting, pencegahan jatuh) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
9. Konsul dokter kebidanan (wanita)
 Konsultasi dan komunikasi tim (rujuk ke spesialis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
atau unit lain, jadwal konfrensi tim)
 Konseling psikososial (kepastian dan kenyamanan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
bagi pasien/keluarga)
10. Pendidikan dan komunikasi dengan pasien/keluarga [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
(obat, diet, penggunaan alat, rehabilitasi, dsb)
11. Menjaga hygiene [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Control 3 hari setelah pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Rencana discharge (penilaian outcome pasien [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
yang harus dicapai sebelum pemulangan)
12. Diet bagus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Mobilisasi cepat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
BATU EMPEDU

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

PENGERTIAN Kolelithiasis : Terdapatnya batu di dalam kantong empedu dan atau dalam saluran
empedu.
Kelainan ini dapat disertai keradangan kronis atau akut (kholesistitis kronis/kholesistitis
akut).
Kolik perut kanan atas, kadang menjalar ke belakang dapat disertai radang akut,
kolisisitis atau penyumbatan-kholestasis.
Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada hipokondrium kanan, terdapat tanda peritonitis
lokal (defans muskuler +), pertanda Murphy’s positif.

Manifestasi klinis:
Kurang lebih 10% penderita batu empedu bersifat simpomatik. Gejala yang dapat
timbul :

 Nyeri bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium kanan dan
menjalar ke bahu kanan. Nyeri ini sering timbul karena rangsangan makanan
berlemak. Nyeri dapat terus menerus bila terjadi penyumbatan atau
peradangan.
 Demam, timbul bila terjadi peradangan. Sering disertai menggigil.
 Ikterus obstuksi terjadi bila ada batu yang menyumbat saluran empedu utama
(duktus hepatikus/koledokus)

Kriteria diagnosis :
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dan Diagnosis:


 Laboratorium
 Ultrasonographi
 Kolesistographi/kolangiographi
 Pemeriksaan khusus pada ikterus obstruksi :
o Endoskopik retrogade kolangio pancreatography (ERCP)
o Computerized Tomography scanning (CT Scan)
o Kolangiogafi perkutan transhepatik (PTC)
o Magnetic Resonance Cholangio Pancreticography (MRCP)

Tata laksana :
.
Kolesistolithiasis : Dilakukan laparoskopik kolesistek-tomi atau laparotomi
Kolesistolithiasis dan koledokolithiasis : ERCP dengan laparoskopik kolesistektomi
atau laparotomi eksplorasi Common Bile Duct (CBD).
Kolesistitis akut : tenangkan fase akut : Antibiotika, istirahatkan saluran cerna
kemudian dilakukan kolesistektomi terbuka atau kolesistektomi laparaskopik dalam
waktu 48 sampai 72 jam kemudian
Kolangitis Akut : drainase bilier atau kolesistektomi

Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas yang rendah dan masa
rawat yang PENDEK

Kebijakan Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan yang
dilakukan ( sebelum tindakan dilakukan )

Prosedur 11. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran dan akan diberikan untuk pasien
sesuai dengan dokter yang diinginkan
12. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan nomor urut mulai dari:
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
13. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan:
 Laboratorium
 Radiologi
 Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan kebutuhan
14. Untuk kasus batu empedu, pasien diminta melengkapi pemeriksaan yang
diminta. Pasien kemudian akan dikonsulkan ke dokter penyakit dalam,
anestesi dan spesialisasi lain sesuai kebutuhan untuk toleransi tindakan.
15. Pasien diminta kontrol sesuai jadwal, setelah melengkapi pemeriksaan yang
diminta untuk diputuskan jenis tindakan yang akan dilakukan. Bila ada
indikasi untuk dilakukan tindakan kolesistektomi akan dibuatkan surat konsul
ke dokter penyakit dalam, anestesi dan spesialisasi lain sesuai kebutuhan
untuk toleransi tindakan.
16. Setelah toleransi untuk tindakan dianggap cukup, akan ditentukan jadwal
tindakan sesuai kesepakatan dengan dokter. Dokter akan membuat surat
perintah rawat sesuai dengan ruangan yang diinginkan oleh pasien.
17. Untuk kasus batu empedu, pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari
sebelum tindakan untuk pemeriksaan anestesi oleh dokter anestesi atau
dirawat lebih awal sesuai kebutuhan toleransi operasi.
18. Pasien sudah harus 16ating 30 menit sebelum tindakan dan menyelesaikan
administrasi keuangan sebelum dilakukan tindakan.
19. Tindakan anestesi akan dilakukan oleh dokter anestesi sesuai jadwal dan
persiapan tindakan dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter dan
tindakan dilakukan oleh dokter bedah.
20. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan. Perawatan selama di ruangan
menjadi tanggung jawab dokter bedah dan akan dipulangkan apabila
keadaan pasien dianggap memungkinkan.
21. Pasien diharuskan control sesuai dengan instruksi dokter.

Prosedur 1. Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian
Operasi kanan.
2. Dilakukan eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain.
3. Klem fundus kantong dan didorong ke atas Hartmann-klem pouch dan ditarik ke
bawah.
4. Dilakukan identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus
5. Setelah dibebaskan dari jaringan sekitarnya diikat dengan sutera 00 dan dipotong
6. Kantong empedu dibebaskan dari hepar secara tajam dengan gunting dengan
merawat perdarahan secara cermat.
7. Evaluasi duktus koledokus – tak ada kelainan
8. Luka laparotomi ditutup.
Dapat juga dilakukan kolesistektomi secara retrograde, dimulai dari fundus ke arah
Calot. Perdarahan biasanya lebih banyak.
Komplikasi Cedera duktus koledokus
Cidera duodenum atau colon transversum
Fistel biliaris
Abses susdiafragma
Batu residual duktus biliaris
Mortalitas :
Kurang dari 1%
Perawatan Pasca operasi penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti
pasca operasi nyeri pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa
mulai diet

Dokumen 4. Surat rujukan


terkait 5. Rekam medis
6. Hasil pemeriksaan

Unit terkait 4. Departemen Radiologi


5. Departemen Patologi Klinik
6. Ruang rawat terkait
PELAYANAN BATU EMPEDU

PASIEN PENDAFTARAN DOKTER


Anamnesis
Kolik bilier atau riwayat kolik
Kuning atau riwayat ikterus
Demam, mual dan muntah

Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan abdomen kanan atas
Murphy’s sign
Tanda peritonitis lokal kanan atas

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL, LFT, hemostasis
Radiologi : Rontgen thoraks
USG abdomen

TATA LAKSANA

KOLESISTOLITHIASIS KOMPLIKASI BATU

RUJUK
KOLESISTEKTOMI TERBUKA
Clinical Pathways Batu Empedu

Nama pasien

Tanggal lahir pasien

Nomor rekam medik

Catatan khusus

Berat badan : ………… Kg

DPJP UTAMA :

Aspek Pelayanan Hari I Hari II Hari Hari Hari


III IV V
1. Penilaian dan Pemantauan Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Anamnesa : Kolik bilier atau riwayat kolik, kuning [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
atau riwayat icterus, demam, mual dan muntah
 Pemeriksaaan fisik : Nyeri tekan abdomen kanan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
atas, Murphy’s sign, Tanda peritonitis lokal kanan
atas
 Pemeriksaan vital sign [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
2. Penilaian dan Pemantauan Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa nyeri [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa gizi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Resiko jatuh [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Psikososial
3. Tatalaksana Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Tindakan anastesi (general anestesi)
 Tindakan operasi/kolesistektomi
4. Tatalaksana Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemasangan infuse [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Memastikan kateter [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
5. Pemeriksaan Penunjang Medik (lab, radiologi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan darah rutin, SGOT/SGPT, bilirubin, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
ur/cr, PT/APTT
 USG Abdomen
 Medikasi (Obat-obatan, cairan IV, trafusi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Antibiotic Ceftriakson 2 x gr [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Ketorolak 3 x 30 mg
 Ringer Laktat 1000 ml
 Dekstrose 5 % 1000 ml
 Ranitidine 2 x
 Metronidazol 3 x 500 (bila strangulate)
 Cefixime oral 2 x 100 mg
 Midazolam 3 mg iv
 Fentanyl 50 – 100 mikrogram
 Propofol 100 mg
6. Attracurium 10 mg
 Nutrisi (enteral, parenteral, diet, pembatasan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
cairan, makanan tambahan, dsb)
7. Pemberian dit tinggi serat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
8. Kegiatan (aktifitas, toileting, pencegahan jatuh) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
9. Konsul dokter kebidanan (wanita) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Konsultasi dan komunikasi tim (rujuk ke [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
spesialis atau unit lain, jadwal konfrensi tim)
 Konseling psikososial (kepastian dan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kenyamanan bagi pasien/keluarga
10. Pendidikan dan komunikasi dengan pasien/keluarga
(obat, diet, penggunaan alat, rehabilitasi, dsb)
11. Menjaga hygiene [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Control 3 hari setelah pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Rencana discharge (penilaian outcome pasien [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
yang harus dicapai sebelum pemulangan)
12. Diet bagus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Mobilisasi cepat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
PENANGANAN HEMORROID

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

PENGERTIAN Hemorrhoid: prolaps dari bantalan anal (anal coushion)

Hemorrhoid interna : adanya prolaps benjolan dari atas linea


dentata. Dapat dibagi menjadi 4 derajat :
 Derajat I : perdarahan per anus
 Derajat II : prolaps dapat masuk spontan kembali
 Derajat III : prolaps dengan bantuan tangan dapat
dimasukkan kembali
 Derajat IV : prolaps tidak dapat masuk

Hemorrhoid eksterna: benjolan timbul dari bawah linea


dentata, merupakan tonjolan kulit dan tidak terdapat prolaps

Manifestasi klinis:
 Benjolan dari anus
 Perdarahan segar per anum/menetes
 Nyeri saat buang air besar

Penatalaksanaan :
Tindakan ligasi gelang karet (rubber band ligation),
skleroterapi, hemorroidektomi atau hemorrhoidpeksi dengan
stapler (PPH) dilakukan sesuai dengan indikasi dan standar
prosedur medik

Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas


yang rendah dan masa rawat yang relatif sempit.

Kebijakan 3. Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai


dengan tindakan yang dilakukan ( sebelum tindakan
dilakukan )

Prosedur 22. Pasien mendaftar di bagian pendaftaran dan akan


diberikan untuk pasien sesuai dengan dokter yang
diinginkan
23. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan
nomor urut mulai dari:
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
 Anuskopi
 Kolonoskopi bila diperlukan
24. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk
pemeriksaan:
 Laboratorium
 Pemeriksaan Radiologi dan penunjang lain
sesuai dengan kebutuhan
25. Untuk kasus hemorroid eksterna, pasien diminta
melengkapi pemeriksaan dan dilakukan tindakan
bila terdapat trombus dan keluhan yang
mengganggu.
26. Untuk kasus hemoroid interna derajat I diberikan
medikamentosa, pengaturan diet dan kontrol ulang.
27. Untuk hemoroid derajat II, pasien diminta
melengkapi pemeriksaan yang diminta. Pasien
diberikan obat dan atau ligasi gelang karet sesuai
dengan indikasi dan kondisi pasien.
28. Untuk kasus derajat III-IV pasien diminta
melengkapi pemeriksaan, kemudian akan
dikonsulkan ke dokter penyakit dalam, anestesi dan
spesialisasi lain sesuai kebutuhan untuk toleransi
tindakan.
29. Pasien diminta kontrol sesuai jadwal, setelah
melengkapi pemeriksaan yang diminta untuk
diputuskan jenis tindakan yang akan dilakukan. Bila
ada indikasi untuk dilakukan tindakan
hemoroidektomi, akan dibuatkan surat konsul ke
dokter penyakit dalam, anestesi dan spesialisasi
lain sesuai kebutuhan untuk toleransi tindakan.
30. Setelah toleransi untuk tindakan dianggap cukup,
akan ditentukan jadwal tindakan sesuai
kesepakatan dengan dokter. Dokter akan membuat
surat perintah rawat sesuai dengan ruangan yang
diinginkan oleh pasien.
31. Pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari
sebelum tindakan untuk pemeriksaan anestesi oleh
dokter anestesi atau dirawat lebih awal sesuai
kebutuhan toleransi operasi.
32. Pasien sudah harus datang 30 menit sebelum
tindakan dan menyelesaikan administrasi keuangan
sebelum dilakukan tindakan.
33. Tindakan anestesi akan dilakukan oleh dokter
anestesi sesuai jadwal dan persiapan tindakan
dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter dan
tindakan dilakukan oleh dokter bedah.
34. Teknik operasi
 Posisi pasien literatomi atau knee-chest
 Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional
atau lokal anestesia
 Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi
hemorrhoid
 Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal-......
hingga pedikel hemorrhoid
 Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau
pisau, pedikel hemorrhoid diligasi dengan chromic
target 3-0
 Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara
terbuka atau dijahit sebagian atau dijahit
seluruhnya
35. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan.
Perawatan selama di ruangan menjadi tanggung
jawab dokter bedah dan akan dipulangkan apabila
keadaan pasien dianggap memungkinkan.
36. Pasien diharuskan control sesuai dengan instruksi
dokter.

Dokumen terkait 7. Surat rujukan


8. Rekam medis
9. Hasil pemeriksaan

Unit terkait 7. Departemen Radiologi


8. Departemen Patologi Klinik
9. Ruang rawat terkait
PELAYANAN HEMORRHOID

PASIEN PENDAFTARAN DOKTER

Anamnesis
Adanya benjolan di lubang anus
BAB darah
Pemeriksaan Fisik
Perineum : benjolan, tanda radang
Colok dubur : trombus, massa, darah
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL,BT/CT
Radiologi : Rontgen thoraks
Anuskopi/Rektoskopi, kalau perlu biopsi

TATA LAKSANA

Hemorrhoid Interna Hemorrhoid Eksterna

Medikamentosa
Operasi bila ada trombus/komplikasi

Derajat I Derajat II Derajat III-IV


Obat Ligasi Hemorroidektomi
Atur diet Atur diet Atur diet
Clinical Pathways Hemorrhoid

Nama pasien

Tanggal lahir pasien

Nomor rekam medik

Catatan khusus

Berat badan : ………… Kg

DPJP UTAMA :

Aspek Pelayanan Hari I Hari II Hari Hari Hari


III IV V
1. Penilaian dan Pemantauan Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Anamnesa : benjolan pada anus, bab berdarah [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaaan fisik : benjolan pada anus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
externa/interna, pd RT : benjolan pada pkl 03,07,11.
 Pemeriksaan anuskopi/bila perlu biopsy
 Pemeriksaan vital sign [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
2. Penilaian dan Pemantauan Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa nyeri [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa gizi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Resiko jatuh [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Psikososial
3. Tatalaksana Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Tindakan anastesi (spinal anestesi)
 Tindakan operasi/hemorroidektomi
4. Tatalaksana Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemasangan infuse [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Memastikan kateter [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 ... [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
5. Pemeriksaan Penunjang Medik (lab, radiologi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan darah rutin, BT/CT [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Medikasi (Obat-obatan, cairan IV, trafusi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Antibiotic Ceftriakson 2 x gr [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Ketorolak 3 x 30 mg
 Ringer Laktat 1000 ml
 Ranitidine 2 x
 Metronidazol 3 x 500
 Cefixime oral 2 x 100 mg
 Midazolam 3 mg iv
 Fentanyl 50 – 100 mikrogram
 Propofol 100 mg
6. Attracurium 10 mg
 Nutrisi (enteral, parenteral, diet, pembatasan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
cairan, makanan tambahan, dsb)
7. Pemberian dit tinggi serat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
8. Kegiatan (aktifitas, toileting, pencegahan jatuh) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
9. Konsul dokter kebidanan (wanita) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Konsultasi dan komunikasi tim (rujuk ke [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
spesialis atau unit lain, jadwal konfrensi tim)
 Konseling psikososial (kepastian dan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kenyamanan bagi pasien/keluarga
10. Pendidikan dan komunikasi dengan pasien/keluarga
(obat, diet, penggunaan alat, rehabilitasi, dsb)
11. Menjaga hygiene [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Control 3 hari setelah pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Rencana discharge (penilaian outcome pasien [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
yang harus dicapai sebelum pemulangan)
12. Diet bagus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Mobilisasi cepat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
MALFORMASI ANOREKTAL

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

PENGERTIAN Penyakit kongenital berupa spektrum penyakit yang luas, dapat mengenai anak laki-laki
maupun perempuan, dan melibatkan anus distal dan rektum, serta traktus urogenital.
Defek yang ada bervariasi dari yang sangat ringan, sehingga mudah ditatalaksana dengan
prognosis fungsi yang baik hingga kompleks, sehingga sulit ditatalaksana dan prognosis
fungsinya buruk. Klasifikasi malformasi anorektal yang digunakan adalah klasifikasi
Krickenbeck (Table 1)

Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas yang rendah dan masa
rawat yang relatif sempit.

Kebijakan 4. Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan yang
dilakukan ( sebelum tindakan dilakukan )
Prosedur 37. Pasien mendaftar di bagian pendaftaran dan akan diberikan untuk pasien
sesuai dengan dokter yang diinginkan
38. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan nomor urut mulai dari:
 Anamnesa
 Pemeriksaan fisik
39. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan:
 Laboratorium
 Pemeriksaan Radiologi dan penunjang lain sesuai dengan kebutuhan
40. Untuk kasus malformasi anorektal, pasien diminta melengkapi pemeriksaan
dan dilakukan tindakan kolostomi.
41. Untuk kasus fistel perineal dilakukan cutback/mini psa, kemudian businasi.
42. Tindakan operasi kolostomi dilakukan sesegera mungkin untuk diversi
43. Secara singkat teknik operasi kolostomi dapat dijelaskan sebagai berikut.
Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam
posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik,
kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi tranversal setinggi
pertengahan antara arcus costa dan umbilikus kanan maupun kiri. Dibuka lapis
demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi kolon
tranversum. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan
penjahitan ”spur” 3 – 4 jahitan dengan benang sutera 3/0 sehingga
membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit
sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan
dijahit ke kulit kemudian tepi luka diberi vaselin.
44. Setelah toleransi untuk tindakan dianggap cukup, akan ditentukan jadwal
tindakan sesuai kesepakatan dengan dokter. Dokter akan membuat surat
perintah rawat sesuai dengan ruangan yang diinginkan oleh pasien.
45. Pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari sebelum tindakan untuk
pemeriksaan anestesi oleh dokter anestesi atau dirawat lebih awal sesuai
kebutuhan toleransi operasi.
46. Tindakan anestesi akan dilakukan oleh dokter anestesi sesuai jadwal dan
persiapan tindakan dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter dan tindakan
dilakukan oleh dokter bedah.
47. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan. Perawatan selama di ruangan
menjadi tanggung jawab dokter bedah dan akan dipulangkan apabila keadaan
pasien dianggap memungkinkan.
48. Pasien diharuskan control sesuai dengan instruksi dokter.

Dokumen 10. Surat rujukan


terkait 11. Rekam medis
12. Hasil pemeriksaan

Unit terkait 10. Departemen Radiologi


11. Departemen Patologi Klinik
12. Ruang rawat terkait
PELAYANAN MALFORMASI ANOREKTAL
Clinical Pathways Malformasi Anorektal

Nama pasien

Tanggal lahir pasien

Nomor rekam medik

Catatan khusus

Berat badan : ………… Kg

DPJP UTAMA :

Aspek Pelayanan Hari I Hari II Hari Hari Hari


III IV V
13. Penilaian dan Pemantauan Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Anamnesa : perut kembung, muntah, bab tidak ada, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kencing bercampur feses
 Pemeriksaaan fisik : anus tidak ada, anal dimpe ada [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
tidak, flat buttock ada/tidak, abdomen distensi,
tnd2 peritonitis : abd hiperemis
 Pasang NGT dan Foley catheter
 Pemeriksaan vital sign [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
14. Penilaian dan Pemantauan Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa nyeri [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Analisa gizi [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Resiko jatuh [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Psikososial
15. Tatalaksana Medis [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Tindakan anastesi (spinal anestesi)
 Tindakan operasi/kolostomi cito
16. Tatalaksana Keperawatan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemasangan infuse [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Memastikan kateter [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
17. Pemeriksaan Penunjang Medik (lab, radiologi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pemeriksaan darah rutin, SGOT/SGPT, bilirubin, [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
ur/cr, PT/APTT
 Baby gram, foto knee chest position/cross table
lateral
 Medikasi (Obat-obatan, cairan IV, trafusi, dsb) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Antibiotic Ceftriakson 2 x gr [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 1/5 NS+KCl
 Midazolam 3 mg iv
 Fentanyl 50 – 100 mikrogram
 Propofol 100 mg
 Attracurium 10 mg
 Nutrisi (enteral, parenteral, diet, pembatasan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
cairan, makanan tambahan, dsb)
18. Pemberian dit ASI [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
19. Kegiatan (aktifitas, toileting, pencegahan jatuh) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
20. Konsul dokter ilmu kesehatan anak [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Konsultasi dan komunikasi tim (rujuk ke [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
spesialis atau unit lain, jadwal konfrensi tim)
 Konseling psikososial (kepastian dan [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
kenyamanan bagi pasien/keluarga
21. Pendidikan dan komunikasi dengan pasien/keluarga
(obat, diet, penggunaan alat, rehabilitasi, dsb)
22. Menjaga hygiene [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Control 3 hari setelah pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Rencana discharge (penilaian outcome pasien [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
yang harus dicapai sebelum pemulangan)
23. Diet bagus [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Mobilisasi cepat [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
 Pulang [ ] [ ] [ ] [ ] [ ]
TUMOR JARINGAN LUNAK

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

1. Pengertian  Tumor jaringan lunak adalah tumor yang berasal dari jaringan lunak
(definisi) mesenkim yang terdapat pada seluruh tubuh. Tumor ini dapat terjadi
hampir pada setiap tempat di jaringan lunak tubuh, seperti otot, tendon,
fasia, ligament, lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf perifer,
saraf autonom, ganglion, bursa, synovia, kartilago palpebra, kartilago
telinga dan lain-lain.
 Sepertiga dari tumor jaringan lunak termasuk dalam lipoma, 1/3 nya
fibrous tumors dan fibrohistiocytoma, 10 % tumor vaskular, dan 5 % tumor
dari selubung saraf. Sebagian besar tumor jaringan lunak letaknya
superfisial dan berukuran kurang dari 5 cm.
2. Anamnesis  Timbulnya benjolan yang umumnya ti dak nyeri dan sering disadari
setelah bertambah besar dalam jangka waktu lama.
 Keluhan sangat tergantung pada lokasi tumor dan jika ada keluhan
lain, menunjukkan adanya gejala sekunder akibat ekspansi tumor ke
jaringan sekitarnya .
3. Pemeriksaan Terdapat tumor konsistensi padat, permukaan licin, batas tegas, mudah
fisik digerakkan dari dasarnya
4. Kriteria Keluhan : timbulnya benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering disadari setelah
diagnosis bertambah besar dalam jangka waktu lama. Keluhan sangat tergantung pada lokasi
tumor dan jika ada keluhan lain, menunjukkan adanya gejala sekunder akibat
ekspansi tumor ke jaringan sekitarnya
Fisik : terdapat tumor konsistensi padat, permukaan licin, batas tegas, mudah
digerakkan dari dasarnya,
Radiologi : Pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu konfirmasi tumor jaringan
lunak, komponen di dalamnya (padat atau kistik) serta gambaran lainnya yang dapat
membantu membedakan dengan tumor jaringan lunak ganas.
MRI/ CT Scan dilakukan jika ada indikasi pada tumor jaringan lunak yang letaknya
dalam atau dekat struktur penting.
5. Diagnosis kerja Tumor jinak jaringan lunak
6. Diagnosis  Sarkoma jaringan lunak
banding  Diagnosis banding dapat berupa berbagai jenis tumor jinak jaringan lunak
yang lain. Sepertiga dari tumor jaringan lunak termasuk dalam lipoma, 1/3
nya fibrous tumors dan fibrohistiocytoma, 10 % tumor vaskular, dan 5 %
tumor dari selubung saraf
7. Pemeriksaan  USG
penunjang  MRI / CT-scan jika ada indikasi, terutama pada tumor yang letaknya dalam atau
dekat struktur penting

8. Terapi Eksisi
Tehnik Operasi
Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor.
Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.
Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang.
Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips.
Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips dengan
margin 1-2 cm diluar tumor
Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di dalam.
Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu.
Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10%
dengan perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian
spesimen harus terendam dalam larutan formalin

9. Edukasi Rawat luka


10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
11.Tingkat evidens I/II/III/IV
12.Tingkat A/B/C
rekomendasi
13.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
14.Indikator medis
Clinical Pathways Tumor Jaringan Lunak

Nama pasien

Tanggal lahir pasien

Nomor rekam medik

Catatan khusus

Berat badan : ………… Kg

HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Benjolan pada tubuh, mobile, batas
tegas, permukaan licin, tidak ada
infitrasi ke jaringan sekitar, kgb
tidak ada
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 1. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 2. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
1. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
1. Ketorolac pemakaian obat
2. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
TUMOR PAYUDARA JINAK

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

15.Pengertian  Tumor jinak ialah lesi jinak yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan
(definisi) papilla mamma.
 Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma, hemangioma
mamma. Untuk
 Mudahnya disini dimasukkan pula displasia mamma.
 Tidak termasuk : Tumor jinak kulit mamma
16.Anamnesis  Timbulnya benjolan pada payudara yang umumnya ti dak nyeri dan
sering disadari setelah bertambah besar dalam jangka waktu lama.
 Keluhan sangat tergantung pada lokasi tumor dan jika ada keluhan
lain, menunjukkan adanya gejala sekunder akibat ekspansi tumor ke
jaringan sekitarnya .
17.Pemeriksaan Tumor jinak mamma maupun tumor non neoplasma bemanifestasi
fisik sebagai
1. Tumor pada mamma
2. Jaringn mamma yang padat dan noduler
3. Nyeri pada mamma.
18.Kriteria 1. FIBROADENOMA MAMMA (ICD D24)
diagnosis
Tumor pada mamma yang Timbul pada wanita muda, 15 – 30 tahun, Membesar
sangat pelan, dalam tahunan, Bentuk bulat dan oral, Batas tegas, Tidak besar, 2-5
cm, Permukaan rata,Konsistensi padat kenyal, Sangat mobil dalam korpus
mamma, Tidak ada tanda invasi atau metastase, Dapat single atau multiple, >4
cm diperlukan FNA untuk menyingkirkan kemungkinan tumor filodes

2. TUMOR FILODES (ICD D24)

Tumor pada mamma yang Bentuk bulat atau oval Batas tegas Besar > 5cm
Permukaan dapat berbenjol – benjol Tidak melekat dengan kulit mamma atau
m.pektoral sangat mobil dalam korpus Tidak ada tanda invasi atau metastase
Vena subkutan melebar

3. DISPLASIA MAMMA (ICD N23) ada 3 varian :

1) Tanpa tumor yang jelas Keluhan nyeri pada mamma yang siklus sesuai dengan
siklus menstruasi nyeri pada mamma pra menstrusai dan menghilang setelah
menstruasi. Jaringan mamma padat, menyeluruh atau segmental, uni atau
bilateral, noduler (Fibrosklerosis, ICD 610.2) mengeras (Fibrosklerosis, ICD 610.3)

2) Berbentuk tumor

a. Kista : dapat uni atau bilateral Kista berisi cairan serous atau keruh Singel (Kista
mamma singel, ICD N.60.0) Multiple (Kista mamma multipel, ICD N.60.3)

b. Tumor padat Bentuk tidak teratur Bentuk tidak tegas Sering multipel dan
bilateral Tumor padat ini sering sukar dibedakan dengan kanker mamma

c. Bentuk campuran padat

Mamma padat noduler disertai tumor baik yang kistus maupun yang padat

19.Diagnosis kerja Tumor jinak payudara


20.Diagnosis  Sarkoma jaringan lunak
banding  Diagnosis banding dapat berupa berbagai jenis tumor jinak jaringan lunak
yang lain. Sepertiga dari tumor jaringan lunak termasuk dalam lipoma, 1/3
nya fibrous tumors dan fibrohistiocytoma, 10 % tumor vaskular, dan 5 %
tumor dari selubung saraf
21.Pemeriksaan  USG
penunjang
22.Terapi Bedah : Biopsi eksisi
Tindakan bedah dengan eksisi memberikan hasil yang baik dengan tingkat rekurensi
yang rendah.

Tehnik Operasi :
1. Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi bahu
diabduksikan ke arah kranial.
2. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/tinta.
3. Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris
posterior,sela iga ke 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine.
4. Lapangan operasi dipersempit dengan duk steril. Bila memungkinkan insisi
dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup jauh dari areola(>4cm),
maka insisi dikerjakan diatas tumor sesuai dengan garis Langer atau diletakkan pada
daerah – daerah yang tersembunyi.
5. Untuk isisi sirkumareolar maka putting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu
jari,vdilakukan marker insisi. Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia
superfisialis subkutan.
6. Flap kulit diangkat keatas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan
undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor.
7. Rawat perdarahan, lalu indentifikasi tumor
8. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengn kocher, lalu dilakukan eksisi
tumor sesuai tuntunan kocher
9. Rawat perdarahan lagi, orientasi selururuh bed tumor lalu dipasang redon drain
denganvlubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin
dikeluarkan di garis insisi).
10. Jahit subkutan fat dengan plaint cat gut 3.0
11. Jahit luka dengan prolene 4.0
12. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine
13. Dilakukan nggdressing luka operasi dengan tehnik suspensi payudara (BH
buatan) tanpa menggangg grakan sendi bahu.
23.Edukasi Rawat luka baik
Meningkatkan risiko ca payudara
24.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
25.Tingkat evidens I/II/III/IV
26.Tingkat A/B/C
rekomendasi
27.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
28.Indikator medis
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Benjolan pada payudara,
konsistensi padat, mobile, batas
tegas, permukaan licin, tidak ada
infitrasi ke jaringan sekitar, kgb
tidak ada
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 3. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 4. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
2. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
3. Ketorolac pemakaian obat
4. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
Kanker Payudara

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

29.Pengertian Payudara adalah masa stroma dan perenkhim payudara yang terletak di
(definisi) dinding torak anterior antara ICS II dan VI dan paresternal sampai dengan
garis axilaris medius. Payudara mendapat vaskularisasi utama dari cabang
Mammaria interna, a. Torakoakromi a. Intalis dan cabang a. Interkostalis
3,4,5. KGB regional pad payudara adalah KGB aksila, supra dan infraklavikula
serta mammaria interna KGB aksila dibagi atas 3 zona yaitu Level I, II dan III.
Level I adalah KGB yang terletak lateral dari muskulus pektoralis minor, Level
II adalah KGB yang terletak dibelakang m.pektoralis minor dan Level III adalah
KGB yang terletak medial dari m. pektoralis minor. Disamping itu juga ada
KGB interpektoral atau disebut Rotter.
Tumor pada payudara dibagi atas :
 Tumor jinak : fibroadenoma, kista
 Tumor ganas : invasif duktal, invasif lobular dan varian lainnya
(mukoid, papiler, meduler, kribriform dll)
 Keganasan insitu : insitu lobular, insitu duktal dan mikroinvasif
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara, belum diketahui karena
bersifat multifaktoral.
Faktor resiko kanker payudara :
 Usia > 35 tahun
 Menarche < 12 tahun menapouse > 55 tahun
 Nullipara
 Riwayat keluarga (orang tua, saudara kandung) dengan kanker
payudara
30.Diagnosis Diagnosa konfirmasi keganasan : pemeriksaan klinis, FNA & pencitraan (mamografi
dan/atau USG payudara. (triple diagnostic)
Diagnosa stadium kanker payudara : pemeriksaan klinis-laboratorium dan
pencitraan (foto toraks/paru – USG liver/abdomen – k/p bone scanning).
Pada keadaan dimana salah satu komponen dari triple diagnostic mengalami ketidak
sesuaian interpretasi maka dikerjakan biopsi dengan pemeriksan potong beku (bila
ada fasilitas) atau biopsi saja dulu untuk mengatasi jenis histopatologinya. Terapi
berikutnya tergantung dari hasil histopatologinya.
Indikasi Operasi :
Kanker payudara stadium dini (I,II)
Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan peryaratan tertentu
Keganasan jaringan lunak pada payudara.

Kontra Indikasi Operasi :


Tumor melekat dinding dada
Edema tangan
Nodul satelit yang luas
Mastitis inflamatoar
31.Pemeriksaan Mandatory.
penunjang - Mamografi dan/atau USG payudara
- Foto toraks
- FNAB tumor payudara
- USG liver/abdomen
- Pemeriksaan kimia darah lengkap untuk persiapan operasi
Opti onal.
- Bone scanning
- Pemeriksaan kimia darah/tumor marker : CEA,Ca 15-3, CA 125
32.Diagnosis Keganasan lainnya dari payudara (sarkoma-limfoma dll)
pembanding
Tumor phylodes (ganas dan jinak)
Mastitis yang luas (terutama mastitis tuberkolusa)

33.Diagnosis kerja CA PAYUDARA


34.Diagnosis  Sarkoma jaringan lunak
banding  Diagnosis banding dapat berupa berbagai jenis tumor jinak jaringan lunak
yang lain. Sepertiga dari tumor jaringan lunak termasuk dalam lipoma, 1/3
nya fibrous tumors dan fibrohistiocytoma, 10 % tumor vaskular, dan 5 %
tumor dari selubung saraf
35.Terapi Tehnik operasi :
Secara singkat tehnik operasi dari mastektomi radikal modifikasi dapat dijelaskan
sebagi
berikut :
1. Penderita dalam general anesthesia, lengan ipsilateral dengan yang dioperasi
diposisikan abduksi 90 derajat, pundak ipsilateran dengan yang dioperasi diganjal
bantal tipis.
2. Desinfiksi lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian
bawah sampai dengan umbilikus , bagian medial sampai pertengahan mamma
kontralateral, bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas
didesinfeksi melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek steril
dilanjutkan dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril.
3. Bila didapatkan ulkus pada tumor payuidak berjarak 2 cdara, maka ulkus harus
ditutup dengan kasa steril tebal (buic gaas) dan dijahit melingkar.
4. Dilakukan insisi (macam – macam insisi adalah stewart atau Willy Meyer, dimana
garis insisi paling tidak bejarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian dibuat flap.
5. Flap atas sampai di bawah klavikula, flap medial samai parasternal ipsilateral, flap
bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior m. Latissimus
dorsi dan mengidentifikasi vasa dan N. Thoraclis dorsalis.
6. Mastektomi dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat
perdarahan, terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal.
Pada saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak
jaringaan mamma dilepaskan dari m.Pektoralis minor dan seratus anterior
(mastektomi simple). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai.
7. Diseksi aksila dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila level I
(lateral m.pektoralis minor), level II (dibelakang m.Pektoralis minor) dan level III
(medial m.pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa aksilaris,
karena dapat mengakibatkan edema lengan vena – vena yang menuju ke jaringan
mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n.Thorachalis longus dam
thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural selanjutnya didiseksi dan
akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila terlepas sebagai satu kesatuan (en bloc)
8. Lapangan operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0.9%
9. Semua alat alat yang dipakai saat operasi diganti set baru, begitu juga dengan
handscoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.
10. Evaluasi ulang sumber perdarahan
11. Dipasang 2 buah drain, drain yang besar (redon, no. 14) diletakkan dibawah vasa
aksilaris, sedang drain yang lebih kecil (no.12) diarahkan ke medial.
12. Luka operasi ditutup lapis demi lapis.

Komplikasi operasi :
Dini :
perdarahan
Lesi n. Thoracalis longus wing scapula
Lesi n. Thoracalis dorsalis

Lambat
infeksi
Nekrosis flap
Wound dehiscene
Seroma
Edema lengan
Kekakuan sendi bahu kontraktur
Mortalitas :
Hampir tak ada
Perawatan paca bedah :
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi drain,
memeriksa Hb pasca bedah. Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan
melatih pergerakan sendi bahu. Drain dilepas bila produksi masing –masing drain <
20 cc / 24 jam. Umumnya drain sebelah medial dilepas lebih awal, karena
produksinya lebih sedikit. Jahitan dilepas umumnya hari ke 10 s/d 14.
Follow Up :
Tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan
Tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan
Setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan
Pemeriksaan fisik
Thorak foto
Lab marker
: tiap 6 bulan
: tiap 6 bulan
: tiap 2 – 3 bulan

Mammografi kontralateral : tiap tahun aau ada indikasi

USG abdomen
Bone scanning

: tiap 6 bulan atau ada indikasi


: tiap 2 tahun atau ada indikasi.
36.Edukasi Rawat luka baik
Meningkatkan risiko ca payudara
37.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
38.Tingkat evidens I/II/III/IV
39.Tingkat A/B/C
rekomendasi
40.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
41.Indikator medis
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Benjolan pada payudara,
konsistensi KERAS, imobile, batas
tidaktegas, permukaan kasar, ada
infitrasi ke jaringan sekitar, kgb
axila/supra/infraclavicula
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 5. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 6. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi biopsy/MRM
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
3. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
5. Ketorolac pemakaian obat
6. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
Luka Bakar

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

42.Pengertian Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang
(definisi) mengenai kulit, mukosa dan jaringan – jaringan yang lebih dalam. Dalam
pengelolaan luka bakar perlu diketahui baik luas maupun dalamnya luka bakar.
a. Dalam luka bakar
Tingkat I
Hanya mengenai epidermis
Tingkat II
Dibagi manjadi :
1. Superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium. Elemen – elemen
epiteliat yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel rambut masih
banyak. Karenanya penyembuhan/epitelialisasi akan mudah dalam 1 – 2 minggu
tanpa terbentuk cicatrix.
2. Dalam, sisa – sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama 3 – 4
minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi.
Tingkat III
Mengenai seluhur tebal kulit, tidak ada lagi sisa elemen epitelia. Luka bakar yang
lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokkan juga pada tingkat
III.
43.Anamnesis MIST & AMPLE
44.Pemeriksaan . Luas luka bakar
fisik Walce membagi tubuh atas bagian – bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama Rule of Nine
45.Pemeriksaan  DPL, BC/CT, Ur/Cr, Urinalisis
penunjang  Rontgen thorax

46.Terapi Prioritas pengelolaan penderita luka secara umum perlu diperhatikan seperti
pengelolaan penderita trauma pada umumnya yaitu : Airway, Breathing, dan
Circulation.
Terapi cairan
Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II – III 20% atau lebih sudah ada indikasi
untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang
tua dan anak – anak batasnya 15%
Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Bexter.
Formula Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa) :
 8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Lactat
 16 jam perikutnya ½ (4cc x Kg x % luas luka bakar) Ringer Lactat
ditambah 500-1000 cc koloid
Modifikasi Formula Bexter untuk anak – anak adalah :
Replacement : 2 cc/KgBB/% luas luka bakar
Kebutuhan faali :
umur sampai 1 tahun 100cc/KgBB
Umur 1 – 5 tahun 75cc/KgBB
Umur 5 – 15 tahun 50cc/KgBB
Total cairan
Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian total cairan diberikan dalam
bentuk larutan Ringer Lactat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer
lactat dan koloid dibeikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama
diberikan ½ jumlah total cairan dan dalam 16 jam berikutnya diberikan ½ jumlah
total cairan.
Formula tersebut hanyalah suati pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekali
– kali fanatik terahadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui
Tanda – tanda klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah
memadai.
Pengelolaan nyeri
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam – jam
pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0.05 mg/Kg (iv)
Perawatan Luka
Perawatan pertama
- Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik
dengan tempetur 20C selama 15 menit.
- Luka bakar tingkat II dan III, penderita dibersihkan seluruh tubuhnya,
rambutnya dikeramas, kuku – kuku dipotong, lalu lukanya dibilas dengan
cairan yang mengandung desinfektan seperti sabun cetrimid 0.5% (savlon)
atau kalium permanganat. Kulit – kulit yang mati dibuang, bullae dibuka
karena kebanyakan cairan di dalamnya akan terinfeksi.
o Perawatan definitif
- Perawatan tertutup
Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril berlubang – lubang
(tulle) yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotika lalu dibebat
tebal untuk mencegah evaporasi dan melindungi kulit dari trauma dan bakteri.
Sendi – sendi ditempatkan pada posisi full extension.
- Perawatan terbuka
Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan menjadi
lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar. Penderita
dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah harus diberikan
obat – obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus dibawah eschar
maka harus dilakukan pemupukan eschar (escharotomi).
- Perawatan semi terbuka
Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat – obatan lokal. Obat
lokal berbentuk krim yang akan melunakkan eschar dan m/emudahkan
perawatan untuk dibersihkan.
Obat – obatan lokal
Silver sulfadiazin krim 1% diberikan sehari – hari sekali. Silver sulfadiazin bekerja
sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman gram positif.
Mandi
Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan dari
kototran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan cairan yang
mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau kalium permanganat 1:10.000).
Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya dikerjakannpada minggu kedua
dengan cara eksisi memakai pisau, dermatom, elektro eksisi atau enzimatik
(kolagenase).
Skin Grafting
Skin grafting sangat penting untuk penderita utnuk mempercepat penyembuhan,
mengurangi kehilangan cairan.
Antibiotika Sistemik
Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya berkembang
stempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat invasif dan banyak
menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada luka bakar maka
penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu
antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika
ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.
Nutrisi
Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar.
Komplikasi Luka Bakar :
 Fase akut : syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Fase subakut : infeksi dan sepsis
 Fase Lanjut : parut hipertropik
Mortalitas :
Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh :
 Syok karena kehilangan cairan
 Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor
 Sepsis
 Gagal ginjal akut
 Komplikasi lain seperti pnemonia
Perawatan dan Follow Up :
Rehabilitasi
Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kontraktur
Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kekakuan.
47.Edukasi
48.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
49.Tingkat evidens I/II/III/IV
50.Tingkat A/B/C
rekomendasi
51.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
52.Indikator medis
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Riwayat luka bakar  api, kimia,
air panas, mekanisme trauma,
daerah yang terkena, terapi yang
diberikan sebelumnya, Tanya
AMPLE
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, Ur/Cr,
SGOT/SGPT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 7. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 8. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi tangensial
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
4. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
7. Ketorolac pemakaian obat
8. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
Ulkus/Ganggrene DM

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

1. PENGERTIAN Infeksi, ulserasi, atau destruksi jaringan yang berhubungan


dengan abnormalitas neurovaskular dan penyakit
vaskular perifer pada tungkai bawah.

2. ANAMNESIS Riwayat DM tidak terkontrol


Riwayat trauma pada tungkai bawah, misalnya memakai sepatu
sempit, suka berjalan tanpa alas kaki, kecelakaan

3. PEMERIKSAAN Dilakukan dalam posisi berbaring


FISIK Pemeriksaan status vaskular:
1. ABI (ankle brachial index)
2. Lokasi anatomi ulkus, ukuran lukus dalam 3 dimensi
3. Kedalaman ulkus (tulang/otot/fascia/subkutis)
4. Tanda-tanda infeksi ascending: kemerahan sekitar ulkus,
suhu kulit yang hangat di sekitar ulkus, edema, pus, eksudat
berbau
5. Sensori telapak normal/menurun
6. Status vascular yang memperdarahi

4. KRITERIA Anamnesis, Pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologi tungkai


DIAGNOSIS
5. DIAGNOSIS Vaskulitis
BANDING

6. PEMERIKSAAN - Laboratorium rutin: darah perifer lengkap, BT, CT


PENUNJANG - Foto polos sesuai lokasi ulkus

7. TERAPI - Insisi drainage dan debridement hingga kemungkinan amputasi

8. EDUKASI - Menjelaskan tentang penegakan diagnosis


- Menjelaskan tentang rencana terapi dan tindakan: tujuan, resiko,
komplikasi dan prognosis
- Menjelaskan tentang perawatan luka

9. PROGNOSIS Dubia ada malam

10. KEPUSTAKAAN 1. Best Practice Guidelines: Wound Management in DFU


2. Jack L. Cronenwett, K. Wayne Johnston. Rutherford's
Vascular Surgery. Philadelphia, PA :Saunders/Elsevier, 2014.
Print.
HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGA
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN
AWAL
ASESMEN Dokter IGD
AWAL
MEDIS Dokter Spesialis
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat
ASESMEN kesadaran, tanda-tanda vital, Dilanjutkngan
AWAL riwayat alergi, skrining gizi, asesmen bio, p
KEPERAWAT nyeri, status fungsional: bartel sosial, spiritual
AN index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi
dan budaya.
2. Hb, Ht, WBC, Trombosit,
LABORATO Hitung Jenis, Gol. Darah, PT Varian
RIUM ( APTT ), UR,CR, Gula darah
3.
RADIOLOGI/ Rontgen Tungkai AP Oblique
IMAGING
Usia > 40 thn,
Rontgen Toraks AP
penyakit paru
EKG Usia > 40 thn
4.
KONSULTAS Anastesi
I
Terdapat riw
Penyakit Dalam penyakit d
berisiko
5. ASESMEN
LANJUTAN
Visite harian/ Fo
a. ASE Dokter DPJP
up
SMEN
Atas Indi
MEDIS Dokter non DPJP/dr. Ruangan
Emergency
b. ASE
SMEN
Dilakukan dalam
KEPER Perawat
Shift
AWATA
N
Bila ada mas
c. ASE
Tenaga Gizi dengan kondisi pa
SMEN
(Nutrisionis/Dietisien) yang berhubun
GIZI
dengan gizi.
d. ASE Telaah Resep Tergantung kon
SMEN
dan penyakit peny
FARMA Rekonsiliasi Obat
pada pasien
SI
6.
DIAGNOSIS
a.
Ulkus diabetikum tungkai bawah
DIAGNOSIS
(E11.621)
MEDIS
Kode : 00132 (nyeri akut) Masalah keperaw
b.
yang dijumpai s
DIAGNOSIS Kode : 00028 (risiko hari. Dibuat
KEPERAWAT kekurangan volume cairan) perawat penangg
AN
Kode : 00004 (risiko infeksi) jawab.
Kode : ( diskontinuitas
jaringan )
Sesuai dengan
asesmen,
c.
Peningkatan kebutuhan gizi ( NI kemungkinan saja
DIAGNOSIS
61 ) diagnosis lain
GIZI
diagnosis beru
selama perawatan.
Perawatan luka di rumah

Personal hygiene
7. Manajemen aktifitas Program pendid
DISCHARGE
Pemberian obat di rumah pasien dan keluarg
PLANNING
Pemenuhan nutrisi yang sehat

8. EDUKASI
TERINTEGR
ASI
a. ED Penjelasan Diagnosis Oleh semua pem
asuhan berdasa
kebutuhan dan
berdasarkan
Discharge Plannin

Pengisian form
informasi dan edu
terintegrasi
UKASI/ pasien dan
INFOR keluarga
MASI Rencana terapi
MEDIS Edukasi gizi d
dilakukan saat
masuk pada har
atau hari ke 2
Meningkatkan
kepatuhan pa
meminum/menggu
an obat
Di D
Keluarga/Pasien
Informed Consent
b. ED
UKASI
&
Diet DM
KONSE
LING
GIZI
1. Hand Hygiene
c. ED
UKASI 2. Manajemen nyeri
KEPER
3. Mobilisasi
AWATA
N 4. Personal hygiene
5. Tanda infeksi
d. ED Informasi Obat
UKASI
FARMA Konseling Obat
SI Kondisi tertentu
PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI
DAN Lembar Edukasi Terintegrasi
EDUKASI
TERINTEGR
ASI
9 . TERAPI/
MEDIKAME
Vicillin 4x1,5 gr iv
NTOSA Ketorolac 3x30 mg iv
a. INJ
EKSI
b. CAI
RAN IVFD NaCl 0,9% 500cc/12 jam
INFUS
c. OB
Ciprofloxacin 2x1 tab, Asam
AT Atas indikasi
mefenamat 3x500mg
ORAL
Sesuai pemeriksaan target
d. OKSIGEN
kebutuhan oksigen Sat O2 >95%
10. TATA
LAKSANA/I
NTERVENSI
a.
TATA
LAKSA
NA/INT Tindakan insisi drainage dan
ERVEN debridement
SI

MEDIS
a. Periksa tanda – tanda
vital
b. Kaji skala nyeri
c. Pantau input dan
output cairan
d. Edukasi tentang
prosedur operasi
e. Persiapan operasi:
- Pasien dipuasa
kan 6 – 12 jam
- Membersihkan
b. daerah operasi
TATA - Pemberian infus
LAKSA - Pemberian obat
NA/INT pre operasi
ERVEN - Regulasi gula
SI darah
KEP
ERAWA f. Monitoring post
TAN operasi:
- Memeriksa tinggi
fundus uteri
- Kontraksi uterus
dan kandung
kemih
- Memantau
pendarahan post
operasi
- Monitoring tanda
dan gejala infeksi

c.
Bentuk maka
TATA
kebutuhan zat
LAKSA Konseling gizi terkait regulasi
disesuaikan den
NA/INT gula darah
usia dan kondisi k
ERVEN
secara bertahap
SI GIZI
d. Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan
TATA monitoring
LAKSA
NA/INT
ERVEN
SI
FAR
MASI
11.
MONITORIN Monitor
G & perkembangan pas
EVALUASI
a.
Asesmen Ulang & Review
DOKTE
Verifikasi Rencana Asuhan
R DPJP
b. a. Nyeri berkurang
b. Tidak ada tanda infeksi
KEPER
c. Nutrisi terpenuhi Mengacu pada NO
AWATA d. Personal hygiene terjaga baik
N
Sesuai den
masalah gizi
tanda gejala y
akan di
c. GIZI kemajuannya

Mengacu pada ID
(International
Dietetics & Nutr
Terminology)
Menyusun Softw
interaksi
d.
FARM Dilanjutkan de
ASI intervensi far
sesuai
monitoring
12.
MOBILISASI
/
REHABILIT
ASI
Tahapan mobil
a.
sesuai kondisi pas
MEDIS
Rehabilitasi
b. Tirah baring, miring kanan /kiri,
fisioterapi jika per
KEPERAW duduk, jalan.
ATAN Aktivitas harian mandiri
c.
FISIOTER
API
13.
OUTCOME/
HASIL
Lokal tidak ada tanda-tanda
a. infeksi
MEDIS Sistemik tidak ada tanda-tanda
infeksi
b. Skala nyeri kurang atau sama
KEPERAW dengan 3
Intake baik.
Tidak ada infeksi luka operasi.
Dilakukan dalam
ATAN Tanda tanda vital baik.
shift
Pasien mampu menjaga
kebersihan diri
Status
berdasarkan
c. GIZI Asupan > 80 %
antropometri,
biokimia, fisik/ kl
d. Meningkatkan
Tidak ada interaksi obat
FARMASI kualitas hidup pas
Umum: tingkat ketergantungan
rendah, luka baik Status pasien/t
14. Khusus: tidak ada tanda infeksi vital sesuai den
KRITERIA sistemik dan lokal, gula darah PPK
PULANG dalam batas normal
Kondisional: tanda vital baik dan
luka baik
Penjelasan perawatan luka
15. operasi di rumah
RENCANA Pasien memb
Penjelasan pemenuhan diit DM
PULANG / Resume Perawa
EDUKASI Pemberian obat oral di rumah Surat Rujukan/ S
PELAYANA Cara perawatan kebersihan diri Kontrol/Homecare
N di rumah aat pulang.
LANJUTAN
Surat pengantar kontrol

VARIAN
TRAUMA THORAKS (PNEMOTHORAKS & HEMATOTHORAKS)

RSU SUNGAI GELAM Nomor Dokumen: Nomor Revisi: Halaman:


MUARO JAMBI

Tanggal Disahkan oleh:


Diserahkan: Direktur Utama RSUSG

PROSEDUR

Dr. Arminsyah
NIP:

53.Pengertian Batasan :
(definisi) Semua keadaan rudapaksa pada thoraks dan dinding thoraks, baik
trauma/rudapaksa tajam maupun tumpul.
Patofisiologi :
a. Perdarahan jaringan interstitium, perdarahan intra alveolar, diikuti kolaps kapiler –
kapiler kecil dan atelektasis, hingga tahanan perifer pembuluh paru naik, aliran
darah turun pertukaran gas berkurang
b. Sekret terkumpul karena batuk kurang
c. Terjadi kompresi dan dekompresi karena “coup en contre coup”
54.Anamnesis MIST & AMPLE
55.Pemeriksaan 1. Sesak nafas, pernafasan asimetri
fisik 2. Nyeri, nafas berkurang, ekskursi turun
3. Ada jejas atau trauma (luka)
4. Emfisema kutis
56.Pemeriksaan  DPL, BC/CT
penunjang  Rontgen thorax
57.Terapi Prioritas pengelolaan penderita luka secara umum perlu diperhatikan seperti
pengelolaan penderita trauma pada umumnya yaitu : Airway, Breathing, dan
Circulation.
Prosedur :
1. Pasien dalam keadaan posisi ½ duduk (±45 derajat).
2. Dilakukan desinfeksi dan penutuban lapangan operasi dengan doek steril.
3. Dilakukan anestesi setempat dengan lidocain 2% secara infiltrasi pada daerah kulit
sampai pleura
4. Tempat yang akan dipasang drain adalah :
o Linea axillaris depan, pada ICS IX-X (Buelau)
o Dapat lebih proximal, bila perlu. Terutama pada anak – anak karena letak
diafragma tinggi
o Linea medio-clavicularis (MCL) pada ICS II-III (Monaldi)
5. Dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan bawah kulit
6. Dipasang jahitan penahan secara matras vertikal miring dengan side 0.1
7. Dengan gunting berujung lengkung atau klem tumpul lengkung, jaringan bawah
kulit dibebaskan sampai pleura dengan secara pelan pleura ditembus hingga
terdengar suara hisapan, berarti pleura parictalis sudah terbuka.
Catatan : pada hematothoraks akan segera menyemprot darah keluar, pada
pnemothoraks, udara yang keluar.
8. Drain dengan trocarnya dimasukkan melalui lobang kulit tersebut kearah cranial
lateral. Bila memakai drain tanpa trocar, maka ujung drain dijepit dengan klaim
tumpul, untuk memudahkan mengarahkan drain.
9. Harus diperiksa terlebih dahulu, apakah pada drain sudah cukup dibuat atau
terdapat lobang – lobang samping yang panjangnya kira – kira dari jarak apex
sampai lobang kulit duapertiganya.
10. Drain kemudian didorong masuk sambil diputar sedikit kearah lateral sampai
ujungnya kira – kira ada dibawah apex paru (Bulleau)
11. Setelah drain pada posisi, maka diikat dengan benang pengikat berputar ganda,
diakhiri dengan simpul hidup.
12. Bila dipakai drainage menurut Monaldi, maka drain didorong ke bawah dan
lateral sampai ujungnya kira – ira dipertengahan rongga toraks.
13. Sebelum pipa drainage dihubungkan dengan sistem botol penampung, maka
harus diklem dahulu.
14. Pipa drainage ini kemudian dihubungkan dengan sistem botol penampung, yang
akan menjamin terjadinya kembali tekanan negatif pada rongga intrapleural,
disamping juga akan menampung sekrit yang keluar dari rongga toraks.
Komplikasi :
Bila dilakukan secara benar, komplikasi dapat dihindari. Tetapi dapat juga terjadi
emfisema kutis. False route mengenai hepar bila memasang terlalu rendah
disebelah kanan terututama pada anak – anak karena letak diafragma masih tinggi.
58.Edukasi
59.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
60.Tingkat evidens I/II/III/IV
61.Tingkat A/B/C
rekomendasi
62.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
63.Indikator medis

HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS MIST &AMPLE
1. Sesak nafas, pernafasan asimetri
2. Nyeri, nafas berkurang, ekskursi
turun
3. Ada jejas atau trauma (luka)
4. Emfisema kutis
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT
3 RADIOLOGI/IMAGING Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Insersi chest tube
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
5. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
9. Ketorolac pemakaian obat
10. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG

Anda mungkin juga menyukai