Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK
TATA KLINIS
LAKSANA (PPK)
KASUS
TATA LAKSANA KASUS
RSRS
NUR
NURROHMAH
ROHMAH
2013 – 2015
RS NUR ROHMAH

DIARE AKUT PADA ANAK (ICD-10: A.09 )


1. Pengertian (Definisi) Buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
2. Anamnesis 1. Lama diare, frekuensi, warna, konsistensi tinja, lendir/dan
darah dalam tinja
2. Muntah, rasa haus, rewel, demam, sesak, kembung, kejang,
buang air kecil terakhir
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
4. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi
5. Penderita diare di sekitarnya

3. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda dehidrasi : rewel atau gelisah, lethargis/kesadaran


berkurang, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat atau
sangat lambat, haus, malas minum, atau tidak bisa minum
2. Darah dalam tinja
3. Tanda invaginasi : massa intraabdominal, dominan lendir dan
darah
4. Tanda gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit:
napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung
(hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia)

4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai dengan kriteria anamnesis


2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik

5. Diagnosis Kerja Diare akut


6. Diagnosis Banding 1.Disentri

31
2. Antibiotic associated diarrhea
3. Invaginasi

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab darah rutin


(Bila diperlukan) 2. Lab elektrolit dan glukosa darah
3. Lab feses rutin

8. Terapi 1. Oralit 5-10 cc/kgBB setiap diare, muntah


2. Zink selama 10-14 hari : 1 x 10 mg (umur <6 bulan)
1 x 20 mg (umur >6 bulan)
3. Infus cairan RL, RA, atau NaCl 0,9% disesuaikan dengan
derajat dehidrasi
4. Antibiotik , bila ada indikasi
5. Nutrisi : cair/lunak 100-150 kkal/kg/hari; protein 2 gr/kg/hari

1. Tentang jenis penyakit dan komplikasinya


9. Edukasi 2. Pencegahan
(Primary Health Promotion) 3. Penularan
4. Pemberian gizi seimbang
5. Hygiene dan sanitasi
6. ASI eksklusif dan ASI
7. Imunisasi

Ad vitam : dubia ad bonam


10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. dr. Wiratmo, SpA
2. dr. Rini, SpA

14. Indikator Medis  Tidak didapatkan tanda dehidrasi

32
 Perbaikan klinis (nafsu makan, bebas demam 24 jam, diare
berkurang)
 Diare akut dirawat inap tanpa komplikasi selama 5 hari

15. Kepustakaan 1. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2008
2. Pedoman Pelayanan Medis jilid I, IDAI, 2010

80% Diare akut dirawat inap selama 5 hari sembuh tanpa


16. Target komplikasi

33
PANDUAN PRAKTIK
PANDUAN KLINIS
PRAKTIK (PPK)
KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA
TATA KASUS
LAKSANA KASUS
RS NUR ROHMAH
2013
RS NUR– 2015
ROHMAH
RS NUR ROHMAH

SERANGAN ASMA PADA ANAK (ICD-10:J.45.9)


1. Pengertian (Definisi) Serangan asma adalah episode perburukan yang progresif dari
gejala-gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan atau
berbagai kombinasi gejala tersebut.
2. Anamnesis 1. Sejak kapan sesak napas muncul
2. Pemicu sesak napas : infeksi saluran napas, suhu, makanan, dll
3.Riwayat asma atau atopi pada keluarga
4. Riwayat serangan asma sebelumnya, dan jenis obat yang
digunakan
3. Pemeriksaan Fisik 1. Demam, takipnea, takikardia
2. Napas cuping hidung, retraksi interkostal, subkostal
3. Wheezing, ronkhi paru
4. Sianosis, apneu
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menentukan derajat serangan asma :
A. Serangna ringan
B. Serangan sedang
C. Serangan berat
D. Ancaman gagal napas
5. Diagnosis Kerja A. Asma serangan ringan
B. Asma serangan sedang
C. Asma serangan berat
D. Asma dengan ancaman gagal napas
6. Diagnosis Banding 1. Bronkhiolitis
2. Pneumonia
3.Inhalasi benda asing

34
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab darah rutin
(Bila diperlukan) 2. Analisis gas darah, dilakukan pada serangan asma berat atau ada
tanda ancaman henti napas
3. Rontgen thoraks, dilakukan pada serangan asma berat atau ada
tanda ancaman henti napas.
8. Terapi 1. Oksigenasi : nasal kanul 2L/menit, head box 5L/menit, atau
sungkup 4L/menit, ventilasi mekanik (bila ada tanda gagal napas)
2.Infus cairan RL , D51/2 NS, atau D51/4S disesuaikan kondisi
pasien
3. Bronkodilator : inhalasi β2-agonis, jika serangan sedang/berat
dapat langsung diberikan inhalasi β2-agonis+ ipratoprium bromida.
Nilai respon terapi setelah 15 menit.
4. Antibiotik : bila curiga terdapat infeksi sekunder
5. Nutrisi : diet cair/lunak 100-150 kkal/kg/hari; protein 2 gr/kg/hari

Tata Laksana Serangan Asma


1. Asma Serangan Ringan
 Inhalasi β2-agonis dengan nebulizer atau metered dose
inhaler
 Jika respon komplet (wheezing dan sesak napas hilang):
observasi pasien selama 1-2 jam, dan pulangkan jika stabil.
Bekali pasien dengan obat β2-agonis oral
 Jika respon parsial (wheezing dan sesak napas membaik,
tapi masih ada): ulangi pemberian β2-agonis, evaluasi ulang,
dan kelola sebagai asma serangan sedang
 Dapat dipertimbangkan rawat inap bila : ketaatan
pasien/orangtua terhadap pengobatan kurang, akses ke RS
sulit, riwayat perawatan di ICU/perburukan yang cepat, atau
terdapat penyakit komorbid (penyakit paru kronik, kelainan
jantung bawaan atau didapat).
 Jika kondisi stabil, pasien dapat dipulangkan dengan
dibekali obat β2-agonis. Jika pencetus serangan adalah
infeksi virus, dapat ditambahkan steroid oral jangka pendek

35
(3-5 hari). Selain itu, jika sebelum serangan pasien sudah
mendapat obat pengendali, dapat diteruskan.

2. Asma Serangan Sedang


 Berikan oksigenasi
 Jika respon baik (wheezing dan sesak napas membaik, tapi
masih ada) : frekuensi pemberian β2-agonis dijarangkan,
pasien dirawat inap/observasi 24 jam dan berikan
methylprednisolon oral.
 Jika respon tidak baik (wheezing dan sesak napas tidak
membaik) : ulangi pemberian β2-agonis setiap 20-30 menit
berdasar respon terapi, dan pada pemberian inhalasi ketiga
dapat ditambahkan ipratoprium bromida, pasien dirawat
inapkan dan berikan methylprednisolon oral.
 Jika kondisi pasien stabil dalam 24 jam, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat β2-agonis dan
methylprednisolon.

3. Asma Serangan Berat


 Ulangi pemberian β2-agonis dan ipratoprium bromide setiap
20-30 menit, maksimal sampai 3x dalam 1 jam pertama. Jika
ada perbaikan klinis, teruskan pemberian inhalasi setiap 4-6
jam
 Methylprednisolon bolus iv 0,5-1 mg/kg/hari (tiap 6-8 jam)
 Aminofilin : dosis awal 6-8 mg/kg dilarutkan dalam
dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% sebanyak 20 cc (jika pasien
sudah mendapat aminofilin sebelumnya atau < 4 jam, dosis
aminofilin adalah setengah dosis inisial). Dosis rumatan
aminofilin 0,5-1 mg/kg/jam
 Jika ada perbaikan, methylprednisolon dan aminofilin ganti
per oral.
 Jika kondisi pasien stabil dalam 24 jam, pasien dapat
dipulangkan dengan dibekali obat β2-agonis dan

36
methylprednisolon.

4. Ancaman henti napas


 Hipoksemia tetap terjadi walaupun sudah dilakukan terapi
oksigen, dengan kadar PaO2 <60 mmHg dan/atau PaCO2
>45 mmHg.
 Pada ancaman henti napas diperlukan ventilasi mekanik
 Konsultasi ke bagian PICU/ICU jika :
 terjadi distres napas berat
 terdapat tanda syok
1. Tentang penyakit asma dan komplikasinya
9. Edukasi 2. Pencegahan serangan asma
3. Pemberian gizi seimbang
4. Hygiene dan sanitasi
5. Imunisasi
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. dr. Rini, SpA
2. dr. Wiratmo, SpA

14. Indikator Medis  Anak tidak sesak napas


 Saturasi oksigen >92% tanpa terapi oksigen
 Pasien asma tanpa komplikasi dirawat inap selama 3-7 hari

15. Kepustakaan 1. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2008
2. Pedoman Pelayanan Medis jilid I, IDAI, 2010

80% pasien asma dirawat inap selama 7 hari sembuh tanpa


16. Target komplikasi
37
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PANDUAN PRAKTIK
TATA KLINIS
LAKSANA (PPK)
KASUS
TATA LAKSANA KASUS
RSRS
NUR ROHMAH
NUR ROHMAH
2013 – 2015
RS NUR ROHMAH

INFEKSI DENGUE PADA ANAK (ICD-10:A90)


1. Pengertian (definisi) Demam akut yang disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili
Flaviviridae melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus.
Klasifikasi infeksi dengue (WHO 2011)
DD/ Dera Tanda dan gejala Laboratorium
DBD jat
DD Demam dengan 2 gejala  AL ≤ 5000
berikut : sel/mm3
 Nyeri kepala  Trombosit
 Nyeri belakang bola <150.000sel/m
mata m3
 Nyeri otot  Peningkatan
 Nyeri sendi/tulang hematokrit 5-
 Ruam 10%
 Manifestasi perdarahan  Tidak ada bukti
 Tidak ada bukti kehilangan
kebocoran plasma plasma
DBD I Demam dan manifestasi  Trombosit <
perdarahan (Rumple leed 100.000
(+)) dan ada bukti sel/mm3
kebocoran plasma  Hematokrit
meningkat ≥
20%
DBD II Seperti pada DBD derajat  Trombosit <
38
I, ditambah perdarahan 100.000
spontan sel/mm3
 Hematokrit
meningkat ≥
20%
DBD III Seperti pada DBD derajat  Trombosit <
/DSS I dan II, ditambah 100.000
kegagalan sirkulasi (nadi sel/mm3
lemah, tekanan nadi  Hematokrit
sempit, hipotensi, meningkat ≥
gelisah) 20%
DBD IV Seperti pada DBD derajat  Trombosit <
/DSS III, ditambah profound 100.000
shock (tekanan darah sel/mm3
tidak terdeteksi)  Hematokrit
meningkat ≥
20%
2. Anamnesis 1. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari
2. Lesu, tidak mau makan, mual, muntah
3. Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut
4. Perdarahan
3. Pemeriksaan Fisik 1. Demam, faring hiperemis,
2. Manifestasi perdarahan :Rumple leed (+), petekie, purpura,
hematom
3. Tanda kebocoran plasma: efusi pleura, ascites
4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai dengan kriteria anamnesis
2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik
3. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja Demam dengue (ICD 10: A90)
Demam Berdarah dengue (ICD 10: A91)
6. Diagnosis Banding 1. Chikungunya (ICD 10: A. 92)
2. Malaria (ICD 10: B54)
3. Demam tifoid (ICD 10: A01)
39
4. Infeksi saluran kemih (ICD 10: N39)

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab darah rutin


(Bila diperlukan) 2. Serologis IgM dan IgG dengue
3. Foto dada posisi Right Lateral Decubitus
4. Analisis gas darah
5. Elektrolit darah
8. Terapi 1. Antipiretik : paracetamol 10 mg/kg/kali
3. Infus cairan RL , D51/2 NS, atau D51/4S disesuaikan kondisi
pasien
4. Nutrisi : cair/lunak 100-150 kkal/kg/hari; protein 2 gr/kg/hari

Demam Dengue
 Pemeriksaan hematokrit & jumlah trombosit setiap 6-12 jam
 Pemantauan ketat komplikasi penyakit setidaknya sampai
2x24 jam setelah demam turun

Demam Berdarah Dengue Derajat I dan II


 Cairan kristaloid dimulai dengan 2-3 cc/kg/jam
 Pemantauan hematokrit dan jumlah trombosit setiap 6-12 jam
 Bila hematokrit meningkat, pemberian cairan kristaloid
dinaikkan menjadi 5-7 cc/kg/jam selama 2-4 jam. Evaluasi
ulang hematokrit, tanda vital, dan jumlah trombosit setelah 4
jam kemudian.
 Bila keadaan tidak membaik (hematokrit dan nadi naik,
tekanan nadi < 20 mmHg, jumlah urine turun), naikkan
kecepatan infus cairan menjadi 10 cc/kg/selama 1 jam; bila
membaik turunkan cairan iv menjadi 5-7 cc/kg/jam dan
selanjutnya 3 cc/kg/jam sesuai perbaikan klinis.

Demam Berdarah Dengue Derajat III


 Beri oksigen 1-2 L/menit dengan nasal kanul
 Segera berikan cairan intravena (Ringer Laktat atau Ringer
40
Asetat) sebanyak 10 cc/kg/selama 1 jam. Bila didapatkan
perbaikan klinis, cairan intravena diturunkan bertahap.
 Bila tidak ada perbaikan setelah pemberian cairan 10
cc/kg/selama 1 jam, naikkan cairan menjadi 20 cc/kg secara
bolus secepatnya (dalam 10-15 menit), kemudian evaluasi
ulang hematokrit
 Bila hematokrit naik, ganti cairan kristaloid dengan koloid
(Haes 6%, Hemacel, atau Dekstran) sebanyak 10-20 cc/kg/jam.
Bila ada perbaikan klinis, ganti cairan dengan kristaloid dan
kecepatan infus turun bertahap.

Demam Berdarah Dengue Derajat IV


 Beri terapi oksigen 1-2 L/menit dengna nasal kanul
 Beri terapi cairan kristaloid (Ringer Laktat atau Ringer Asetat)
atau koloid (Haes 6%, Hemacel atau Dextran) 20 cc/kg bolus
secepatnya
 Bila syok berlanjut, berikan cairan koloid sebanyak 10-20
cc/kg/jam
 Evaluasi hematokrit, bila tidak ada perbaikan klinis atau
hematokrit meningkat ulang pemberian koloid 10-20 cc/kg
dalam 1 jam
 Bila tidak ada perbaikan klinis dan hematokrit terus menurun
atau bila terjadi perdarahan berat, berikan transfusi fresh whole
blood sebanyak 10 cc/kg atau PRC 5-10 cc/kg, dan dievaluasi
respon klinis
 Lakukan pemeriksaan AGD, hematokrit, elektrolit, dan gula
darah untuk menilai kemungkinan adanya ABCS (A=asidosis;
B=bleeding/perdarahan; C=calcium; S=glukosa/gula darah)
 Bila didapatkan hipokalsemia, diberikan kalsium glukonat
dengan dosis 1 mg/kg, diberikan secara intravena perlahan-
lahan (apabila diperlukan dapat diulang setiap 6 jam)
 Bila didapatkan hipoglikemia, harus segera dikoreksi dengna
larutan glukosa 0,5-1 gram/kg diberikan secara bolus
41
 Bila terdapat perbaikan klinis, ganti cairan koloid dengan
kristaloid dan turunkan bertahap
 Pantau tanda vital dan keadaan pasien setipa 30-60 menit.
1. Tentang jenis penyakit dan komplikasinya
9. Edukasi 2. Pencegahan
(Primary Health Promotion) 3. Penularan
4. Pemberian gizi seimbang
5. Hygiene dan sanitasi

Ad vitam : dubia ad bonam/malam


10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. dr. Wiratmo, SpA
2. dr. Rini, SpA

14. Indikator Medis  Hemodinamik stabil dan perbaikan klinis (kembalinya nafsu
makan, produksi urine cukup, bebas demam 24 jam tanpa
antipiretik, tidak ada perdarahan, tidak muntah, tidak nyeri
perut)
 Jumlah trombosit > 50.000 sel/mmk ; hematokrit stabil

15. Kepustakaan 1. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2008
2. Pedoman Pelayanan Medis jilid I, IDAI, 2010

80%pasien yang terinfeksi dengue dirawat inap selama 5-7 hari


16. Target sembuh tanpa komplikasi

42
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PANDUAN PRAKTIK
TATA KLINIS
LAKSANA (PPK)
KASUS
TATA LAKSANA KASUS
RS RS
NUR ROHMAH
NUR ROHMAH
2013 – 2015
RS NUR ROHMAH

KEJANG DEMAM PADA ANAK (ICD-10: R.56.0)


1. Pengertian (Definisi) Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal > 38 0 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
 Kejang demam sederhana : kejang berlangsung < 15 menit,
bersifat umum tonik, dan atau klonik, tanpa gerakan fokal, tidak
berulang dalam 24 jam, dan umumnya akan berhenti sendiri.
 Kejang demam kompleks : kejang yang berlangsung > 15 menit,
bersifat fokal/parsial, atau kejang umum didahului kejang
parsial, dan berulang dalam 24 jam.
2. Anamnesis 1. Suhu sebelum/saat kejang
2. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
3. Frekuensi kejang dalam 24 jam, keadaan anak paska kejang
4. Riwayat perkembangan
5. Riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
6. Gejala infeksi saluran napas akut, infeksi saluran kemih, otitis
media, dll
7. Singkirkan penyebab kejang yang lain (diare, muntah, sesak,
asupan makan kurang)
3. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran
2. Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik, refleks fisiologis,
patologis
3. Pemeriksaan nervus kranialis
4. Tanda rangsang meningeal
5. Tanda peningkatan tekanan intrakranial : kaku kuduk,

43
Brudzinski I dan II, Kernique, Laseque
6. Tanda infeksi diluar sistem saraf pusat : infeksi saluran napas
akut, otitis media, infeksi saluran kemih, dll
4. Kriteria Diagnosis 1. Sesuai dengan kriteria anamnesis
2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Kejang demam
6. Diagnosis Banding 1. Meningitis
2. Epilepsi
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin
(Bila diperlukan) 2. Elektrolit darah
3. Gula darah
5. Elektroensefalografi
8. Terapi 1. Antipiretik : paracetamol 10 mg/kg/kali
2. Infus cairan RL , D51/2 NS, atau D51/4S disesuaikan kondisi
pasien
3.Antikonvulsan saat kejang:
 Diazepam rektal 5 mg (BB < 10 kg), diazepam rektal 10 mg
(BB>10 kg), atau diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kg perlahan
(dosis maksimal 20 mg).
 Diazepam rektal dapat diulang 2 x pemberian dengan interval 5
menit jika kejang belum berhenti.
 Bila setelah pemberian diazepam rektal/intra vena sebanyak 3 x
tapi kejang belum berhenti, dapat diberikan fenitoin intravena
dengan dosis awal 20 mg/kg/kali (kecepatan < 50 mg/menit).
Bila kejang berhenti, dilanjutkan pemberian dosis fenitoin
selanjutnya 5-7 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.
 Bila kejang belum teratasi, berikan fenobarbital iv dengan dosis
maksimum 15-20 mg/kg dengan kecepatan pemberian 100
mg/menit. Bila kejang berhenti, lanjutkan dengan pemberian
fenobarbital iv rumatan 4-5 mg/kg setelah 12 jam kemudian.
 Bila kejang belum berhenti, dapat diberikan midazolam 0,2
mg/kg bolus perlahan, diikuti infus drip midazolam 0,01-0,02
mg/kg/menit selama 12-24 jam. Lakukan perawatan dan

44
monitoring di ruang rawat intensif.

4. Pencegahan berulangnya kejang selama demam : diazepam oral


0,1-0,3 mg/kg/kali, setiap 8 jam atau fenobarbital iv dosis 5
mg/kg/hari selama demam.

5. Antikonvulsan rumatan (bila ada indikasi) : fenobarbital 3-4


mg/kg/hari, asam valproat 15-40 mg/kg/hari. Pengobatan jangka
panjang diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap.
6. Nutrisi : cair/lunak 100-150 kkal/kg/hari; protein 2 gr/kg/hari
1. Tentang jenis penyakit dan komplikasinya
9. Edukasi 2. Pencegahan
(Primary Health Promotion) 3. Penularan
4. Pemberian gizi seimbang
5. Hygiene dan sanitasi
6. Imunisasi
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. dr. Wiratmo, SpA
2. dr. Rini, SpA

14. Indikator Medis Kejang demam tanpa komplikasi dirawat inap selama 3-5 hari

15. Kepustakaan 1. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam, UKK Neurologi,


2006
2. SPM IDAI

45
80% kejang demam dirawat inap selama 3-5 hari sembuh tanpa
16. Target komplikasi

46
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PANDUAN PRAKTIK
TATA KLINIS
LAKSANA (PPK)
KASUS
TATA LAKSANA KASUS
RSRS
NUR ROHMAH
NUR ROHMAH
2013 – 2015
RS NUR ROHMAH

MUNTAH PADA ANAK


1. Pengertian (Definisi) Pengeluaran isi lambung secara ekspulsi dengan kekuatan
2. Anamnesis 1. Sakit kepala, kejang
2. Muntah, warna & isi muntahan, nyeri perut
3. Riwayat pijat di daerah abdomen
4. Sesak napas, rasa dada berdebar-debar
5. Gelisah, penurunan kesadaran
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pengukuran vital sign (HR, RR, suhu)
2. Tanda obstruksi usus : distensi, metallic sound
3. Tanda dehidrasi : turgor & elastisitas kulit, air mata, mukosa
bibir, mata cowong
4. Defisit neurologis
4. Diagnosis Kerja Muntah
5. Diagnosis Banding 1. Infeksi : sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih
2. Obstruksi saluran cerna : hypertrophi pylori stenosis, hernia
inguinal, intususepsi, Hirschprung disease
3. Gangguan gastrointestinal : gastritis, hepatitis, pankreatitis,
enterokolitis necrotican
4. Gangguan neurologis : cedera kepala, migrain, neoplasma,
hidrosefalus
5. Gangguan metabolik : intoksikasi makanan, Diabetes Mellitus,
uremia.
6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium (sesuai indikasi) :
(Bila diperlukan) 1. Darah rutin
2. Pemeriksaan elektrolit
3. Bilirubin dan transaminase hepar (bila curiga Hepatitis)

47
4. Urinalisis (bila curiga Infeksi Saluran Kemih)
5. Amilase dan lipase darah (bila curiga pankreatitis)

Pemeriksaan Radiologis (terutama pada kasus bedah, sesuai


indikasi) :
1. Foto polos abdomen
2. Foto abdomen dengan kontras
3. Ultrasonografi
7. Kriteria Diagnosis Sesuai definisi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

8. Terapi  Sesuai etiologi/ penyebab


 Dukungan nutrisi
 Terapi medikamentosa : obat anti muntah (hati-hati pada kasus
gastroenteritis akut)
 Dopamin-antagonist : domperidon dan metoklopramid
 Anti-histamin : promethazin
 Serotonin antagonist : ondansetron (0,1-0,2
mg/kgBB/6-12 jam)
1. Tentang penyebab muntah dan komplikasinya
9. Edukasi 2. Pencegahan penyakit
3. Pemberian gizi seimbang
4. Hygiene dan sanitasi
5. Imunisasi
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. dr. Wiratmo, SpA
2. dr. Rini, SpA

14. Indikator Medis  Perbaikan kondisi klinis (tidak muntah, tidak nyeri perut, tidak
dehidrasi, perbaikan nafsu makan)

48
 Hemodinamik stabil
 Pasien muntah tanpa komplikasi dirawat inap selama 3-7 hari

15. Kepustakaan 1. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2008
2. Pedoman Pelayanan Medis jilid I, IDAI, 2010

80% pasien muntah dirawat inap selama 3-7 hari sembuh tanpa
16. Target komplikasi

49

Anda mungkin juga menyukai