Anda di halaman 1dari 30

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

DIABETES MELITUS TIPE 2 (ICD 10 : E 11)


1. Pengertian (definisi) Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik
yg ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja
insulin (resistensi insulin) atau defek pada sekresi
insulin,atau kedua-duanya

2. Anamnesis 1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Penurunan berat badan yg tidak dapat dijelaskan
sebabnya
5. Kelemahan,kesemutan ( rasa baal pada ujung2
ektremitas)
6. Gatal,mata kabur,disfungsi ereksi pada pria
7. Pruritus vulvae pada wanita
8. Luka yang sulit sembuh

3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital


2. Gds ,gdp dan 2 jam pp
3. Tanda neuropati
4. Jantung, paru-paru
5. Keadaan kaki ( pulsasi arteri perifer termasuk rabaan nadi
kaki ), kulit dan kuku

4. Kriteria diagnosis 1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik


2. Berdasarkan pemeriksaan gds, gdp dan 2 jam pp
5. Diagnosis kerja DIABETES MELITUS TIPE 2 (ICD10 : E 11)
6. Diagnosis banding Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe Lain

7. Pemeriksaan 1. DL,GDS,GDP DAN 2 JAM PP, URIN RUTIN, BUN


penunjang CREATININ, ELEKTROLIT, PROFIL LIPID
2. EKG, RO THORAKS
3. RO R.ULKUS ( BILA ADA ULKUS DM )

8. Terapi 1. INSULIN RAPID ( long action )


2. Obat anti diabetik
3. Koreksi elektrolit bila ada ketidakseimbangan elektrolit
4. Antibiotik

1
5. Analgesik

9. Edukasi 1. Gaya hidup


2. Diet dm
3. Olahraga
4. Farmakologi ttg obat inj insulin atau obat oral
5. Rutin untuk memeriksakan gula darah

10. Prognosis Dubia


11. Tingkat evidence I/ II/ III/ IV
12. Tingkat A/ B/ C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1. PB PERKENI, 2011, Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.

2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

ASMA BRONCHIAL (ICD 10 : J 45.9)


1.Pengertian (definisi) Penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai dengan
obstruksi jalan nafas yang dapat hilang dengan atau
tanpapengobatan akibat hiperaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang melibatkan sel – sel dan elemen
seluler terutama mastosit, eosinofil, limposit T, makrofag,
neutrofil dan epitel
2. Anamnesis 1. Sesak nafas disertai mengi
2. Batuk ( terutama pada malam hari )
3. Rasa tertekan di dada
4. Riwayat keluarga dengan asma
5. Faktor pencetus :dingin, debu, bulu hewan
6. Penggunaan obat-obatan ( penyekat beta,aspirin )
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan )
2. Takipnoe bisa disertai sianosis pada serangan yang berat
3. Ekspirasi memanjang,wheezing, hiperinflasi dada
4. Kriteria diagnosis 1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan
didukung hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja ASMA BRONCHIAL (ICD10 : J 45.9)
6. Diagnosis banding 1. PPOK, GAGAL JANTUNG
2. Pada eksaserbasi akut dapat menyababkan gagal nafas
dan pneumothoraks
7. Pemeriksaan 1. DL
penunjang 2. EKG, RO THORAKS

8. Terapi 1. Oksigen
2. Inhalasi nebulizer
3. Kortikosteroid oral
4. Antibiotik bila ada sekunder infeksi
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Hindari faktor pencetus
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1. PDPI, 2003, Asma, Pedoman dan Penatalaksanaan di

3
Indonesia.

4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

CHF (GAGAL JANTUNG KRONIK) (ICD 10 : I 50)


1.Pengertian (definisi) Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dengan
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, atau
kemampuan itu dicapai hanya jika tekanan pengisian jantung
tinggi
2. Anamnesis 1. Lemah, dyspnea, intoleransi olahraga, pembengksksn pada
ektremitas, perut kembung, nyeri perut
2. Riwayat DM dan hipertensi
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan )
2. Tingkat kesadaran GCS
3. Sesak pada aktifitas yang berat
4. Takikardi,
5. Akral dingin, kadang disertai sianosis
6. Peningkatan JVP
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja CHF (GAGAL JANTUNG KRONIK) (ICD10: I 10)
6. Diagnosis banding 1. Penyakit paru seperti pneumonia, PPOK, asma
eksaserbasi akut, infeksi paru berat, ARDS, emboli paru
2. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal kronik, sindrom
nefrotik
3. Penyakit hati seperti sirosis hepatis

7. Pemeriksaan 1. EKG
penunjang 2. ro thoraks
8. Terapi Diuretik, ACE inhibitor, beta bloker, digoksin, anti koagulan
dan anti platelet, anti aritmia, antagonis kalsium dan
inotropic
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Minum obat secara teratur
3. Diet perubahan gaya hidup
4. Hindari aktifitas yang berat
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis

5
15. Kepustakaan 1. PB PAPDI, 2008, Gagal Jantung Kronik dalam Buku
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

DEMAM THYPHOID (ICD 10 : A 01)


1. Pengertian Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
(definisi) Thypi atau Salmonella Parathypi

2. Anamnesis 1. Demam lebih dari 7 hari,pada awalnya demam naik


secara bertahap kemudian demam menetap
2. Demam terutama pada sore/malam hari,disertai sakit
kepala, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, obstipasi
atau diare
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan ),demam
2. Tingkat kesadaran GCS
3. Bradikardi relatif dimana frekuensi nadi tidak sesuai
dengan suhu tubuh pasien
4. Lidah kotor
5. Nyeri abdomen disertai perut yang agak membengkak 2-
3 cm dibawah lengkung iga kanan
6. Hepatomegali, splenomegaly
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja DEMAM THYPHOID (ICD10: A 01)
6. Diagnosis banding Infeksi virus, malaria,demam akibat infeksi bakterial lainnya

7. Pemeriksaan DR, widal / tubex TF,hbs Ag, IgG, IgM, urinalisis,fs renaL (
penunjang BUN creatinin,asam urat ),fs liver ( SGOT,SGPT,bilirubin )

8. Terapi 1. Antibiotik
2. Antipirektik
3. Anti mual muntah
4. Vitamin utk liver
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Minum obat secara teratur
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Demam thypoid dalam Buku Panduan

7
Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta Pusat

8
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

DEMAM BERDARAH DENGUE (ICD 10 : A 91)


1. Pengertian Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
(definisi) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam
berdarah dengue (DBD)
2. Anamnesis 1. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya
bifasik
2. Nyeri otot dan/ nyeri sendi
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital (TD, nadi, respirasi, suhu)
2. Uji bendung/torniquet (Rumple Leed)
3. Limfadenopati
4. Ruam
4. Kriteria diagnosis Kriteria diagnosis WHO 1977 untuk DBD harus memenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya
bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut:
- Uji tourniquet positif (> 20 petekie dalam 2,54 cm2)
- Petekie,ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau
tempat lain
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
(kebocoran plasma) :
- Hematokrit meningkat ≥ 20% disbanding hematokrit
rata-rata pada usia, jenis kelamin, dan populasi yang sama
- Hematokrit turun hingga ≥ 20% dari hematokrit awal,
setelah pemberian cairan
- Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, efusi
perikard, asites dan hipoproteinemia
5. Diagnosis kerja DEMAM BERDARAH DENGUE (ICD10 : A 91)
6. Diagnosis banding 1. Demam tifoid
2. Campak
3. Influenza
4. Cikungunya
5. Leptospirosis
7. Pemeriksaan 1. DL , SGOT/SGPT, Ureum, kreatinin, hemostasis
penunjang (PPT,APTT,fibrinogen,D-

9
Dimer),protein/albumin,elektrolit, golongan darah &
cross match
2. IgM dan IgG anti Dengue, NS1
3. Ro Thoraks, USG
8. Terapi 1. Bedrest
2. Makanan lunak
3. Antipiretik
4. Cairan intravena sesuai dengan protocol DBD
5. Transfusi sesuai indikasi
6. Heparinisasi pada kasus dengan Koagulasi Intravaskular
Diseminata (KID)
9. Edukasi 1. Asupan cairan pasien (cairan per oral)
2. Tanda-tanda syok
3. Tanda dan gejala perdarahan
10. Prognosis Ad Bonam
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1. PB PAPDI, 2008, Demam Berdarah Dengue dalam Buku
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat
2. Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Herdiman T.
Pohan, 2009, Demam Berdarah Dengue dalam Buku Ajar
Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta Pusat

10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

GASTROENTERITIS KRONIS (ICD 10 : A 09)


2. Pengertian (definisi) Gangguan fungsional usus yang ditandai dengan nyeri perut,
frekuensi BAB yg sering
2. Anamnesis 1. Nyeri perut
2. Feses lembek atau encer
3. Riwayat infeksi
4. Perasaan tidak tuntas setelah Bab
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan )
2. Bising usus meningkat
3. Tanda dehidrasi dan anemia
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja GASTROENTERITIS KRONIS (ICD10 : A 09)
6. Diagnosis banding 1. Intoleransi laktosa
2. Intoleransi makanan
3. Infeksi
4. Penyakit celiac
5. Pertumbuhan bakteri usus halus yang berlebih
6. Imflammatory bowel disease
7. Kolitis mikro
7. Pemeriksaan DL, feses rutin, elektrolit, fs renal
penunjang
8. Terapi 1. Diet tinggi serat
2. Agen antidiare
3. Antispasmotik
4. Probiotik
5. Antipirektik bila ada demam
6. Antibiotik bila terbukti ada infeksi pada feses rutin
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Diet tinggi serat
3. Hindari makanan atau bahan makanan yang membuat
intoleran
10. Prognosis Ad Bonam
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis

11
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Demam Berdarah Dengue dalam Buku
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

HEPATITIS VIRUS AKUT (ICD 10 : K 72.0)


1.Pengertian (definisi) Infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Disebabkan
oleh salah satu dari 5 jenis virus : hepatitis A (hep A),
hepatitis B (hep B), hepatitis C (hep C), hepatitis D (hep D),
dan hepatitis E (hep E)
2. Anamnesis 1. Malaise umum
2. Mialgia
3. Atralgia
4. Mudah lelah
5. Gejala saluran napas atas : gejala flu, faringitis, coryza,
fotofobia, sakit kepala, dan mialgia
6. Anoreksia
7. Mual, muntah
8. Diare atau konstipasi
9. Demam derajat rendah
10. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran
kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan
aktivitas
11. Ikterus
12. Urin berwarna gelap, pruritus
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital (TD, nadi, respirasi, suhu)
2. Ikterus
3. Hepatomegali
4. Sedikit nyeri tekan pada hati
5. Splenomegali ringan dan limfadenopati
4. Kriteria diagnosis 1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan
didukung hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja HEPATITIS VIRUS AKUT (ICD10 : K 72.0)
6. Diagnosis banding 1. Penyakit hati ileh karena obat atau toksin
2. Hepatitis iskemik
3. Hepatitis autoimun
4. Hepatitis alkoholik
5. Obstruksi akut traktus bilier
7. Pemeriksaan 1. DL, SGOT, SGPT, BIlirubin direk dan indirek, Fosfatase
penunjang alkali, Masa protrombin, Albumin, Elektrolit, Glukosa
darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan Serologis : HAV, HBV, HCV, HDV
4. USG Abdomen

13
8. Terapi 1. Istirahat
2. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
3. Steroid (Hepatitis kolestasis)
4. Asam ursodioksikolat
9. Edukasi 1. Istirahat dan pembatasan aktivitas
2. Intake kalori dan cairan yang cukup, pembatasan protein
pada pasien dengan ensefalopati hepatik
3. Diet tinggi protein pada fase rekonvalesen
4. Hindari alcohol
5. Hindari obat-obat yang dimetabolisme di hepar, atau
dengan penyesuaian dosis
6. Jadwal kontrol
7. Monitor tanda-tanda ensefalopati
8. Menghindari penularan
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II / III
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1. Andri Sanityoso, 2009, Hepatitis Virus Akut dalam Buku
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

HIPERTENSI (ICD 10 : I 10)


1. Pengertian (definisi) Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau
melebihi 140 mmhg sistolik dan/ atau sama melebihi 90
mmhg diastolik pada seseorang yg tidak sedang makan obat
antihipertensi
2. Anamnesis 1. Nyeri kepala ( umumnya pada pagi hari dan terlokalisir
pada regio oksipital ), dizzines,palpitasi, mudah lelah
2. Adakah riwayat keluarga hipertensi atau penyakit
kardiovaskuler lainnya
3. Bagaimana diet, pola makan, olahraga
4. Bila ada riwayat hipertensi sebelumnya ,sudah berapa
lama,terapi apa yang sudah didapat dan apa respon atau
efek samping terapi
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital (tekanan darah) pada posisi duduk dan pada
posisi istirahat
2. Status neurologis, akral
3. Pemeriksaan fisik jantung ( JVP,batas jantung, ronkhi )
4. Kriteria diagnosis 2. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. Diagnosis kerja HIPERTENSI (ICD10: I 10)
6. Diagnosis banding Peningkatan tekanan darah akibat white coat,
hypertension,rasa nyeri, peningkatan tekanan intraserebral,
ensefalitis, akibat obat dll

7. Pemeriksaan 1. Profil lipid, gds, urinalisis,fs renal ( BUN creatinin,asam


penunjang urat )
2. EKG, RO THORAKS, CT scan
3. USG / BNO (susp.GNC/CKD )
8. Terapi 1. Obat anti hipertensi
2. Diuretik
9. Edukasi 1. Gaya hidup
2. Diet
3. Olahraga
4. Farmakologi ttg obat antihipertensi, efek sampingnya
5. Rutin untuk memeriksakan tekanan darah
6. Minum obat antihipertensi secara teratur
10. Prognosis Ad bonam
11. Tingkat evidence I/ II/ III/ IV
12. Tingkat A/ B/ C
rekomendasi

15
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Hipertensi dalam Buku Panduan
Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta Pusat

16
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

INFEKSI SALURAN KEMIH (ICD 10 : N 39.0)


1. Pengertian Infeksi yang melibatkan struktur saluran kemih yang
(definisi) disebabkan olek mikroorganisme patogen ( seperti bakteri,
jamur dan parasit), infeksi ini dapat mengenai
uretra,kandung kemih, ureter, gijal, atau prostat
2. Anamnesis 1. Nyeri pada saat berkemih
2. Nyeri pinggang
3. Demam tinggi, menggigil,
4. Mual muntah
5. Hematuria atau BAK keruh
6. Banyak berkemih dengan jumlah urin yang sedikit
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan )
2. Demam dengan suhu 38,5-40o C
3. Takikardia
4. Nyeri tekan suprapubik
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja INFEKSI SALURAN KEMIH (ICD10 : N 39.0)
6. Diagnosis banding BPH, batu saluran kemih, salpingitis, apendisitis akut

7. Pemeriksaan 1. Urin rutin, Kultur/ Sensitivitas Urin dan Angka Kuman,


penunjang DPL, fs renal ( BUN, creatinin, asam urat )
2. USG abdomen / BNO
8. Terapi 1. Antibiotik empiris
2. Analgetik
3. Terapi parenteral
4. Anti perdarahan bila ada hematuria
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Minum obat secara teratur
3. Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
4. Menjaga higiene daerah genitalia eksterna
10. Prognosis Ad Bonam
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Infeksi saluran kemih dalam Buku

17
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

18
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM (ICD 10 : E 14.0)


1.Pengertian (definisi) Kondisi dekompensasi metabolik akibat defisiensi insuli
absolut atau relatif dan merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang serius
2. Anamnesis 1. Keluhan poliuri, polidipsi
2. Riwayat berhenti menyuntik insulin
3. Demam / infeksi
4. Muntah
5. Nyeri perut
3. Pemeriksaan fisik 1. Kesadaran : komposmentis, delirium, koma
2. Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul)
3. Dehidrasi (turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering)
4. Dapat disertai syok hipovolumik
4. Kriteria diagnosis 1. Kadar glukosa darah > 250 mg/dL
2. PH darah < 7,35
3. HCO3 rendah
4. Anion gap tinggi
5. Kation serum
5. Diagnosis kerja KETO-ASIDOSIS DIABETIKUM (ICD10 : E 14.0)
6. Diagnosis banding 1. Hyperglycemic hyperosmolar state
2. Ensefalopati uremikum
3. Asidosis uremikum
4. Ketosis alkoholik
5. Ketosis hipoglikemia
6. Ketosis starvasi
7. Asidosis laktat
8. Asidosis hiperkloremik
9. Kelebihan salisilat
10. Drug-induced acidosis
11. Ensefalopati karena infeksi
12. Trauma kapitis

7. Pemeriksaan 1. Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Aseton darah


penunjang 2. Urin rutin
3. Analisis gas darah
4. EKG
8. Terapi 1. Oksigenasi
2. Cairan intravena
3. Insulin

19
4. Drip kalium
5. Natrium bikarbonat
6. Antibiotika
7. Heparin bila ada KID
9. Edukasi 1. Penurunan kesadaran
2. Balance cairan
10. Prognosis Dubia ad malam
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Keto-asidosis Diabetikum dalam Buku
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

20
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

LEPTOSPIROSIS (ICD 10 : A 27)


1. Pengertian Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta pathogen
(definisi) dari famili Leptospiroceae
2. Anamnesis 1. Demam tinggi, menggigil
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot
4. Mual
5. Muntah
6. Diare
7. Badan kuning
8. Faktor resiko
3. Pemeriksaan fisik 1. Vital sign (TD, nadi, respirasi, suhu)
2. Injeksi konjunctiva
3. Ikterik
4. Fotofobia
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Penurunan kesadaran
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja LEPTOSPIROSIS (ICD10 : A 27)
6. Diagnosis banding 1. Hepatitis tifosa
2. Ikterus obstruktif
3. Malaria
4. Kolangitis
5. Hepatitis Fulminan
7. Pemeriksaan 1. DL, SGOT, SGPT, Bilirubin direk dan indirek, Ureum,
penunjang Kreatinin, Elektrolit, Amilase, Lipase, Urin medan gelap
2. Tes serologi Leptospira MAT (mikoaglutinasi tes)
3. USG Abdomen
4. Analisa gas darah
8. Terapi 1. Tirah baring
2. Makanan / cairan tergantung pada komplikasi organ yang
terlibat
3. Antipiretik
4. Antibiotika
5. Hemodialisa bila diperlukan
9. Edukasi 1. Cairan dan nutrisi
2. Tanda-tanda dehidrasi

21
3. Tanda-tanda perdarahan
10. Prognosis Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal
Pada kasus dengan ikterus, angka kematian 5% pada umur di
bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan 1. PB PAPDI, 2008, Leptospirosis dalam Buku Panduan
Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta Pusat
2. Umar Zein, 2009, Leptospirosis dalam Buku Ajar
Penyakit Dalam, Interna Publishing, Jakarta Pusat

22
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (ICD 10 : J 44.9)


1.Pengertian (definisi) Penyakit yang ditandai dengan adanya perlambatan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversible
2. Anamnesis 1. Sesak nafas disertai mengi
2. Batuk – batuk kronis
3. Sputum yang produktif
4. Faktor resiko
5. PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala
6. Riwayat paparan dengan faktor resiko ( misalnya
merokok, asap dapur )
7. Riwayat penyakit asma
8. Riwayat keluarga PPOK
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan )
2. Takipnoe
3. Bunyi nafas vesikuler melemah, ekspirasi memanjang,
ronkhi kering atau mengi, bunyi jantung menjauh
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (ICD10: J
44.9)
6. Diagnosis banding 1. Asma bronchiale, bronkiektasis
2. Gagal jantung kongestif
3. Pneumonia
7. Pemeriksaan 1. DL, pemeriksaan sputum sps, cat gram
penunjang 2. EKG, RO THORAKS
8. Terapi 1. Oksigen
2. Inhalasi nebulizer
3. Bronkodilator
4. Steroid
5. Mukolitik,antitusif, antioksidan
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Perbaiki asupan nutrisi
3. Olahraga ringan
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP

23
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Penyakit paru obstruktif kronis dalam
Buku Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

24
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

TUBERKULOSIS PARU (ICD 10 : A 15.0, A 15.1 – A 16.2)


1.Pengertian (definisi) Infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru,
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
2. Anamnesis 1. Batuk ≥ 3 minggu
2. Batuk berdarah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Malaise
6. Lemah
7. Berat badan turun
8. Nafsu makan turun
9. Keringat malam
10. Demam
3. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum lemah
2. Kakeksia
3. Takipneu
4. Demam
5. Paru : tanda-tanda konsolidasi paru (redup, fremitus
mengeras/ melemah, suara napas bronkial/ melemah,
ronkhi basah / kering
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan didukung
hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja TUBERKULOSIS PARU (ICD10 : A 15.0, A 15.1 – A 16.2)
6. Diagnosis banding 1. Pneumonia
2. Tumor / Keganasan Paru
3. Jamur Paru
4. Penyakit Paru Akibat Kerja
7. Pemeriksaan 1. DL, LED
penunjang 2. BTA Sputum, Kultur resistensi sputum terhadap
M.tuberculosis
3. Rontgen Thorax
4. Imunoserologis :
- uji kulit dengan tuberculin (Mantoux)
- tes PAP, ICT-TB, PCR-TB dari sputum
8. Terapi 1. Terapi umum : istirahat, stop merokok, hindari polusi,
tata laksana komorbiditas, nutrisi, vitamin
2. Medikamentosa : obat anti TB (OAT)
9. Edukasi 1. Istirahat
2. Stop Merokok

25
3. Hindari polusi
4. Nutrisi
5. Kepatuhan terhadap pengobatan
6. Mencegah penularan
7. Pelacakan TB pada anggota keluarga
10. Prognosis Dubia : tergantung derajat berat penyakit, kepatuhan pasien,
sensitivitas bakteri, gizi, status imun, komorbiditas
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Tuberkulosis Paru dalam Buku Panduan
Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta Pusat

26
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

ST MIOKARD INFARK (ICD 10 : I 20/23/25)


1. Pengertian (definisi) Suatu keadaan gawat jantung dengan manifestasi klinis
parasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai
akibat iskemia miokard
2. Anamnesis 1. Nyeri dada sebelah kiri kadang menjalar sampai ke
bealakang
2. Sesak, mual, berkeringat banyak, palpitasi dan pusing
3. Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital ( td,nadi,suhu, pernafasan )
2. Tingkat kesadaran GCS
3. Pada EKG terdapat deviasi segmen ST ( elevasi atau
depresi)
4. Nyeri dada sebelah kiri
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan
didukung hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja ST MIOKARD INFARK (ICD10 : I 20/23/25)
6. Diagnosis banding 1. Kelainan vaskuler : perikarditis, miokarditis, diseksi
aorta
2. Kelainan paru : emboli paru, pneumonia, pleuritis,
pneumothoraks
3. Kelainan gastrointestinal :refluks esofageal, spasme
esofagus

7. Pemeriksaan 1. DPL, fs renal, fs hepar,enzim jantung, Profil Lipid,


penunjang Elektrolit, GDS
2. EKG, Rontgen Thorax
8. Terapi 1. Oksigenisasi
2. Analgetik
3. Anti trombotik
4. Antikoagulan
5. Anti iskemik seperti preparat nitrat, beta bloker, ACE
inhibitor, antagonis kalsium
9. Edukasi 1. Bedrest
2. Minum obat secara teratur
3. Diet perubahan gaya hidup
4. Hindari aktifitas yang berat
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II /III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi

27
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Angina Pectoris dalam Buku Panduan
Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta Pusat

28
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS NUR ROHMAH

RS NUR ROHMAH

PENYAKIT GINJAL KRONIK (ICD 10 : N 03.9)


1.Pengertian (definisi)  Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau
lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi ginjal,
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG).
 LFG < 60 ml/menit/1,73 m2 yang terjadi selama 3
bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
2. Anamnesis 1. Lemas
2. Mual
3. Muntah
4. Sesak napas
5. Pucat
6. BAK berkurang
3. Pemeriksaan fisik 1. Anemis
2. Kulit kering
3. Edema tungkai atau palpebra
4. Tanda bendungan paru
4. Kriteria diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,dan
didukung hasil pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis kerja PENYAKIT GINJAL KRONIK (ICD10 : N 03.9)
6. Diagnosis banding Gagal Ginjal Akut
7. Pemeriksaan 1. DL, Ureum, Kreatinin, Urin lengkap, Tes klirens
penunjang kreatinin (TKK) ukur, Elektrolit (Na,K,Cl,Ca,P,Mg),
Profil Lipid, Asam Urat serum, Gula Darah, AGD, SI,
TIBC, Feritin serum, Hormon PTH, Albumin, Globulin
2. USG ginjal, Foto polos abdomen, renogram, Rontgen
thorax
3. Pemeriksaan Imunologi
4. Hemostasis lengkap
5. EKG, Ekokardiografi
6. Biopsi ginjal
7. HBsAg, Anti HCV, Anti HIV
8. Terapi 1. Pengaturan asupan protein, kalori, lemak, karbohidrat,
garam, kalium, fosfor, kalsium, besi, magnesium, asam
folat, dan air

29
2. Kontrol tekanan darah : ACE inhibitor atau ARB,
Penghambat kalsium, Diuretik
3. Kontrol glukosa darah (pada pasien DM)
4. Koreksi anemia : transfusi, eritropoeietin
5. Kontrol hiperfosfatemia : kalsium karbonat atau
kalsium asetat
6. Kontrol osteodistrofi renal : kalsitriol
7. Koreksi asidosis metabolik : bikarbonat
8. Koreksi hiperkalemia
9. Kontrol dislipidemia : golongan statin
10. Terapi ginjal pengganti : hemodialisis, CAPD,
Transplantasi ginjal
9. Edukasi 1. Pengaturan diit
2. Balance cairan
3. Kepatuhan minum obat
10. Prognosis Dubia
11. Tingkat evidence I / II / III / IV
12. Tingkat A/B/C
rekomendasi
13. Penelaah kritis 1. dr. Hantyanto N., Sp.PD
2. dr. Bambang Sigit , Sp.PD KP
14. Indikator medis
15. Kepustakaan PB PAPDI, 2008, Penyakit Ginjal Kronik dalam Buku
Panduan Pelayanan Medik, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta Pusat

30

Anda mungkin juga menyukai