KONTRIBUTOR:
(PPK)
Keluhan :
Faktor Risiko
Pernapasan
Nadi
Suhu
Tekanan darah
2. Tanda Patognomonis
3 Pemeriksaan Fisik
Suhu > 37,5 derajat celcius
Ptekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa
Rumple Leed (+)
Hepatomegali
Splenomegali
Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma,
diperiksa tanda-tanda efusi pleura dan asites.
Hematemesis atau melena
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, Pemeriksaan Fisik,
pemeriksaan darah dan serologi dengue.
Klasifikasi
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat
sudah ditemukan trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bendung
Derajat II : seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di
kulit dan atau perdarahan lain
Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)
atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab
Derajat IV : Syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak
terukur.
Demam Berdarah Dengue dibagi 4 kelompok
1. DBD derajat 1
2. DBD derajat 2
5 Diagnosis Kerja
3. DBD derajat 3
4. DBD derajat 4
Demam Dengue
Demam karena infeksi virus (influenza, chikungunya, dll)
6 Diagnosis Banding Demam tifoid
7
Hipoproteinemia,
Pemeriksaan
hipoalbuminemia
c. Leukopenia (< 4000/uL)
2. Serologi Dengue, yaitu IgG dan IgM anti-Dengue yang titernya
Penunjang
dapat terdeteksi setelah hari ke 5 demam
3. NS1 (terutama hari pertama sampai hari ketiga dan umumnya
menghilang pada hari kelima demam)
11 Tingkat Evidens*
12 Tingkat
Rekomendasi*
13 Penelaah Kritis*
14 Indikator (outcome)
DEMAM TIFOID
1. Demam Dengue
2. Malaria
6 Diagnosis Banding
3. Enteritis bacterial
Laboratorium
1. Terapi suportif
Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi
Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak,
cukup kalori dan protein, rendah serat
Menjaga kecukupan asupan cairan, yang
dapat diberikan secara oral maupun
parenteral
Konsumsi obat-obatan secara rutin dan
tuntas
Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, kesadaran)
2. Terapi penunjang (simptomatik)
3. Pemberian antimikroba
1. Tiamfenikol 4x500 mg
2. Kotrimoksazol 2x960 mg selama 2 minggu
3. Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/KgBB selama 2 mgg
4. Sefalosporin generasi III : seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama 1/2 jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
5. Sefotaksim 2-3x1 gram, Sefoperazon 2x1 gram
6. Fluorokuinolon
Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2x500 mg/hari (15 mg/KgBB)
selama 5-7 hari
Ofloksasin 2x400 mg/hari (15 mg/KgBB)
selama 5-7 hari
Perfloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
9 Edukasi
Melakukan edukasi pada masyarakat tentang aspek pencegahan
dan pengendalian demam tifoid, melalui :
11 Tingkat Evidens*
12 Tingkat
Rekomendasi*
13 Penelaah Kritis*
(PPK)
Keluhan klasik :
1. Polifagia
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
4 Kriteria Diagnosis (TTGO) > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan
dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.
12 Tingkat
Rekomendasi*
13 Penelaah Kritis*
DISPEPSIA
(1) Pengertian (Definisi) Kumpulan gejala - gejala klinis yang terdiri dari adanya
sindroma yaitu : nyeri ulu hati, kembung, cepat kenyang
mual dengan tanpa muntah, sendawa, borborigmi, anoreksi
rasa asam /pahit dimulut
(2) Anamnesis Nyeri ulu hati, kembung, cepat kenyang, mual dengan/tanpa
muntah, sendawa, anoreksi, rasa asam atau pahit di mulut.
(3) Pemeriksaan Fisik 1. Nyeri tekan episgastrum atau bagian perut lainnya
2. Dapat disertai demam
3. Meteorismus
4. Bising usus normal atau menurun
(4) Kriteria Diagnosis Adanya sindroma dispepsia yaitu nyeri ulu hati, kembung,
cepat kenyang
(7) Pemeriksaan Penunjang 2. SGOT / SGPT, Alkali Fosfatase ,Gamma, bilirium, USG
3. Foto Oesofagus,lambung,duodenum ( bila ada
strikture) panendoskopi
4. EKG bila ada kecurigaan
(8) Terapi 1. Pada fase akut diberi makanan yang lunak dan
Tidak merangsang pemberian antasida,prokinetik
Antagonis H2 reseptor bila klinis ada hiperasiditis
penilaian dalam 4 minggu bila tidak ada perbaikan
dilakukan USG.endoskopi dilakukan sesuai dengan
perkembangan klinis penderita.
2. Indikasi rawat inap,KU lemah muntah berlebihan +
dehidrasi nyeri perut dalam + demam perdarahan
3. Edukasi (Hospital/Health Kontrol pengobatan secara teratur.
Promotion)
4. Prognosis Quo ad Vitam : bonam.
6. Kepustakaan 1. Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Fauci AS, Longo
DL, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal
medicine. 19th ed. NY: McGrawHill; 2015
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi
B, Syam AF: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-
6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
3. Standar Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Majalengka
(PPK)
DIARE AKUT
Metode Pierce :
Klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Kesadaran apati 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
1. Apendisitis
2. Adneksitis
3. Diverkulitis
4. Peritonitis sekunder karena perforasi usus
5. Infeksi sistemik
6 Diagnosis Banding
6. Inflammatory bowel disease
7. Enterokolitis iskemik
8. Oklusi arteri/vena mesenterika
Darah
Darah perifer lengkap
Ureum, kreatinin
Serum elektrolit : Na+, K+, Cl-
Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-
tanda gangguan kesimbangan asam basa
7 Pemeriksaan (pernapasan Kusmaull)
Feses
Penunjang
Feses lengkap (mikroskopis : peningkatan
jumlah lekosit di feses pada inflamatory
diarrhea; parasit : amoeba bentuk tropozit,
hypha pada jamur)
Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
Kultur sebaiknya dilakukan terutama pada kasus dengan
dehidrasi, demam, diare berdarah, atau setelah 3 hari
pengobatan tidak ada perbaikan klinik.
Pemeriksaan sigmoidoskopi/kolonoskopi dilakukan pada kasus
diare berdarah bila pemeriksaan penunjang yang sebelumnya
tidak memperlihatkan penyebab yang jelas.
Terapi suportif :
Terapi Simtomatik :
1. Antimotilitas : loperamid (awal 4 mg, selanjutnya 2 mg setiap
buang air besar cair, maksimal 16 mg/24 jam).
2. Antispasmodik/spasmolitik : hyosin-n-butilbromid (20 mg 2-3
kali/hari, maksimal 100 mg/24 jam), ekstrak belladona (5 – 10
mg, 3 kali/hari), papaverin (30 – 60 mg, 3 kali/hari).
3. Pengeras feses : atapulgit (2 tablet @ 630 mg setelah diare,
diulang 2 tablet setiap diare selanjutnya, maksimal 12 tablet/24
jam), kaolin-pektin (2 ½ tablet @ 550/20 mg setiap diare,
maksimal 15 tablet/24 jam).
Terapi Etiologik :
1. Infeksi
2. Non-infeksi
9 Edukasi Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi kepada keluarga untuk
membantu asupan cairan.
12 Tingkat
Rekomendasi*
13 Penelaah Kritis*
14 Indikator (outcome)