&
CLINICAL PATHWAY
“SMF BEDAH”
OLEH
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
Appendisitis akut: Peradangan akut pada appendiks. Terdapat tanda-tanda
PENGERTIAN peritonitis lokal perut kanan bawah dan pada wanita tidak dijumpai kelainan
pada bidang ginekologi.
Manifestasi klinis:
Sakit perut kanan bawah
Adanya peritonitis lokal kanan bawah
Adanya leukositosis (kasus akut)
Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas yang rendah
dan masa rawat yang relative sempit
Anamnesis
Sakit perut kanan bawah
Pemeriksaan Fisik
Tanda peritonitis lokal abdomen kanan bawah
Colok dubur terdapat nyeri tekan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL, BT/CT, urinalisa, pada
wanita muda cek B-HCG dan konsul obsgin
Radiologi : Rontgen thoraks, appendikogram,
USG abdomen bila diperlukan
TATA LAKSANA
Nama pasien
Catatan khusus
DPJP UTAMA :
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
Tujuan Memperkuat daerah yang lemah dengan teknik tension free hernioplasty,
dengan morbiditas yang rendah dan angka residif yang rendah
TATA LAKSANA
HERNIOTOMI
HERNIOPLASTY dengan MESH
Clinical Pathways Hernia Inguinalis
Nama pasien
Catatan khusus
DPJP UTAMA :
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
PENGERTIAN Kolelithiasis : Terdapatnya batu di dalam kantong empedu dan atau dalam saluran
empedu.
Kelainan ini dapat disertai keradangan kronis atau akut (kholesistitis kronis/kholesistitis
akut).
Kolik perut kanan atas, kadang menjalar ke belakang dapat disertai radang akut,
kolisisitis atau penyumbatan-kholestasis.
Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada hipokondrium kanan, terdapat tanda peritonitis
lokal (defans muskuler +), pertanda Murphy’s positif.
Manifestasi klinis:
Kurang lebih 10% penderita batu empedu bersifat simpomatik. Gejala yang dapat
timbul :
Nyeri bersifat kolik, mulai daerah epigastrium atau hipokondrium kanan dan
menjalar ke bahu kanan. Nyeri ini sering timbul karena rangsangan makanan
berlemak. Nyeri dapat terus menerus bila terjadi penyumbatan atau
peradangan.
Demam, timbul bila terjadi peradangan. Sering disertai menggigil.
Ikterus obstuksi terjadi bila ada batu yang menyumbat saluran empedu utama
(duktus hepatikus/koledokus)
Kriteria diagnosis :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Tata laksana :
.
Kolesistolithiasis : Dilakukan laparoskopik kolesistek-tomi atau laparotomi
Kolesistolithiasis dan koledokolithiasis : ERCP dengan laparoskopik kolesistektomi
atau laparotomi eksplorasi Common Bile Duct (CBD).
Kolesistitis akut : tenangkan fase akut : Antibiotika, istirahatkan saluran cerna
kemudian dilakukan kolesistektomi terbuka atau kolesistektomi laparaskopik dalam
waktu 48 sampai 72 jam kemudian
Kolangitis Akut : drainase bilier atau kolesistektomi
Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas yang rendah dan masa
rawat yang PENDEK
Kebijakan Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan yang
dilakukan ( sebelum tindakan dilakukan )
Prosedur 11. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran dan akan diberikan untuk pasien
sesuai dengan dokter yang diinginkan
12. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan nomor urut mulai dari:
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
13. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan:
Laboratorium
Radiologi
Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan kebutuhan
14. Untuk kasus batu empedu, pasien diminta melengkapi pemeriksaan yang
diminta. Pasien kemudian akan dikonsulkan ke dokter penyakit dalam,
anestesi dan spesialisasi lain sesuai kebutuhan untuk toleransi tindakan.
15. Pasien diminta kontrol sesuai jadwal, setelah melengkapi pemeriksaan yang
diminta untuk diputuskan jenis tindakan yang akan dilakukan. Bila ada
indikasi untuk dilakukan tindakan kolesistektomi akan dibuatkan surat konsul
ke dokter penyakit dalam, anestesi dan spesialisasi lain sesuai kebutuhan
untuk toleransi tindakan.
16. Setelah toleransi untuk tindakan dianggap cukup, akan ditentukan jadwal
tindakan sesuai kesepakatan dengan dokter. Dokter akan membuat surat
perintah rawat sesuai dengan ruangan yang diinginkan oleh pasien.
17. Untuk kasus batu empedu, pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari
sebelum tindakan untuk pemeriksaan anestesi oleh dokter anestesi atau
dirawat lebih awal sesuai kebutuhan toleransi operasi.
18. Pasien sudah harus 16ating 30 menit sebelum tindakan dan menyelesaikan
administrasi keuangan sebelum dilakukan tindakan.
19. Tindakan anestesi akan dilakukan oleh dokter anestesi sesuai jadwal dan
persiapan tindakan dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter dan
tindakan dilakukan oleh dokter bedah.
20. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan. Perawatan selama di ruangan
menjadi tanggung jawab dokter bedah dan akan dipulangkan apabila
keadaan pasien dianggap memungkinkan.
21. Pasien diharuskan control sesuai dengan instruksi dokter.
Prosedur 1. Insisi dinding anterior abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian
Operasi kanan.
2. Dilakukan eksplorasi untuk melihat adanya kelainan lain.
3. Klem fundus kantong dan didorong ke atas Hartmann-klem pouch dan ditarik ke
bawah.
4. Dilakukan identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus
5. Setelah dibebaskan dari jaringan sekitarnya diikat dengan sutera 00 dan dipotong
6. Kantong empedu dibebaskan dari hepar secara tajam dengan gunting dengan
merawat perdarahan secara cermat.
7. Evaluasi duktus koledokus – tak ada kelainan
8. Luka laparotomi ditutup.
Dapat juga dilakukan kolesistektomi secara retrograde, dimulai dari fundus ke arah
Calot. Perdarahan biasanya lebih banyak.
Komplikasi Cedera duktus koledokus
Cidera duodenum atau colon transversum
Fistel biliaris
Abses susdiafragma
Batu residual duktus biliaris
Mortalitas :
Kurang dari 1%
Perawatan Pasca operasi penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti
pasca operasi nyeri pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa
mulai diet
Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan abdomen kanan atas
Murphy’s sign
Tanda peritonitis lokal kanan atas
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL, LFT, hemostasis
Radiologi : Rontgen thoraks
USG abdomen
TATA LAKSANA
RUJUK
KOLESISTEKTOMI TERBUKA
Clinical Pathways Batu Empedu
Nama pasien
Catatan khusus
DPJP UTAMA :
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
Manifestasi klinis:
Benjolan dari anus
Perdarahan segar per anum/menetes
Nyeri saat buang air besar
Penatalaksanaan :
Tindakan ligasi gelang karet (rubber band ligation),
skleroterapi, hemorroidektomi atau hemorrhoidpeksi dengan
stapler (PPH) dilakukan sesuai dengan indikasi dan standar
prosedur medik
Anamnesis
Adanya benjolan di lubang anus
BAB darah
Pemeriksaan Fisik
Perineum : benjolan, tanda radang
Colok dubur : trombus, massa, darah
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : DPL,BT/CT
Radiologi : Rontgen thoraks
Anuskopi/Rektoskopi, kalau perlu biopsi
TATA LAKSANA
Medikamentosa
Operasi bila ada trombus/komplikasi
Nama pasien
Catatan khusus
DPJP UTAMA :
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
PENGERTIAN Penyakit kongenital berupa spektrum penyakit yang luas, dapat mengenai anak laki-laki
maupun perempuan, dan melibatkan anus distal dan rektum, serta traktus urogenital.
Defek yang ada bervariasi dari yang sangat ringan, sehingga mudah ditatalaksana dengan
prognosis fungsi yang baik hingga kompleks, sehingga sulit ditatalaksana dan prognosis
fungsinya buruk. Klasifikasi malformasi anorektal yang digunakan adalah klasifikasi
Krickenbeck (Table 1)
Tujuan Untuk memberikan pelayanan yang efektif dengan morbiditas yang rendah dan masa
rawat yang relatif sempit.
Kebijakan 4. Biaya administrasi keuangan harus diselesaikan sesuai dengan tindakan yang
dilakukan ( sebelum tindakan dilakukan )
Prosedur 37. Pasien mendaftar di bagian pendaftaran dan akan diberikan untuk pasien
sesuai dengan dokter yang diinginkan
38. Pemeriksaan oleh dokter adalah sesuai dengan nomor urut mulai dari:
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
39. Pasien akan diberikan surat pengantar untuk pemeriksaan:
Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi dan penunjang lain sesuai dengan kebutuhan
40. Untuk kasus malformasi anorektal, pasien diminta melengkapi pemeriksaan
dan dilakukan tindakan kolostomi.
41. Untuk kasus fistel perineal dilakukan cutback/mini psa, kemudian businasi.
42. Tindakan operasi kolostomi dilakukan sesegera mungkin untuk diversi
43. Secara singkat teknik operasi kolostomi dapat dijelaskan sebagai berikut.
Setelah penderita diberi narkose dengan endotracheal tube, penderita dalam
posisi terlentang. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik,
kemudian dipersempit dengan linen steril. Dibuat insisi tranversal setinggi
pertengahan antara arcus costa dan umbilikus kanan maupun kiri. Dibuka lapis
demi lapis sehingga peritoneum kemudian dilakukan identifikasi kolon
tranversum. Kemudian kolon dikeluarkan ke dinding abdomen dan dilakukan
penjahitan ”spur” 3 – 4 jahitan dengan benang sutera 3/0 sehingga
membentuk double loop. Kemudian usus dijahit ke peritonium fascia dan kulit
sehingga kedap air ( water tied ). Selanjutnya usus dibuka transversal dan
dijahit ke kulit kemudian tepi luka diberi vaselin.
44. Setelah toleransi untuk tindakan dianggap cukup, akan ditentukan jadwal
tindakan sesuai kesepakatan dengan dokter. Dokter akan membuat surat
perintah rawat sesuai dengan ruangan yang diinginkan oleh pasien.
45. Pasien sudah harus dirawat paling lambat 1 hari sebelum tindakan untuk
pemeriksaan anestesi oleh dokter anestesi atau dirawat lebih awal sesuai
kebutuhan toleransi operasi.
46. Tindakan anestesi akan dilakukan oleh dokter anestesi sesuai jadwal dan
persiapan tindakan dilakukan oleh perawat atas instruksi dokter dan tindakan
dilakukan oleh dokter bedah.
47. Pasca tindakan pasien kembali ke ruangan. Perawatan selama di ruangan
menjadi tanggung jawab dokter bedah dan akan dipulangkan apabila keadaan
pasien dianggap memungkinkan.
48. Pasien diharuskan control sesuai dengan instruksi dokter.
Nama pasien
Catatan khusus
DPJP UTAMA :
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
1. Pengertian Tumor jaringan lunak adalah tumor yang berasal dari jaringan lunak
(definisi) mesenkim yang terdapat pada seluruh tubuh. Tumor ini dapat terjadi
hampir pada setiap tempat di jaringan lunak tubuh, seperti otot, tendon,
fasia, ligament, lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, saraf perifer,
saraf autonom, ganglion, bursa, synovia, kartilago palpebra, kartilago
telinga dan lain-lain.
Sepertiga dari tumor jaringan lunak termasuk dalam lipoma, 1/3 nya
fibrous tumors dan fibrohistiocytoma, 10 % tumor vaskular, dan 5 % tumor
dari selubung saraf. Sebagian besar tumor jaringan lunak letaknya
superfisial dan berukuran kurang dari 5 cm.
2. Anamnesis Timbulnya benjolan yang umumnya ti dak nyeri dan sering disadari
setelah bertambah besar dalam jangka waktu lama.
Keluhan sangat tergantung pada lokasi tumor dan jika ada keluhan
lain, menunjukkan adanya gejala sekunder akibat ekspansi tumor ke
jaringan sekitarnya .
3. Pemeriksaan Terdapat tumor konsistensi padat, permukaan licin, batas tegas, mudah
fisik digerakkan dari dasarnya
4. Kriteria Keluhan : timbulnya benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering disadari setelah
diagnosis bertambah besar dalam jangka waktu lama. Keluhan sangat tergantung pada lokasi
tumor dan jika ada keluhan lain, menunjukkan adanya gejala sekunder akibat
ekspansi tumor ke jaringan sekitarnya
Fisik : terdapat tumor konsistensi padat, permukaan licin, batas tegas, mudah
digerakkan dari dasarnya,
Radiologi : Pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu konfirmasi tumor jaringan
lunak, komponen di dalamnya (padat atau kistik) serta gambaran lainnya yang dapat
membantu membedakan dengan tumor jaringan lunak ganas.
MRI/ CT Scan dilakukan jika ada indikasi pada tumor jaringan lunak yang letaknya
dalam atau dekat struktur penting.
5. Diagnosis kerja Tumor jinak jaringan lunak
6. Diagnosis Sarkoma jaringan lunak
banding Diagnosis banding dapat berupa berbagai jenis tumor jinak jaringan lunak
yang lain. Sepertiga dari tumor jaringan lunak termasuk dalam lipoma, 1/3
nya fibrous tumors dan fibrohistiocytoma, 10 % tumor vaskular, dan 5 %
tumor dari selubung saraf
7. Pemeriksaan USG
penunjang MRI / CT-scan jika ada indikasi, terutama pada tumor yang letaknya dalam atau
dekat struktur penting
8. Terapi Eksisi
Tehnik Operasi
Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor.
Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.
Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang.
Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips.
Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips dengan
margin 1-2 cm diluar tumor
Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di dalam.
Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu.
Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10%
dengan perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian
spesimen harus terendam dalam larutan formalin
Nama pasien
Catatan khusus
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Benjolan pada tubuh, mobile, batas
tegas, permukaan licin, tidak ada
infitrasi ke jaringan sekitar, kgb
tidak ada
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 1. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 2. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
1. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
1. Ketorolac pemakaian obat
2. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
TUMOR PAYUDARA JINAK
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
15.Pengertian Tumor jinak ialah lesi jinak yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan
(definisi) papilla mamma.
Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma, hemangioma
mamma. Untuk
Mudahnya disini dimasukkan pula displasia mamma.
Tidak termasuk : Tumor jinak kulit mamma
16.Anamnesis Timbulnya benjolan pada payudara yang umumnya ti dak nyeri dan
sering disadari setelah bertambah besar dalam jangka waktu lama.
Keluhan sangat tergantung pada lokasi tumor dan jika ada keluhan
lain, menunjukkan adanya gejala sekunder akibat ekspansi tumor ke
jaringan sekitarnya .
17.Pemeriksaan Tumor jinak mamma maupun tumor non neoplasma bemanifestasi
fisik sebagai
1. Tumor pada mamma
2. Jaringn mamma yang padat dan noduler
3. Nyeri pada mamma.
18.Kriteria 1. FIBROADENOMA MAMMA (ICD D24)
diagnosis
Tumor pada mamma yang Timbul pada wanita muda, 15 – 30 tahun, Membesar
sangat pelan, dalam tahunan, Bentuk bulat dan oral, Batas tegas, Tidak besar, 2-5
cm, Permukaan rata,Konsistensi padat kenyal, Sangat mobil dalam korpus
mamma, Tidak ada tanda invasi atau metastase, Dapat single atau multiple, >4
cm diperlukan FNA untuk menyingkirkan kemungkinan tumor filodes
Tumor pada mamma yang Bentuk bulat atau oval Batas tegas Besar > 5cm
Permukaan dapat berbenjol – benjol Tidak melekat dengan kulit mamma atau
m.pektoral sangat mobil dalam korpus Tidak ada tanda invasi atau metastase
Vena subkutan melebar
1) Tanpa tumor yang jelas Keluhan nyeri pada mamma yang siklus sesuai dengan
siklus menstruasi nyeri pada mamma pra menstrusai dan menghilang setelah
menstruasi. Jaringan mamma padat, menyeluruh atau segmental, uni atau
bilateral, noduler (Fibrosklerosis, ICD 610.2) mengeras (Fibrosklerosis, ICD 610.3)
2) Berbentuk tumor
a. Kista : dapat uni atau bilateral Kista berisi cairan serous atau keruh Singel (Kista
mamma singel, ICD N.60.0) Multiple (Kista mamma multipel, ICD N.60.3)
b. Tumor padat Bentuk tidak teratur Bentuk tidak tegas Sering multipel dan
bilateral Tumor padat ini sering sukar dibedakan dengan kanker mamma
Mamma padat noduler disertai tumor baik yang kistus maupun yang padat
Tehnik Operasi :
1. Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi bahu
diabduksikan ke arah kranial.
2. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/tinta.
3. Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris
posterior,sela iga ke 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine.
4. Lapangan operasi dipersempit dengan duk steril. Bila memungkinkan insisi
dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup jauh dari areola(>4cm),
maka insisi dikerjakan diatas tumor sesuai dengan garis Langer atau diletakkan pada
daerah – daerah yang tersembunyi.
5. Untuk isisi sirkumareolar maka putting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu
jari,vdilakukan marker insisi. Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia
superfisialis subkutan.
6. Flap kulit diangkat keatas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan
undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor.
7. Rawat perdarahan, lalu indentifikasi tumor
8. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengn kocher, lalu dilakukan eksisi
tumor sesuai tuntunan kocher
9. Rawat perdarahan lagi, orientasi selururuh bed tumor lalu dipasang redon drain
denganvlubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin
dikeluarkan di garis insisi).
10. Jahit subkutan fat dengan plaint cat gut 3.0
11. Jahit luka dengan prolene 4.0
12. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine
13. Dilakukan nggdressing luka operasi dengan tehnik suspensi payudara (BH
buatan) tanpa menggangg grakan sendi bahu.
23.Edukasi Rawat luka baik
Meningkatkan risiko ca payudara
24.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
25.Tingkat evidens I/II/III/IV
26.Tingkat A/B/C
rekomendasi
27.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
28.Indikator medis
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Benjolan pada payudara,
konsistensi padat, mobile, batas
tegas, permukaan licin, tidak ada
infitrasi ke jaringan sekitar, kgb
tidak ada
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 3. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 4. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
2. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
3. Ketorolac pemakaian obat
4. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
Kanker Payudara
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
29.Pengertian Payudara adalah masa stroma dan perenkhim payudara yang terletak di
(definisi) dinding torak anterior antara ICS II dan VI dan paresternal sampai dengan
garis axilaris medius. Payudara mendapat vaskularisasi utama dari cabang
Mammaria interna, a. Torakoakromi a. Intalis dan cabang a. Interkostalis
3,4,5. KGB regional pad payudara adalah KGB aksila, supra dan infraklavikula
serta mammaria interna KGB aksila dibagi atas 3 zona yaitu Level I, II dan III.
Level I adalah KGB yang terletak lateral dari muskulus pektoralis minor, Level
II adalah KGB yang terletak dibelakang m.pektoralis minor dan Level III adalah
KGB yang terletak medial dari m. pektoralis minor. Disamping itu juga ada
KGB interpektoral atau disebut Rotter.
Tumor pada payudara dibagi atas :
Tumor jinak : fibroadenoma, kista
Tumor ganas : invasif duktal, invasif lobular dan varian lainnya
(mukoid, papiler, meduler, kribriform dll)
Keganasan insitu : insitu lobular, insitu duktal dan mikroinvasif
Sampai saat ini penyebab pasti kanker payudara, belum diketahui karena
bersifat multifaktoral.
Faktor resiko kanker payudara :
Usia > 35 tahun
Menarche < 12 tahun menapouse > 55 tahun
Nullipara
Riwayat keluarga (orang tua, saudara kandung) dengan kanker
payudara
30.Diagnosis Diagnosa konfirmasi keganasan : pemeriksaan klinis, FNA & pencitraan (mamografi
dan/atau USG payudara. (triple diagnostic)
Diagnosa stadium kanker payudara : pemeriksaan klinis-laboratorium dan
pencitraan (foto toraks/paru – USG liver/abdomen – k/p bone scanning).
Pada keadaan dimana salah satu komponen dari triple diagnostic mengalami ketidak
sesuaian interpretasi maka dikerjakan biopsi dengan pemeriksan potong beku (bila
ada fasilitas) atau biopsi saja dulu untuk mengatasi jenis histopatologinya. Terapi
berikutnya tergantung dari hasil histopatologinya.
Indikasi Operasi :
Kanker payudara stadium dini (I,II)
Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan peryaratan tertentu
Keganasan jaringan lunak pada payudara.
Komplikasi operasi :
Dini :
perdarahan
Lesi n. Thoracalis longus wing scapula
Lesi n. Thoracalis dorsalis
Lambat
infeksi
Nekrosis flap
Wound dehiscene
Seroma
Edema lengan
Kekakuan sendi bahu kontraktur
Mortalitas :
Hampir tak ada
Perawatan paca bedah :
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan mengobservasi produksi drain,
memeriksa Hb pasca bedah. Rehabilitasi dilakukan sesegera mungkin dengan
melatih pergerakan sendi bahu. Drain dilepas bila produksi masing –masing drain <
20 cc / 24 jam. Umumnya drain sebelah medial dilepas lebih awal, karena
produksinya lebih sedikit. Jahitan dilepas umumnya hari ke 10 s/d 14.
Follow Up :
Tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan
Tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan
Setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan
Pemeriksaan fisik
Thorak foto
Lab marker
: tiap 6 bulan
: tiap 6 bulan
: tiap 2 – 3 bulan
USG abdomen
Bone scanning
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
42.Pengertian Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang
(definisi) mengenai kulit, mukosa dan jaringan – jaringan yang lebih dalam. Dalam
pengelolaan luka bakar perlu diketahui baik luas maupun dalamnya luka bakar.
a. Dalam luka bakar
Tingkat I
Hanya mengenai epidermis
Tingkat II
Dibagi manjadi :
1. Superfisial, mengenai epidermis dan lapisan atas dari corium. Elemen – elemen
epiteliat yaitu dinding dari kelenjar keringat, lemak dan folikel rambut masih
banyak. Karenanya penyembuhan/epitelialisasi akan mudah dalam 1 – 2 minggu
tanpa terbentuk cicatrix.
2. Dalam, sisa – sisa jaringan epitelial tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama 3 – 4
minggu dan disertai pembentukan parut hipertropi.
Tingkat III
Mengenai seluhur tebal kulit, tidak ada lagi sisa elemen epitelia. Luka bakar yang
lebih dalam dari kulit seperti sub kutan dan tulang dikelompokkan juga pada tingkat
III.
43.Anamnesis MIST & AMPLE
44.Pemeriksaan . Luas luka bakar
fisik Walce membagi tubuh atas bagian – bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama Rule of Nine
45.Pemeriksaan DPL, BC/CT, Ur/Cr, Urinalisis
penunjang Rontgen thorax
46.Terapi Prioritas pengelolaan penderita luka secara umum perlu diperhatikan seperti
pengelolaan penderita trauma pada umumnya yaitu : Airway, Breathing, dan
Circulation.
Terapi cairan
Orang dewasa dengan luka bakar tingkat II – III 20% atau lebih sudah ada indikasi
untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang
tua dan anak – anak batasnya 15%
Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Bexter.
Formula Baxter terhitung dari saat kejadian maka (orang dewasa) :
8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Lactat
16 jam perikutnya ½ (4cc x Kg x % luas luka bakar) Ringer Lactat
ditambah 500-1000 cc koloid
Modifikasi Formula Bexter untuk anak – anak adalah :
Replacement : 2 cc/KgBB/% luas luka bakar
Kebutuhan faali :
umur sampai 1 tahun 100cc/KgBB
Umur 1 – 5 tahun 75cc/KgBB
Umur 5 – 15 tahun 50cc/KgBB
Total cairan
Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian total cairan diberikan dalam
bentuk larutan Ringer Lactat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer
lactat dan koloid dibeikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama
diberikan ½ jumlah total cairan dan dalam 16 jam berikutnya diberikan ½ jumlah
total cairan.
Formula tersebut hanyalah suati pedoman, suatu estimasi yang kasar. Jangan sekali
– kali fanatik terahadap formula tersebut melainkan selalu dikoreksi melalui
Tanda – tanda klinis penderita dan laboratorium apakah cairan yang diberikan sudah
memadai.
Pengelolaan nyeri
Nyeri yang hebat dapat menyebabkan neurogenik syok yang terjadi pada jam – jam
pertama setelah trauma. Morphin diberikan dalam dosis 0.05 mg/Kg (iv)
Perawatan Luka
Perawatan pertama
- Segera setelah terbakar, dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik
dengan tempetur 20C selama 15 menit.
- Luka bakar tingkat II dan III, penderita dibersihkan seluruh tubuhnya,
rambutnya dikeramas, kuku – kuku dipotong, lalu lukanya dibilas dengan
cairan yang mengandung desinfektan seperti sabun cetrimid 0.5% (savlon)
atau kalium permanganat. Kulit – kulit yang mati dibuang, bullae dibuka
karena kebanyakan cairan di dalamnya akan terinfeksi.
o Perawatan definitif
- Perawatan tertutup
Setelah luka bersih, ditutup dengan selapis kain steril berlubang – lubang
(tulle) yang mengandung vaselin dengan atau tanpa antibiotika lalu dibebat
tebal untuk mencegah evaporasi dan melindungi kulit dari trauma dan bakteri.
Sendi – sendi ditempatkan pada posisi full extension.
- Perawatan terbuka
Eksudat yang keluar dari luka beserta debris akan mengering akan menjadi
lapisan eschar. Penyembuhan akan berlangsung dibawah eschar. Penderita
dirawat di dalam ruangan isolasi. Setiap eschar yang pecah harus diberikan
obat – obatan lokal dan dikontrol bila ada penumpukan pus dibawah eschar
maka harus dilakukan pemupukan eschar (escharotomi).
- Perawatan semi terbuka
Sama seperti perawatan terbuka tetapi diberikan juga obat – obatan lokal. Obat
lokal berbentuk krim yang akan melunakkan eschar dan m/emudahkan
perawatan untuk dibersihkan.
Obat – obatan lokal
Silver sulfadiazin krim 1% diberikan sehari – hari sekali. Silver sulfadiazin bekerja
sebagai bakterisida yang efektif terhadap kuman gram positif.
Mandi
Badan penderita setiap 1-2 hari setelah resusitasi selesai harus dibersihkan dari
kototran yang melekat dengan memandikannya. Luka dibilas dengan cairan yang
mengandung desinfektan (savlon 1:30 atau kalium permanganat 1:10.000).
Escharotomi pada perawatan terbuka umumnya dikerjakannpada minggu kedua
dengan cara eksisi memakai pisau, dermatom, elektro eksisi atau enzimatik
(kolagenase).
Skin Grafting
Skin grafting sangat penting untuk penderita utnuk mempercepat penyembuhan,
mengurangi kehilangan cairan.
Antibiotika Sistemik
Bakteri yang berada pada luka umumnya gram positif dan hanya berkembang
stempat, tetapi bakteri gram negatif seperti pseudomonas sangat invasif dan banyak
menimbulkan sepsis. Karena banyaknya jaringan nekrotik pada luka bakar maka
penetrasi antibiotika sistemik ke luka tidaklah meyakinkan. Oleh karena itu
antibiotika sistemik digunakan bila timbul gejala sepsis. Macam antibiotika
ditentukan dari kultur dari bagian yang terinfeksi, baik luka, darah maupun urine.
Nutrisi
Dukungan nutrisi yang baik sangat membantu penyembuhan luka bakar.
Komplikasi Luka Bakar :
Fase akut : syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Fase subakut : infeksi dan sepsis
Fase Lanjut : parut hipertropik
Mortalitas :
Mortalitas pada luka bakar disebabkan oleh :
Syok karena kehilangan cairan
Gagal jantung karena Myocardial Depressing Factor
Sepsis
Gagal ginjal akut
Komplikasi lain seperti pnemonia
Perawatan dan Follow Up :
Rehabilitasi
Peletakan sendi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kontraktur
Fisioterapi sangat diperlukan untuk mencegah kekakuan.
47.Edukasi
48.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
49.Tingkat evidens I/II/III/IV
50.Tingkat A/B/C
rekomendasi
51.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
52.Indikator medis
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS Riwayat luka bakar api, kimia,
air panas, mekanisme trauma,
daerah yang terkena, terapi yang
diberikan sebelumnya, Tanya
AMPLE
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT, Ur/Cr,
SGOT/SGPT, KGD,
3 RADIOLOGI/IMAGING 7. Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA 8. USG
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Eksisi tangensial
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
4. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
7. Ketorolac pemakaian obat
8. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG
Ulkus/Ganggrene DM
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
Personal hygiene
7. Manajemen aktifitas Program pendid
DISCHARGE
Pemberian obat di rumah pasien dan keluarg
PLANNING
Pemenuhan nutrisi yang sehat
8. EDUKASI
TERINTEGR
ASI
a. ED Penjelasan Diagnosis Oleh semua pem
asuhan berdasa
kebutuhan dan
berdasarkan
Discharge Plannin
Pengisian form
informasi dan edu
terintegrasi
UKASI/ pasien dan
INFOR keluarga
MASI Rencana terapi
MEDIS Edukasi gizi d
dilakukan saat
masuk pada har
atau hari ke 2
Meningkatkan
kepatuhan pa
meminum/menggu
an obat
Di D
Keluarga/Pasien
Informed Consent
b. ED
UKASI
&
Diet DM
KONSE
LING
GIZI
1. Hand Hygiene
c. ED
UKASI 2. Manajemen nyeri
KEPER
3. Mobilisasi
AWATA
N 4. Personal hygiene
5. Tanda infeksi
d. ED Informasi Obat
UKASI
FARMA Konseling Obat
SI Kondisi tertentu
PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI
DAN Lembar Edukasi Terintegrasi
EDUKASI
TERINTEGR
ASI
9 . TERAPI/
MEDIKAME
Vicillin 4x1,5 gr iv
NTOSA Ketorolac 3x30 mg iv
a. INJ
EKSI
b. CAI
RAN IVFD NaCl 0,9% 500cc/12 jam
INFUS
c. OB
Ciprofloxacin 2x1 tab, Asam
AT Atas indikasi
mefenamat 3x500mg
ORAL
Sesuai pemeriksaan target
d. OKSIGEN
kebutuhan oksigen Sat O2 >95%
10. TATA
LAKSANA/I
NTERVENSI
a.
TATA
LAKSA
NA/INT Tindakan insisi drainage dan
ERVEN debridement
SI
MEDIS
a. Periksa tanda – tanda
vital
b. Kaji skala nyeri
c. Pantau input dan
output cairan
d. Edukasi tentang
prosedur operasi
e. Persiapan operasi:
- Pasien dipuasa
kan 6 – 12 jam
- Membersihkan
b. daerah operasi
TATA - Pemberian infus
LAKSA - Pemberian obat
NA/INT pre operasi
ERVEN - Regulasi gula
SI darah
KEP
ERAWA f. Monitoring post
TAN operasi:
- Memeriksa tinggi
fundus uteri
- Kontraksi uterus
dan kandung
kemih
- Memantau
pendarahan post
operasi
- Monitoring tanda
dan gejala infeksi
c.
Bentuk maka
TATA
kebutuhan zat
LAKSA Konseling gizi terkait regulasi
disesuaikan den
NA/INT gula darah
usia dan kondisi k
ERVEN
secara bertahap
SI GIZI
d. Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan
TATA monitoring
LAKSA
NA/INT
ERVEN
SI
FAR
MASI
11.
MONITORIN Monitor
G & perkembangan pas
EVALUASI
a.
Asesmen Ulang & Review
DOKTE
Verifikasi Rencana Asuhan
R DPJP
b. a. Nyeri berkurang
b. Tidak ada tanda infeksi
KEPER
c. Nutrisi terpenuhi Mengacu pada NO
AWATA d. Personal hygiene terjaga baik
N
Sesuai den
masalah gizi
tanda gejala y
akan di
c. GIZI kemajuannya
Mengacu pada ID
(International
Dietetics & Nutr
Terminology)
Menyusun Softw
interaksi
d.
FARM Dilanjutkan de
ASI intervensi far
sesuai
monitoring
12.
MOBILISASI
/
REHABILIT
ASI
Tahapan mobil
a.
sesuai kondisi pas
MEDIS
Rehabilitasi
b. Tirah baring, miring kanan /kiri,
fisioterapi jika per
KEPERAW duduk, jalan.
ATAN Aktivitas harian mandiri
c.
FISIOTER
API
13.
OUTCOME/
HASIL
Lokal tidak ada tanda-tanda
a. infeksi
MEDIS Sistemik tidak ada tanda-tanda
infeksi
b. Skala nyeri kurang atau sama
KEPERAW dengan 3
Intake baik.
Tidak ada infeksi luka operasi.
Dilakukan dalam
ATAN Tanda tanda vital baik.
shift
Pasien mampu menjaga
kebersihan diri
Status
berdasarkan
c. GIZI Asupan > 80 %
antropometri,
biokimia, fisik/ kl
d. Meningkatkan
Tidak ada interaksi obat
FARMASI kualitas hidup pas
Umum: tingkat ketergantungan
rendah, luka baik Status pasien/t
14. Khusus: tidak ada tanda infeksi vital sesuai den
KRITERIA sistemik dan lokal, gula darah PPK
PULANG dalam batas normal
Kondisional: tanda vital baik dan
luka baik
Penjelasan perawatan luka
15. operasi di rumah
RENCANA Pasien memb
Penjelasan pemenuhan diit DM
PULANG / Resume Perawa
EDUKASI Pemberian obat oral di rumah Surat Rujukan/ S
PELAYANA Cara perawatan kebersihan diri Kontrol/Homecare
N di rumah aat pulang.
LANJUTAN
Surat pengantar kontrol
VARIAN
TRAUMA THORAKS (PNEMOTHORAKS & HEMATOTHORAKS)
PROSEDUR
Dr. Arminsyah
NIP:
53.Pengertian Batasan :
(definisi) Semua keadaan rudapaksa pada thoraks dan dinding thoraks, baik
trauma/rudapaksa tajam maupun tumpul.
Patofisiologi :
a. Perdarahan jaringan interstitium, perdarahan intra alveolar, diikuti kolaps kapiler –
kapiler kecil dan atelektasis, hingga tahanan perifer pembuluh paru naik, aliran
darah turun pertukaran gas berkurang
b. Sekret terkumpul karena batuk kurang
c. Terjadi kompresi dan dekompresi karena “coup en contre coup”
54.Anamnesis MIST & AMPLE
55.Pemeriksaan 1. Sesak nafas, pernafasan asimetri
fisik 2. Nyeri, nafas berkurang, ekskursi turun
3. Ada jejas atau trauma (luka)
4. Emfisema kutis
56.Pemeriksaan DPL, BC/CT
penunjang Rontgen thorax
57.Terapi Prioritas pengelolaan penderita luka secara umum perlu diperhatikan seperti
pengelolaan penderita trauma pada umumnya yaitu : Airway, Breathing, dan
Circulation.
Prosedur :
1. Pasien dalam keadaan posisi ½ duduk (±45 derajat).
2. Dilakukan desinfeksi dan penutuban lapangan operasi dengan doek steril.
3. Dilakukan anestesi setempat dengan lidocain 2% secara infiltrasi pada daerah kulit
sampai pleura
4. Tempat yang akan dipasang drain adalah :
o Linea axillaris depan, pada ICS IX-X (Buelau)
o Dapat lebih proximal, bila perlu. Terutama pada anak – anak karena letak
diafragma tinggi
o Linea medio-clavicularis (MCL) pada ICS II-III (Monaldi)
5. Dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm sampai jaringan bawah kulit
6. Dipasang jahitan penahan secara matras vertikal miring dengan side 0.1
7. Dengan gunting berujung lengkung atau klem tumpul lengkung, jaringan bawah
kulit dibebaskan sampai pleura dengan secara pelan pleura ditembus hingga
terdengar suara hisapan, berarti pleura parictalis sudah terbuka.
Catatan : pada hematothoraks akan segera menyemprot darah keluar, pada
pnemothoraks, udara yang keluar.
8. Drain dengan trocarnya dimasukkan melalui lobang kulit tersebut kearah cranial
lateral. Bila memakai drain tanpa trocar, maka ujung drain dijepit dengan klaim
tumpul, untuk memudahkan mengarahkan drain.
9. Harus diperiksa terlebih dahulu, apakah pada drain sudah cukup dibuat atau
terdapat lobang – lobang samping yang panjangnya kira – kira dari jarak apex
sampai lobang kulit duapertiganya.
10. Drain kemudian didorong masuk sambil diputar sedikit kearah lateral sampai
ujungnya kira – kira ada dibawah apex paru (Bulleau)
11. Setelah drain pada posisi, maka diikat dengan benang pengikat berputar ganda,
diakhiri dengan simpul hidup.
12. Bila dipakai drainage menurut Monaldi, maka drain didorong ke bawah dan
lateral sampai ujungnya kira – ira dipertengahan rongga toraks.
13. Sebelum pipa drainage dihubungkan dengan sistem botol penampung, maka
harus diklem dahulu.
14. Pipa drainage ini kemudian dihubungkan dengan sistem botol penampung, yang
akan menjamin terjadinya kembali tekanan negatif pada rongga intrapleural,
disamping juga akan menampung sekrit yang keluar dari rongga toraks.
Komplikasi :
Bila dilakukan secara benar, komplikasi dapat dihindari. Tetapi dapat juga terjadi
emfisema kutis. False route mengenai hepar bila memasang terlalu rendah
disebelah kanan terututama pada anak – anak karena letak diafragma masih tinggi.
58.Edukasi
59.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/ malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/ malam
60.Tingkat evidens I/II/III/IV
61.Tingkat A/B/C
rekomendasi
62.Penelaah kritis 1.
2.
3.
4.
63.Indikator medis
HARI KE
NO KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
1 PEMERIKSAAN KLINIS MIST &LE
1. Sesak nafas, pernafasan asimetri
2. Nyeri, nafas berkurang, ekskursi
turun
3. Ada jejas atau trauma (luka)
4. Emfisema kutis
2 LABORATORIUM Darah Lengkap, BT/CT
3 RADIOLOGI/IMAGING Foto Thorax
ELEKTROMEDIKA
4 KONSULTASI Bedah
5 ASESMEN LANJUTAN Klinis
Darah Rutin
6 EDUKASI/INFORMASI Diet
Mobilisasi
Obat-obatan
7 RENCANA Vital Sign baik
PEMULANGAN
Klinis baik
8 ASUHAN Kajian skala nyeri
KEPERAWATAN
KU dan vital sign
Observasi dressing, balut luka
Ganti Verban
Mobilisasi fisik
Mengontrol 6 benar pemberian obat
Awasi tanda-tanda infeksi
Mengontrol input/output cairan
Penkes kepada pasien dan keluarga
9 TATALKSANA MEDIS Insersi chest tube
Pemberian obat
Anastesi umum/spinal
TINDAKAN NON
BEDAH
MEDIKA MENTOSA Obat makan : Dosis
disesuaikan berat
badan
Cairan Ringer Laktat
INJEKSI Antibiotik pilihan obat : Dosis
5. Ceftriaxone 2 gr disesuaikan berat
profilaksis badan
Analgetik pilihan obat : Dosis dan
9. Ketorolac pemakaian obat
10. Tramadol disesuaikan
kondisi pasien
Anastesi : Dosis dan
pemakaian obat
disesuaikan
kondisi pasien
10 DIET/NUTRISI
11 ASUHAN GIZI Timbang BB
TB
Umur
Kebiasaan makan
Alergi
12 ASUHAN FARMASI Interaksi obat dengan makanan
Obat dengan obat
Monitoring efek samping obat
Rekonsiliasi
Alergi
13 REHABILITASI
OLEH PERAWAT
OLEH FISIOTERAPY
KONSULTASI REHAB
MEDIS
14 EVALUASI
HASIL TINDAKAN
MEDIS
HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
15 OUT COME
KELUHAN
PEMERIKSAAN KLINIS
LAMA RAWATAN
16 EDUKASI/RINGKASAN
PULANG