NIM 1771041003
NIM 1771041003
iv
v
NIM : 1771041003
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam Tesis ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
Lembar Pengesahan
PADA TANGGAL,……………………
Pembimbing I,
NIP. 195704061983121001
Pembimbing II,
NIP. 196805161999031001
Mengetahui,
Dr.dr. Yenny Kandarini, SpPD,K-GH Dr.dr. Komang Januartha Putra Pinatih, M.Kes
NIP.196901061999032004 NIP. 196701221996011001
vii
Tanggal …………………
Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
viii
9.
UCAPAN TERIMAKASIH
Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta wara nugraha-
Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan
Prof. Dr. dr. Ketut Suega, SpPD, K-HOM selaku pembimbing sekaligus
kordinator penelitian dan dr. I Gede Ketut Sanjinadiyasa SpPD, K-P selaku
Udayana, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng atas kesempatan yang
Udayana. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Dr. dr. Komang Januartha Putra
Gotera SpPD, K-EMD atas kesempatan yang diberikan serta dorongan untuk
dapat segera menyelesaikan tesis ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
Denpasar, Dr. dr. Yenny Kandarini SpPD, K-GH atas dorongan dan kesempatan
yang diberikan.
yang telah memberikan masukan, saran, dan perbaikan untuk kesempurnaan tesis
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr.dr I Made Bagiada, SpPD-
K-P, serta dr. Puti Andrika, SpPD-K-P, SpPD-K-IC selaku staf Divisi Paru dan
bimbingan, dorongan dan masukan yang diberikan dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis juga ingin mengungkapkan rasa terimakasih kepada seluruh Kepala Divisi
Ngoerah Denpasar, Prof. Dr. dr. I Gede Raka Widiana SpPD, K-GH yang terlah
x
memberikan masukan tentang kelaikan etik penelitian. Penulis juga tidak lupa
baik rawat jalan maupun rawat inap serta petugas laboratorium patologi klinik
penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan
terima kasih kepada mendiang Ibu, Ayah, dan kakak yang telah mengasuh dan
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami tercinta, serta anak
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Mahaesa selalu
ABSTRAK
ABSTRAC
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN....................................................................................... i
PRASYARAT GELAR................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN TIM PENGUJI TESIS....................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH......................................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................... ix
ABSTRACT................................................................................................. x
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.............................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
6
1.3 Tujuan Penelitian
6
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
6
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
6
1.4 Manfaat Penelitian
7
xiv
2.2 Vitamin D
25
2.2.1 Bentuk dan Metabolisme Vitamin D
25
2.2.2 Defisiensi Vitamin D
28
2.2.3 Faktor-faktor yang Berperan Terhadap Kadar Vitamin D Serum
30
2.2.4 Vitamin D pada Regulasi Sel Imun
31
2.2.4.1Peran vitamin D pada sistem imunitas innate
31
2.2.4.2 Peran vitamin D dalam imunitas adaptif
33
2.2.5 Peran vitamin D pada infeksi virus
33
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
37
3.1 Kerangka Pikir
37
3.2 Konsep
39
3.3 Hipotesis Penelitian
40
BAB IV METODE PENELITIAN
41
4.1 Rancangan Penelitian
41
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
41
4.3 Ruang Lingkup Penelitian
41
4.4 Penentuan Sumber Data
42
xvi
52
5.2 Hubungan antara Kadar Vitamin D Serum dengan Derajat Beratnya
Pneumonia COVID-19
54
xvii
55
BAB VI PEMBAHASAN
56
6.1 Karakteristik Pasien COVID-19..............................................................
6.2 Hubungan Antara Kadar Vitamin D Serum Dengan Derajat Beratnya
Pneumonia pada Pasien COVID-19 (Skor SCAP)..................................
6.3 Pengaruh Berbagai Variabel Perancu Terhadap Derajat Keparahan
Pneumonia Pasien COVID-19 (Skor SCAP)
.
60
62
63
7.1 Simpulan
63
7.2 Saran
63
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN- LAMPIRAN
72
DAFTAR TABEL
Halaman
xviii
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
...................................................................................................
26
DAFTAR SINGKATAN
25(OH)D : 25-hydroxyvitamin D
DM : Diabete Melitus
HT : Hipertensi
IK : Interval Kepercayaan
IL : Interleukin
NK : Natural killer
PLT : Platelet
PR : Prevalen rasio
R0 : Reproductive number
SC : Serum creatinine
UVB : Ultraviolet B
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
78
Denpasar
79
xxiv
85
87
90
91
BAB I
PENDAHULUAN
baru ini pertama kali ditemukan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina pada Desember
2019 (WHO, 2021). Pada Maret 2020, menurut catatan World Health
mengenai 114 negara di dunia, dengan angka kematian 4291 orang. Pada bulan
Maret 2020 WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Hingga bulan Mei
2021, sedikitnya 90.000 orang telah meninggal akibat COVID-19 (WHO, 2021).
berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 1 November 2020,
Indonesia diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020 atau sekitar 4 bulan setelah
kasus pertama di Cina. Kasus pertama di Indonesia pada bulan Maret 2020
kasus. Kasus COVID-19 hingga kini terus bertambah. Saat awal penambahan
kasus sebanyak ratusan dan hingga kini penambahan kasus menjadi ribuan. Pada
Angka CFR di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan CFR COVID-19
1
2
di dunia dan merupakan angka yang tertinggi di Asia Tenggara. Untuk Provinsi
Bali sendiri, data jumlah kasus per tanggal Mei 2021 adalah 47.124 kasus dan 94
kasus meninggal 1.495 dengan angka CFR di Provinsi ini sebesar 3,17%
(Kemenkes, 2021).
manefestasi klinis yang luas, mulai dari asimtomatis, gejala ringan (gejala flu),
didapatkan kadar leukosit yang normal atau menurun dan limfositopenia serta
dimer, begitu pula dengan urea nitrogen dan kreatinin pada plasma darah.
2020).
hingga 3 minggu setelah kontak dengan virus, sedangkan kronologi penyakit ini
yang ringan. Hal ini menunjukkan bahwa respon infeksi terhadap SARS-CoV-2
berkaitan erat dengan respon imun innate, di mana aktivasinya tidak tergantung
pada pengenalan oleh antibodi dan atau sel T. Manefestasi infeksi yang berat
atau perkembangan respon imun didapat yang berlipat ganda dan menjadi patogen
terhadap penjamu. Hal ini sering terjadi pada kondisi adanya komorbid yang
demam, batuk kering, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, mialgia, dan
sesak napas. Manifestasi penyakit pada pasien yang terinfeksi berkisar dari
rawat inap, 14%), dan penyakit kritis (menyebabkan ventilasi mekanis invasif,
menjadi ARDS, dan dari 84 pasien tersebut, 44 orang (52,4%) meninggal (Wu,
dkk., 2020).
tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk
dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar,
gizi yaitu konsumsi vitamin dan mineral yang cukup. Beberapa mineral dan
standar apa pun pengobatan untuk novel coronavirus (Wang dkk., 2019).
system imun innate (Grant dkk., 2020). Dalam sebuah meta analisis uji klinis
tidak aktif dan membutuhkan konversi enzimatik di hati dan ginjal untuk
adalah imunomodulator yang potent. Reseptor vitamin D terdapat pada banyak sel
berbagai efek pada sistem kekebalan. Oleh karena itu, vitamin D dapat
efek yang bermanfaat, termasuk sistem tubuh manusia untuk melapisi glikoprotein
protein virus dan mengkonfirmasi perannya pada COVID-19. Pada Penelitian oleh
Elham dkk (2021) menunjukkan hasil yang signifikan di mana kadar vitamin D
[25(OH)D)] pada pasien COVID-19 (55,6 nmol/L) secara statistik lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol yang sehat (71,8 nmol/L) dan kadar 25-
di Italia, Spanyol, dan Perancis terjadi pada pasien dengan defisiensi vitamin D
prevalensi defisiensi vitamin D sekitar 70% lebih tinggi di Asia Selatan dan
vitamin D tidak hanya dijumpai di negara dengan empat musim, tetapi juga
usia. Hal-hal yang dapat menyebabkan variasi kadar Vitamin D selain paparan
sinar matahari adalah pigmen kulit, usia, penggunaan tabir surya, agama, gaya
pada pasien COVID-19. Di Indonesia, khususnya Bali angka kasus positif dan
COVID-19 di daerah Bali, penulis tertarik untuk meneliti hubungan kadar vitamin
COVID-19.
pasien COVID-19.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian di masa depan tentang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
menular yang disebabkan oleh virus corona. Penyakit ini pertama kali muncul dari
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir
bahwa penyebab kasus tersebut adalah virus corona jenis baru yang diberi nama
berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS.
Meskipun berasal dari famili yang sama, SARS-CoV-2 lebih mudah menular
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan Inggris. Sementara, negara dengan
angka kematian tertinggi adalah Amerika Serikat, Inggris, Italia, Perancis, dan
Spanyol.
8
9
Pada tanggal 16 Mei 2021 WHO melaporkan sekitar 162 juta kasus baru
COVID-19 di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 3,3 juta jiwa. Di
Asia Tenggara dilaporkan sekitar 28 Juta kasus dengan angka kematian 340 ribu
(WHO, 2021). Terhitung sejak 3 Januari 2020 hingga 6 Juni 2021, jumlah kasus
Untuk Provinsi Bali sendiri, data jumlah kasus per bulan Mei 2021 adalah 47.124
kasus dan kasus meninggal 1.495 dengan angka CFR di provinsi ini sebesar
Penyebab COVID-19 adalah virus corona jenis baru yang diberi nama
menginfeksi manusia (HCoV). Empat virus jenis ini, yaitu HCoV-229E, HCoV-
cenderung menyebabkan penyakit saluran napas ringan. Dua virus lainnya adalah
Seperti virus corona yang lain, COVID-19 merupakan virus RNA strain
tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama
permukaan masih dalam penelitian, akan tetapi, perilaku virus ini menyerupai
jenis virus corona lainnya. Lamanya virus corona bertahan dapat dipengaruhi
beberapa kondisi yang berbeda, meliputi jenis permukaan, suhu dan kelembaban
mampu bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel,
bertahan kurang dari 4 jam pada permukaan tembaga dan kurang dari 24 jam pada
permukaan kardus. Seperti pada jenis virus corona lainnya, SARS-COV-2 sensitif
11
terhadap sinar ultraviolet dan panas serta dapat dinonaktifkan dengan pelarut
lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang
berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui
dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data filogenetik
diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan dalam
Transmisi ini bersumber dari pasien simptomatik melalui droplet saat batuk atau
bersin (Han dan Yang, 2020). Pada suatu penelitian ditemukan hasil bahwa
sebesar 1,4 hingga 2,5. Penelitian yang dilakukan Liu dkk.,(2020) memperkirakan
R0 sebesar 3,28.
masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip dengan SARS. Hal ini didasarkan pada
Proses imunologi dari sel inang setelah virus berhasil masuk ke dalam sel
inang belum banyak diketahui. Patogenesis COVID-19 diduga tidak jauh berbeda
dengan SARSCoV yang sudah lebih banyak diketahui (Li X dkk., 2020). Sama
halnya SARS-CoV setelah masuk ke dalam sel selanjutnya virus ini akan
mengeluarkan genom RNA ke dalam sitoplasma dan golgi sel kemudian akan
bereplikasi (Levani dkk., 2021). RNA yang sudah diperbanyak bersama dengan
membran dan akhirnya keluar dari sel inang yang selanjutnya menginfeksi sel lain
Pada saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus akan
merespon sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh sel T dan sel B
akan terlibat dalam presentasi peptide antigen virus yang bergantung pada
molekul Major Histocompatibility Complex (MHC) class I dan class II. APC
dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik terhadap virus. Melalui MHC class I,
APC mengaktifkan sel T CD8+ (sitotoksik) dan melalui MHC class II akan
mengaktifkan sel T CD4+. Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG
terhadap SARS-CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12
terekspresinya interferon (IFN) tipe I dan sitokin proinflamasi lainnya (IL-1β, IL-
6, IL-12, IFNγ, IP10, dan MCP1). Sistem imun bawaan dikatakan efektif melawan
infeksi virus melalui terdapatnya respons IFN tipe 1 ini. Interferon ini adalah
salah satu sitokin terpenting dari APC yang akan mengaktifkan sistem imun non-
RNA MAVS dan TRAF3/6, serta menghambat translokasi IRF3 nuklear. Pada
karena itu, produksi IFN-1 ini penting untuk kontrol terhadap virus dan bersifat
gejala respirasi yang mengancam nyawa, terkait dengan hiperinflmasi dan respon
imun yang tidak terkontrol. Infeksi COVID-19 memicu terjadinya badai sitokin
komplikasi syok sepsis, disfungsi koagulasi dan gangguan beberapa organ vital
CoV, dilaporkan pula pelepasan sitokin dan kemokin dalam jumlah yang besar.
CXCL8, CXCL9, CXCL10, serta kemokin lain dan IL-12, IL-18, IL-6, IL-1beta,
IL-33, IFN-alpha, IFN-gamma, TNF- alpha & TGF-beta. Pada MERS-CoV terjadi
peningkatan kadar sitokin IFN-α, IL-6, and chemokine such as CXCL-10, CCL-5,
Pada penelitian di Wuhan ditemukan bahwa kadar IL-1β, IL-1ra, IL-7, IL-8,
IL-9, IL-10, basic FGF, G-CSF, GM-CSF, IFN-γ,IP-10, MCP-1, MIP-1α, MIP-1β,
15
PDGF, TNFα, dan VEGF dalam serum lebih tinggi pada pasien COVID-19 yang
orang dewasa normal. Kadar IL-2, IL-7, IL-10, G-CSF, IP-10, MCP-1, MIP-1α,
dan TNFα pada plasma serum pasien yang dirawat di ruang intensif lebih tinggi
bila dibandingkan dengan pasien yang dirawat di ruang non-intensif. Hal ini
bahwa terdapat 15 sitokin yang berhubungan dengan lung injury menurut murray
score yaitu IFN-α2, IFN-γ, IL-1ra, IL-2, 4, 7, 10, 12 and 17, kemokin IP-10,G-
Berat
bisa dilihat dari penelitian Qin dkk. (2020) di mana hitung limfosit yang lebih
rendah, leukosit dan rasio neutrofil-limfosit yang lebih tinggi, serta persentase
monosit, eosinofil, dan basofil yang lebih rendah. Sitokin proinflamasi yaitu TNF-
α, IL-1 dan IL-6 serta IL-8 dan penanda infeksi seperti prokalsitonin, ferritin dan
C-reactive protein (CRP) juga didapatkan lebih tinggi pada kasus dengan klinis
ditemukan bahwa limfopenia lebih umum terjadi pada kasus berat dibandingkan
kasus yang tidak berat. Penelitian lain terhadap 155 pasien COVID-19 ditemukan
neutrofil lebih tinggi pada kasus refrakter. Peningkatan neutrofil dan penurunan
bahwa NLR secara signifikan lebih tinggi pada kasus COVID-19 berat
dibandingkan dengan kasus COVID-19 tidak berat (Swastika dan Suega, 2021).
bahwa banyak faktor risiko pada pasien COVID-19, termasuk di antaranya Usia
>75 tahun, laki-laki dan obesitas berat. Kanker aktif dikatakan meningkatkan
distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait dengan
prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada perokok, hipertensi, dan diabetes
Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC, 2020) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu
Berada dalam satu lingkungan, namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter)
dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi
yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19 adalah tenaga
18
medis. Di Cina, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi, dengan mortalitas
autoimun, dan infeksi HIV, penyakit ginjal, penyakit hati menahun, dan penyakit
COVID-19 berat dan kritis. Keganasan dikatakan secara signifikan terkait dengan
berat bila dibandingkan dengan pasien tanpa hipertensi (Mubarik, 2021). Pada
pasien dengan diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2, bila dibandingkan
menjadi berat hingga tiga kali lipat (Gregory, 2021). Yang dan kawan-kawan,
dibandingkan pasien tanpa autoimun hinga 1,19 kali (Yang, 2021). Pada pasien
oleh hepatitis b kronis, hepatitis c kronis, alcoholic liver disease, dan non-
dalam respon imun innate dan adaptive. Kerusakan pada sel-sel hepatosit dapat
berujung pada disregulasi respon imun. Adanya penyakit hati menahun dapat
dkk., 2021). Pada pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK), risiko
pasien tanpa PGK. Prevalensi kematian pada pasien PGK yang mengalami infeksi
kali dibandingkan pasien tanpa PGK. Pasien dengan PGK memiliki kondisi pro-
inflamasi dan mengalami gangguan respon imun innate, sehingga pasien dengan
PGK sangat rentan terhadap berbagai infeksi (Menon dkk.,2021). Pada sebuah
penelitian meta analisis yang dilakukan oleh Pititto dan kawan-kawan ditemukan
kasus pneumonia COVID-19 berat, angka kasus bergejala, dan infeksi SARS-
ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau
sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam
keadaan kritis. Besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui (WHO, 2020).
Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang
asimptomatik telah dilaporkan (Kam dkk., 2020). Pasien dengan gejala penyakit
yang berat dapat berkembang menjadi dispnea dan hipoksemia dalam 1 minggu
sejak onset gejala dan dapat berkembang menjadi ARDS dengan cepat hingga
seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset
mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada demam
ketersediaan alat.
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin
dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi. Gejala awal COVID-19 tidak khas, oleh
karena itu hal ini harus diwaspadai. Berdasarkan pedoman tatalaksana COVID-19
tambahan hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, dan pemeriksaan lainnya sesuai
2020). Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu meliputi kasus suspek, kasus
probable, kasus konfirmasi, kontak erat. Kasus suspek merupakan seorang yang
memenuhi salah satu kriteria klinis dan salah satu kriteria epidemiologis. Kriteria
klinis berupa demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam dan batuk atau terdapat 3 atau
sakit kepala, mialgia, nyeri tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat, sesak
meliputi : pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
22
atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan atau pada 14 hari terakhir
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal atau pada 14 hari terakhir sebelum
pemantauan kasus dan kontak atau seseorang dengan infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) berat, seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi
yang meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-
COVID-19, apapun temuan klinisnya. Selain itu, dikenal juga istilah orang tanpa
gejala (OTG), yaitu orang yang tidak memiliki gejala tetapi memiliki risiko
tertular atau ada kontak erat dengan pasien COVID-19 (Kemenkes, 2020).
fisik tanpa alat proteksi, berada dalam satu lingkungan (misalnya kantor, kelas,
atau rumah) atau bercakap-cakap dalam radius 1 meter dengan pasien dalam
pengawasan (kontak erat risiko rendah), probable atau konfirmasi (kontak erat
risiko tinggi) (WHO dan Kemenkes, 2020). Kontak yang dimaksud terjadi dalam
2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
ringan, sedang, berat dan kritis. Pasien tanpa gejala di mana kondisi ini
23
Ringan Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,
mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung,
sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan
(ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan.
dan tidak ada demam. COVID-19 Sedang didefinisikan sebagai pasien dengan
tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan. COVID-19
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi
napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara
ruangan. COVID-19 Kritis merupakan pasien dengan ARDS, sepsis dan syok
sepsis.
yang lebih baik. SARS-CoV-2 merupakan salah satu virus penyebab pneumonia
24
dan skor Severe Community Acquired Pneumonia (SCAP) (Neto, dkk., 2021).
Skor SCAP, skor PSI/PORT dan kriteria CURB-65, merupakan indikator yang
baik dalam menilai derajat beratnya penyakit COVID-19 dan mortalitasnya dalam
14 hari. Namun, jika dibandingkan dengan sistem penilaian lainnya, skor SCAP
sistolik, laju respirasi, BUN, gangguan status mental, PaO2, usia, serta adanya
pneumonia bilateral atau multilobar. SCAP skor memiliki rentang nilai 0-59,
berat dan direkomendasikan untuk dirawat di ICU, bed dengan monitor dan atau
rumah sakit, syok sepsis atau penggunaan ventilator sebesar 0,27-3.43%. Pasien
dengan SCAP skor 1-9 memiliki risiko kematian di rumah sakit, syok sepsis atau
memiliki risiko kematian di rumah sakit, syok sepsis atau penggunaan ventilator
sebesar 9,23-11,24%. Pasien dengan skor SCAP 20-29 memiliki risiko kematian
Pasien dengan skor SCAP ≥30 memiliki risiko kematian di rumah sakit, syok
2.2 Vitamin D
Vitamin D tidak murni memenuhi definisi vitamin, suatu nutrien yang tidak
bisa disintesis dalam jumlah yang cukup. Vitamin D merupakan suatu prohormon
26
yang larut dalam lemak yang wajib dimodifikasi dalam tubuh untuk menjadi
ekstravaskular, berdifusi ke dalam dermal capillary bed dan menuju hati. Vitamin
D3 juga dapat didapatkan dari makanan, yaitu ikan, oily fish, minyak hati ikan
cod, fortified foods seperti produk susu, margarin, sereal dan suplemen vitamin
oral. Sumber makanan memberikan vitamin D dalam jumlah yang cukup, namun
27
pemakaian tabir surya, peningkatan umur, obesitas (akibat sekuesterasi lemak dari
pada ras kulit hitam, usia tua dan penduduk di bagian utara bumi (Kennel dkk.,
dengan chylomicrons dan dibawa dari sistem limfatik melalui aliran darah vena
untuk dibawa ke hati. Pada hati vitamin D pertama akan dihidroksilasi oleh
berikatan dengan vitamin D binding protein (DBP), dibawa ke ginjal dan jaringan
lain yang memiliki enzim 1-α-hydroxylase untuk diubah menjadi bentuk aktifnya
ligan untuk vitamin D receptor (VDR). Reseptor VDR adalah suatu faktor
transkripsi yang berikatan pada sebuah lokasi di DNA yang disebut vitamin D
keluar dari ginjal menuju usus, berinteraksi dengan nuclear (VDR) dan retinoic
kadar 25(OH)D. Waktu paruh 1,25(OH)2D hanya 4-6 jam, sekitar 1000 kali lebih
rendah dibandingkan total 25(OH)D. Karena itu, kadar vitamin D serum biasanya
29
pengukuran vitamin D dari semua sumber yaitu diet, suplemen dan paparan sinar
pada konsentrasi 30-50 nmol/L dan kriteria sufficient pada konsentrasi di atas 50
nmol/L. Kriteria dari Endocrine Society sedikit berbeda, yaitu nilai cutoff antara
defficient dan sufficient adalah 50 nmol/L setara dengan 20 ng/mL (Bikle dkk.,
2014).
pria dan 35% pada wanita. Wanita postmenopause dengan osteoporosis lebih
25(OH)D 30-32 ng/mL diperlukan vitamin D sekitar 2200 sampai 3000 IU/hari
dari semua sumber, termasuk paparan sinar matahari, makanan dan suplemen.
harian vitamin D 200 IU/hari pada bayi sampai usia 50 tahun, dosis 400 IU/hari
untuk usia 51-70 tahun dan dosis 600 IU/hari untuk usia 70 tahun ke atas.
30
makanan dan paparan sinar matahari tidak adekuat untuk menerapi defisiensi
yang rendah, paparan sinar matahari yang kurang, ketidakmampuan ginjal dalam
mengubah 25(OH)D menjadi bentuk aktif, atau absorbsi vitamin D yang kurang
dikenal sebagai “Sunshine Vitamin”. Pada daerah beriklim tropis yang terletak
antara 400 lintang utara dan 400 lintang selatan, matahari bersinar sepanjang tahun,
dan radiasi sinar ultraviolet B relatif tinggi, cukup untuk menghasilkan vitamin D
Kadar vitamin D serum juga dipengaruhi oleh usia tua akibat adanya
perubahan pada kulit yang menjadi atropi, penurunan ketebalan kulit, penurunan
precursor dan penurunan fungsi ginjal. Obesitas juga merupakan faktor risiko
independent terjadinya defisiensi vitamin D, hal ini di duga terjadi akibat adanya
sekuestrasi lemak subkutan. Wanita pada semua populasi secara umum memiliki
kadar vitamin D serum yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki (Edis,
dkk., 2016). Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sanghera dan kawan-
kadar vitamin D serum pada obesitas baik pada kelompok wanita maupun laki-
laki (Sanghera, dkk., 2017). Pada kondisi penyakit ginjal kronis, creatinine
Selain ginjal, hati juga memiliki peranan penting untuk menjaga kadar
vitamin D serum. Pada penyakit parenkim hati yang berat, terjadi malabsorbsi dan
α-hydroxylase, sebagai bagian dari sitokrom P450 (CYP) dan di ekspresikan pada
perlawanan patogen. Sel yang berkaitan dengan imun innate adalah sel-sel fagosit
(monosit, makrofag, dan neutrofil), sel natural killer (NK), dan sel lainnya yang
juga memiliki pengaruh terhadap sel NK. Hormone 1,25(OH)2D3 berperan dalam
imun innate, neutrofil dan makrofag memegang peranan penting dalam eliminasi
patogen, aktivasi makrofag dan membunuh sel yang terinfeksi. Limfosit T juga
vitamin D pada sistem imun adaptive adalah melalui efek langsung terhadap
2018).
Peran vitamin D terhadap risiko infeksi dapat dilihat pada sebuah meta
sampel dan menilai dampak pemberian suplementasi vitamin D pada risiko infeksi
virus sistem respirasi. Data pada penelitian meta analisis tersebut menunjukkan
sistem pernapasan oleh satu atau lebih virus sebesar 42,2% hingga 40,3%. Risiko
meningkat sebesar 55.0% hingga 40,5% pada kelompok dengan defisiensi vitamin
D (Griffin, 2020).
bukti pada kelompok defisiensi vitamin D, infeksi virus menjadi lebih berat.
Sebuah penelitian kohort selama 15 tahun terhadap 9548 orang dewasa berusia 50
vitamin D, risiko mortalitas terkait sistem respirasi meningkat hingga tiga kali
yang telah teraktivasi, sel dendritik dan makrofag. Vitamin D memiliki peranan
dan sel epitel memiliki aktifitas antiviral, umumnya terhadap virus-virus seperti
berguna untuk melawan infeksi virus melalui ikatan dengan formyl peptide
receptor–like 1 FPRL1 dan CCR6 untuk merekrut sel imun menuju lokasi
menurunkan aktivitas masuknya virus kedalam sel, replikasi dan pelepasan virus,
melindungi RNA virus dari degradasi dan menginduksi respon imun melalui
aktivasi TLR, dan berefek langsung pada virion (Teymoori‐Rad dkk., 2018)
serta limfosit T dalam merilis sitokin proinflamasi. Pada tikus dengan defisiensi
36
perkembangan menjadi severe lung injury. Efek ini diperbaiki dengan injeksi
(Griffin, 2020). AlSafar, dkk. (2021) dalam studi yang menilai hubungan vitamin
D dengan status beratnya dan mortalitas infeksi COVID-19 pada populasi Uni
berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas sebesar 2.55 kali lebih tinggi
PENELITIAN
menjadi dispnea dan hipoksemia dalam 1 minggu sejak onset gejala dan dapat
organ. Proses kematian pada pasien COVID-19 dengan gejala respirasi yang
mengancam nyawa, terkait dengan hiperinflamasi dan respon imun yang tidak
terkontrol. Infeksi COVID-19 memicu terjadinya respon imun innate dan adaptive
dan kemudian memicu badai sitokin yang ditandai dengan proses patologis
erat dengan perkembangan respon imun innate dan adaptive dalam melawan
vitamin D pada sistem imun adaptive adalah melalui efek langsung terhadap
37
38
yang luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,
pneumonia berat, ARDS. Derajat beratnya pneumonia ini dipengaruhi oleh respon
imun innate dan adaptive. Berdasarkan teori diatas perlu diketahui apakah terdapat
Kadar 25(OH)D
(Vitamin D)
Kadar
1,25(OH)2D3
Umur
Jenis Kelamin
Badai Sitokin Obesitas
Hipertensi
Diabetes
Infeksi HIV
Derajat Keparahan Pneumonia Penyakit Autoimun
COVID-19. Keganasan
Penyakit Hati
Penyakit Ginjal
Awitan Penyakit
vaksinasi COVID-19
Penyakit Kardiovaskular
3.2 Konsep
Sumber Vitamin D
Komorbid :
Vitamin D Serum Obesitas
Hipertensi
Virus COVID-19 Diabetes
Infeksi HIV
Penyakit Autoimun
Keganasan
Penyakit hati
Derajat Keparahan COVID-19 Penyakit ginjal
Awitan penyakit
Penyakit kardiovaskular
Keterangan:
Variabel kendali
Variabel Rambang
antara kadar vitamin D serum dan derajat keparahan pneumonia pada pasien
COVID-19.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Kadar d-dimer dengan COVID-19 Kritis dan Perannya Sebagai Faktor Risiko
secara bersamaan pada saat masuk rumah sakit. Kedua variabel tersebut dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Sanglah Denpasar sejak bulan
Penelitian ini berada dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, khususnya
divisi pulmonologi.
41
42
positif yang di rawat di rumah sakit. Populasi terjangkau adalah semua pasien
COVID-19 dengan usia 18 tahun atau lebih yang menderita COVID-19 dirawat di
RSUP Sanglah.
menjalani pengobatan rawat inap di RSUP Sanglah dan bersedia untuk menjadi
berikut :
( )
( Z ∝+ Zβ ) 2
n= +3
1+ r
0,5∈
1−r
( )
( 1,64+0,84 ) 2
n= +3
1+ 0.3
0,5∈
1−0.3
n=68
Keterangan:
n = Jumlah Subjek
Keterangan:
Variabel Rambang
(WHO., 2020)
Komponen dari SCAP skor yang dinilai adalah pH darah arteri, tekanan
darah sistolik, laju respirasi, BUN, gangguan mental status, pO2, usia, serta
2021) (terlampir).
kadar vitamin D serum sesuai dengan protokol kit ELISA (Human 25-
4. Umur ditentukan dari tanggal kelahiran sampai saat dirawat di rumah sakit
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
otomatis. (Perki,2015)
tubuh (IMT). Obesitas bila IMT>25 dan non-obesitas bila IMT≤25. IMT =
darah puasa ≥126 mg/dL atau gula darah ≥ 200 mg/dL 2 jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral atau gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL atau HbA1C
≥6,5%, (PERKENI, 2021), atau pasien dengan riwayat diabetes yang sedang
dalam pengobatan.
dan menghasilkan inflamasi yang tidak tepat serta kerusakan multi jaringan,
11. Infeksi HIV adalah infeksi human immunodeficiency virus pada individu
yang menyebabkan kondisi defisiensi imun pada pejamu dengan atau tanpa
disertai berbagai gejala yang timbul akibat penurunan daya tahan tubuh.
anti-HIV, dan berdasarkan catatan medis, dan dengan jumlah CD4 <350/
12. Penyakit hati menahun atau Chronic Liver Diseas (CLD) merupakan
gangguan fungsi hati akibat adanya proses inflamasi hingga nekrosis pada
catatan medis.
ml/menit/1,73 m2) atau keduanya yang terjadi selama lebih dari 3 bulan.
14. Awitan penyakit dinyatakan dalam satuan hari, dihitung sejak pasien
sakit.
15. Vaksinasi COVID-19 dinilai melalui data aplikasi peduli lindungi yang
Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Direktur RSUP Sanglah dan
memenuhi kelayakan etik (ethical clearance) dari Komite Etik Penelitian Fakultas
inklusi dan kriteria eksklusi terhadap data sampel penelitian sebelumnya yang
Kadar d-dimer dengan COVID-19 Kritis, dan Perannya Sebagai Faktor Risiko
COVID-19 Kritis, yang telah mendapatkan ijin penelitian dari Komite Etik
diperiksa pada serum darah yang telah disimpan dari subjek penelitian
sebelumnya.
49
deviasi
3. Uji korelasi bertujuan untuk menilai korelasi antara kadar Vitamin D serum
4. Uji regresi linier yang bertujuan untuk menilai hubungan atau pengaruh
5. Seluruh tahap analisis data diatas menggunakan perangkat lunak SPSS 24.0.
52
BAB V
HASIL PENELITIAN
skor SCAP ≥ 10 memiliki median usia 62 tahun dengan IQR 20, dengan jenis
kelamin laki-laki menjadi subjek yang mendominasi yaitu 36 orang (52,9%). Nilai
median skor SCAP pada subjek penelitian ini adalah 17.5 dengan interquartile
range 14. Subjek penelitian yang memiliki SCAP score ≥ 10 sebesar 88.2%.
Variabel kendali pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, obesitas,
adalah hipertensi (35 subjek), diabetes (28 subjek), dan penyakit kardiovaskular
(2.9%) yang menderita Infeksi HIV, sedangkan hanya 1 subjek (1.5%) subjek
subjek (2.9%). Penyakit Hati menahun pada subjek penelitian mencapai 11 subjek
(16.2%). Penyakit Ginjal kronis diderita oleh 22 subjek (16.2%). Jumlah subjek
penyakit saat dilakukan pengambilan sampel darah adalah 6.59 hari dengan
Variabel Total
Perempuan 32 (47.1)
Komorbid Total
yang tidak normal, sehingga dilakukan uji korelasi bertujuan untuk menilai
korelasi antara kadar Vitamin D serum dengan derajat keparahan pneumonia pada
R = 0.46
P < 0.001
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi
linier yang bertujuan untuk menilai hubungan atau pengaruh variable perancu
terhadap kadar serum Vitamin D dan derajat keparahan pneumonia pada pasien
COVID-19. Berdasarkan hasil uji regresi linier akan didapatkan koefisien regresi
hasil analisis multivariat dari derajat beratnya pneumonia pasien COVID-19 (Skor
Variabel β IK 95% p
BAB VI
PEMBAHASAN
Subjek penelitian memiliki nilai median 64 dengan IQR 22. Pada sebuah
pasien COVID-19 di Jakarta dan area sekitarnya, kelompok usia yang dominan
kelompok usia lainnya (Setiadi dkk., 2022). Berbeda dengan penelitian yang
mendominasi penderita COVID-19 pada tahun 2020 adalah kelompok usia 15-49
tahun baik di Afrika, Asia, America Latin, America Utara, dan Oceania (Clark
dkk., 2020). Penelitian lain oleh Surendra dan kawan-kawan tentak karakteristik
(52,9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Surendra dan kawan-
dkk., 2021). Berbeda dengan penelitian oleh Binns dan kawan-kawan tentang
Sejalan dengan penelitian yang menarik data dari data pasien COVID-19 di
penelitian ini tiga proporsi tertinggi adalah Hipertensi (51.5%), Diabetes mellitus
korelasi –0.476. Fungsi 1,25(OH)2D3 yang merupakan bentuk aktif dari 25(OH)D
berkaitan erat dengan perkembangan respon imun innate dan adaptive dalam
vitamin D pada sistem imun adaptive adalah melalui efek langsung terhadap
73) adalah bentuk aktif dari CAMP. LL37 berikatan dengan spike protein dari
menghalangi virus untuk memasuki host. Selain itu LL37 juga dapat mencegah
replikasi virus dan ikatan virion (Islaminova., 2021). Cathelicidin yang dapat
diproduksi oleh makrofag dan sel epitel memiliki aktifitas antiviral, umumnya
data jurnal penelitian yaitu PubMed, Google Scholar, dan ScienceDirect, dan
(Mubina, 2021).
59
pasien yang mengalami infeksi COVID-19 derajat berat lebih banyak yang
orang yang menderita COVID-19 ringan dan sedang, pasien yang memiliki kadar
Vitamin D < 20 ng/mL hanya 34.3%, dikatakan berbeda secara bermakna dengan
p < 0.001. Pada penelitian ini juga dinyatakan bahwa defisiensi vitamin D (<20
hubungan antara kadar Vitamin D dengan derajat berat COVID-19, salah satunya
Desember 2020. Hasil penelitian lain oleh Davoudi dkk., di RS Pusat Infeksi
durasi rawat inap dan tingkat keparahan infeksi, Tidak ada hubungan dalam
derajat keparahan sedang yaitu 81,9%, ini mengakibatkan sebaran data cenderung
(Skor SCAP), dengan koefisien beta 0,23 (IK 95% 0,11 – 2,02), p < 0.05. Gejala
virus. Gejala awal yang dapat muncul berupa demam, nyeri otot, nyeri kepala,
batuk, nyeri tenggorokan, batuk dan hilangnya indra perasa atau penciuman.
Terdapat tiga fase COVID-19 yaitu infeksi awal, fase pulmonary dan fase
sistemik yang dapat melibatkan berbagai organ, fase ini dapat terjadi pada awitan
hari ke 7 hingga ke 15. Pada fase ini terjadi keterlibatan sitokin proinflamasi yang
dengan awitan hari ke 14, yang dilakukan oleh Xu dan kawan-kawan, paru-paru
membrane hyalin yang mengindikasikan adanya ARDS. Pada paru kiri, Nampak
inflammatory infiltrate yang didominasi oleh lymfosit ditemukan pada kedua paru
(Xu dkk., 2020) Penelitian oleh Poskurica dan kawan-kawan didapatkan bahwa
terdapat perbedaan signifikan antara awitan penyakit pada pasien COVID-19 yang
61
Median waktu dari awitan hingga terjadi sesak adalah 5 hari, median waktu dari
awitan hingga masuk rumah sakit adalah 7 hari, dan median waktu dari awitan
COVID-19 yang berat, kejadian masuk rumah sakit dan kematian akibat COVID-
19. Pada penelitian ini didapatkan status vaksinasi berpengaruh terhadap derajat
keparahan COVID-19, dengan koefisien beta – 0,36 (IK 95% -11,09 - -2,90)
terhadap sistem imun, agar sistem imun dapat terlatih untuk mengenali pathogen
dengan cara aktivasi CD4 sel T helper yang menstimulasi sel B untuk
menetralisasi antibody spesifik terhadap virus. CD8+ sel T sitotoksik agar dapat
mengenali dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus (WHO, 2020). Pada
sebuah penelitian yang mengamati berbagai merk dan jenis vaksin COVID-19,
derajat keparahan COVID-19, namun pada penelitian ini tidak didapatkan adanya
digunakan adalah pasien rawat inap di RSUP Sanglah yang merupakan rumah
sakit rujukan yang lebih banyak merawat pasien COVID-19 dengan derajat
62
sedang hingga kritis, subjek penelitian yang memiliki SCAP score ≥ 10 sebesar
pada penelitian ini masih terbatas sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil
adalah pasien rawat inap di RSUP Sanglah yang merupakan rumah sakit rujukan
yang lebih banyak merawat pasien COVID-19 dengan derajat sedang hingga
kritis, subjek penelitian yang memiliki SCAP score ≥ 10 sebesar 88.2% sehingga
ini masih terbatas. Begitu pula dengan metode penelitian ini yang merupakan
suatu penelitian cross sectional sehinggan kurang tepat untuk mengetahui sebab
BAB VII
7.1 Simpulan
kadar serum Vitamin D dengan derajat beratnya pneumonia pada pasien COVID-
19.
7.2 Saran
jumlah sample lebih besar dan melibatkan pasien pasien dengan COVID-19
tanpa gejala serta pasien COVID-19 derajat ringan, sehingga sebaran data
lebih heterogen.
sebab akibat dari kadar vitamin D serum terhadap derajat beratnya COVID-19.
64
DAFTAR PUSTAKA
Alquthami FR., Qadhi AH., Mustafa RA., Ghafouri KJ. 2021. The Impact of
Vitamin D Status on COVID-19 Severity among Hospitalized Patients in
the Western Region of Saudi Arabia, A Retrospective Cross-Section
Study. J Nutr Food Sci;11:826.
AlSafar, H., Grant, W.B., Hijazi, R., dkk. 2021. COVID-19 Disease Severity and
Death in Relation to Vitamin D Status among SARS-CoV-2-Positive UAE
Residents. Nutrients; 13: 1714.
Anurag, A dan Preetam M. 2021. Validation of PSI /PORT, CURB-65 and SCAP
scoring system in COVID-19 pneumonia for prediction of disease severity
and 14-day mortality. Clin Respir J; 15: 467–471.
Asih, NWS., Hubungan NLR, Kadar CRP Dan D-Dimer Terhadap Derajat
Keparahan Penyakit Pasien Covid-19 Di RSUDWangaya Denpasar. 2022.
Jurnal Medika Udayana; 11(12)
Bergman, P., Lindh, Bjorkhem-Bergman, L., dkk. 2013. Vitamin D and
Respiratory Tract Infections: A Systematic Review and Meta-Analysis of
Randomized Controlled Trials. PLoS One; 8(6): 1-9.
Bikle, D. 2014. Vitamin D Metabolism, Mechanism of Action, and Clinical
Applications. Chem Biol; 21(3): 319–329.
Binns, C.W., Lee, M.K., Doan, T.T.D., Lee, A., Pham, M., Zhao, Y. 2023.
COVID and Gender: A Narrative Review of the Asia-Pacific Region. Int.
J. Environ. Res. Public Health; 20: 245
Boechat, J.L., Chora I., Morais A., dkk. 2021. The immune response to SARS-
CoV-2 and COVID-19 immunopathology Current perspectives. Pulmoe;
1615:15.
Booth A, Reed AB, Ponzo S, Yassaee A, Aral M, Plans D, dkk. 2021. Population
risk factors for severe disease and mortality in COVID-19: A global
systematic review and meta-analysis. PLoS ONE; 16(3): e0247461.
Cai H. 2020. Sex difference and smoking predisposition in patients with COVID-
19. Lancet Respir Med; 8.
Catanzaro, M., Fagiani1, F., Racchi1, M., dkk. 2020. Immune response in
COVID-19: addressing a pharmacological challenge by targeting pathways
triggered by SARS-CoV-2. Signal Transduct Target Ther; 5: 84.
Cheruiyot, I., Kipkorir, V., Ngure, B., dkk. 2021. Cancer is associated with
coronavirus disease (COVID-19) severity and mortality: A pooled analysis.
Am J Emerg Med; 45:179–184.
65
Clark, A., Jit, M., Warren-Gash, C., dkk. 2020. Global, regional, and national
estimates of the population at increased risk of severe COVID-19 due to
underlying health conditions in 2020: a modelling study. Lancet Glob
Health; 8: e1003–17.
Crew, KD. 2013. Vitamin D: Are We Ready to Supplement for Breast Cancer
Prevention and Treatment?. Int Sch Res Notices; 2013: 22.
Daneshkhah, A., Eshein, A., Subramanian, H., dkk. 2020. The possible role of
vitamin D in suppressing cytokine storm of COVID-19 patients and
associated mortality. MedRxiv.
De Almeida-Pititto, BA., Dualib, PM., Zajdenverg, L., dkk. 2020. Severity and
mortality of COVID 19 in patients with diabetes, hypertension and
cardiovascular disease: a meta-analysis. Diabeto Metab Syndr; 12:75.
Edis, Z dan Bloukh, S.H. 2016. Vitamin D Deficiency: Main Factors Affecting
the Serum 25-Hydroxyvitamin D ([25(Oh)D]) Status And Treatment
Options. Int J Res; ,3(1): 197-211
Elham, A.S., Azam, K., Azam, J., dkk. 2021. Serum vitamin D, calcium, and zinc
levels in patients with COVID-19. E Spen Eur E J Clin Nutr Metab;
43 :276e282.
Espana, PP., Capelastegui A., Gorordo, I., dkk. 2006. Development and
Validation of a Clinical Prediction Rule for Severe Community-acquired
Pneumonia. Am J Respir Crit Care Med; 174: 1249-1256.
Fadl, N., Ali1, E., Salem, T. 2021. COVID-19: Risk Factors Associated with
Infectivity and Severity. Scand J Immunol; 93:e13039.
66
Galiero R, Pafundi P.C., Simeon V., Rinaldi L, Perrella A, Vetrano E, dkk. 2020.
Impact of chronic liver disease upon admission on COVID-19 in-hospital
mortality: Findings from COVOCA study. PLoS ONE; 15(12): e0243700.
Galiero R, Pafundi PC, Simeon V, Rinaldi L, Perrella A, Vetrano E, dkk. 2020.
Impact of chronic liver disease upon admission on COVID-19 in-hospital
mortality: Findings from COVOCA study. PLoS ONE; 15(12): e0243700.
Gorbalenya, A.E., Baker, S.C., Baric, R.S., de Groot, R.J., Drosten, C., Gulyaeva,
A.A., dkk. 2020. The species Severe acute respiratory syndrome-related
coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat
Microbiol; 5;536–544.
Grant, W.B., Lahore, H., McDonnell, S.L. 2020. Evidence that Vitamin D
Supplementation Could Reduce Risk of Influenza and COVID-19 Infections
and Deaths. Nutrients; 12: 988.
Gregory, J.M., Slaughter, J.C., Duffus, SH. 2021. COVID-19 Severity Is Tripled
in the Diabetes Community: A Prospective Analysis of the Pandemic’s
Impact in Type 1 and Type 2 Diabetes. Diabetes Care; 44:526–532.
Griffin G, Hewison M, Hopkin J, Kenny R, Quinton R, Rhodes J, dkk. 2020
Vitamin D and COVID-19: evidence and recommendations for
supplementation. R Soc Open Sci; 7.
Griffin M.D., Xing N., Kumar R. 2003. Vitamin D and its analogs as regulators of
immune activation and antigen presentation. Annu Rev Nutr; 23:117-45.
H. Surendra, I.R. Elyazar, B.A. Djaafara, dkk. 2021. Clinical characteristics and
mortality associated with COVID-19 in Jakarta, Indonesia: A hospital-
based retrospective cohort study. Lancet Reg Health West Pac; 9:100108.
Handayani, D., Hadi, D.R., Isbaniah F., dkk. Penyakit Virus Corona 2019. J
Respir Indo; 40:2.
Hernández, J.L., Nan, D., Fernandez-Ayala, M., dkk. 2020. Vitamin D Status in
Hospitalized Patients with SARS-CoV-2 Infection. J. Clin. Endocrinol.
Metab; 20(20): h: 1–11
Hoffmann, C., Casado JeL., H€arter, G., dkk. 2021. Immune deficiency is a risk
factor for severe COVID-19 in people living with HIV. HIV Med; 22:372-
378.
KDIGO. 2013. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney Disease. Kidney Int,3 (1).
Kennel, KA dan Drake, MT. 2013. Vitamin D in the cancer patient. Curr Opin
Support Palliat Care; 7(3): 272–277.
Kong, J., Zhu, X., Shi, Y., dkk. 2013 VDR attenuates acute lung injury by
blocking Ang-2-Tie-2 pathway and renin-angiotensin system. Mol
Endocrinol; 27:2116–2125.
Kumar, S., Nyodu, R., Maurya V.K., dkk. 2020. Host Immune Response and
Immunobiology of Human SARS-CoV-2 Infection. Dalam: Saxena, S.K,
editor. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Epidemiology, Pathogenesis,
Diagnosis, and Therapeutics. Singapore: Springer Nature Singapore. h. 43-
54.
Levani, Y., Prastya, AD., Mawaddatunnadila, S. Coronavirus Disease 2019
(COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan; 17(1); 44-57.
Li, G., Fan, Y., Lai, Y., Han, T., Li, Z., Zhou, P., dkk. 2020. Coronavirus
infections and immune responses. J Med Virol; 92(4): 424-32.
Li, X., Geng, M., Peng, Y., Meng, L., Lu, S. 2020. Molecular immune
pathogenesis and diagnosis of COVID-19. J Pharm Anal; 10(2): 102-108.
Lino, K., Guimarães, G.M.C., Alves, L.S., dkk. 2021. Serum ferritin at admission
in hospitalized COVID-19 patients as a predictor of mortality. Braz j infect
dis;25(2):101569.
68
Liu, Q., Qin, C., Liu, M., Liu, J. 2021. Effectiveness and safety of SARS-CoV-2
vaccine in real-world studies: a systematic review and meta-analysis. Liu et
al. Infectious Diseases of Poverty; 10:132.
Liu, Y., Gayle, A.A., Wilder-Smith, A., Rocklöv, J. 2020. The reproductive
number of COVID-19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel
Med; 27(2).
Marik P, Kory P, Varon J. 2020. Does vitamin D status impact mortality from
Sars-CoV-2 Infection. Med Drug Discov; 6:100041.
Matsushita, K., Ding, N., Kou, M., dkk. 2020. The Relationship of COVID-19
Severity with Cardiovascular Disease and Its Traditional Risk Factors: A
Systematic Review and Meta-Analysis. Glob Heart; 15(1): 64.
Mendes, M.M, Hart, K.H., Botelho, P.B., dkk. 2018. Vitmin D Status in the
Tropic : Is Sunlight Exposure The Main Determinant?. Nutrition Bulletin.
Menon T., Gandhi S., Tariq W, dkk. 2021. Impact of Chronic Kidney Disease on
Severity and Mortality in COVID-19 Patients: A Systematic Review and
Meta-analysis. Cureus; 13(4): e14279.
Mohamadian, M., Chiti, H., Shoghli, A., dkk. 2021. COVID-19: Virology,
biology and novel laboratory diagnosis. J Gene Med; 23: e3303.
Mubarik, S., Liu, X., Eshak, E.S., dkk. 2021. The Association of Hypertension
with the Severity of and Mortality From the COVID-19 in the Early Stage
of the Epidemic in Wuhan, China: A Multicenter Retrospective Cohort
Study. Front Med;8.
Murdaca, G., Pioggia, G., Negrini, S. 2020. Vitamin D and Covid-19: an update
on evidence and potential therapeutic implications. Clin Mol Allergy; 18:23.
Neto, FL., Marino, LO., Torres, A., dkk. 2021. Community-acquired pneumonia
severity assessment tools in patients hospitalized with COVID-19: a
validation and clinical applicability study. Clin Microbiol Infect; 7:
1037.e1e1037.e8.
Nielsen, N.M., Junker, T.G., Boelt, S.G., dkk. 2022. Vitamin D status and severity
of COVID-19. Sci. Rep; 12:19823
Nimitphong, H dan Holick, Mf. 2013. Vitamin D status and sun exposure in
Southeast Asia Dermatoendocrinol; 5: 34–37.
PDPI, PERKI, PAPDI, dkk. 2020. Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi ke-3.
Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI.
69
Poskurica, M., Stevanovic, D., Zdravkovic. V., dkk. 2022. Admission Predictors
of Mortality in Hospitalized COVID-19 Patients A Serbian Cohort Study. J
Clin Med; 11: 6109.
Qin, C., Zhou, L., Hu, Z., Zhang, S., Yang, S., Tao, Y., dkk. 2020. Dysregulation
of immune response in patients with COVID-19 in Wuhan, China. Clin
Infect Dis; 71(15): 762-768.
Riddle, M.C., Bakris, G., Blond, L., Boulton, A.J.M., D’Alessio, D., DiMeglio, L.
2020. American Diabetes Association Standards of Medical Care in
Diabetes 2021. Diabetes Care; 44 (1): 1-232.
Rowaiye, A.B., Okpalefe, O.A., Adejoke, O.O., dkk. 2021. Attenuating the
Effects of Novel COVID-19 (SARS-CoV-2) Infection-Induced Cytokine
Storm and the Implications. J Inflamm Res; 14:1487–1510.
Sanghera, D.K., Sapkota, B.R., Aston, C.E., Blackett, P.R. 2017. Vitamin D
Status, Gender Differences, and Cardiometabolic Health Disparities. Ann
Nutr Metab; 70:79–87.
Setiadi W., Rozi IE., Safari D., Daningrat WOD., Johar E., Yohan B., dkk. 2022.
Prevalence and epidemiological characteristics of COVID-19 after one
year of pandemic in Jakarta and neighbouring areas, Indonesia: A single
center study. PLoS ONE; 17(5): e0268241.
Setiawan, H., Purwanti, A., Sari, D.W.T., Pertiwi, I., Murtiani, F. Hubungan
Antara Kadar Vitamin D dengan Derajat Keparahan COVID-19. The
Indonesian Jounal of Infectious Disease; 8(1)
Shereen, M.A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., Siddique, R. 2020. Covid-19
infection: origin, transmission, and characteristics of human coronaviruses.
J Adv Res; 24: 91-98.
Taboada, M., Caruezo, V., Naveira, A., Atanassoff, P.G. 2020. Corticosteroids
and the hyper-inflammatory phase of the COVID-19 disease.
J. Clin. Anesth; 66: 109926.
Targher G., Mantovani A., Byrne C.D., dkk. 2020. Risk of severe illness from
COVID-19 in patients with metabolic dysfunction-associated fatty liver
disease and increased fibrosis scores. Gut; 0: 1–2.
Teymoori‐Rad, M., Shokri, F., Salimi, V., dkk. 2019. The interplay between
vitamin D and viral infections. Rev Med Virol.
Vo, P., Koppel, C., Espinola, J.A., dkk. 2018 Vitamin D status at the time of
hospitalization for bronchiolitis and its association with disease severity. J
Pediatr; 203:416–422.
Wang, C., Deng, R., Gou, L., dkk. 2020. Preliminary study to identify severe from
moderate cases of COVID-19 using NLR&RDW-SD combination
parameter. Ann Transl Med; 8(9):593.
Wang, J., Zhou, M., Liu, F. 2020. Exploring the reasons for healthcare workers
infected with novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp
Infect; 105:100-101
Wang, W., Hu, B., Hu, C., dkk. 2020. Clinical Characteristics of 138 Hospitalized
Patients With 2019 Novel Coronavirus–Infected Pneumonia in Wuhan,
China. JAM; 323(11):1061-1069
WHO. 2020. Tes Diagnostik untuk SARS-CoV-2 Panduan interim. (cite 2021 jul
10). Available from URL:
71
https://www.who.int/docs/defaultsource/searo/indonesia/covid19/tes-
diagnostik-untuk-sars-cov-2.pdf?sfvrsn=71ceeae7_2.
WHO. 2021. Clinical management of COVID-19: living guidance. (cite 2021 jul
10). Available from URL: https://www.who.int/publications/i/item/WHO-
2019-nCoV-clinical-2021-1.
Wu, C., Chen, X., Cai, Y., dkk. 2020. Risk Factors Associated With Acute
Respiratory Distress Syndrome and Death in Patients With Coronavirus
Disease 2019 Pneumonia in Wuhan, China. JAMA Intern. Med.
Xu, Z., Shi, Z., Wang, Y., dkk. 2020. Pathological findings of COVID-19
associated with acute respiratory distress syndrome. Lancet Respir Med;
8:420–22
Yang H., Xu, J., Liang, X., dkk. 2021. Autoimmune diseases are independently
associated with COVID-19 severity: Evidence based on adjusted effect
Estimates. J Infect; 82:e23–e26.
Ye, K., Tang F., Liao, X., dkk. 2020. Does Serum Vitamin D Level Affect
COVID-19 Infection and Its Severity? - A Case-Control Study. J Am Coll
Nutr; 40(8): 724-731.
Zhang, J., Xu, Y., Shen, B., dkk. 2021. The Association between Obesity and
Severity in Patients with Coronavirus Disease 2019: a Retrospective,
Single-center Study, Wuhan. Int J Med Sci; 18(8): 1768-1777.
72
73
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar
75
Sponsor/ Swadana
Sumber pendanaan
(asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, gagal napas, gagal organ.
Manefestasi klinis ini dipengaruhi oleh respon imun innate dan adaptive yang dapat
dipengaruhi oleh serum 25(OH)D, sehingga perlu diketahui apakah terdapat
hubungan kadar serum 25 (OH)D dengan derajat beratnya COVID-19. Dengan
mengetahui hubungan antara kadar vitamin D serum dengan derajat keparahan
pneumonia pada pasien COVID-19 maka diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah
sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan pengegolaan pasien COVID-
19 di rumah sakit, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada
pasien-pasien COVID-19.
Yang menjadi peserta penelitian ini adalah semua pasien COVID-19 yang
berusia 18 hingga 80 tahun, baik pria maupun Wanita. Jumlah peserta penelitian
adalah 68 orang. Akan dilakukan wawancara dan satu kali pengambilan sample darah
sebanyak 5 cc untuk melengkapi data penelitian. Waktu yang dibutuhkan responder
untuk mengikuti penelitian ini kurang lebih 15 menit. Penelitian ini sudah disetujui
oleh Komisi Etik Penelitian FK UNUD/ RSUP Sanglah yang telah melakukan telaah
proposal.
pengambilan darah. Risiko kerugian sosial juga tidak didapatkan. Risiko kerugian
ekonomi dan terhadap aspek legal juga tidak didapatkan pada pasien ini.
Pada penelitian tidak ada alternatif tindakan yang dilakukan, karena jenis tindakan
tersebut diatas yaitu pengambilan darah untuk menilai kadar vitamin D serum.
tentang penelitian ini. Bapak/ Ibu akan diberi salinan persetujuan yang sudah
ditandatangani ini.
Tanda tangan Bapak/ Ibu dibawah ini menunjukkan bahwa Bapak/ Ibu telah
membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya kepada
peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi peserta penelitian.
__________________________ __________________________
_____________________________________
Peneliti
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila (Diisi oleh
peneliti)
Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi tidak
dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian ini
(misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian invasive)
Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
Saksi:
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan dengan
benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan untuk
menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.
________________________________ __________________
Nama dan Tanda tangan saksi Tanggal
80
1 Nomor subyek
2 Nama
3 Inisial
4 Jenis kelamin
5 Tanggal lahir
6 Usia
7 Alamat
1 Kesadaran (GCS)
2 Respirasi x/mnt
3 Nadi x/mnt
5 Temperatur axila O
C
4 Berat badan Kg
5 Tinggi Badan cm
6 BMI Kg/m2
7 WBC .103/mm3
82
8 Limfosit .103/mm3
9 Hemoglobin mg/dL
10 MCV %
11 MCH %
12 Trombosit 103/mm3
13 BUN mg/dL.
14 SC mg/dL.
16 pH
17 pO2
18 PCO2
19 HCO3-
20 SaO2
Variabel Nilai
pH Arteri <7.3 Ya : 13
Tidak : 0
Tidak 0
Tidak : 0
Tidak : 0
Tidak : 0
Tidak : 0
Usia ≥ 80 tahun Ya : 5
Tidak : 0
Tidak : 0
84
Descriptives
Statistic Std. Error
WBC Mean 11.1300 .79508
95% Confidence Lower 9.5430
Interval for Mean Bound
Upper 12.7170
Bound
5% Trimmed Mean 10.5293
Median 9.2300
Variance 42.986
Std. Deviation 6.55639
Minimum 2.80
Maximum 36.14
Range 33.34
Interquartile Range 7.02
Skewness 1.596 .291
Kurtosis 3.190 .574
HB Mean 12.7016 .31045
95% Confidence Lower 12.0819
Interval for Mean Bound
Upper 13.3213
Bound
5% Trimmed Mean 12.7083
Median 12.6500
Variance 6.554
Std. Deviation 2.56007
Minimum 4.90
Maximum 22.90
Range 18.00
Interquartile Range 2.55
Skewness .283 .291
Kurtosis 3.673 .574
85
Variance 4.631
Std. Deviation 2.15209
Minimum .40
Maximum 11.20
Range 10.80
Interquartile Range 1.28
Skewness 3.138 .291
Kurtosis 10.066 .574
SGOT Mean 54.9353 3.74492
95% Confidence Lower 47.4604
Interval for Mean Bound
Upper 62.4102
Bound
5% Trimmed Mean 52.3235
Median 46.0000
Variance 953.661
Std. Deviation 30.88141
Minimum 14.80
Maximum 153.70
Range 138.90
Interquartile Range 34.78
Skewness 1.373 .291
Kurtosis 1.684 .574
SGPT Mean 44.9606 4.69921
95% Confidence Lower 35.5809
Interval for Mean Bound
Upper 54.3402
Bound
5% Trimmed Mean 40.9173
Median 28.7250
Variance 1501.612
Std. Deviation 38.75064
Minimum 5.00
Maximum 185.10
Range 180.10
Interquartile Range 34.10
Skewness 1.741 .291
87
Median 64.00
Variance 250.179
Std. Deviation 15.817
Minimum 18
Maximum 100
Range 82
Interquartile Range 22
Skewness -.506 .291
Kurtosis .532 .574
TD Sistolic Mean 107.34 3.251
95% Confidence Lower 100.85
Interval for Mean Bound
Upper 113.83
Bound
5% Trimmed Mean 107.22
Median 110.00
Variance 718.794
Std. Deviation 26.810
Minimum 50
Maximum 170
Range 120
Interquartile Range 40
Skewness -.120 .291
Kurtosis -.377 .574
RR Mean 27.51 .659
95% Confidence Lower 26.20
Interval for Mean Bound
Upper 28.83
Bound
5% Trimmed Mean 27.97
Median 30.00
Variance 29.567
Std. Deviation 5.438
Minimum 10
Maximum 33
Range 23
Interquartile Range 9
89
Mann-Whitney Test
Usia TD
(tahun) Sistolic RR pH Arteri BUN pO2
Mann-Whitney U 97.500 203.500 62.500 220.000 106.000 148.500
Wilcoxon W 133.500 2033.500 98.500 2050.000 142.000 1978.500
Z -2.714 -.699 -3.408 -.381 -2.551 -1.742
Asymp. Sig. (2- .007 .485 .001 .703 .011 .081
tailed)
Vitamin
D WBC PLT NLR SC
Mann-Whitney U 69.000 158.000 205.000 124.000 175.000
Wilcoxon W 1899.000 194.000 241.000 160.000 211.000
Z -3.255 -1.561 -.666 -2.208 -1.248
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .119 .505 .027 .212
Crosstab
SCALPkat
SCAP SCAP
lebih kurang
dari 10 dari 10 Total
Jenis Kelamin Perempuan Count 29 3 32
% within Jenis 90.6% 9.4% 100.0%
Kelamin
% within SCALPkat 48.3% 37.5% 47.1%
% of Total 42.6% 4.4% 47.1%
Laki-Laki Count 31 5 36
% within Jenis 86.1% 13.9% 100.0%
Kelamin
% within SCALPkat 51.7% 62.5% 52.9%
% of Total 45.6% 7.4% 52.9%
Total Count 60 8 68
% within Jenis 88.2% 11.8% 100.0%
Kelamin
% within SCALPkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.2% 11.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .333a 1 .564
Continuity Correctionb .040 1 .842
Likelihood Ratio .337 1 .562
Fisher's Exact Test .713 .424
Linear-by-Linear .328 1 .567
Association
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.76.
b. Computed only for a 2x2 table
94
Crosstab
SCALPkat Total
SCAP SCAP
lebih dari kurang
10 dari 10
alter mental sts 1.00 Count 26 0 26
% within alter mental 100.0% 0.0% 100.0%
sts
% within SCALPkat 43.3% 0.0% 38.2%
% of Total 38.2% 0.0% 38.2%
2.00 Count 34 8 42
% within alter mental 81.0% 19.0% 100.0%
sts
% within SCALPkat 56.7% 100.0% 61.8%
% of Total 50.0% 11.8% 61.8%
Total Count 60 8 68
% within alter mental 88.2% 11.8% 100.0%
sts
% within SCALPkat 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 88.2% 11.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.613 a
1 .018
Continuity Correctionb 3.928 1 .047
Likelihood Ratio 8.360 1 .004
Fisher's Exact Test .020 .016
Linear-by-Linear 5.530 1 .019
Association
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.06.
95
THORAK * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat
SCAP lebih SCAP kurang
dari 10 dari 10 Total
THORAK 1.00 Count 55 7 62
% within 88.7% 11.3% 100.0%
THORAK
% within 91.7% 87.5% 91.2%
SCALPkat
% of Total 80.9% 10.3% 91.2%
2.00 Count 5 1 6
% within 83.3% 16.7% 100.0%
THORAK
% within 8.3% 12.5% 8.8%
SCALPkat
% of Total 7.4% 1.5% 8.8%
Total Count 60 8 68
% within 88.2% 11.8% 100.0%
THORAK
% within 100.0% 100.0% 100.0%
SCALPkat
% of Total 88.2% 11.8% 100.0%
96
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significanc Sig. (2- Sig. (1-
Value df e (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .152 a
1 .696
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .139 1 .710
Fisher's Exact Test .543 .543
Linear-by-Linear .150 1 .698
Association
N of Valid Cases 68
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .71.
b. Computed only for a 2x2 table
HT * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat
SCAP lebih SCAP kurang
dari 10 dari 10 Total
HT Hipertensi Count 33 2 35
% within HT 94.3% 5.7% 100.0%
% within 55.0% 25.0% 51.5%
SCALPkat
% of Total 48.5% 2.9% 51.5%
Tidak Count 27 6 33
Hipertensi % within HT 81.8% 18.2% 100.0%
% within 45.0% 75.0% 48.5%
SCALPkat
% of Total 39.7% 8.8% 48.5%
Total Count 60 8 68
% within HT 88.2% 11.8% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
SCALPkat
% of Total 88.2% 11.8% 100.0%
97
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.543 a
1 .111
Continuity Correctionb 1.484 1 .223
Likelihood Ratio 2.635 1 .105
Fisher's Exact Test .144 .111
Linear-by-Linear 2.506 1 .113
Association
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3.88.
b. Computed only for a 2x2 table
DM * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat
SCAP lebih SCAP kurang
dari 10 dari 10 Total
DM DM Count 27 1 28
% within DM 96.4% 3.6% 100.0%
% within 45.0% 12.5% 41.2%
SCALPkat
% of Total 39.7% 1.5% 41.2%
Tidak Count 33 7 40
DM % within DM 82.5% 17.5% 100.0%
% within 55.0% 87.5% 58.8%
SCALPkat
% of Total 48.5% 10.3% 58.8%
Total Count 60 8 68
% within DM 88.2% 11.8% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
SCALPkat
% of Total 88.2% 11.8% 100.0%
98
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Exact
Significance Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.078 1 .079
a
CLD * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat
SCAP lebih SCAP kurang
dari 10 dari 10 Total
CLD CLD Count 8 3 11
% within CLD 72.7% 27.3% 100.0%
% within 13.3% 37.5% 16.2%
SCALPkat
% of Total 11.8% 4.4% 16.2%
Tidak Count 52 5 57
CLD % within CLD 91.2% 8.8% 100.0%
% within 86.7% 62.5% 83.8%
SCALPkat
% of Total 76.5% 7.4% 83.8%
Total Count 60 8 68
% within CLD 88.2% 11.8% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
SCALPkat
99
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.040 1 .081
a
CKD * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat
SCAP lebih SCAP kurang
dari 10 dari 10 Total
CKD CKD Count 22 0 22
% within CKD 100.0% 0.0% 100.0%
% within 36.7% 0.0% 32.4%
SCALPkat
% of Total 32.4% 0.0% 32.4%
Tidak Count 38 8 46
CKD % within CKD 82.6% 17.4% 100.0%
% within 63.3% 100.0% 67.6%
SCALPkat
% of Total 55.9% 11.8% 67.6%
Total Count 60 8 68
% within CKD 88.2% 11.8% 100.0%
100
Chi-Square Tests
Asymptotic Exact
Significance Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.336 a
1 .037
Continuity Correctionb 2.823 1 .093
Likelihood Ratio 6.753 1 .009
Fisher's Exact Test .047 .035
Linear-by-Linear 4.272 1 .039
Association
N of Valid Cases 68
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2.59.
b. Computed only for a 2x2 table
kardiovaskular * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat Total
SCAP SCAP
lebih dari kurang dari
10 10
kardiovask Penyakit Count 21 2 23
ular Kardiovasku % within 91.3% 8.7% 100.0%
lar kardiovaskular
% within SCALPkat 35.0% 25.0% 33.8%
% of Total 30.9% 2.9% 33.8%
Tidak Count 39 6 45
Penyakit % within 86.7% 13.3% 100.0%
KArdiovask kardiovaskular
ular % within SCALPkat 65.0% 75.0% 66.2%
% of Total 57.4% 8.8% 66.2%
Total Count 60 8 68
101
vaksin * SCALPkat
Crosstab
SCALPkat
SCAP lebih SCAP kurang
dari 10 dari 10 Total
vaksin Belum Count 32 3 35
Vaksin % within 91.4% 8.6% 100.0%
vaksin
% within 53.3% 37.5% 51.5%
SCALPkat
% of Total 47.1% 4.4% 51.5%
Vaksin Count 28 5 33
% within 84.8% 15.2% 100.0%
vaksin
% within 46.7% 62.5% 48.5%
SCALPkat
% of Total 41.2% 7.4% 48.5%
Total Count 60 8 68
% within 88.2% 11.8% 100.0%
vaksin
% within 100.0% 100.0% 100.0%
SCALPkat
% of Total 88.2% 11.8% 100.0%
102
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .708 a
1 .400
Continuity Correctionb .216 1 .642
Likelihood Ratio .713 1 .398
Fisher's Exact Test .471 .321
Linear-by-Linear .698 1 .403
Association
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.88.
b. Computed only for a 2x2 table
103
Correlations
Vitamin d-
SCAP D WBC HB PLT NLR SC SGOT SGPT dimer feritin onset
SCAP Correlation 1.000 -.476** .332** -.146 .217 .217 .064 -.177 -.314** .199 .131 .212
Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000 .006 .235 .076 .076 .604 .150 .009 .103 .286 .082
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
Vitamin Correlation -.476**
1.000 .029 .028 -.086 -.093 .121 .106 .292*
-.008 .010 .055
D Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 . .815 .823 .487 .449 .325 .389 .016 .945 .936 .657
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
WBC Correlation .332 **
.029 1.000 .011 .429 **
.453**
.139 .040 .140 .342 **
.309*
.071
Coefficient
Sig. (2-tailed) .006 .815 . .927 .000 .000 .257 .748 .256 .004 .010 .567
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
HB Correlation -.146 .028 .011 1.000 .090 -.028 -.010 -.097 .145 -.209 -.029 -.003
Coefficient
Sig. (2-tailed) .235 .823 .927 . .463 .822 .934 .433 .238 .087 .814 .979
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
PLT Correlation .217 -.086 .429** .090 1.000 .086 -.070 -.037 .211 .125 .085 .128
Coefficient
Sig. (2-tailed) .076 .487 .000 .463 . .488 .573 .762 .084 .310 .492 .299
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
NLR Correlation .217 -.093 .453 **
-.028 .086 1.000 .061 -.108 .048 .314 **
.297*
-.061
Coefficient
Sig. (2-tailed) .076 .449 .000 .822 .488 . .619 .380 .698 .009 .014 .622
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
SC Correlation .064 .121 .139 -.010 -.070 .061 1.000 -.036 .147 -.079 .250*
-.117
Coefficient
Sig. (2-tailed) .604 .325 .257 .934 .573 .619 . .772 .231 .521 .040 .344
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
SGOT Correlation -.177 .106 .040 -.097 -.037 -.108 -.036 1.000 .617** .073 .274* -.002
Coefficient
Sig. (2-tailed) .150 .389 .748 .433 .762 .380 .772 . .000 .556 .024 .984
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
SGPT Correlation -.314** .292* .140 .145 .211 .048 .147 .617** 1.000 -.061 .394** .115
Coefficient
104
Sig. (2-tailed) .009 .016 .256 .238 .084 .698 .231 .000 . .619 .001 .350
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
d-dimer Correlation .199 -.008 .342 **
-.209 .125 .314**
-.079 .073 -.061 1.000 .101 .018
Coefficient
Sig. (2-tailed) .103 .945 .004 .087 .310 .009 .521 .556 .619 . .414 .887
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
feritin Correlation .131 .010 .309* -.029 .085 .297* .250* .274* .394** .101 1.000 .204
Coefficient
Sig. (2-tailed) .286 .936 .010 .814 .492 .014 .040 .024 .001 .414 . .095
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
onset Correlation .212 .055 .071 -.003 .128 -.061 -.117 -.002 .115 .018 .204 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .082 .657 .567 .979 .299 .622 .344 .984 .350 .887 .095 .
N 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68 68
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
105