No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
K 71.0
Kolestasis
Kolestasis adalah semua kondisi yang menyebabkan terganggunya
sekresi dan ekskresi empedu ke duodenum sehinga menyebabkan
tertahannya bahan-bahan atau substansi yang seharusnya dikeluarkan
bersama empedu tersebut di hepatosit.
1. Warna kuning pada kulit, warna feses dan urin
2. Pelacakan etiologi: riwayat kehamilan dan kelahiran (ibu dengan
infeksi TORCH, berat badan lahir, infeksi intra partum, pemberian
nutrisi parenteral)
3. Riwayat keluarga : Ibu mengidap Hepatitis B, perkawinan antar
keluarga, adanya saudara kandung yang menderita penyakit yang
sama
5.
6.
7.
8.
Kriteria Diagnosis
2. Kadar bilirubin direk > 1 mg/dL apabila bilirubin total < 5 mg/dL
atau bilirubin direk > 20% dari bilirubin total, apabila kadar bilirubin
total > 5mg/dL
Diagnosis Banding Breast milk jaundice
Pemeriksaan
1. Darah tepi lengkap, gambaran hapusan darah tepi .
Penunjang
2. Biokimia darah: bilirubin direk dan indirek, ALT (SGPT), AST
(SCOT), GT, masa protrombin, albumin, globulin, kolesterol,
1
9. Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
pemeriksaan
7. Biopsi hati: pada evaluasi tersangka atresia bilier dan untuk mencari
etiologi kolestasis intrahepatik yang tidak dapat ditentukan dengan
cara yang non-invasif
Bedah anak untuk kasus yang memerlukan kolangiografi
MRS untuk semua kasus kolestasis yang datang pertama kali atau
kolestasis dengan penyulit
1. Terapi etiologik:
a. Terapi medikamentosa: untuk kolestasis intrahepatik yang dapat
diketahui penyebabnya
b. Operasi: untuk kolestasis ekstrahepatik
2. Terapi suportif:
a. Srimulasi aliran empedu: asam ursodeoksikolat 10-30 mg/kgBB
dalam 2-3 dosis
b. Nutrisi diberikan untuk menunjang pertumbuhan optimal
(kebutuhan kalori umumnya dapat mencapai 130-150%
kebutuhan bayi normal) dan mengandung lemak rantai sedang
(Medium chain trigliseride MCT)
c. Vitamin yang larut dalam lemak
a) A; 5000-25.000 IU
b) D: calcitriol 0,05-0,2 ug/kgBB/hari
c) E: 15-25 lU/kgBB/hari
d) K1 :2,5-5mg:2-7x/minggu atau 0,3 mg/kgBB setiap bulan
d. Mineral dan trace element: Ca, P, Mn, Zn, Fe
3. Terapi komplikasi lain: misalnya
a. Hiperlipidemia / xantelasma: obat HMG-coa reductase inhibitor
contohnya kolestipol, simvastatin
b. Pruritus: salah satu di bawah:
a) Antihistamin:
difenhidrarnin
5-10
hidroksisin 2,5 mg/kgBB/hari dan
mg/kgBB/hari
mg/kgBB/hari,
Rifampisin 10
b) Kolestiramin 0,25-0,5g/kgBB/hari
12. Tempat Pelayanan 1. Ruang rawat anak
2
13. Penyulit
14.
15.
16.
17.
18.
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
19. Patologi
20. Otopsi
21. Prognosis
5. Sirosis hati
Tertulis
Dokter spesialis anak dan residen setingkat chief
3-7 hari
5-20 hari
1. Sembuh apabila penyebab ditangani
2. Menjadi sirosis apabila penyebab tidak ditangani
Biopsi hati pada hepatitis neonatal menunjukkan perubahan arsitektur
lobolus yang mencolok, nekrosis hepatoselular fokal, pembentukan
pseudoroset, giant cells dengan balloning pada sitoplasma.
Prognosis kolestasis intrahepatik tergantung dan penyakit penyebab dan
banyaknya kerusakan sel-sel hati. Kolestasis yang terjadi oleh karena
sepsis, prognosisnya baik. Pada kasus kolestasis ekstrahepatik seperti
atresia bilier, setelah dilakukan operasi Kasai (Post Kasai procedure) 3060% bisa bertahan sampai 5 tahun.
1. Kontrol teratur ke poliklinik untuk memantau perbaikan klinis dan
laboratorium
2. Pemantauan tumbuh kembang
2b
1. Keluhan kuning pada kulit, urin berkurang
2. Warna feses tidak pucat
3. Parameter laboratorium membaik
25. Edukasi
26. Kepustakaan
4. Kontrol teratur
1. Arce DA, Costa H, Schwarz SM. Hepatobiliary disease in children.
Clinics in Family Practice 2000; 2:1-36.
2. Suchy FJ. Neonatal cholestasis. Pediatrics in Rev 2004;25: 388-95.
3. Pudjiadi AH, dkk. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Pengurus Pusat Ikatan Anak Indonesia. Jakarta; 2010. h.
170-4.
4. Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Badan
Penerbit IDAI. Jakarta; 2010. h. 365-83.
3
5. Kelly DA. Pediatric liver disease. Dalam : O Grady JG, Lake JR,
Howdle PD,penyunting, Comprehensive Clinical Hepatologi, edisi
ke11 London: Mosby; 2000. h.231-36.
No. ICD 10
2.
3.
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
5. Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada
saat ini suhu turun, yang dapat merupakan awal penyembuhan pada
infeksi ringan namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok
6. Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena ataupun
hematuria
Tanda-tanda syok:
1. Anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
2. Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba
3. Tekanan darah turun tekanan nadi < 10 mmHg
4. Akral dingin, capillary refil menurun
5. Diuresis menurun sampai anuria
Apabila syok tidak dapat segera diatasi akan terjadi komplikasi berupa
asidosis metabolik dan perdarahan hebat
6.
Kriteria Diagnosis
7.
Diagnosis Banding
1. Demam Tifoid
2. Campak
3. Demam Cikungunya
8.
Pemeriksaan
Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
3. Udem paru
14. Informed Consent Tertulis dan Lisan
15. Tenaga Standar
1. Peserta PPDS I
2. Dokter Spesialis Anak
3. Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
4. Konsultan PGD
2-3 hari
7 hari
1. Demam dengue dan Demam berdarah dengue grade I dan II : dubius
ad bonam
2. Demam berdarah dengue grade III dan IV : dubius ad malam
Kontrol poliklinik
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan baik
3. Tampak perbaikan secara klinis
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit > 50.000/ul
7. Tidak dijumpai distres pernapasan
10
25. Edukasi
26. Kepustakaan
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
J18.9
Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi akut parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstitial.
1. Didahului oleh infeksi respiratori atas akut berupa common cold
(rinofaringitis) dengan gejala batuk pilek disertai demam
11
5.
6.
7.
8.
Pemeriksaan
Penunjang
9.
Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
pulse oxymetri.
3. Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan pemantauan balans cairan ketat
4. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan
kenyamanan pasien dan mengontrol batuk
untuk
menjaga
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
DENPASAR
1.
2.
3.
4.
5.
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
6.
7.
8.
9. Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
Nama Obat
Dosis
Usia < 4 minggu:
4 mg/kg/dosis
Zidovudin
(ZDV/AZT)
Dosis
maksima
l
300
mg/dosis
Signature
setiap
12 jam
NRTI
Lamivudin
(3TC)
150
mg/dosis
setiap
12 jam
30
mg/dosis
setiap
12 jam
BB > 30 kg : 30 mg/dosis
Abacavir
(ABC)
Didanosin
setiap
12 jam
18
50 mg/LPT/dosis
(dDI)
200
mg/dosis
setiap
12 jam
2 minggu I :160
mg/LPT/dosis
2 minggu
II:160mg/LPT/dosis
200
mg/dosis
setiap
24 jam
200
mg/dosis
setiap
12 jam
selanjutnya :
200mg/LPT/dosis
setiap
12 jam
BB 10 - < 15 kg : 200mg
NNRT
I
Efavirenz
(EFV)
BB 15 - < 20 kg : 250mg
BB 20 - < 25 kg : 300mg
BB 25 - < 33 kg : 350mg
BB 33 - < 40 kg : 400mg
600
mg/dosis
(BB > 40
kg)
setiap
24 jam
BB > 40 kg : 600mg
Usia > 6 bulan - 13 tahun :
225 mg/LPT LPV atau 57,5
mg/LPT Ritonavir
PI
Lopinavir /
Ritonavir
(LPV/r)
atau
BB 7-15 kg : 12
mg/kg/dosis LPV atau 3
mg/kg/dosis Ritonavir
BB 15 - 40 kg : 10
mg/kg/dosis LPV atau 5
mg/kg/ dosis Ritonavir
400 mg
LPV/100
mg
Ritonavir
setiap
12 jam
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
26. Kepustakaan
HIV
Treatment
2013:
result,
21
5.
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
G01
Meningitis Bakterialis
Meningitis merupakan peradangan pada selaput otak (meningen) yang
disebabkan oleh berbagai bakteri pathogen.
Anamnesis
1. Perjalanan klinis sering didahului oleh infeksi saluran napas atas
atau saluran cerna (demam, batuk, pilek, mencret serta muntahmuntah.
2. Gejala: demam, sakit kepala dan kaku kuduk dengan atau tanpa
penurunan kesadaran.
Pemeriksaan Fisik 1. Penurunan kesadaran dapat bermanifestasi iritabel saja atau
penurunan kesadaran yang lebih dalam sampai koma.
2. Ubun-ubun besar tegang atau menonjol (kalau ubun-ubun besar
masih terbuka)
3. Tanda rangsang meningen (kaku kuduk, tanda Brudzinsky I & II,
tanda Kernig).
4. Tanda rangsang meningen sulit ditemukan pada anak < 1 tahun.
6.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Banding 1.
2.
3.
4.
Meningitis Aseptik
Meningitis TB
Ensefalitis
Ensefalopati
22
8.
Pemeriksaan
Penunjang
9.
Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
4. Mata
Semua pasien meningitis bakterialis dirawat di rumah sakit selama 1421 hari
Pemberian antibiotika diawali secara empiris (oleh karena terapi
antibiotika harus secepatnya diberikan), kemudian disesuaikan dengan
hasil pengecatan gram, biakan kuman, dan tes resistensi.
1. Terapi antibiotika empiris (sesuai dengan umur), lama pengobatan
10-14 hari.
a. Umur 1-3 bulan
a) Ampicilin 200-400 mg/kgbb/hr i.v dibagi 4 dosis dan
Cefotaxime 200 mg/kgbb/hr i.v dibagi 2-3 dosis.
b) Ceftriaxone 100 mg/kgbb/hr i.v dibagi 2 dosis.
b. Umur > 3 bulan
a) Cefotaxim 200 mg/kgbb/hr i.v, dibagi 3-4 dosis
b) Ceftriaxon 100 mg/kgbb/hr i.v, dibagi 2 dosis
c) Ampicilin 200-400 mg/kgbb/hr i.v, dibagi 4 dosis dan
kloramfenikol (apabila tidak ada kontraindikasi) 100
mg/kgbb/hr, i.v dibagi 4 dosis.
2. Pemberian deksametason (rekomendasi AAP)
Dosis 0,6 mg/kgbb/hr dibagi 4 dosis (2 hari pertama saja), sebelum
atau saat pemberian antibiotika.
3. Pemberian manitol 20%: atas indikasi
Dosis 0,5-1 gr/kg BB/x setiap 8 jam.
18. Hasil
19. Patologi
20. Otopsi
21. Prognosis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
2014
RSUP SANGLAH
DENPASAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
A41
Sepsis dan Meningitis Neonatorum
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat respon
inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Respons Syndrome-SIRS)
yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit
yang timbul pada 1 bulan pertama kehidupan.
Anamnesis
Faktor risiko mayor
1. Ketuban pecah > 24 jam
2. Ibu demam saat intrapartum suhu > 380C
3. Korioamnionitis
4. Denyut jantung janin menetap > 160x/menit
5. Ketuban berbau
Faktor risiko minor
1. Ketuban pecah > 12 jam
2. Ibu demam saat intrapartum suhu > 37,0C
3. Nilai Apgar rendah ( menit ke-1 < 5 , menit ke-5 < 7 )
4. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) < 1500 gram
5. Usia gestasi < 37 minggu
6. Kehamilan ganda
7. Keputihan yang tidak diobati
8. Infeksi Saluran Kemih (ISK) / tersangka ISK yang tidak diobati
Pemeriksaan Fisik Tanda klinis sepsis neonatorum tidak spesifik dan berhubungan dengan
karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya
kuman, seperti:
1. Iregularitas temperatur: hipertermi, hipotermi,
2. Perubahan prilaku: letargi, iritabel
3. Perubahan tonus
4. Kelainan pada kulit: perfusi perifir buruk, sianosis, mottling, pucat,
petikie, rash, ikterus, sklerema
5. Masalah minum: intoleransi minum
6. Masalah saluran cerna: muntah, diare, kembung
7. Masalah kardiopulmoner: takipnea, takikardia, hipotensi, distres
pernafasan (sesak, retraksi, grunting, sianosis sentral)
8. Masalah metabolik: hipoglikemia, hiperglikemia, metabolik asidosis
Kriteria Diagnosis Pendekatan diagnosis:
1. Faktor risiko sepsis neonatorum
2. Faktor risiko mayor
a. Ketuban pecah > 24 jam
b. Ibu demam saat intrapartum suhu > 380C
c. Korioamnionitis
d. Denyut jantung janin menetap > 160x/menit
25
e. Ketuban berbau
3. Faktor risiko minor
a. Ketuban pecah > 12 jam
b. Ibu demam saat intrapartum suhu > 37,50C
c. Nilai Apgar rendah ( menit ke-1 < 5 , menit ke-5 < 7 )
d. Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ) < 1500 gram
e. Usia gestasi < 37 minggu
f. Kehamilan ganda
g. Keputihan yang tidak diobati
h. Infeksi Saluran Kemih (ISK) / tersangka ISK yang tidak diobati
7.
8.
9.
Konsultasi
4. Foto thorax
Dikerjakan untuk melihat kemungkinan adanya pnemonia
5. Kultur
Darah, cairan serebrospinal, urine dan feses
1. Bila ada hipoglikemia / hiperglikemia persisten konsultasi ke
Subdivisi Endokrinologi
2. Bila terjadi gagal nafas rawat intensif di NICU
3. Bila ada gangguan penglihatan konsulkan ke Bagian Mata
4. Bila ada gangguan pendengaran konsulkan ke Bagian THT
5. Bila ada defisit neurologi konsulkan ke Neurologi anak dan Instalasi
Rehabilitasi Medis bila perlu rehabilitasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
3. Perawat
14 hari (bila tidak ada masalah prematuritas, BBLR dan komplikasi)
Sangat tergantung pada prematuritas, BBLR, dan ada tidaknya
komplikasi
Bila tidak ada komplikasi dapat sembuh sempurna
Tidak perlu
Tedak perlu
Dengan diagnosis dan pengobatan dini, bayi dapat terhindar dari sepsis
yang berkepanjangan; namun bila tanda klinis dan / atau adanya faktor
risiko yang berpotensial menimbulkan infeksi tidak terdeteksi, maka
angka kesakitan dan kematian dapat meningkat. Gejala sisa neurologis
timbul pada 15-30% neonatus dengan meningitis.
1. Setelah pulang kontrol secara teratur ke poliklinik.
2. Kasus dengan komplikasi defisit neurologis memerlukan perawatan
rehabilitasi medis, dan stimulasi tumbuh kembang.
IA
1. Klinis Stabil
2. Marker infeksi normal
3. Hasil kultur negatif
4. LCS normal
Sepsis dan meningitis merupakan penyakit yang berat, sering
menyebabkan kematian dan komplikasi yang dihasilkan sangat beragam
sesuai dengan berat ringannya penyakit awal.
1 Gomella TL, Cunnigham MD, Eyal FG. Sepsis. Dalam: Gomella TL,
Cunnigham MD, Eyal FG. penyunting. Neonatology : Management,
procedures, on call problems, diseases, drugs. edisi ke-6. New York:
Lange Medical Book/McGraw-Hill, 2009. h. 665-672.
2
Powell KR. Sepsis and shock. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia :
WB Saunders, 2000.h.747-51.
30
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
5.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah
Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
R 09.01
Asfiksia Berat
Suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak bernapas secara
spontan, teratur dan adekuat
Bayi lahir tidak langsung menangis
Distres napas, bradikardia, refleks lemah, tonus otot menurun, warna
kulit biru atau pucat
Dengan menentukan nilai APGAR menit ke 1, 5, 10 dan 15.
Nilai APGAR menit ke 1 = 0-3
Tidak ada
Bila ada indikasi, dapat dilakukan: analisa gas darah, foto thorax, CT
Scan kepala
Neonatologi intensif
NICU, ruang neonatologi level II
Prinsip tatalaksana:
1. Segera dilakukan setelah bayi lahir
2. Intervensi harus cepat, tepat, jangan sampai terlambat
3. Pada dasarnya harus melakukan penilaian terhadap 3 hal: cukup
bulan, bernapas atau menangis, tonus otot baik
31
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
J96.9
Gagal Napas
Gagal napas adalah suatu keadaan dimana terjadi kegagalan pertukaran
gas dalam paru, ditandai dengan turunnya kadar oksigen (hipoksemia)
atau naiknya kadar karbonmonoksida (hiperkarbia) atau kombinasi
keduanya dalam darah.
Dispnoe, depresi pernapasan, sakit kepala.
33
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
9. Konsultasi
Divisi Pediatri Gawat Darurat
10. Perawatan
Ruang Perawatan intensif
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
1. Pengobatan spesifik:
(ICD 9-CM)
Konsentrasi O2 (%)
30 40
Sungkup muka
35 65
Ventilator
21 100
Inkubator
b. Perbaikan jalan napas:
30 - 40
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
R57.9
Syok
Sindrom klinis akibat kegagalan sistemik sirkulasi dengan akibat
ketidakcukupan pasokan oksigen dan substrat metabolik lain ke jaringan
serta kegagalan pembuangan sisa metabolism.
Apatis, lemah, membran mukosa pucat, kualitas pulsus jelek, takipneu,
temperatur tubuh rendah, gaduh gelisah, pengisian kapiler melambat.
35
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
terjadi
hipoksia
jaringan
terjadi
2. Pemantauan awal
a. Respon terhadap fluid challenge
b. Pantau produksi urine
c. Pemeriksaan penunjang
3. Resusitasi Lanjut
a. Bila fluid challenge non responsive
b. Intubasi dan ventilasi mekanik
c. Pasang CVC dan loading hati-hati
36
37
No. ICD 10
Diagnosis
R56.01
Kejang Demam Sederhana (KDS)
Kejang Demam Komplek (KDK)
Kejang Lama
Status Epileptikus
3.
Pengertian
4.
Anamnesis
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
Pemeriksaan
Penunjang
(LP)
untuk
menegakkan
atau
9.
Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
saat
demam:
antipiretik
dan
ii.
iii.
Kejang fokal
iv.
ii.
26. Kepustakaan
42
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
Pemeriksaan
Penunjang
5. Sindrom Uremik
1. Darah lengkap, gula darah dan keton darah
2. Elektrolit darah dan osmolalitas serum
3. Analisa gas darah
4. BUN, serum kreatinin (catatan: pemeriksaan serum kreatinin
mungkin meningkat karena keton yang positif)
5. Urinalisis dan pemeriksaan keton dalam urine (all urine until
negative)
6. Kultur darah bila ada indikasi
7. EKG
8. X - foto thoraks dan CT-scan kepala bila ada indikasi
9.
Konsultasi
10. Perawatan
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
EKG untuk
hipokalemia.
membantu
melihat
adanya
hiperkalemia
atau
3. Penggantian Natrium
Penggantian Na harus individual, berdasar monitoring laboratorium.
Elektrolit mula-mula harus diukur 2-4 jam sekali. Perkiraan
corrected Na (Natrium sebenarnya) dapat diperhitungkan dengan
rumus:
Corrected Na = Kadar Na+(terukur) + 1,6 (kadar gula darah 100mg/dl)
100
48
Sebelum
makan siang
Sebelum
makan malam
Tengah
malam
2/7 bagian
2/7 bagian
2/7 bagian
1/7 bagian
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
2. Intermediate
1. Edema Serebri
2. Hipokalemia
Tertulis
Paramedis yang terlatih dalam menangani DM tipe 1 (sudah mendapat
pelatihan DM pada anak)
4 hari
2 hari
Penderita sadar, asidosis terkoreksi dan gula darah stabil
Tidak diperlukan
Tidak diperlukan
Tergantung saat diagnosis dan ada tidaknya komplikasi
1. Untuk penderita DM tipe 1 baru: latihan cara injeksi insulin dan
pemeriksaan gula darah
2. Monitoring gula darah harian.
IA
Lama perawatan, mortalitas
Perburukan kondisi / perkembangan penyakit
1. Dunger DM, Sperling MA, Acerini CL, et al. European Society for
PediatricEndocrinology / Lawson Wilkins Pediatric Endocrine
Society Consensus Statement On Diabetic Ketoacidosis In Children
And Adolescents. Pediatrics 2004; 113:e133-40.
2. Wolfsdorf J, Craig ME, Daneman D, Dunger D, Edge J, Lee WRW,
et al. ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009, Diabetic
Ketoacidosis. Pediatric Diabetes 2009; 8: 118-33.
49