P 07.1
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir.
Anamnesis
Keadaan ibu selama hamil (sesuai dengan faktor etiologi), usia gestasi.
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis lengkap bayi baru lahir. Pemeriksaan skor Ballard untuk menilai usia
gestasi, dan diplot pada kurva Lubchenco untuk menilai kesesuaian berat lahir dengan usia
gestasi.
Klasifikasi :
A.Berdasarkan berat lahir :
1. Berat lahir kurang dari 1000 gr : bayi berat lahir amat sangat rendah
2. Berat lahir kurang dari 1500 gr : bayi berat lahir sangat rendah
3. Berat lahir kurang dari 2500 gr : bayi berat lahir rendah
C.Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi maka BBLR dapat diklasifikasikan menjadi:
1. SMK (sesuai masa kehamilan)
2. KMK (kecil masa kehamilan)
3. BMK (besar masa kehamilan).
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan berat lahir dan usia gestasi diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi di atas.
Diagnosis
Timbang berat bayi
Tentukan masa gestasi (hari pertama haid terakhir, Skor Ballard)
Tentukan bayi sesuai masa kehamilan atau kecil masa kehamilan dengan menggunakan
kurva pertumbuhan dan perkembangan intrauterin dari Battalgia dan Lubchenco
• Usia gestasi <37 minggu →prematuritas murni
• Usia gestasi ≥36 minggu → dismatur
• Usia gestasi <37 minggu dan berat lahir kurang untuk masa gestasi tersebut →
gabungan keduanya
Cari faktor penyebab/risiko yang mendasari
1
Diagnosis Banding
Sesuai klasifikasi
Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah, hemoglobin, leukosit, diff. count, serta pemeriksaan lain atas indikasi (foto
thoraks, ECG,USG).
Terapi
Indikasi rawat:
Semua bayi berat lahir kurang dari 1.500 gram
Usia gestasi ≤35 minggu
Bayi dengan komplikasi
Perawatan:
Dirawat dalam inkubator, jaga jangan sampai hipotermi, suhu bayi 36,5-37,5oC
Perawatan Metode Kangguru Intermitten
Bayi dengan distres pernapasan pengobatan lihat bab distres pernapasan.
Tentukan usia gestasi
Bayi BB ≥1.500 gram tanpa asfiksia dan tak ada tanda-tanda distres pernapasan dirawat
gabung
Bila bayi <1.500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM
Bayi-bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) diberi minum lebih dini (2 jam setelah lahir)
Periksa gula darah dengan dekstrostik bila ada tanda-tanda hipoglikemia
Kebutuhan cairan setiap kgBB/24 jam
• Hari ke 1 : 80 cc
• Hari ke 2 : 100 cc
• Hari ke 3 : 120 cc
• Hari ke 4 : 130 cc
• Hari ke 5 : 135 cc
• Hari ke 6 : 140 cc
• Hari ke 7 : 150 cc
• Hari ke 8 : 160 cc
• Hari ke 9 : 165 cc
• Hari ke 10 : 170 cc
• Hari ke 11 : 175 cc
• Hari ke 12 : 180 cc
• Hari ke 13 : 190 cc
• Hari ke 14 : 200 cc
Jenis Cairan IVFD :
• BB ≥2.000 gram : dekstrose 10% 500 cc + Ca glukonas 10%
• BB <2.000 gram : dekstrose 7½% 500 cc + Ca glukonas 10%
2
Kebutuhan Ca glukonas/hari : 5 cc / kg BB
Mulai hari ke-2 baru ditambahkan NaCl 15 % 6 cc/kolf dan KCl sesuai kebutuhan.
Hari kedua diberi protein 1 gram/kgBB/hari, dinaikkan perlahan-lahan 1½ gram, 2 gram,
2½ gram, 3 gram/kgBB/hari.
Pada bayi tanpa distres pernapan (RR <60 x/menit) dapat langsung diberi minum per oral
dengan menghisap sendiri atau dengan nasogastrik drip. Bila bayi tidak mentolerir semua
kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya dan
sisanya diberikan dengan IVFD.
Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB <1.500 gram secara sonde lambung,
kemudian dilanjutkan dengan menghisap langsung ASI dari ibu, secara bertahap 1 x/hari
dilanjutkan 2-3 x/hari dan seterusnya akhirnya sampai penuh sampai bayi dipulangkan.
Bayi dengan masa gestasi <32 minggu diberikan:
• Theophilin per oral dosis awal 6 mg dan dilanjutkan 1,5 mg/kgBB/kali tiap 8 jam
sampai masa gestasi 34 minggu atau kafein sitrat 5 mg /kgBB/hari maksimal 10
mg/kg BB/hari
• Theophilin juga diberikan pada bayi dengan masa gestasi 33 -34 minggu bila bayi
tersebut apnu yang disertai bradikardia dan sianosis.
Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga diberikan aminophylin IV dosis awal 7-8
mg/kgBB dilanjutkan dosis 2 mg/kgBB tiap 8 jam.
Edukasi
Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek dari BBLR dan perawtan
metode kangguru.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi A
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
Berat badan
Kemampuan minum
3
Target
Bayi sudah dapat minum secara adekuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada komplikasi.
Kepustakaan
1. Papageorgiou A., Pelausa E., Kovacs L. The extremely Low-Birth-Weight infant.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkin, 2005;459-89.
2. Anderson M.S., Hay W.W. Intrauterine growth restriction and the small-for-
gestational-age infant. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting.
Avery’s Neonatology, pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2005;490-522.
3. Grider D.L, Robinson T.L. Management of the extremely Low Birth Weight infant
during the first week of life. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE,
penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and drug.
Edisi 6. Newyork : Lange McGraw Hill, 2011;163-74.
4. Rao R. Intrauterine Growth Restriction (Small for Gestational Age). Dalam: Gomella
TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management,
procedur, on-call problem, desease, and drug. Edisi 6. Newyork : Lange McGraw Hill,
2011;558-67.
5. Lee. K.G. Identifying the high-risk newborn and evaluating gestational age,
prematurity, postmaturity, large-for-gestational-age, and small-for-gestational-age
infants. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of
Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2008;41-58.
6. Stewart J.E., Martin C.R., Joselow M.R. Follow-up care of very low birth weight
infants. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of
Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2008; 159-63.
7. Kliegman R.M. Intrauterine Growth Restriction. Dalam : Martin RJ, Fanaroff AA,
Walsh MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-perinatal medicine. Edisi ke 9.
Missouri: Elsevier, 2011; 245 - 76
8. American Heart Association and Amercan Academy of Pediatric. Textbook of neonatal
resuscitation. Kattwinkel J, penyunting. Edisi ke 6, 2011.
9. The low birthweight infant. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 77 – 86
4
ASFIKSIA PERINATAL
P 21.9
Definisi
Kegagalan bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga terjadinya gangguan
pertukaran gas (O2 dan CO2) yang mengakibatkan bayi baru lahir mengalami hipoksia,
hiperkarbia dan asidosis metabolik
Anamnesis
Faktor resiko ( etiologi ) → perkiraan asfiksia.
Riwayat persalinan → lahir langsung menangis ( bernapas spontan ) atau tidak.
Pemeriksaan Fisis
Dinilai appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (mimik wajah), activity
(tonus otot), respiratory effort (usaha nafas) pada menit 1 dan 5, kalau perlu setiap 5 menit
sampai menit 20 sesuai dengan kondisi bayi.
Penilaian bersamaan dengan langkah-langkah resusitasi. Sambil melakukan resusitasi,
menilai APGAR 1 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah selesai resusitasi, dilanjutkan
dengan perawatan pasca resusitasi, dipantau fungsi vital (nadi, pernafasan, kesadaran),
mencari komplikasi dan penyakit penyerta serta pemeriksaaan fisik lengkap.
Kriteria Diagnosis
1. Nilai APGAR 0 – 3 pada menit ke 5
2. Asidosis metabolik atau campuran ( pH darah arteri umbilikalis < 7 )
3. Manifestasi neurologik ( kejang, hipotoni, koma, ensefalopati hipoksik iskemik )
Diagnosis
Sesuai dengan nilai APGAR menit ke 5 dan manifestasi neurologis.
Diagnosis Banding
Neonatal ensefalopati
Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah, hemoglobin, leukosit, diff. count, serta pemeriksaan lain atas indikasi (foto
thoraks, ECG,USG).
Terapi
Sebelum melakukan langkah awal resusitasi lakukan penilaian awal:
1.Apakah cukup bulan ?
2.Apakah bernapas atau menagis ?
3.Apakah tonus otot baik ?
Bila ada jawaban “tidak“ dari ke tiga pertanyaan ini maka langkah awal resusitasi harus
dimulai, sedangkan bila semua jawaban “ya“ maka bayi tersebut hanya dilakukan perawatan
rutin saja (jaga kehangatan, bersihkan jalan napas dan keringkan).
5
A. Langkah Awal Resusitasi
Letakkan bayi di meja resusitasi dengan alat pemancar panas, letakkan pada posisi yang
benar, lakukan penghisapan (bila perlu), keringkan, rangsangan taktil, reposisi dan nilai:
pernapasan frekuensi jantung dan warna kulit.
C. Kompresi Dada
Indikasi:
Frekuensi jantung < 60 kali per menit setelah 30 detik mendapat VTP efektif dengan
oksigen 100%.
Frekuensi:
Kompresi dada dilakukan selama 60 detik. Setiap 2 detik dilakukan 3 kali kompresi dada
dan 1 kali VTP ( selama 60 detik dilakukan 90 kali kompresi dada dan 30 kali VTP
detik).
Evaluasi:
Setelah 60 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi, periksa frekuensi
jantung atau nadi. Bila frekuensi jantung:
a. Kurang dari 60 kali per menit: lanjutkan tindakan kompresi dada dan ventilasi dan
pemberian epinefrin.
b. 60 kali per menit atau lebih : hentikan tindakan penekanan dada tetapi lanjutkan
ventilasi dengan oksigen 100%.
6
D. Intubasi Endotrakeal
Indikasi :
a. Bila cairan amnion bercampur mekoneum dan bayi mengalami depresi napas, tonus
otot jelek atau denyut jantung < 100 kali permenit maka intubasi dilakukan pada
kesempatan pertama (perlu melakukan penghisapan melalui trakhea untuk
mengeluarkan mekoneum), sebelum memulai tindakan resusitasi yang lain.
b. Bila VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif (tidak mengembangkan dada) atau
memaksimalkan efisiensi VTP, membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai
ada hernia diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat amat sangat rendah
(berat lahir kurang dari 1.000 gram).
c. Bila diperlukan kompresi dada, intubasi memudahkan koordinasi kompresi dada dan
VTP.
E. Obat-obatan
Obat-obatan baru diperlukan pada resusitasi neonatus bila tidak memberikan respon
dengan pemberian VTP yang efektif dengan oksigen 100 % dan kompresi dada.
a. Epinefrin
Indikasi:
Frekuensi jantung tetap di bawah 60 kali per menit walaupun telah dilakukan paling
sedikit 60 detik ventilasi adekuat dengan oksigen 100% dan penekanan dada.
Frekuensi jantung nol. Bila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin harus
diberikan segera pada saat yang sama dengan VTP dan penekanan dada dimulai.
Pemberian:
Dosis 0,1-0,3 ml/kgBB epinefrin 1:10.000 intravena atau 0,5-1 ml/kgBB melalui
ETT, dapat diulang setiap 3-5 menit bila frekuensi denyut jantung kurang dari 60
kali per menit.
b. Cairan penambah volume darah
Bila bayi tidak memberikan respon terhadap resusitasi dan ada bukti kehilangan
darah maka indikasi pemberian cairan penambah volume darah, yaitu garam
fisiologis atau ringer laktat dengan dosis 10 ml/kgBB selama 30 menit.
c. Nalokson
Bila ibu mendapat morphin atau petidin dalam waktu 4 jam terakhir sebelum
persalinan dan tidak ada usaha napas, tetapi frekuensi jantung dan kulit normal
langsung diberikan Nalokson 0,1 mg/kgBB intravena melalui vena umbilikalis atau
pipa endotrakeal.
Ingatlah, walaupun didapatkan frekuensi jantung nol, penekanan dan ventilasi harus
dilanjutkan sampai diambil keputusan medik untuk menghentikan tindakan resusitasi.
Resusitasi dihentikan bila semua langkah dilakukan dengan baik selama 15 menit frekuensi
jantung tetap nol.
7
Edukasi
Penjelasan mengenai komplikasi jangka panjang dan jangka pendek dari asfiksia perinatal.
Penjelasan mengenai faktor risiko asfiksia neonatorum.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
Nilai Apgar dan manifestasi neurologis
Target
Tidak sesak, dengan frekuensi napas 40-60 kali per menit. Tidak ada tanda-tanda infeksi,
penyakit penyerta dan komplikasi telah teratasi dan bisa minum secara adekuat.
Kepustakaan
1. American Heart Association and Amercan Academy of Pediatric. Textbook of
neonatal resuscitation. Kattwinkel J, penyunting. Edisi ke 6, 2011.
2. Rehan KV, Phibbs RH. Delivery room management. Dalam : MacDonald MG, Seshia
MK, Mullett MD, penyunting. Avery’s Neonatology, pathopysiology & management of
the newborn. Edisi ke Philadelphia : Lippincot William & Wilkins, 2005; 302- 26.
3. Sill J. Perinatal asphyxia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE,
penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and drug.
Edisi ke 6. New York: Lange McGraw Hill, 2009;624-36.
4. Goldsmith JP. Delivery room resuscitaion of the newborn. Dalam : Martin RJ,
Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-perinatal
medicine. Edisi ke 9. Missouri: Elsevier, 2011;449-74
5. Papile LA, Adcock LM. Perinatal Asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi ke 6. Philadelphia : Lippincott
William & Wilkins, 2008; 518-28.
8
Newborn Resuscitation Algorithma
9
GAWAT NAPAS PADA NEONATUS
P 22.0
Definisi
Kumpulan dari 2 atau lebih gejala gangguan ventilasi paru yang ditandai dengan frekuensi
napas > 60 kali/menit; merintih pada waktu ekspirasi; retraksi interkostal, subkostal,
suprasternal, epigastrium; pernapasan cuping hidung dan sianosis.
Anamnesis
Masa gestasi, cara persalinan, nilai APGAR, air ketuban bercampur mekoneum, faktor resiko
atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38oC, leukosit ibu > 15.000/mm3 , air ketuban
keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus kasep ).
Pemeriksaan Fisis
Tergantung Bentuk Klinis :
1. Transient Tachypnoe of the Newborn : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis,
vesikuler normal
2. Penyakit Membran Hyalin : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun
dan tanda-tanda bayi kurang bulan.
3. Bronkopneumonia : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler dapat normal
atau menurun dan jarang ditemukan ronki.
4. Sindroma Aspirasi mekoneum : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler
dapat normal atau menurun, meconeum staining, dada dapat tampak lebih cembung.
5. Pnemothoraks : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, sela iga
melebar dan dada tampak lebih cembung, asimetris gerakan dinding dada.
6. Hernia Diafragmatika : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun,
dada tampak lebih cembung, perut skapoid, dapat terdengar peristaltik usus pada thoraks.
7. Kelumpuhan Syaraf Frenikus : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler
menurun dan sering ditemui palsi brakial Palsi ( parese/paralise Erb )
Kriteria Diagnosis
Ditemukan gejala klinis atau gejala klinis ditambah dengan hasil pemeriksaan penunjang
yang positip.
1. Transient Tachypnoe of the Newborn : gejala klinis + foto thoraks (hiperinflasi paru, peri
hillar cuffing, cairan di fisura interlobularis, diafragma lebih datar, kardiomegali ringan )
2. Penyakit Membran Hyalin : gejala klinis + foto thoraks (infiltrat retikulogranuler, air
bronchogram, batas jantung paru kabur, kolaps seluruh paru)
3. Bronkopneumonia : gejala klinis + foto thoraks (infiltrat tak spesifik)
4. Sindroma Aspirasi Mekoneum : gejala klinis + foto Thoraks (diafragma datar, sela iga
lebar, bercak infiltrat kasar)
5. Pneumothorak : gejala klinis + foto thoraks (radiolusen dan kolaps parsial atau total paru
yang terkena, pergeseran mediastinum, pendataran diafragma) + transiluminasi positip,
terutama pada bayi kecil.
6. Hernia Diafragmatika : gejala klinis + foto thoraks (tampak gambaran usus di rongga
thoraks).
10
7. Parese Syaraf Frenikus : gejala klinis + foto thoraks (elevasi diafragma sisi parese,
pergeseran mediastinum dan atelektasis) + USG (gangguan/berkurang gerakan diaragma
sisi parese)
Diagnosis
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding
Tergantung diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi ( foto toraks dan ultrasonografi )
Transiluminasi
Terapi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai dengan kebutuhan bayi
Mulai hari ke 2 ditambahkan NaCl 3 % sebanyak 30 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbonat (4 : 1). Bila dapat
diperiksa analisa gas darah, asidosis dan dikoreksi langsung dengan pemberian cairan
Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah
bisa minum per oral beri ASI atau susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator)
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin
diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus, tergantung dari etiologi gawat napas :
a. Pneumothorak :
Tidak ada tension pneumothorak : berikan oksigen 100 % selama 12 jam pada bayi
aterm ( nitrogen washing )
Dengan tension pneumothorak dilakukan pemasasangan kateter interkostal dengan
kontinuous suction (WSD)
Jika keadaan kritis dapat dilakukan aspirasi dengan menggunakan wing needle no.21
dan spuit 5 cc serta three way stopcock (diagnosis dan terapi)
b. Hernia Diafragmatika : operatif ( repair diafragma )
c. Parese Syaraf Frenikus : konservatif (bayi dimiringkan ke sisi parese), operatif bila
setelah 1 bulan tidak ada perbaikan (plikasi diafragma)
11
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi A
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
1. Klinis
2. Pemeriksaan penunjang
Target
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda infeksi
dan penyakit penyebab telah terkendali
Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. Bany-Mohammed F, Gomella T.L. Hyaline Membrane Disease. Dalam: Gomella TL,
Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management,
procedur, on-call problem desease, and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill,
2003;524-52.
4. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
12
5. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
6. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006;1097-
107.
7. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
13
PENYAKIT MEMBRAN HIALIN
P22.0
Definisi
Sindroma gawat nafas yang disebabkan defisiensi surfaktan
Anamnesis
Prematur, riwayat ibu DM, asfiksia, gemelli II, perdarahan ante partum, persalinan dengan
sectio cesaria
Pemeriksaan Fisik
Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun dan tanda-tanda bayi kurang
bulan.
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis + foto thoraks (infiltrat retikulogranuler, air bronchogram, batas jantung paru
kabur, kollaps seluruh paru)
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, klinis dan foto thorak
Diagnosis Banding
Transient Tachypnoe of the Newborn
Pneumonia
Sepsis
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi : foto thoraks
Terapi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan kebutuhan bayi
Mulai hari ke 2 ditambahkan NaCl 3 % sebanyak 30 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbonat ( 4 : 1 ) Bila dapat
diperiksa analisa gas darah, asidosis dan dikoreksi langsung dengan pemberian
cairan Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah
bisa minum per oral beri ASI atau susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble C PAP, ventilator )
14
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin
diganti dengan ceftazidim.
Edukasi
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda infeksi
dan penyakit penyebab telah terkendali
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
Klinis
Target
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda infeksi
dan penyakit penyebab telah terkendali
Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. Bany-Mohammed F, Gomella T.L. Hyaline Membrane Disease. Dalam: Gomella TL,
Cunningham MD,Eyal FG, Zenk KE, penyunting. Neonatology, management,
procedur, on-call problem desease, and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill,
2003;524-52.
4. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
15
5. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
6. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006;1097-
107.
7. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
16
SINDROMA ASPIRASI MEKONEUM
P24.0
Definisi
Masuknya air ketuban yang bercampur mekoneum ke dalam saluran nafas
Anamnesis
Masa gestasi, cara persalinan, nilai APGAR, air ketuban bercampur mekoneum, faktor resiko
atau faktor predisposisi infeksi (suhu ibu > 38o C, leukosit ibu > 15.000/mm3, air ketuban
keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus kasep ).
Pemeriksaan Fisis
Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler dapat normal atau menurun,
meconeum staining, dada dapat tampak lebih cembung.
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis + foto Thoraks ( diafragma datar, sela iga lebar, bercak infiltrat kasar )
Diagnosis
Sesuai klinis dan foto thoraks
Diagnosis Banding
Pneumonia
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi : foto thoraks
Terapi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan kebutuhan bayi
Mulai hari ke 3 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbonat ( 4 : 1 ) Bila dapat
diperiksa analisa gas darah, asidosis dan dikoreksi langsung dengan pemberian
cairan Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah
bisa minum per oral beri ASI atau susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin
diganti dengan ceftazidim.
17
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
Klinis : Tanda-tanda gawat nafas
Target
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda infeksi
dan penyakit penyebab telah terkendali
Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
4. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
5. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006;1097-
107.
18
6. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
19
HERNIA DIFRAGMATIKA
K44.9
Definisi
Adanya defek pada diafragma sehingga isi abdomen masuk ke rongga thoraks
Anamnesis
Riwayat afiksia dan sesak nafas sejak lahir
Pemeriksaan Fisis
Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, dada tampak lebih cembung,
perut skapoid, dapat terdengar peristaltik usus pada thoraks
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis + foto thoraks ( tampak gambaran usus di rongga thoraks )
Diagnosis
Sesuai klinis dan foto thoraks
Diagnosis Banding
Eventrasi diafragma kongenital
Kelumpuhan syaraf phrenikus
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED dan CRP.
Radiologi : foto thoraks
Terapi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan kebutuhan bayi
Mulai hari ke 2 ditambahkan NaCl 15 % sebanyak 6 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbonat ( 4 : 1 ) Bila dapat
diperiksa analisa gas darah, asidosis dan dikoreksi langsung dengan pemberian
cairan Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah
bisa minum per oral beri ASI atau susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin
diganti dengan ceftazidim.
20
3. Terapi khusus : Operatif ( repair diafragma ). Tidak boleh dilakukan VTP dengan balon
sungkup → dengan ETT
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
Klinis : Tanda-tanda gawat nafas
Foto thoraks
Target
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda infeksi
dan penyakit penyebab telah terkendali
Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
4. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
21
5. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006;1097-
107.
6. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Medicine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
22
PERDARAHAN PARU
P26.9
Definisi
Terdapatnya darah di saluran napas yang disertai perburukan klinis penderita dan bukan
disebabkan oleh trauma
Anamnesis
Terdapat darah yang keluar dari endotracheal tube atau dari laring.
Pemeriksaan Fisik
Terdapat darah atau keluar dari endotracheal tube atau dari laring pada bayi yang tidak
diintubasi. Hipoaktif, pucat, takikardi, hipotensi, sesak, sianosis, vesikuler melemah. Pada
perdarahan masif klinis penderita cepat memburuk. Mungkin dapat ditemui manifestasi
perdarahan di tempat lain.
Kriteria Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Terdapat darah atau keluar dari endotracheal tube atau dari laring pada bayi yang tidak
diintubasi. Hipoaktif, pucat, takikardi, hipotensi, sesak, sianosis, vesikuler melemah.
Pada perdarahan masif klinis penderita cepat memburuk. Mungkin dapat ditemui
manifestasi perdarahan di tempat lain.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, hematokrit, lekosit, hitung jenis,
trombosit, clotting time, prothrombin time, partial thromboplastin time, trombin time,
analisis gas darah.
3. Radiologi: foto thoraks: pada perdarahan lokal terdapat infiltrat (pachy, linier atau
noduler) dan pada perdarahan masif didapati gambaranradio opaque pada kedua
lapangan paru dengan air bronchogram
Diagnosis
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding
Ditujukan pada etiologi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan hematologi (kadar hemoglobin, hematokrit, lekosit, hitung jenis,
trombosit, clotting time, prothrombin time, partial thromboplastin time, trombin time,
b. Analisis gas darah.
2. Radiologi : foto thoraks: pada perdarahan lokal terdapat infiltrat (pachy, linier atau
noduler) dan pada perdarahan masif didapati gambaran radio opaque pada kedua lapangan
paru dengan air bronchogram
23
Terapi Umum :
1. Bersihkan jalan napas
2. Perbaiki tekanan darah
3. Koreksi asidosis
4. Transfusi darah (bila perlu)
5. Obati penyebab yang mendasari → termasuk pemberian vit.K , pemberian FFP
Terapi Khusus :
1. Ventilator terpasang:
a. Bersihkan jalan napas melalui ETT
b. Tingkatkan FiO2
c. Tingkatkan PEEP sampai 6-8 cmH2O
d. Pertimbangkan untuk meningkatkan PIP
2. Bila tidak menggunakan ventilator:
a. Bersihkan jalan nafas
b. Pertimbangkan pemasangan ventilator
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpA
Dr. Indrayady, SpA
Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s
Neonatology, pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;573-4.
24
2. Pulmonary hemorrhage. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE,
penyunting. Neonatology, management, procedures, on-call problems, desease ,and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2004;304-5.
3. Louis N.A. Pulmonary hemorrhage. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR,
penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins, 2008;366-68.
4. Jobe A.H. The respiratory system. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA. Walsh MG,
penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Sint Louis :
Mosby Elsevier, 2006;1127.
5. Massive pulmonary haemorrhage. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,
penunting. Essential Neonatal Medicine, Edisi 4. Australia: Blackwell Publishing,
2008; 104.
25
INFEKSI PADA NEONATUS
P 38
Definisi
Sindroma klinis dari infeksi lokal / sistemik pada bayi yang terjadi dalam bulan pertama
kehidupan (0-28 hari)
Tersangka infeksi adalah bila bayi baru lahir mempunyai faktor resiko / predisposisi untuk
infeksi adalah:
Suhu ibu >38oC
Leukosit ibu >15.000/mm3
Air ketuban keruh dan bau busuk
Ketuban pecah >12 jam
Partus kasep
Anamnesis
Faktor resiko atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38° C, leukosit ibu > 15.000/mm3 ,
air ketuban keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus kasep ), perawatan tali
pusat, pemberian zalf mata setelah melahirkan.
Pemeriksaan Fisis
Tergantung bentuk klinis ( infeksi lokal / sistemik ) :
1. Omfalitis : indurasi & eritema sekitar umbilikus, bau busuk kadang kadang terdapat pus.
2. Oftalmia neonatorum gonoroeka : timbul umur 2 – 5 hari, pada mata ditemukan edema
kelopak mata, palpebra/konjungtiva merah, Sekret pus, banyak, bisa mengenai satu mata
atau dua mata.
3. Bronkopneumonia : dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler dapat normal
atau menurun dan jarang ditemukan ronki.
4. Gastroenteritis : diare, muntah perut kembung dan tanda tanda dehidrasi.
5. Klinis sepsis, didapatkan gejala sepsis, namun tidak didukung hasil pemeriksaan
laboratorium. Gejala klinis sepsis terdiri atas:
a. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang disertai penurunan
berat badan, keadaan umum memburuk hipotermi/hipertermi
b. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang, hipotoni/hipertoni,
serangan apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.
c. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
d. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
e. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
f. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi, edema, dingin.
g. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
6. Sepsis : gejala klinis sepsis ditambah lebih dari satu pemeriksaan laboratorium yang
positip (lekosit < 5000/mm3 atau > 34.000/mm3, I/T ratio 0,2 atau lebih, mikro LED>15
mm/jam, CRP > 9mg/dL)
7. Meningitis : sepsis ditambah hasil pemeriksaan cairan serbrospinal yang positip
26
Kriteria Diagnosis
Ditemukan gejala klinis atau gejala klinis ditambah dengan hasil pemeriksaan penunjang
yang positif.
1. Omfalitis : gejala klinis
2. Oftalmia neonatorum gonoroeka : gejala klinis + ditemukan diplokokus gram negatip
intra & ekstraseluler di sekret mata
3. Bronkopneumonia : gejala klinis + gambaran infiltrat pada foto thorak.
4. Gastroenteritis : gejala klinis
5. Tersangka infeksi : bila bayi baru lahir mempunyai faktor resiko / predisposisi untuk
infeksi, yaitu : suhu ibu >38oC, leukosit ibu ≥ 25.000/mm3 , air ketuban keruh dan bau
busuk, ketuban pecah > 12 jam dan partus kasep
6. Klinis sepsis : gejala klinis
7. Sepsis : gejala klinis + lebih dari 1 hasil pemeriksan laboratorium yang positip atau
kultur darah yang positip.
8. Meningitis : gejala klinis sepsis + hasil pemeriksan cairan serebrospinalis :
Tes Pandy : + atau ++
Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam : >100/mm3
umur 2 s/d 7 hari : >50/mm3
umur >7 hari : >32/mm3
Diff. count : PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa menurun
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED, dan kultur dan tes resistensi
LCS : Protein, sel diff. count, pengecatan gram dan kultur
Urin : Rutin dan kultur dan tes resistensi
USG transfontanela : terutama untuk melihat komplikasi meningitis (ventrikulitis dan
hidrosefalus)
Terapi
1. Omfalitis
Bersihkan tali pusat dengan alkohol 70 % dan povidon iodin
Beri antibiotika ampisilin dan gentamisin
2. Oftalmia Neonatorum gonoroeka
Isolasi, irigasi mata dengan ringer laktat, beri antibiotika ceftriakson
dosis tunggal 25-50 mg/kgBB ( maksimal 125 mg ).
Profilaksis : Salep mata tetrasiklin diberikan segera pada semua
bayi baru lahir
3. Bronkopneumonia
a. Pemberian cairan
27
IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai dengan kebutuhan bayi
Mulai hari ke 2 ditambahkan NaCl 3 % sebanyak 30 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbonat ( 4 : 1 ) Bila
dapat diperiksa analisa gas darah, asidosis dan dikoreksi langsung dengan
pemberian cairan Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 2-3 g/kgBB/hari. Bila
sudah bisa minum per oral beri ASI atau susu formula
b. Terapi oksigen
c. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari,
gentamisin diganti dengan ceftazidim, lama pemberian 5-7 hari
4. Gastroenteritis
a. Pemberian Cairan:
GEAD ringan-sedang : Diberikan IVFD.
GEAD berat
Dengan asidosis: dekstrose 5% 480 cc + Bicnat 7½% 10-20cc
Tanpa asidosis atau asidosis telah teratasi: dekstrose 5% 500 cc + NaCl 3%
sebanyak 30 cc
Jumlah dan kecepatan pemberian pada dehidrasi berat:
4 jam pertama 100 cc/kgBB atau 25 tetes/kgBB/menit
(mikrodrip)
20 jam berikutnya 150 cc/kgBB atau 7½ tetes/kgBB/menit
b. Obat-obatan:
Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin.
Anti jamur : Nystatin bila ada indikasi.
c. Minum:
Langsung diberikan ASI begitu bayi dapat minum, bila bayi mendapat PASI di
rumah diberikan susu yang sama dengan pengenceran setengah kemudian penuh.
5. Tersangka infeksi
Pada bayi langsung diberikan Ampisilin dan gentamisin
Bila selama observasi ditemukan tanda infeksi baik klinis dan laboratoris, antibiotika
diganti dengan Ceftazidime.
6. Sepsis dan klinis sepsis
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime. Bila dicurigai infeksi oleh karena stafilokokkus maka
diberikan sefalosporin generasi ke-2, 50 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian, bila
tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk,
pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih poten, misalnya meropenem, atau
sesuai dengan hasil tes resistensi. Antibiotika diberikan 7-10 hari (antibiotik
dihentikan setelah klinis membaik 5 hari)
7. Meningitis
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
28
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime
Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk,
pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih poten, misalnya meropenem, atau
sesuai dengan hasil tes resistensi. Antibiotika diberikan 21 hari
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Target
Klinis membaik dan tanda-tanda infeksi telah teratasi
Kepustakaan
1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections. Dalam:
MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;1235-73.
2. Asril Aminullah. Sepsis pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI, 2008;170-87.
3. Naglie R. Infectious Diseases. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;434-68.
4. Puopolo K.M. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;274-300.
29
5. Edwards M. S. Postnatal bacterial infections. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh
MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Misouri :
Mosby Elsevier, 2006;791-829.
6. Infection. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 61 – 76
7. Klein J.O., Nizet V. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Remington JS, Jerome O,
Klein MD, penyunting. Remington’s Infectious Disease of the Fetus and Newborn
Infant. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;222-75.
8. Barnett E.D., Klein J.O. Bacterial infections of the respiratory tract. Dalam: Remington
JS, Jerome O, Klein MD, penyunting. Remington’s Infectious Disease of the Fetus and
Newborn Infant. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;276-95.
9. O’Ryan M.L., Nataro J.P., Cleary T.G., Microorganisms responsible for neonatal
diarrhea. Dalam: Remington JS, Jerome O, Klein MD, penyunting. Remington’s
Infectious Disease of the Fetus and Newborn Infant. Edisi 5. Philadelphia : WB
Saunders Company, 2001;359-418.
10. Embree J.E. gonococcal infections. Dalam: Remington JS, Jerome O, Klein MD,
penyunting. Remington’s Infectious Disease of the Fetus and Newborn Infant. Edisi 5.
Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;516-23.
30
OPHTALMIA GONNORRHOIKA NEONATORUM
A54.3
Definisi
Konjungtivitis neonatus yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
Anamnesis
Timbul umur 2 – 5 hari, pada mata ditemukan sekret pus, banyak, bisa mengenai satu mata
atau dua mata.
Pemeriksaan Fisis
Pada mata ditemukan edema kelopak mata, palpebra/konjungtiva merah, sekret pus, banyak,
bisa mengenai satu mata atau dua mata.
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis + ditemukan diplokokus gram negatip intra & ekstraseluler di sekret mata
Diagnosis
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding
Konjungtivitis akut
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, dan mikro LED.
Pengecatan gram dari sekret mata ditemukan kuman gram negatif diplokokus (bentuk biji
kopi) intra dan ekstra sel.
Terapi
Isolasi, irigasi mata dengan ringer laktat, beri antibiotika ceftriakson dosis tunggal 25-50
mg/kgBB ( maksimal 125 mg ).
Profilaksis : Salep mata tetrasiklin diberikan segera pada semua bayi baru lahir
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
31
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Kepustakaan
1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections. Dalam:
MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;1235-73.
2. Naglie R. Infectious Diseases. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;434-68.
3. Puopolo K.M. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;274-300.
4. Edwards M. S. Postnatal bacterial infections. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh
MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Misouri :
Mosby Elsevier, 2006;791-829.
5. Infection. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 61 – 76
6. Embree J.E. gonococcal infections. Dalam: Remington JS, Jerome O, Klein MD,
penyunting. Remington’s Infectious Disease of the Fetus and Newborn Infant. Edisi 5.
Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;516-23.
32
KEJANG PADA NEONATUS
P90
Definisi
Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik
(misalnya perilaku, sensorik, motorik dan fungsi autonom sistem syaraf) yang terjadi pada
bayi berumur sampai dengan 28 hari pertama kehidupan.
Anamnesis
a. Riwayat kejang dalam keluarga
b. Riwayat kehamilan : infeksi TORCH, preeklamsia, gawat janin
c. Riwayat persalinan : asfiksia, trauma persalinan, ketuban pecah sebelum waktunya
d. Riwayat paska natal : infeksi, ikterus, infeksi tali pusat, waktu timbulnya kejang dan
bentuk klinis kejang.
Pemeriksaan Fisik
a. Bila penderita dalam keadaan kejang identifikasi bentuk klinis kejang.
b. Tanda vital
c. Pemeriksaan kepala : jejas persalinan, ubun-ubun besar (tegang atau membonjol),
hydrosefalus (lingkaran kepala dan transiluminasi), pemeriksaan mata (korioretinitis
yang dapat disebabkan infeksi sitomegalovirus, rubela dan toksoplasmosis)
d. Pemeriksaan tali pusat omfalitis
Kriteria Diagnosis
a. Apabila ditemukan manifestasi klinis dari kejang ( tergantung bentuk klinis kejang )
b. Dilanjutkan dengan mencari etiologi kejang berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gula darah, elektrolit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis,trombosit,
kultur darah, kadar bilirubin bila ada ikterus, USG kepala dan EEG
Terapi
a. Jalan napas bersih dan terbuka serta beri bantuan respirasi dan terapi oksigen bila
diperlukan.
b. Pasang jalur intara vena dan beri cairan dekrose 10 % dengan dosis rumatan.
c. Bila ada hipoglikemia, tangani hipoglikemianya.
d. Bila ada hipokalsemi, berikan kalsium glukonas 10% 3 cc/kgBB diberikan secara
perlahan-lahan melalui drip (10 cc Ca glukonas + 90 cc dekstrose 10 % + NaCl 15% 6
cc)
33
e. Bila ada kejang, berikan phenobarbital loading dose 20 mg/kgBB IV/IM kemudian
dilanjutkan dengan 3 mg/kgBB/kali setiap 12 jam per oral/IM, kalau dosis awal kejang
belum teratasi bisa diberikan lagi dosis 10 mg/kgBB.
Bila masih kejang berikan phenobarbital 10 mg/kgBB (max 40 mg/kgBB)
Bila masih kejang berikan phenytoin 15-20 mg/kgBB intravena selama 30 menit
dilanjutkan maintenance 3-5 mg/kgBB/hari (2 kali pemberian)
f. Bila gagal, berikan lorazepam 0,05-0,1 mg/kgBB intravena ulangi 2-3 dosis tiap 15
menit (dosis maksimal 0,1 mg/kg BB). Bila lorazepam tidak tersedia dapat diberikan
diazepam 0,1-0,3 mg / kg BB/intravena pada bayi tanpa ikterus atau umur >7 hari dan
dilanjutkan dengan 0,2 mg/kgBB/kali
g. Bila hipomagnesemi MgSO4 0,25 cc/kgBB IM
h. Bila dicurigai defisiensi piridoksin diberikan piridoksin 25-50 mg IV (bila semasa hamil
ibu banyak makan vitamin B6)
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor resiko, penatalaksaan serta komplikasi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Kepustakaan
1. Hill A. Neurological and neuromuscular disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet
MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology, pathophysiology & managementof
the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins, 2005;1384-1409.
2. Gatot I. Sarosa. Kejang dan spasme. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa
GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI, 2008;226-50.
34
3. Pathak A. Neonatal Seizures. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;496-500.
4. Plessis A.J. Neonatal seizures. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR,
penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins, 2008;483-98.
5. Scher M.S. Seizures in Neonates. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC,
penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri :
Mosby Elsevier, 2006;956-65.
6. Neurological disorders. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S penyunting.
Essential Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ;
206 - 224
7. Volpe J.J. Neonatal Seizures. Dalam: Volpe J.J. Neurology of the newborn,
penyunting. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders, 2008; 203-44.
35
NEONATAL HIPOGLIKEMI
P70.4
Definisi
Kondisi bayi dengan kadar glukose darah kurang nilai normal ( < 45 mg/dL ) yang dapat
menimbulkan gejala (simptomatis) atau tidak (asimptomatis).
Anamnesis
Cari faktor resiko : bayi dari ibu DM, neonatus besar masa kehamilan, neonatus kecil masa
kehamilan, bayi prematur/postmatur, neonatus puasa, polisitemia dan eritroblastosis.
Pemeriksaan Fisis
Dapat asimptomatik atau simptomatik (apatis, hipotoni, muntah, sianosis, apnu, twitching /
kejang, nistagmus dan temperatur tidak stabil).
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan pemeriksan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu bila kadar gula darah < 45
mg/dL.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gula darah, elektrolit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis,trombosit,
kultur darah
Terapi
1. Curigai dan antisipasi hipoglikemia neonatus dengan faktor resiko.
2. Bila hipoglikemia asimptomatik pemberian makanan sedini mungkin, bila dua kali
pemberian makan dini (interval 2 jam) tidak berhasil berikan IVFD dekstrose 10%
3. Bila hipoglikemia simptomatik berikan dekstrose10% dengan inisial 2 cc/kgBB
diboluskan dengan kecepatan 1 cc/menit, dilanjutkan IVFD dekstrose 10% (jumlah
cairan sesuai umur dan berat badan) atau infus Glukose 10 % dengan GIR 6-8
mg/kg/mnt. Cek ulang kadar gula darah 30 sampai 60 menit setelah pemberian bolus.
4. Bila kadar gula darah ≥ 45 mg/dL, monitor kadar gula darah setiap 2 jam dalam 6 jam
pertama, selanjutnya setiap 4 jam. Bila 2 kali pemeriksaan kadar gula darah stabil tidak
perlu dimonitor lagi. Bila kadar gula darah normal tidak tercapai dalam 4 jam, maka
diberi dekstrose 12,5%.
5. Bila 4 jam belum tercapai kadar gula darah normal, maka ditambahkan Hidrokortison 5
mg/kgBB dalam cairan infus setiap 12 jam atau prednison 2 mg/kgBB dibagi 3 dosis.
Dalam keadaan lanjut (menjadi progresif) baru dipertimbangkan penyebab yang jarang
seperti “inborn error of metabolism”, tumor pankreas dan lain-lain
36
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
1. Klinis
2. Gula darah sewaktu lebih dari 45 mg/dl
Target
Hipoglikemi, penyebab dan komplikasi telah teratasi
Kepustakaan
1. Ogata E.S. Carbohydrate homeostasis. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M,
penyunting. Avery’s Neonatology pathophysiology & managementof the newborn.
Edisi 6. Philadelphia : Lippincott William & Walkins, 2005;876-91.
2. Gilmore M.M. Hypoglicemia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 3. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;262-6.
3. Wilker R.E. Hypoglicemia and hyperglicemia. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;540-9.
4. Kalhan S.C., Parimi P.S. Disorders of carbohydrate metabolism. Dalam: Martin RJ,
Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal
Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006; 1467-90.
5. Hypoglycemia. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 158 – 163.
37
Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016
Ketua Departemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Neonatologi/NICU
38
JEJAS AKIBAT PERSALINAN
P12.3
Definisi
Gangguan pada struktur atau fungsi tubuh yang terjadi akibat efek samping proses persalinan
Anamnesis
1. Ibu : primi para, ibu dengan CPD, prolong atau rapid labour, oligohydramnion,
malpresentasi janin
2. Persalinan : vacum ekstrasi, forceps ekstraksi, versi ekstraksi
3. Janin : BBLR, prematuritas, makrosomia, kelainan kongenital
Pemeriksaan Fisis
1. Paralisis Ducchene Erb
Pemeriksaan fisis:
Lengan adduksi dan endorotasi
Ekstensi sendi bahu
Pronasi sendi bahu
Fleksi pergelangan tangan
Tidak didapat refleks moro, bisep maupun radius.
2. Paralisis Klumpke
Gambaran klinis: pergelangan tangan lumpuh, paresis otot-otot tangan, refleks memegang
kurang dan biasanya terdapat gangguan sensorik.
3. Paralisis plexus brakialis total
Gabungan dari paralisis Ducchene Erb dan Klumpke, seluruh lengan lumpuh dan semua
refleks menghilang.
4. Paralisis N. Phrenikus
Gambaran klinis:
Ditemukan pada bayi dengan trauma pleksus brakialis
Jam-jam pertama setelah lahir terjadi kesukaran bernapas
Takipnu dan sianosis
Kasus yang berat gejala muncul segera setelah lahir.
Pernapasan paradokdal atau gerakan see saw
Pemeriksaan fisik didapatkan gerakan melemah pada hemi thoraks yang parese.
Suara napas melemah pada auskultasi pada hemidiafragma yang terkena
5. Paresis Saraf Fasialis Perifer
Gambaran klinis tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf
Dapat terlihat segera setelah lahir, lebih jelas lagi pada hari kedua atau ketiga
Bila ringan tampak muka asimetri saat menangis
Pada kerusakan yang berat atau komplit, kelopak mata terbuka pada waktu menangis,
mata akan terbuka lebih lebar pada sisi yang sakit pada keadaan istirahat dan plika
nasolabialis mendatar serta muka tampak asimetris
39
Kriteria Diagnosis
1.Paralisis Ducchene Erb
Diagnosis:
Pemeriksaan fisik:
Lengan adduksi dan endorotasi
Ekstensi sendi bahu
Pronasi sendi bahu
Fleksi pergelangan tangan
Tidak didapat refleks moro, bisep maupun radius.
2. Paralisis Klumpke
Diagnosis:
Gambaran klinis: pergelangan tangan lumpuh, paresis otot-otot tangan, refleks memegang
kurang dan biasanya terdapat gangguan sensorik.
3. Paralisis plexus brakialis total
Gabungan dari paralisis Ducchene Erb dan Klumpke, seluruh lengan lumpuh dan semua
refleks meghilang.
4.Paralisis N. Phrenikus
Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan dengan:
Pemeriksaan klinis
Gambaran radiologis. Pada fluoroskopi atau USG akan terlihat gerakan yang tertinggal
pada diafragma yang mengalami paralisis
Radiologi :
Pada foto thoraks tampak elevasi ( tampak lebih tinggi ) hemidiafragma yang lumpuh. Pada
fluoroskopi atau USG akan terlihat gerakan diafragma yang mengalami paralisis tertinggal
5. Paresis Saraf Fasialis Perifer
Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ditemui dan adanya riwayat trauma pada
persalinan.
Terapi
1.Paralisis Ducchene Erb
Tindakan:Immobilasi selama 2-3 minggu dengan posisi tangan diletakkan di atas perut.
Mulai fisioterapi setelah 7 - 10 hari.
Sembuh total dapat sampai 18 bulan
40
2. Paralisis Klumpke
Tindakan:
Pergelangan tangan diletakkan dalam posisi netral, diberi genggaman. Dalam keadaan ringan
dapat sembuh sendiri dalam 3-6 minggu. Bila tidak sembuh perlu pemeriksaan saraf dan
konsultasi ke bedah ortopedi
3.Paralisis N. Phrenikus
Penatalaksanaan:
Tidak ada penatalaksanaan khusus
Bayi ditidurkan miring pada posisi yang sakit
Terapi oksigen
Cairan nutrisi parenteral
Rangsangan listrik perkutaneus pada N. Frenikus
Antibiotika diberikan bila ada indikasi.
Tindakan bedah dilakukan bila terdapat gangguan pernapasan yang berat dan terapi
konservatif tidak ada perbaikan selama 1 bulan.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
41
Indikator Medis Klinis
Kepustakaan
1. Gilmore M.M. Traumatic delivery. Dalam: Gomella TL, Cunningham, MD, Eyal FG,
Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedures, on-call problems,
desease, and drug. Edisi 5, Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;314-20.
2. Abdulhayoglu E. Birth Trauma. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR,
penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6, Philadelphia : Lippincott William &
Walkins, 2008;228 -36.
3. Mangurten H.H. Birth Injuries. Dalam: Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal
Medicine. Edisi 8, Mosby Elsevier, 2006;529-60.
4. Birth injury. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 35 - 40.
42
IKTERUS NEONATORUM
P 59.9
Definisi
Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus
pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonyugasi yang berlebih.
Hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin plasma lebih dari 5 - 7 mg/dL
Anamnesis
Lakukan anamnesis riwayat kehamilan (penyakit yang diderita ibu selama kehamilan),
riwayat persalinan (masa gestasi, cara persalinan), faktor resiko infeksi (sepsis), golongan
darah ibu dan ayah, kapan timbulnya ikterus, riwayat ikterus pada anak sebelumnya
Pemeriksaan Fisis
Terlihat kuning pada sclera, mukosa dan kulit.
Cari manifestasi klinis dari penyakit atau kelainan patologis yang menyebabkan ikterus
untuk memperkirakan ikterus fisiologis atau non fisiologis.
Kriteria Diagnosis
Sesuai dengan etiologi diatas.
Untuk mencari etiologi perlu dilakukan :
Anamnesis sedini dan secermat mungkin mengenai riwayat kehamilan dan persalinan
Ikterus timbul pada hari 1: periksa kadar bilirubin, darah tepi lengkap, golongan darah
ibu dan bayi, Coomb test
Ikterus timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3: periksa kadar bilirubin, periksa darah tepi
lengkap, golongan darah ibu dan bayi, Coomb test (bila peningkatan bilirubin >5 mg%
dalam 24 jam, karena masih ada kemungkinan penyebabnya inkompabilitas ABO atau
Rh), pemeriksaan enzim G6PD
Ikterus timbul pada hari ke 4 atau lebih: periksa kadar bilirubin, periksa darah tepi,
pemeriksaan enzim G6PD
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Kadar bilirubin, hemoglobin, lekosit, Diff.count, trombosit, mikro LED, golongan
darah ibu dan anak, kultur dan Coomb test
Terapi
Foto terapi atau transfusi tukar bila ada indikasi berdasarkan Grafik AAP pada bayi
dengan masa gestasi > 35 minggu dan berdasarkan tabel terlampir untuk bayi preterm
dan bayi berat blahir rendah.
43
Foto terapi dihentikan bila kadar bilirubin tidak meningkat lagi dan kadarnya lebih dari 3
mg/dL dibawah garis resiko.
Tranfusi tukar dilakukan dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan darah ibu
dan anak. Jumlah darah diberikan 2 kali volume darah bayi. Sebelum dan sesudah
tranfusi tukar lakukan terapi sinar.
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor resiko dan penatalaksanaan serta komplikasi
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
1. Klinis
2. Kadar bilirubin serum
Target
Kadar bilirubin serum sudah dibawah indikasi fototerapi dan etiologi sudah teratasi.
Kepustakaan
1. Maisels M.J. Jaundice. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting.
Avery’s Neonatology, pathophysiology & managementof the newborn. Edisi 6.
Philadelphia : Lippincot William & Wilkins, 2005;768-846.
2. Abdulrahman Sukadi. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI, 2008;147-69.
3. Gilmore M.M. Hyperbilirubinemia. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG,
Zenk KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease,
and drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;244-50.
4. Martin C.R., Cloherty J.P., Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP,
Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Wilkins, 2008;181-212.
44
5. Wong R.J., DeSandre G.H. Sibley E., Stevenson D.K. Neonatal Jaundice and Liver
Disease. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier,
2006;1419-65.
6. Jaundice. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S,penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 130 – 41
45
PANDUAN TERAPI SINAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Kadar bilirubin yang digunakan adalah bilirubin total. Jangan dikurangi dengan bilirubin
direk.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def. G6PD, asfiksia, letargi yang nyata,
instabilitas suhu, sepsis, asidosis atau kadar albumin <3 g/dl (bila diukur)
Untuk bayi usia 35-37 6/7 minggu bila keadaan umum bayi dapat dipertimbangkan kadar
bilirubin pada garis risiko sedang, trutama pada usia yang lebih mendekati batas 37 6/7.
Fototerapi dapat dilakukan sampai kadar bilirubin total 2-3 mg/dl dibawah garis pedoman.
46
PANDUAN TRANFUSI TUKAR PADA BAYI USIA > 35 MINGGU ( Sumber : AAP )
Keterangan:
Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan keaadan tanpa patokan pasti karena
terdapat terdapat pertimbangan klinis dan tergantung respon terhadap fototerapi.
Transfusi tukar dianjurkan segera dilakukan bila bayi menunjukkan tanda-tanda ensefalopati
bilirubin akut atau bila kadar bilirubin total ≥5 mg/dl di atas garis pedoman.
Faktor risiko adalah: penyakit hemolitik isoimun, def G6PD, asfiksia, letargi yang nyata,
instabilitas suhu, sepsis, asidosis.
Hitung kadar albumin serum dan hitung rasio bilirubin/albumin.
Gunakan kadar bilirubin total.
47
Rasio bilirubin total / albumin sebagai penunjang untuk memutuskan transfusi tukar
Rasio B /A Saat Transfusi Tukar
Harus Dipertimbangkan
Rasio BT/Alb Rasio BT/Alb
Bayi > 38 0/7 mg 8,0 0,94
Bayi 35 0/7 mg – 36 6/7 mg dan sehat atau > 38 07 7,2 0,84
mgJika resiko tinggi atau iso imune hemolytic
disease atau Defisiensi G6PD
Bayi 35 0/7 – 37 6/7 mg, jika resiko tinggi atau 6,8 0,80
IsoimMune hemolytic desease atau defisiensi G6PD
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan berat badan
Bilirubin Total [ mg/dL ( umol/L ) ]
Berat Badan ( g ) Terapi Sinar Transfusi tukar
< 1500 5 – 8 ( 85 – 140 ) 13 – 16 ( 220 – 275 )
1500 – 1.999 8 – 12 ( 140 – 200 ) 16 – 18 ( 275 – 300 )
2000 – 2.499 11 – 14 ( 190 – 240 ) 18 – 20 ( 300 – 340 )
Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan masa gestasi
Bilirubin Total [ mg/dL ( umol/L ) ]
Masa gestasi ( mg ) Terapi sinar Transfusi tukar bayi Tranfusi tukar bayi
sehat sakit
36 14,6 (250) 17,5 (300) 20,5 (350)
32 8,6 (150) 14,6 (250) 17,5 (300)
28 5,8 (100) 11,7 (200) 14,6 (250)
24 4,7 (80) 8,8 (150) 11,7 (200)
48
KLINIS SEPSIS DAN SEPSIS NEONATORUM
P36.1
Definisi
Sindroma klinis dari infeksi lokal / sistemik pada bayi yang terjadi dalam bulan pertama
kehidupan.
Anamnesis
Faktor resiko atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38o C, leukosit ibu > 15.000/mm3 ,
air ketuban keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus kasep), perawatan tali
pusat, pemberian zalf mata setelah melahirkan.
Pemeriksaan Fisis
Gejala klinis sepsis terdiri atas:
a. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang disertai penurunan berat
badan, keadaan umum memburuk hipotermi/hipertermi
b. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,hipotoni/hipertoni, serangan
apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.
c. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
d. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
e. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
f. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi, edema, dingin.
g. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis sepsis ditambah lebih dari satu pemeriksaan laboratorium yang positip ( lekosit
< 5000/mm3 atau > 34.000/mm3, I/T ratio 0,2 atau lebih, mikro LED>15 mm/jam, CRP >
9mg/dL ), kultur darah positif
Diagnosis Sesuai klinis, laboratorium diatas dan atau kultur darah positif
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED, CRP dan kultur dan tes resisintesi
LCS : Protein, sel diff. count, pengecatan gram dan kultur
Terapi
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime. Bila dicurigai infeksi oleh karena stafilokokkus maka diberikan
sefalosporin generasi ke-2, 50 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian, bila tidak ada
perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan
pindah ke antibiotika yang lebih poten, misalnya meropenem, atau sesuai dengan hasil
49
tes resistensi. Antibiotika diberikan 7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klinis
membaik 5 hari)
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Target
Infeksi sudah teratasi ditandai dengan perbaikan klinis dan laboratorium darah
Kepustakaan
1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections. Dalam:
MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;1235-73.
2. Naglie R. Infectious Diseases. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;434-68.
3. Puopolo K.M. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;274-300.
4. Edwards M. S. Postnatal bacterial infections. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh
MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Misouri :
Mosby Elsevier, 2006;791-829.
5. Infection. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 61 – 76
6. Klein J.O., Nizet V. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Remington JS, Jerome O,
Klein MD, penyunting. Remington’s Infectious Disease of the Fetus and Newborn
Infant. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;222-75.
50
Mengetahui/Menyetujui Palembang, Juli 2016
Ketua Departemen Kesehatan Anak Ketua Divisi Neonatologi/NICU
51
MENINGITIS NEONATORUM
G03.9
Definisi
Meningitis pada neonatus adalah infeksi pada meningen dan susunan syarap pusat bayi baru
lahir pada bulan pertama kehidupan.
Anamnesis
Faktor resiko atau faktor predisposisi infeksi ( suhu ibu > 38o C, leukosit ibu > 15.000/mm3 ,
air ketuban keruh & berbau busuk, ketubah pecah > 12 jam, partus kasep), perawatan tali
pusat, pemberian zalf mata setelah melahirkan.
Pemeriksaan Fisik
Klinis mirip dengan sepsis. Gejala dini umumnya iritabel.
1. Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang disertai penurunan
berat badan, keadaan umum memburuk hipotermi/hipertermi
2. Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang, hipotoni/hipertoni, serangan
apnea, gerak bola mata tidak terkoordinasi.
3. Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu, dan sianosis
4. Gejala TGI: muntah, diare, meteorismus, hepatomegali
5. Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
6. Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi, edema, dingin.
7. Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis sepsis ditambah hasil pemeriksan cairan serebrospinalis :
Tes Pandy : + atau ++
Jumlah sel : umur 0 s/d 48 jam :>100/mm3
umur 2 s/d 7 hari :>50/mm3
umur >7 hari :>32/mm3
Diff. count :PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa menurun
Diagnosis
Sesuai klinis dan hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
Diagnosis Banding
Sepsis neonatorum
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED, dan kultur dan tes resistensi
LCS : Protein, sel diff. count, pengecatan gram dan kultur
Urin : Rutin dan kultur dan tes resistensi
USG transfontanela
52
Terapi
a. Pemberian cairan sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. Terapi oksigen bila diperlukan
c. Antibiotik : Ceftazidime
Bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau keadaan umum semakin memburuk,
pertimbangkan pindah ke antibiotika yang lebih poten, misalnya meropenem, atau sesuai
dengan hasil tes resistensi. Antibiotika diberikan 21 hari
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan penatalaksanaan serta komplikasi.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
1. Klinis
2. Hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis
3. USG transfontanela
Target
Klinis dan hasil USG transfontanela perbaikan
Kepustakaan
1. Schelonka R.L., Freij B. J., McCracken G.H. Bacterial and fungal infections. Dalam:
MacDonald MG, Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology,
pathophysiology & management of the newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;1235-73.
2. Naglie R. Infectious Diseases. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD,Eyal FG, Zenk
KE, penyunting. Neonatology, management, procedur, on-call problem, desease, and
drug. Edisi 5. Newyork : Lange McGraw Hill, 2003;434-68.
53
3. Puopolo K.M. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;274-300.
4. Edwards M. S. Postnatal bacterial infections. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh
MC, penyunting. Fanaroff and Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Misouri :
Mosby Elsevier, 2006;791-829.
5. Infection. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential Neonatal
Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 61 – 76
6. Klein J.O., Nizet V. Bacterial sepsis and meningitis. Dalam: Remington JS, Jerome O,
Klein MD, penyunting. Remington’s Infectious Disease of the Fetus and Newborn
Infant. Edisi 5. Philadelphia : WB Saunders Company, 2001;222-75.
54
PNEUMOTHORAKS
P 25.1
Definisi
Terdapat udara dalam rongga pleura
Anamnesis
Mengidentifikasi faktor resiko : aspirasi mekoneum, tindakan VTP, bronkopneumonia,
pemakaian ventilasi mekanik
Pemeriksaan Fisis
Dispnu, takipnu, retraksi, merintih, sianosis, vesikuler menurun, sela iga melebar dan dada
tampak lebih cembung, asimetris gerakan dinding dada.
Kriteria Diagnosis
Gejala klinis + foto thorak ( radiolusen dan kolaps parsial atau total paru yang terkena,
pergeseran mediastinum, pendataran diafragma ) + transiluminasi positip, terutama pada bayi
kecil.
Diagnosis
Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding
Takipneu sementara pada neonatus
Penyakit membran hyalin
Pneumonia
Sepsis
Pemeriksaan Penunjang
Darah : Hb,lekosit, diff. Count, trombosit, mikro LED
Foto thoraks AP dan lateral
Transiluminasi
Terapi
1. Suportif, umumnya sama pada semua gawat napas, yaitu :
a. Pemberian cairan
IVFD dekstrose 71/2 % atau 10 % + Ca glukonas sesuai degan kebutuhan bayi
Mulai hari ke 2 ditambahkan NaCl 3 % sebanyak 30 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Bila ada asidosis berikan cairan dekstrose dan natrium bikarbonat ( 4 : 1 ) Bila dapat
diperiksa analisa gas darah, asidosis dan dikoreksi langsung dengan pemberian cairan
Natrium Bikarbonat 4,2 % secara perlahan-lahan
55
Bila belum bisa makan per oral beri larutan asam amino 1-3 g/kgBB/hari. Bila sudah
bisa minum per oral beri ASI atau susu formula
b. Terapi oksigen ( intra nasal, head box, buble CPAP, ventilator )
2. Antibiotika : Ampisilin dan gentamisin, bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin
diganti dengan ceftazidim.
3. Terapi khusus :
Tidak ada tension pneumothorak : berikan oksigen 100 % selama 12 jam pada bayi
aterm ( nitrogen washing )
Dengan tension pneumothorak dilakukan pemasasangan kateter interkostal dengan
kontinuous suction ( WSD )
Jika keadaan kritis dapat dilakukan aspirasi dengan menggunakan wing needle no.21
dan spuit 5 cc serta three way stopcock ( diagnosis dan terapi )
Edukasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin
timbul.
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Tingkat Evidens II
Tingkat Rekomendasi B
Penelaah Kritis
Dr. Julniar M. Tasli SpAK
Dr. Herman Bermawi, SpAK
Dr. Afifa Ramadanti, SpAK
Dr. Indrayady, SpA
Indikator Medis
Klinis dan foto thorak
Target
Tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali per menit, minum baik, tidak ada tanda infeksi
dan penyakit penyebab telah terkendali
Kepustakaan
1. Whitsett J.A., Rice W.R., Warner B.B., Wert S.E., Pryhuber G.S. Acute Respiratory
Disorders. Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s
Neonatology Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia :
Lippincott William & Walkins, 2005;553-77.
56
2. Truog W.E., Golombek S.G., Principles of Management of Respiratory Problems.
Dalam: MacDonald MG,Mullet MD, Seshia M, penyunting. Avery’s Neonatology
Pathophysiology & Managementof the Newborn. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2005;600-21.
3. M.Sholeh Kosim. Gangguan Nafas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto
A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI, 2008;126-46.
4. Bhakta K.Y. Respiratory Distress Syndrome. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR, penyunting. Manual of Neonatal care. Edisi 6. Philadelphia : Lippincott
William & Walkins, 2008;323-30.
5. Rodriguez R.J., Martin R.J., Fanaroff A.A. Respiratory Distress Syndrome and its
management. Dalam: Martin RJ, Fanaroff AA, Walsh MC, penyunting. Fanaroff and
Martin’s Neonatal-Perinatal Medicine. Edisi 8. Missouri : Mosby Elsevier, 2006;1097-
107.
6. Respiratory disorder. Dalam : Levene MI, Tudehope DI, Sinha S, penyunting. Essential
Neonatal Mediceine. Edisi 4. Australia : Blackwell Publishing, 2008 ; 92-110.
57