Anda di halaman 1dari 68

IDENTIFIKASI GENUS NYAMUK DEWASA YANG DITANGKAP PADA

SIANG HARI DI KELURAHAN MALALAYANG SATU BARAT


KOTA MANADO

SKRIPSI

Oleh :

SHERINA VESVERIA TAMPUBOLON

19011101107

Dosen Pembimbing:

dr. Victor David Pijoh, M.Kes, Sp. KKLP

Dr. dr. Greta Jane Pauline Wahongan, M.Kes, Sp. ParK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
IDENTIFIKASI GENUS NYAMUK DEWASA YANG DITANGKAP PADA
SIANG HARI DI KELURAHAN MALALAYANG SATU BARAT
KOTA MANADO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Sarjana Kedokteran Di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Oleh :

SHERINA VESVERIA TAMPUBOLON

19011101107

Dosen Pembimbing:

dr. Victor David Pijoh, M.Kes, Sp. KKLP

Dr. dr. Greta Jane Pauline Wahongan, M.Kes, Sp. ParK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI GENUS NYAMUK DEWASA YANG DITANGKAP PADA


SIANG HARI DI KELURAHAN MALALAYANG SATU BARAT
KOTA MANADO

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Sarjana Kedokteran Di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Oleh:

SHERINA VESVERIA TAMPUBOLON

19011101107

Menyetujui

dr. Victor D. Pijoh, M.Kes, Sp. KKLP Pembimbing I


NIP: 197208262002121003

Dr. dr. Greta J. P. Wahongan, M.Kes, Sp. ParK Pembimbing II


NIP: 197006182000032001

Dr. dr. Greta J. P. Wahongan, M.Kes, Sp. ParK Ketua Bagian Parasitologi
NIP: 197006182000032001

Dr. dr. Billy J. Kepel, M.Med.Sc, Sp.KKLP Dekan


NIP: 196606181996011001

i
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI

ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME, TANDA TANGAN
PEMBIMBING DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ARTIKEL

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sherina Vesveria Tampubolon

NIM : 19011101107

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Sarjana Kedokteran, baik di Universitas Sam Ratulangi maupun di
Perguruan Tinggi lainnya.
2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain kecuali bimbingan dan arahan Pembimbing I dan Pembimbing II,
serta koreksi dan/atau masukan dari Penguji I, Penguji II, dan Penguji III.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah disebutkan nama pengarang serta dicantumkan
dalam daftar pustaka.
4. Publikasi jurnal yang terkait dengan skripsi ini telah diketahui dan disetujui
oleh Pembimbing I dan Pembimbing II.
5. Tanda tangan dosen pembimbing skripsi, ketua bagian, dan dekan di lembar
pengesahan adalah asli dan tidak dipalsukan.
6. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, saya
bersedia untuk menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Manado, 5 Januari 2023


Yang membuat pernyataan,

Sherina Vesveria Tampubolon

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Anugerah dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
waktu di Bagian Parasitologi dengan judul,
“Identifikasi Genus Nyamuk Dewasa yang Ditangkap pada Siang Hari
di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado”
Penelitian ini dilakukan dan disusun dalam bentuk skripsi sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa
adanya doa, dukungan, bimbingan, dan nasihat dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Billy J. Kepel, M.Med.Sc, Sp.KKLP selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. Dr. dr. Greta J.P. Wahongan, M.Kes, Sp.ParK, selaku Ketua Bagian
Parasitologi yang telah memberikan izin dan arahan selama penelitian.
3. dr. Victor D. Pijoh, M.Kes, Sp.KKLP dan Dr. dr. Greta J.P. Wahongan,
M.Kes, Sp.ParK selaku Dosen Pembimbing I dan II atas bimbingan,
bantuan dan waktu yang diberikan sehingga skripsi ini bisa selesai tepat
waktu.
4. dr. Angle M. H. Sorisi, M.Sc, Sp.ParK, Prof. Dr. dr. Josef S. B. Tuda,
M.Kes, Sp.ParK(K), dan dr. Janno B. B. Bernadus, M.Biomed,
Sp.KKLP, selaku Dosen Penguji I, II, dan III atas kritik, saran dan arahan
demi tercapainya kesempurnaan pada skripsi ini.
5. dr. Angle M. H. Sorisi, M.Sc, Sp.ParK, selaku Dosen pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat dan dukungan sejak semester
satu hingga saat ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Kedokteran Unsrat yang telah
memberi ilmu, bimbingan dan motivasi selama masa perkuliahan.
7. Keluarga terkasih, Papa, Mama, Abang Anes, Eda Monica, Abang
Youone, dan Adik Evril atas kasih sayang, semangat, motivasi serta doa
yang diberikan kepada penulis.

v
8. Teman-teman SMA, Nicky, Alvaro, dan Edo yang selalu mengirimkan doa
dan dukungan dari Kota Yogyakarta.
9. Teman-teman perkuliahan, Zefanya, Marta, Roy, Yuda, Felix, Stanley,
Mumtaza, Vega yang menemani pasang-surut perantauan dari semester
satu sampai skripsi ini selesai.
10. Kakak-kakak Istora, Kak Chan, Kak Maria, Kak Diyana, Kak Dhea yang
telah memberikan masukan, semangat, dan doa dari Pulau Jawa selama
penulisan skripsi ini.
11. Teman-teman gereja, Naomi, Agnes, Hawila, Liza, yang telah memberikan
dukungan serta doa sejak awal perkuliahan sampai saat ini.
12. Teman-teman seperjuangan Bagian Parasitologi, Julia, Tristan, Marrisa,
Stephen yang telah berjuang bersama sejak awal penelitian hingga selesai.
13. Seluruh Pemerintah dan Masyarakat Kelurahan Malalayang Satu
Barat yang bersedia membantu dan memberi izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di lapangan.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar tercapainya kesempurnaan pada skripsi ini. Penulis juga berharap
skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Manado, 5 Januari 2023

Penulis

vi
ABSTRAK

IDENTIFIKASI GENUS NYAMUK DEWASA YANG DITANGKAP PADA


SIANG HARI DI KELURAHAN MALALAYANG SATU BARAT
KOTA MANADO

Sherina V. Tampubolon1), Victor D. Pijoh2), Greta J. P. Wahongan 2)


Bagian Parasitologi Universitas Sam Ratulangi, Manado

Email: sherinatampubolon011@student.unsrat.ac.id

Latar Belakang: Nyamuk merupakan vektor yang menyebabkan terjadinya


penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), chikungunya, filariasis, malaria,
dan Japanese Encephalitis. Dari 457 jenis nyamuk di Indonesia, yang paling
dominan adalah Aedes, Culex, dan Anopheles. Memastikan data nyamuk dan
mengenali vektor patogen penting untuk pengembangan strategi pengendalian
penyakit yang efektif. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui populasi dan
mengidentifikasi genus nyamuk dewasa yang ditangkap pada siang hari di
Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado. Metode: Penelitian dilakukan
dengan metode sweeping, menggunakan jaring serta aspirator. Penangkapan
nyamuk dilaksanakan pada sembilan lingkungan, dilakukan di satu titik pada tiap
lingkungan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Waktu penangkapan adalah
siang hari pada rentang waktu 08.00-17.00 WITA Hasil: Setelah menangkap 118
nyamuk dewasa dan diidentifikasi, nyamuk Aedes spp adalah genus terbanyak
dengan jumlah 60 nyamuk (50,8%), dan sisanya adalah 58 nyamuk (49,2%) Culex
spp, sedangkan Anopheles spp tidak ditemukan. Berdasarkan jenis kelamin, betina
mendominasi dengan jumlah 61 nyamuk (51,7%). Berdasarkan tempat
penangkapan, Aedes spp lebih banyak ditangkap di dalam ruangan, sedangkan
Culex spp di luar ruangan. Aedes spp paling banyak ditemukan di Lingkungan 7,
sedangkan Culex spp paling banyak ditemukan di Lingkungan 1 Kesimpulan:
Nyamuk Aedes spp adalah yang paling banyak ditangkap dibandingkan Culex spp,
sedangkan Anopheles spp tidak ditemukan.

Kata Kunci: vektor, nyamuk dewasa, genus

1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


2) Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

vii
ABSTRACT

IDENTIFICATION OF THE GENUS OF ADULT MOSQUITO CAUGHT


DURING THE DAY IN THE MALALAYANG SATU BARAT MANADO CITY

Sherina V. Tampubolon1), Victor D. Pijoh2), Greta J. P. Wahongan 2)


Department of Parasitology, Sam Ratulangi University, Manado

Email : sherinatampubolon011@student.unsrat.ac.id

Background: Mosquitoes are vectors that cause several diseases like Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF), chikungunya, filariasis, malaria, and Japanese
Encephalitis. Of 457 types of mosquitoes in Indonesia, the most dominant types are
Aedes, Culex, and Anopheles. Ensuring mosquito data and identifying pathogen
vectors is essential for developing effective disease control strategies. Purpose:
This study aims to determine the population and identify the genus of adult
mosquitoes caught during the day in the Malalayang Satu Barat Village, Manado
City. Methods: The research was implemented using the sweeping method, using a
net and an aspirator. Catching mosquitoes is carried out in nine areas, through
one point in each area, both indoors and outdoors. Catching time was during the
day between 08.00-17.00 WITA. Results: After capturing 118 adult mosquitoes and
identifying them, Aedes spp was the most common genus with 60 mosquitoes
(50.8%), and the remaining 58 Culex spp (49.2%), while Anopheles spp was
unknown. The Female sex was dominated by 61 (51.7%) mosquitoes. Aedes spp
was the most found indoors, while Culex spp at outdoors. Aedes spp was most
commonly found in Area 7, while Culex spp was in Area 1. Conclusion: Aedes spp
population was the hugest caught compared to Culex spp, while Anopheles spp was
unknown

Keywords: vector, adult mosquitoes, genus

1) Undergraduate student of Sam Ratulangi University Faculty of Medicine


2) Department of Parasitology, Sam Ratulangi University Faculty of Medicine

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................i

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..........................................iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT .......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

A. Taksonomi Nyamuk..................................................................................... 4
B. Morfologi Nyamuk ...................................................................................... 7
C. Perilaku Nyamuk ....................................................................................... 16
D. Penyakit-penyakit yang Disebabkan oleh Vektor Nyamuk ....................... 18
F. Kerangka Teori .......................................................................................... 21
G. Kerangka Konsep....................................................................................... 21

ix
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 22

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 22


B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 22
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 22
D. Definisi Operasional .................................................................................. 23
E. Instrumen ................................................................................................... 23
F. Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 24
G. Metode Pengumpulan data......................................................................... 24
H. Alur Penelitian ........................................................................................... 25
I. Pengelolaan dan Analisis Data .................................................................. 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 26

A. Hasil Penangkapan Nyamuk Dewasa ........................................................ 26


B. Pembahasan ............................................................................................... 29

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 34

A. Kesimpulan ................................................................................................ 35
B. Saran .......................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 36

LAMPIRAN .......................................................................................................... 40

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Penangkapan Nyamuk .............................................................. 26

Tabel 2. Jumlah Nyamuk Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 27

Tabel 3. Data Nyamuk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Genus ...................... 27

Tabel 4. Jumlah Nyamuk Berdasarkan Genus ................................................. 28

Tabel 5. Data Nyamuk Berdasarkan Genus dan Tempat Penangkapan .......... 28

Tabel 6. Data Nyamuk Berdasarkan Genus dan Lingkungan .......................... 29

Tabel 7. Master Tabel Hasil Identifikasi Nyamuk ........................................... 42

Tabel 8. Master Tabel Hasil Identifikasi dan Gambar Nyamuk ...................... 43

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Metamorfosis nyamuk ................................................................... 7

Gambar 2. Variasi bentuk telur nyamuk. ......................................................... 7

Gambar 3. Telur nyamuk. ................................................................................ 8

Gambar 4. Larva nyamuk. ............................................................................... 9

Gambar 5. Pupa nyamuk.................................................................................. 9

Gambar 6. Anatomi nyamuk dewasa secara umum ......................................... 10

Gambar 7. Palpus pada nyamuk dewasa Culex dan Aedes .............................. 11

Gambar 8. Sayap pada nyamuk Culex spp dan Aedes spp............................... 12

Gambar 9. Nyamuk Culex spp jantan dan betina............................................. 12

Gambar 10. Abdomen dan kaki pada Culex spp dan Aedes spp ...................... 13

Gambar 11. Ciri khas mesonotum pada nyamuk Aedes .................................. 13

Gambar 12. Mesonotum nyamuk Aedes .......................................................... 14

Gambar 13. Toraks nyamuk Aedes spp ........................................................... 14

Gambar 14. Kaki nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. ............................. 15

Gambar 15. Palpus pada nyamuk dewasa Anopheles. ..................................... 16

Gambar 16. Peta Malalayang Satu Barat Kota Manado .................................. 21

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .................................................................... 40

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian............................................................... 41

Lampiran 3. Master Tabel Hasil Identifikasi ................................................... 42

Lampiran 4. Master Tabel Hasil Identifikasi dan Gambar Nyamuk................ 43

Lampiran 5. Kunci Identifikasi Nyamuk Dewasa Genus Aedes ...................... 47

Lampiran 6. Kunci Identifikasi Nyamuk Dewasa Genus Culex ...................... 49

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit yang ditularkan melalui vektor menyumbang lebih dari 17% atau

sekitar 700.000 kasus dari semua kematian akibat penyakit menular setiap

tahunnya.(1) Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan, memindahkan

dan menjadi sumber penularan penyakit bagi manusia.(2) Nyamuk merupakan

salah satu vektor yang memengaruhi kesehatan manusia lebih dari artropoda

lainnya di seluruh dunia. Nyamuk mungkin kecil dalam segi ukuran, tetapi

sampai saat ini nyamuk merupakan makhluk hidup paling mematikan di bumi

menyebabkan 1.000.000 kematian pada manusia tiap tahunnya, mengalahkan

ular (100.000), anjing (30.000), dan siput air tawar (20.000). Melalui

gigitannya, nyamuk bertanggung jawab atas terjadinya beberapa penyakit tular

vektor seperti penyakit arbovirus Demam Berdarah Dengue (DBD),

chikungunya, malaria, filariasis (kaki gajah), serta Japanese encephalitis.(3)

Selain kematian akibat penyakit, nyamuk juga menyebabkan kerugian finansial

yang mencapai 149 miliar dolar per tahunnya.(4–6)

Nyamuk merupakan bagian dari kelas insekta, ordo diptera serta famili

culicidae. Genera yang terpenting bagi manusia yaitu Anopheles sebagai vektor

malaria, Culex sebagai vektor filariasis dan Japanese encephalitis, serta Aedes

sebagai vektor DBD dan chikungunya. Jumlah spesies nyamuk di dunia saat ini

mencapai 3600 spesies dalam 41 genera, dan Indonesia adalah negara kedua

dengan spesies nyamuk terbanyak di dunia serta memiliki jumlah spesies


endemik tertinggi. Tercatat lebih dari 457 jenis nyamuk di Indonesia, yang

didominasi oleh 125 jenis Aedes, 82 jenis Culex, dan 80 jenis Anopheles. Angka

jumlah spesies di daerah tropis lebih tinggi dibandingkan daerah dingin, karena

daerah tropis memiliki kecocokan bagi perkembangbiakan nyamuk. (3,4,7–9)

Pada tahun 2021 terdapat 73.518 kasus DBD dengan jumlah kematian

sebanyak 705 kasus di Indonesia. Angka kesakitan di Sulawesi Utara relatif

rendah dengan 19,5%. Namun, angka kematian di Sulawesi Utara mencapai

2,68%, dan menempati urutan ketiga setelah Jawa Tengah dan Gorontalo.

Berdasarkan penelitian mengenai sebaran DBD yang dilakukan pada tahun

2019, Kota Manado menyumbang 165 kasus DBD, dan Kecamatan Malalayang

adalah yang tertinggi di Kota Manado. Pada tahun 2022, berdasarkan data dari

Puskesmas Minanga, Kelurahan Malalayang Satu Barat menyumbang 7 kasus

DBD. Angka kesakitan malaria di Indonesia mengalami kenaikan dari 0,9%

pada tahun 2020, menjadi 1,1% pada tahun 2021, dengan 0,28% di Sulawesi

Utara. Pada tahun 2019, terdapat 685 kasus malaria yang di Provinsi Sulawesi

Utara, dan Kota Manado adalah yang tertinggi dengan 136 kasus. Jumlah kasus

Filariasis di Indonesia adalah 9.354 kasus, dengan 17 diantaranya ditemukan di

Sulawesi Utara. (10–12)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi

genus nyamuk yang ditangkap pada siang hari di Kelurahan Malalayang Satu

Barat, Kota Manado, karena memastikan data nyamuk dan mengenali vektor

patogen sangat penting untuk pengembangan strategi pengendalian penyakit

yang efektif.(8)

2
B. Rumusan Masalah

Bagaimana identifikasi genus nyamuk dewasa yang ditangkap pada siang

hari di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui populasi nyamuk dewasa yang ditangkap pada siang

hari di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado.

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi genus nyamuk dewasa yang ditangkap pada siang

hari di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang genus nyamuk dewasa yang

tersebar di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado.

2. Memberi data tentang genus nyamuk di Kelurahan Malalayang Satu Barat

Kota Manado, dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi serta acuan

dalam membuat program pencegahan oleh instansi dan pemerintah

setempat.

3. Sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang sarjana di Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi, serta menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai jenis nyamuk yang tersebar di Kelurahan Malalayang Satu Barat

Kota Manado.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Nyamuk

1. Genus Culex

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera

Infra Ordo : Culicomorpha

Super Famili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub Famili : Culicinae

Tribus : Culicini

Genus : Culex

Nyamuk Culex spp merupakan vektor dari penyakit filariasis dan

Japanese encephalitis. Berikut nyamuk Culex spp yang ditemukan dan

menyebabkan masalah di wilayah Asia Tenggara:(13)

a. Cx. fuscocephala e. Cx. quinquefasciatus

b. Cx. bitaeniorhynchus f. Cx. tritaeniorhynchus

c. Cx. gelidus g. Cx. vishnui

d. Cx. perexiguus h. Cx. whitmorei


2. Genus Aedes

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera

Infra Ordo : Culicomorpha

Super Famili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub Famili : Culicinae

Tribus : Culicini

Genus : Aedes

Nyamuk Aedes spp merupakan vektor penyakit arbovirus seperti

Demam Berdarah Dengue (DBD), chikungunya, dan beberapa spesies juga

menularkan penyakit filariasis. Berikut adalah beberapa nyamuk Aedes spp

yang ditemukan dan menyebabkan masalah di wilayah Asia Tenggara: (13)

a. Ae. aegypti

b. Ae. albopictus

c. Ae. niveus

d. Ae. vittatus

5
3. Genus Anopheles

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub Ordo : Nematocera

Infra Ordo : Culicomorpha

Super Famili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub Famili : Anophellinae

Tribus : Anophelini

Genus : Anopheles

Nyamuk Anopheles adalah vektor utama dari penyakit malaria.

Berikut beberapa spesies nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularan

penyakit malaria di Indonesia:(13)

a. An. sinensis j. An. flavirostris

b. An. sundaicus k. An. barbumbrosus

c. An. maculatus l. An. ludlowi

d. An. letifer m. An. farauti

e. An. nigerrimus n. An. punctulatus

f. An. subpictus o. An. koliensis

g. An. balabacensis p. An. karwari

h. An. aconitus q. An. bancrof

i. An. barbirostris

6
B. Morfologi Nyamuk

Nyamuk adalah insekta yang holometabola atau mengalami metamorfosis

sempurna, melewati empat tahap berbeda yaitu, telur, larva, pupa, dan nyamuk

dewasa.

DEWASA

TELUR
PUPA

LARVA

Gambar 1. Metamorfosis nyamuk. (4)

1. Telur

Bentuk telur nyamuk umumnya bervariasi, ada yang memanjang,

bulat, ataupun lonjong. Lapisan terluar kulit telur nyamuk disebut korion.

(14)

Gambar 2. Variasi bentuk telur nyamuk.


(A) Anopheles (B) Culex, (C) Aedes. (14)

7
Anopheles meletakkan telurnya terpisah satu per satu di permukaan

air membentuk pola ‘Chinese figure’. Telur Anopheles memiliki

memiliki kompartemen berisi udara yang mengapit telur, dan berfungsi

sebagai pelampung. Nyamuk Aedes meletakkan telurnya terpisah pada

dinding wadah air. Sedangkan nyamuk Culex meletakkan telur saling

berlekatan sehingga membentuk gambaran rakit (raft) pada permukaan

air. (15,16)

(A) (B) (C)


Gambar 3. Telur nyamuk.
(A) Culex, (B) Aedes, (C) Anopheles. (14)

2. Larva

Setelah 2-4 hari telur akan menetas menjadi larva yang hidup dalam

air. Larva dari sebagian besar spesies memakan bahan organik dan

mikroorganisme dalam air agar dapat bertumbuh. (4) Selanjutnya, larva

akan melewati 4 substadium (instar). Pertumbuhan larva mulai dari

stadium I sampai stadium IV berlangsung 6-8 hari. (16)

Berbeda dengan larva Anopheles, larva Culex spp dan Aedes spp

tegak lurus terhadap permukaan air, serta digantungkan oleh siphon yang

berfungsi sebagai tabung pernapasan. Larva Aedes spp memiliki siphon

yang pendek dan seberkas rambut tunggal. Larva Culex spp memiliki

siphon yang lebih panjang dan beberapa rumbai rambut siphon. Larva

8
Anopheles spp terletak sejajar dengan permukaan air, dan bernafas

melalui spirakel yang ditemukan di segmen abdomen. (15)

(A) (B)

Gambar 4. Larva nyamuk.


(A) Aedes (kanan) dan Culex (kiri), (B) Anopheles. (15)

3. Pupa

Sesudah melewati seluruh instar, larva akan berubah menjadi pupa

yang sejatinya tidak makan dan dapat hidup 1-3 hari sebelum menjadi

nyamuk dewasa. (4) Pupa nyamuk umumnya dikenal sebagai tumblers,

menyerupai tanda koma. Kepala dan toraks pupa bersatu membentuk

cephalothorax dan perut melengkung di bawahnya. Menjalar dari

mesothorax dorsal, terdapat sepasang tabung pernapasan, atau terompet

udara, yang membantu pupa untuk memperoleh oksigen di permukaan air.

(A) (B) (C)

Gambar 5. Pupa nyamuk.


(A) Anopheles, (B) Aedes, (C) Culex. (17)

9
4. Nyamuk Dewasa

Peralihan pertumbuhan dari pupa menjadi nyamuk dewasa

memerlukan waktu l-3 hari hingga beberapa minggu. Pupa jantan akan

menetas terlebih dahulu. Setelah menetas, nyamuk jantan biasanya tidak

akan jauh dari perindukannya, karena menunggu nyamuk betina untuk

berkopulasi. Nyamuk betina kemudian akan mengisap darah manusia atau

hewan yang akan diperlukan dalam pembentukan telur. Sedangkan

nyamuk jantan mengisap nektar bunga. (4,16)

Nyamuk relatif berukuran kecil sekitar 4-13 mm dan memiliki tubuh

yang rapuh. Di bagian kepala, terdapat probosis yang halus dan

panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada nyamuk betina

dipakai untuk mengisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan dipakai

untuk mengisap cairan misalnya pada tumbuhan, buah dan juga keringat.

Terdapat palpus dan sepasang antena di bagian kiri dan kanan probosis.

Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) sedangkan pada

nyamuk betina jarang (pilose).

Gambar 6. Anatomi nyamuk dewasa secara umum. (14)

10
Toraks yang dominan tampak pada nyamuk (mesonotum) umumnya

diliputi oleh bulu-bulu halus. Warna bulu tersebut putih hingga gelap,

juga membentuk gambaran khas bagi setiap spesies. Pada mesonotum

bagian posterior, terdapat skutelum. Pada nyamuk Anophelini bentuk

skutelum melengkung (rounded), dan pada nyamuk culicini membentuk

tiga lengkungan (trilobus). Bentuk sayap nyamuk panjang dan ramping,

terdapat vena yang sepanjang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap

(wing scales). Di pinggir sayap, ditemukan sederetan rambut yang kerap

disebut umbai (fringe). Bentuk abdomen nyamuk adalah silinder.

Nyamuk memiliki 3 pasang kaki (heksapoda) yang letaknya pada toraks.

Setiap kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia, serta 5 ruas tarsus. (16)

a. Genus Culex

Pada nyamuk Culex betina, palpi lebih pendek atau sekitar 1/4

sampai setengah dari panjang probosis dan ramping. Sedangkan

pada nyamuk jantan, palpi lebih panjang dari probosis.

Gambar 7. Palpus pada nyamuk dewasa Culex dan Aedes. (13)


Betina (kiri) dan jantan (kanan).

11
Pada Cx. tritaeniorhynchus probosis dengan gelang pucat di

bagian tengah dan meluas sampai ventral bagian pangkal, dan pada

Cx. quinquefasciatus probosis tanpa ada tambahan gelang. Sayap

pada Cx. bitaeniorhynchus diliputi sisik-sisik kecil kehitaman dan

terdapat bintik putih.

Gambar 8. Sayap pada nyamuk Culex spp dan Aedes spp.(13)

Gambar 9. Nyamuk Culex spp jantan (kiri) dan betina (kanan).

Pada mesonotum nyamuk Culex terdapat sisik-sisik coklat dan

bergelang pucat pada segmen abdomen. Abdomen dan tungkai

umumnya tumpul. Pada tungkai tidak ditemukan gelang putih.

(13,18)

12
Gambar 10. Abdomen dan kaki pada Culex spp dan Aedes spp.(13)

b. Genus Aedes

Sama seperti nyamuk Culex, palpi pada Aedes betina lebih

pendek dari probosis sekitar 1/4 sampai setengah dari belalai dan

ramping. Sedangkan pada nyamuk jantan lebih panjang dari belalai.

Gambaran khas pada nyamuk Aedes dapat kita lihat pada daerah

mesonotum. Aedes dewasa memiliki gambaran yang khas pada

toraks, dibentuk oleh sisik berwarna putih atau perak, dan bervariasi

antar spesies. Contoh pada spesies Ae. aegypti terdapat gambaran

khas lyre-form. Sedangkan pada Ae. albopictus terdapat garis putih

pola median-longitudinal. (19)

(A) (B)

Gambar 11. Ciri khas mesonotum pada nyamuk Aedes.


(A) Ae. aegypti (B) Ae. albopictus. (19)

13
Aedes aegypti Aedes albopictus
Gambar 12. Mesonotum nyamuk Aedes.

Pada Mesonotum Ae. aegypti ditandai dengan sepasang garis

putih melengkung lateral (half-moon shape). Sedangkan mesonotum

pada Ae. albopictus, terdapat garis tengah sempit berwarna putih

keperakan. Pada Ae. vittatus mesonotum diliputi 4-6 bintik kecil

berwarna putih. Pada Ae. niveus mesonotum ditutupi sisik putih.

Berbeda dengan nyamuk dewasa Culex, pada nyamuk Aedes spp

perut dan kaki adalah runcing. Nyamuk Aedes spp dewasa

mempunyai warna dasar hitam dengan bintik- bintik putih terutama

pada kakinya. (13)

Ae. aegypti Ae. albopictus Ae. vittatus Ae. niveus

Gambar 13. Toraks nyamuk Aedes spp. (13)

14
Gambar 14. Kaki nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus. (13)

c. Genus Anopheles

Nyamuk dewasa anophelini jantan dan betina memiliki palpus

yang panjangnya hampir sama dengan panjang probosis.

Perbedaanya, pada nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal

berbentuk gada (club form), sedangkan pada betina ruas tersebut

mengecil. Sisik-sisik sayap pada bagian pinggir berkelompok

membentuk gambaran belang hitam dan putih.

Pada sayap Anopheles dewasa area pucat pada costa dan subcosta

sayap adalah <4 pada Subgenus Anopheles dan >4 pada Subgenus

Cellia. Bagian ujung sisik sayap membentuk lengkung (tumpul).

Bagian posterior abdomen sedikit melancip. Pada An. balabacensis,

An. farauti, An. punctulatus, An. maculatus, An. sundaicus terdapat

bercak di kaki. (13)

15
Gambar 15. Palpus pada nyamuk dewasa Anopheles.
Betina (kiri) dan jantan (kanan). (13)

C. Perilaku Nyamuk

Umur nyamuk umumnya berbeda-beda. Nyamuk betina biasanya hidup

lebih lama dari nyamuk jantan, yaitu berkisar 2 minggu hingga 2-3 bulan.

Hospes yang disukai nyamuk juga berbeda-beda. Ada nyamuk yang hanya

mengisap darah manusia (antropofilik), darah binatang (zoofilik), dan lebih

suka mengisap darah binatang dibandingkan darah manusia (antropozoofilik).

Setelah mengisap darah dari hospes, nyamuk akan mencari tempat untuk

menunggu perkembangan telur, ataupun istirahat sementara pada waktu masih

aktif mengisap darah. Nyamuk dikatakan bersifat endofilik jika memilih tempat

istirahat di dalam rumah seperti dinding rumah. Sedangkan nyamuk bersifat

eksofilik apabila memilih tempat istirahat di luar rumah misalnya tanaman,

kandang hewan, tempat yang dekat tanah atau agak tinggi.

Aktivitas nyamuk dalam hal menggigit hospes juga berbeda-beda. Ada

nyamuk yang mengisap darah pada malam hari disebut night-biters. Ada pula

nyamuk yang mengisap darah pada siang hari atau disebut day-biters. Sifat

16
nyamuk yang menggigit hospes di dalam rumah disebut dengan endofagik dan

yang menggigit di luar rumah disebut eksofagik.

1. Nyamuk Culex spp

Culex spp betina bertelur di permukaan air tawar atau tergenang,

seperti tong, kolam yang tidak terawat, anak sungai, parit, dan daerah rawa.

Telur saling menempel membentuk gambaran rakit yang mengapung di atas

air, berjumlah 100 hingga 300 telur. Nyamuk betina dewasa membutuhkan

darah untuk menghasilkan telur, karena itu ia menggigit manusia dan

hewan. Nyamuk Culex tidak terbang dengan jarak jauh hanya sekitar 3,2km.

(20)

Nyamuk Culex spp menggigit manusia dan hewan sepanjang

malam, di dalam maupun luar ruangan. Pada siang hari mereka tidak aktif

dan sering ditemukan beristirahat di sudut-sudut gelap kamar, gorong-

gorong, dan juga di lubang pohon daerah berhutan. (17)

2. Nyamuk Aedes spp

Nyamuk betina Ae. aegypti umumnya mengisap darah manusia pada

siang hari baik di dalam maupun luar rumah. Terdapat dua puncak waktu

pengisapan darah, yaitu pada siang hari (10.00-12.00) dan sebelum matahari

terbenam (15.00-17.00). Nyamuk Ae. aegypti biasanya beristirahat di

semak-semak atau tanaman rendah misalnya rerumputan di halaman, kebun,

pekarangan rumah, juga benda-benda yang tergantung dalam rumah seperti

pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya. Umur nyamuk dewasa betina

di alam bebas berkisar selama 10 hari, sedangkan di laboratorium dapat

17
hidup mencapai dua bulan. Ae. aegypti mampu terbang hingga 2 kilometer,

walaupun jarak terbangnya relatif pendek, kurang lebih 40 meter.(16)

3. Nyamuk Anopheles spp

Tempat perindukan nyamuk anophelini dapat dibagi menurut 3

kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman, dan kawasan gunung. Di

kawasan pantai misalnya pada tanaman bakau, rawa dan empang sepanjang

pantai. Di kawasan pedalaman misalnya pada sawah, rawa, empang, saluran

irigasi dan sungai. Di kawasan gunung misalnya perkebunan atau hutan.

Nyamuk anophelini aktif mengisap darah hospes pada malam hari

atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang anophelini berkisar 0,5-3km.

Anophelini dapat juga terbang mencapai puluhan kilometer yang

dipengaruhi oleh transportasi (bus, kereta api, dan kapal laut), juga

kencangnya angin. Umur nyamuk dewasa anophelini di alam bebas adalah

1-2 minggu, dan mencapai 3-5 minggu di laboratorium. (16)

D. Penyakit-penyakit yang Disebabkan oleh Vektor Nyamuk

1. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit virus yang vektor

utamanya adalah Aedes aegypti, dan vektor potensialnya adalah Aedes

albopictus. Beberapa gejala klinis DBD adalah demam tinggi yang terus-

menerus selama 2-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang biasanya

didahului dengan tanda khas berupa bintik-bintik merah (petechiae) pada

badan penderita. Penderita DBD dapat mengalami syok hingga meninggal.

Sampai saat ini DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia. (16)

18
2. Malaria

Malaria adalah penyakit yang vektornya adalah nyamuk anophelini,

yaitu genus Anopheles. Pada tahun 2020 kematian akibat malaria meningkat

sebesar 12% dibandingkan tahun 2019, yaitu sekitar 627.000, dengan

perkiraan bahwa 47.000 (68%) dari tambahan 69.000 kematian adalah

karena adanya gangguan layanan selama pandemi COVID-19. (21) Gejala

klasik pada malaria yaitu demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala,

nyeri otot, dan malaise. Dalam bentuk yang lebih berat pasien mungkin

datang dengan syok medis, delirium, atau koma. Diagnosis pasti pada

malaria ditegakkan melalui identifikasi parasit dalam darah.(22)

3. Chikungunya

Keluhan umum dari infeksi virus chikungunya adalah demam dan

sakit sendi. Keluhan lain yang mungkin menyertai adalah sakit kepala, sakit

bagian otot, nyeri sendi, dan rash. Penyakit virus chikungunya tidak selalu

menyebabkan kematian, tetapi keluhan yang ada dapat menjadi berat dan

menetap. Kebanyakan pasien akan pulih sepenuhnya, tapi pada beberapa

kasus nyeri sendi dapat persisten sampai berbulan-bulan bahkan tahun. (23)

4. Filariasis Limfatik

Filariasis limfatik atau yang dikenal sebagai kaki gajah, adalah

penyakit tropis yang terjadi ketika parasit filaria ditularkan ke manusia

melalui nyamuk. Disebabkan oleh penyumbatan pembuluh limfatik oleh

cacing filaria yang disebut Wuchereria bancrofti. Parasit ini umumnya

ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasciatus pada daerah perkotaan.

Pada perdesaan vektornya dapat berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk

19
Aedes. Manifestasi penyakit yang dapat terjadi yaitu limfedema, kaki gajah,

dan pembengkakan skrotum terjadi di kemudian hari, serta dapat

menyebabkan cacat permanen. Beberapa orang mengalami gejala

tambahan, seperti demam, menggigil, dan depresi mental. (16,24,25)

5. Japanese Encephalitis

Japanese encephalitis merupakan penyakit epidemik ensefalitis

akibat utama di dunia, dengan 70.000 kasus klinis, dan sekitar 15.000 jiwa

meninggal setiap tahun. Sekitar 25% kasus JE bergejala fatal dan sangat

progresif, 50% kasus menyebabkan gejala sisa neuropsikiatri, dan hanya

25% kasus yang sembuh total. Virus ini ditularkan oleh nyamuk Culex,

terutama Cx. tritaeniorhynchus. Epidemi JE terfokus pada negara-negara di

Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Tenggara, terutama Cina dan

Vietnam. (22)

E. Kelurahan Malalayang Satu Barat

Kelurahan Malalayang Satu Barat adalah satu dari sembilan kelurahan yang

merupakan bagian dari Kecamatan Malalayang. Adapun luas Kelurahan

Malalayang Satu Barat adalah 5743 km2, dan terdiri dari sembilan lingkungan.

Jumlah penduduk di kelurahan ini mencapai 5.665 jiwa dengan 1.376 kepala

keluarga. Penduduk didominasi dengan mata pencaharian sebagai PNS,

Karyawan swasta, petani, dan buruh. Kelurahan ini di bawah naungan

Puskesmas Minanga.

20
Gambar 16. Peta Malalayang Satu Barat, Kota Manado

F. Kerangka Teori

G. Kerangka Konsep

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei deskriptif yang dilakukan dengan menggunakan

metode potong lintang (cross-sectional).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Desember 2022.

2. Tempat

Pengambilan sampel nyamuk dilakukan di Kelurahan Malalayang Satu

Barat Kota Manado, sedangkan identifikasi nyamuk dilakukan pada

Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Seluruh nyamuk dewasa di Kelurahan Malalayang Satu Barat Kota Manado.

2. Sampel

Seluruh nyamuk dewasa yang ditangkap pada siang hari di Kelurahan

Malalayang Satu Barat Kota Manado.

a. Kriteria Inklusi

Nyamuk dewasa yang berhasil ditangkap.


b. Kriteria Ekslusi

Nyamuk yang mengalami kerusakan morfologi dan tidak dapat

diidentifikasi.

D. Definisi Operasional

1. Genus atau marga adalah tingkatan taksonomi di bawah famili dan di atas

spesies, yaitu Aedes, Culex, dan Anopheles.

2. Nyamuk dalam penelitian ini adalah nyamuk dewasa yang ditangkap dan

diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi.

3. Malalayang Satu Barat adalah salah satu kelurahan yang merupakan bagian

dari Kecamatan Malalayang Kota Manado Sulawesi Utara.

E. Instrumen

1. Alat 2. Bahan

a. Net/jaring nyamuk a. Wadah plastik

b. Aspirator b. Kertas

c. Mikroskop Kamera c. Label

d. Gunting d. Alat tulis

e. Laptop e. Karet gelang

f. Aplikasi f. Jarum pentul

g. Lem

23
F. Cara Kerja Penelitian

1. Nyamuk dewasa ditangkap dengan cara sweeping

a. Siapkan alat dan bahan, yaitu net/jaring, aspirator, dan wadah untuk

nyamuk.

b. Observasi tempat pengambilan sampel, sambil mencoba menangkap

nyamuk.

c. Tangkap nyamuk dengan net/jaring, kemudian pindahkan nyamuk ke

wadah menggunakan aspirator.

d. Menuliskan jam dan lokasi detail penangkapan pada label kosong, lalu

label ditempel pada wadah nyamuk.

2. Identifikasi jenis nyamuk

a. Setelah nyamuk ditangkap, kemudian sampel dimasukkan ke dalam

kulkas untuk mematikan nyamuk.

b. Nyamuk dipitting dengan menggunakan jarum agar mudah dalam

melakukan identifikasi.

c. Menentukan Genus nyamuk di bawah mikroskop menggunakan kunci

identifikasi bergambar dari Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.(26,27)

G. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara

menangkap nyamuk, lalu mengidentifikasi genus nyamuk yang telah ditangkap

dibawah mikroskop, diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi, lalu

melakukan pencatatan.

24
H. Alur Penelitian

I. Pengelolaan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah menjadi bentuk tabel atau diagram

menggunakan aplikasi, selanjutnya diuraikan dalam bentuk narasi untuk ditulis

pada pembahasan.

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penangkapan Nyamuk Dewasa

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Malalayang Satu Barat, Kota Manado,

sejak bulan September hingga Desember. Penangkapan nyamuk dilaksanakan

pada sembilan lingkungan yang ada, dilakukan di satu titik pada tiap

lingkungan, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Dengan

menggunakan metode sweeping dan berdurasi 30 menit setiap kali

penangkapan, nyamuk dewasa yang ditangkap berjumlah 118 nyamuk.

Selanjutnya, nyamuk diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop kamera di

Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Hasil penangkapan nyamuk dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penangkapan Nyamuk


Lokasi Tempat Jumlah Nyamuk Keterangan
Lingkungan 1 Dalam ruangan 5
Luar ruangan 9
Lingkungan 2 Dalam ruangan 8
Luar ruangan 6
Lingkungan 3 Dalam ruangan 7
Luar ruangan 4
Senin, 28/11/2022
Lingkungan 4 Dalam ruangan 9
Luar ruangan 7
Lingkungan 5 Dalam ruangan 5
Luar ruangan 4
Lingkungan 6 Dalam ruangan 7
Luar ruangan 5
Lingkungan 7 Dalam ruangan 8
Luar ruangan 10
Lingkungan 8 Dalam ruangan 4
Selasa, 29/11/2022
Luar ruangan 6
Lingkungan 9 Dalam ruangan 7
Luar ruangan 7
Total 118
1. Data Nyamuk Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jumlah nyamuk berdasarkan

jenis kelamin yaitu dari 118 nyamuk terdapat 61 nyamuk betina (51,7%)

dan 57 nyamuk jantan (48,3%). Data jumlah jenis kelamin nyamuk tersebut

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Nyamuk Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)
Betina 61 51,7%
Jantan 57 48,3%
Total 118 100%

Pada Aedes spp jenis kelamin betina adalah yang paling dominan

dengan jumlah 33 nyamuk (55%), sedangkan pada Culex spp jenis kelamin

yang paling banyak adalah jantan dengan jumlah 30 nyamuk (51,7%). Data

jenis kelamin dan genus dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Nyamuk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Genus


Genus
Jenis Kelamin Aedes spp Culex spp
N % N %
♀ 33 55 28 48,3
♂ 27 45 30 51,7
Total 60 100 58 100

2. Data Nyamuk Berdasarkan Genus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah nyamuk berdasarkan

genus adalah dari 118 nyamuk terdapat 60 nyamuk genus Aedes (50,8%),

58 nyamuk genus Culex (49,2%), serta tidak ditemukan nyamuk genus

Anopheles (0%). Data jumlah genus nyamuk disajikan pada Tabel 4.

27
Tabel 4. Jumlah Nyamuk Berdasarkan Genus
Genus Jumlah (N) Persentase (%)
Aedes 60 50,8%
Culex 58 49,2%
Anopheles 0 0%
Total 118 100%

3. Data Nyamuk Berdasarkan Genus dan Tempat Penangkapan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aedes spp paling banyak

ditangkap di dalam ruangan dengan jumlah 32 nyamuk (53,3%), sedangkan

Culex spp paling banyak ditangkap pada luar ruangan dengan jumlah 30

nyamuk (51,8%). Data jumlah nyamuk berdasarkan genus dan tempat

penangkapan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Nyamuk Berdasarkan Genus dan Tempat Penangkapan


Genus
Tempat
Aedes spp Culex spp
Penangkapan
N % N %
Dalam Ruangan 32 53,3 28 48,2
Luar Ruangan 28 46,7 30 51,7
Total 60 100 58 100

4. Data Nyamuk Berdasarkan Jumlah Nyamuk di Lokasi Penangkapan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aedes spp paling banyak

ditangkap pada Lingkungan 7 dengan jumlah 12 nyamuk (20%), sedangkan

Culex spp ditangkap terbanyak pada Lingkungan 1 dengan jumlah 12

nyamuk (20,7%). Data jumlah nyamuk berdasarkan genus dan lokasi

penangkapan disajikan pada Tabel 6.

28
Tabel 6. Data Nyamuk Berdasarkan Genus dan Lingkungan
Genus
Lingkungan Aedes spp Culex spp
N % N %
1 2 3,3 12 20,7
2 9 15 5 8,6
3 9 15 2 3,4
4 5 8,3 11 19
5 6 10 3 5,2
6 7 11,7 5 8,6
7 12 20 6 10,3
8 6 10 4 6,9
9 4 6,7 10 17,2
Total 60 100 58 100

B. Pembahasan

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Malalayang Satu Barat, Kota

Manado, dan identifikasi dikerjakan di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi pada bulan September hingga

Desember. Penangkapan nyamuk dilaksanakan pada sembilan lingkungan

yang ada, dilakukan di satu titik pada tiap lingkungan, baik di dalam

ruangan maupun luar ruangan, dan hasil yang didapatkan adalah 118

nyamuk. Penelitian yang dilakukan Bernadus dkk pada 80 rumah di

Kelurahan Malalayang Satu, Kota Manado tahun 2010, menghasilkan 71

nyamuk dari pada 40 rumah.(28) Penelitian lain yang dilakukan oleh

Rahayuningsi dkk di Kecamatan Paal Dua, Kota Manado, tahun 2017,

berhasil menangkap 179 nyamuk.(29) Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

populasi nyamuk di Kota Manado yang harus mendapat perhatian sehingga

vektor nyamuk dapat dikendalikan, dan meminimalkan penyebaran

penyakit tular vektor di masyarakat.

29
2. Jenis Kelamin

Dari seluruh nyamuk yang ditangkap, nyamuk betina adalah yang

paling dominan. Berdasarkan teori, nyamuk betina mengisap darah manusia

atau hewan yang akan diperlukan dalam pembentukan telur. Nyamuk jantan

biasanya mengisap nektar bunga dan hidup tidak jauh dari perindukannya,

karena menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi. (4,16)

Dari 60 nyamuk Aedes spp, nyamuk betina adalah yang paling

dominan. Nyamuk Aedes spp betina umumnya aktif mengisap darah

manusia pada siang hari. Penelitian yang dilakukan Trovancia dkk pada

tahun 2016 menemukan hasil yang sama, yaitu dari 65 nyamuk Aedes

aegypti yang tertangkap, 41 diantaranya adalah nyamuk betina.(30) Hal ini

sesuai, karena pada waktu penelitian, banyak nyamuk yang ditangkap saat

sedang menghisap darah atau pun terbang di sekitar kaki penduduk.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa untuk Culex spp, jenis

kelamin jantan adalah yang terbanyak. Penelitian Eman dkk pada tahun

2016 mendapatkan hasil yang sama, yaitu dari 115 nyamuk Culex spp yang

tertangkap, 65 diantaranya adalah nyamuk jantan.(31) Beberapa lokasi

penangkapan nyamuk dekat dengan tempat yang berpotensi menjadi tempat

berkembang biak Culex spp seperti air yang tergenang pada tong, kolam

yang tidak terawat, dan parit. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan

bahwa nyamuk jantan hidup tidak jauh dari perindukannya, serta nyamuk

betina Culex spp yang harusnya akan keluar dan aktif mengisap hospes pada

malam hari.

30
3. Genus

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa genus nyamuk dewasa yang

paling banyak ditangkap adalah Aedes. Penelitian ini dilakukan pada siang

hari dalam rentang waktu 09.00-17.00 WITA. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Syahribulan dkk pada tahun 2012 menunjukkan bahwa

Aedes spp ditemukan aktif sejak pukul 06.00-18.00, dan memiliki puncak

aktivitas pukul 09.00-10.00 dan 17.00-18.00.(32) Sama halnya dengan

penelitian Pratiwi dkk pada tahun 2018 di Venue Equestrian Asian Games

2018 Pulomas, Jakarta dimana Aedes spp adalah nyamuk yang paling

banyak ditemukan pada siang hari.(33) Penelitian yang dilakukan Rushadi

dkk, pada tahun 2021 yaitu menangkap nyamuk pada pukul 18.00-06.00

WIB, menemukan Aedes aegypti mengisap darah pada pukul 18.00-01.40

WIB, dan Aedes albopictus menghisap darah pada pukul 18.00-05.40 WIB.

Hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dan masyarakat

supaya siaga dalam melakukan pengendalian vektor nyamuk bukan hanya

pada siang hari saja, melainkan juga pada malam hari. (34)

Hasil lainnya menunjukkan terdapat 58 Culex spp. Berdasarkan

teori, Culex spp aktif sepanjang malam hari, di dalam maupun luar ruangan.

Pada siang hari, Culex spp tidak aktif dan sering ditemukan beristirahat di

sudut-sudut gelap kamar, gorong-gorong, dan juga di lubang pohon daerah

berhutan. Ditangkapnya Culex spp pada penelitian ini mungkin terjadi

karena adanya gangguan pada nyamuk yang sedang beristirahat, sehingga

nyamuk mendekat dan tertangkap. Hal ini merupakan salah satu kelemahan

dari metode sweeping karena dapat menangkap nyamuk yang sedang

31
beristirahat. Hal serupa ditemukan pada penelitian yang dilakukan Lestari

dkk pada tahun 2009, Bernadus dkk tahun 2010 dan Sinda dkk tahun 2015,

dimana tertangkapnya nyamuk Culex spp pada siang hari. (28,35,36)

Pada identifikasi tidak ditemukan adanya nyamuk Anopheles. Hal

ini sejalan dengan teori dimana nyamuk Anopheles dewasa aktif pada

malam hari. Penelitian Muhammad dkk pada tahun 2015 membuktikan

bahwa nyamuk Anopheles spp aktif pada rentang waktu pukul 23.00-05.00

WIB.(37) Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma pada tahun 2016

menemukan bahwa waktu puncak Anopheles spp adalah pada pukul 23.00-

24.00 WIB. (38) Hal ini mungkin adalah salah satu alasan mengapa tidak

ditemukannya Anopheles spp.

4. Genus dan Tempat Penangkapan

Pada penelitian ditemukan bahwa Aedes spp paling banyak

ditemukan di dalam ruangan. Aedes aegypti biasanya banyak ditemukan di

dalam ruangan atau bersifat endofagik. Berbeda dengan Aedes albopictus

yang umumnya bersifat aktif di luar rumah atau kerap disebut eksofagik.

Sama halnya dengan penelitian Syarihbulan dkk yang lebih banyak

menangkap Aedes aegypti di dalam ruangan dan Aedes albopictus di luar

ruangan.(32)

Hasil lain juga menunjukkan bahwa Culex spp ditemukan baik di

dalam maupun luar rumah. Namun, hasil yang paling banyak adalah pada

luar rumah. Penelitian Dalilah dkk di Musi Banyuasin pada 2022

menemukan hal yang sama, yaitu Culex spp ditangkap lebih banyak di luar

32
rumah daripada di dalam rumah, walaupun hasil terbanyak ditemukan pada

kendang ternak.(39) Pada lokasi penelitian terdapat semak-semak,

pepohonan, dan gorong-gorong yang dapat menjadi tempat beristirahatnya

Culex spp.

Penelitian yang dilakukan oleh Sambuaga di daerah endemis malaria

yaitu Desa Ranoketang Tua, Amurang, pada tahun 2019 berhasil

menangkap 423 nyamuk Anopheles spp dengan menggunakan metode Man

Biting Rate di malam hari. Adapun hasil terbanyak ditemukan pada Umpan

Orang Luar (UOL) yang menunjukkan bahwa nyamuk Anopheles spp pada

daerah penelitian bersifat eksofagik.(40)

5. Genus dan Lokasi Penangkapan

Jumlah nyamuk Aedes spp terbanyak ditemukan di Lingkungan 7

yaitu 12 nyamuk. Pada Lingkungan 7, rumah bagian dalam kurang terawat.

Sinar matahari yang masuk terbatas sehingga sedikit gelap, terdapat

beberapa bunga hias, dan tumpukan barang bekas. Di dalam kamar mandi

terdapat bak yang terdapat jentik. Sedangkan di bagian luar rumah terdapat

taman yang diliputi rumput-rumput dan pepohonan. Warga juga merawat

tanaman hias yang di dalam vasnya tergenang air hujan. Peristiwa ini juga

ditemukan pada penelitian Bernadus dkk tahun 2010 dimana nyamuk Aedes

spp ditemukan pada lingkungan yang tidak bersih, banyak sampah,

tumpukan barang bekas, penampungan air yang tidak diperhatikan, vas

bunga isi genangan air, yang dapat menjadi sarang nyamuk.

33
Jumlah nyamuk Culex spp terbanyak ditemukan di Lingkungan 1

yaitu 10 nyamuk. Pada Lingkungan 1, kondisi rumah bagian dalam tidak

bersih, berdebu, banyak tumpukan baju dan sepatu, serta bunga hias.

Sedangkan di luar ruangan, terdapat banyak tumpukan kayu dan tiang besi,

serta terdapat parit yang berbatasan langsung dengan pagar rumah.

Peristiwa ini juga ditemukan pada penelitian Sinda dkk tahun 2015 dimana

nyamuk Culex spp ditemukan pada lingkungan kampus yang tidak terawat,

non fungsional, gelap, dan banyak tumpukan barang bekas.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dkk di Desa Cibenda Dusun

Sucen Kecamatan Parigi pada tahun 2016, yaitu menangkap nyamuk

Anopheles spp dengan menggunakan metode Human Landing Collection

(HLC) dimana tempat penelitian adalah rumah yang mempunyai jarak

maksimal 500 meter dari kandang ternak. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa nyamuk tempat berkembang biak Anopheles spp adalah kolam bekas

tambak yang tidak dikelola, parit tergenang, hutan bakau liar, bekas

penebangan bakau liar, dan aliran sungai yang tertutup pasir (laguna). (38)

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari 118 nyamuk yang ditangkap pada siang hari dan diidentifikasi, Aedes

spp adalah yang paling banyak tertangkap dengan jumlah 60 nyamuk (50,8%),

sisanya adalah Culex spp dengan jumlah 58 nyamuk (49,2%), sedangkan

Anopheles spp tidak ditemukan (0%).

B. Saran

1. Masyarakat Malalayang Satu Barat diharapkan dapat mulai melakukan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M yaitu

Menguras, Menutup, dan Menyingkirkan/ mendaur ulang sampah agar

meminimalkan penyebaran penyakit tular vektor.

2. Pemerintah Kelurahan Malalayang Satu Barat diharapkan dapat

meningkatkan usaha dalam pengendalian vektor, agar dapat meminimalkan

risiko penularan penyakit akibat vektor di lingkungan masyarakat.

3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat memperpanjang durasi

penelitian dan menggunakan metode penangkapan nyamuk yang lebih

spesifik, agar hasil yang ditemukan menjadi lebih akurat.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Vector-borne diseases [Internet]. World Health Organization. [cited 2022


Sep 28]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/vector-borne-diseases

2. Menteri Kesehatan Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor. 2010.

3. Safar R. Parasitologi Kedokteran dalam Bidang Protozoologi,


Helmintologi, dan Entomologi. Nurhayati N, editor. Bandung: Yrama
Widya; 2009. 254–260 p.

4. Rueda LM, Debboun M. Taxonomy, Identification, and Biology of


Mosquitoes. In: Mosquitoes, Communities, and Public Health in Texas.
Elsevier Inc.; 2019. p. 3–7.

5. Elflein J. Deadliest animals globally by annual number of human deaths


2022 [Internet]. Statista. 2022 [cited 2022 Oct 12]. Available from:
https://www.statista.com/statistics/448169/deadliest-creatures-in-the-
world-by-number-of-human-deaths/

6. Richter-Boix A. 149 billion: the economic cost of invasive mosquitoes


[Internet]. Mosquito Alert. 2021 [cited 2022 Oct 12]. Available from:
http://www.mosquitoalert.com/en/149-000-millones-el-coste-economico-
de-los-mosquitos-invasores/

7. Foley DH, Rueda LM, Wilkerson RC. Insight into Global Mosquito
Biogeography from Country Species Records [Internet]. Vol. 44, J. Med.
Entomol. 2007. Available from: https://www.

8. Nugroho SS, Garjito TA, Setiyaningsih R, Alfiah S, Budiyanto A,


Ambarita PL. An Updated Checklist of The Mosquitoes from South
Sumatra Province with A New Record of Aedes (Downsiomyia) Pexus
Colless, 1958 (Diptera: Culicidae) In Indonesia. Vol. 44, Treubia. 2017.

9. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ


Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC; 2009.

10. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta; 2022.

11. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Program Pencegahan


dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2019. Manado; 2019.

12. Paomey VC, Nelwan JE, Kaunang WP. Sebaran Penyakit Demam
Berdarah Dengue Berdasarkan Ketinggian dan Kepadatan Penduduk di

36
Kecamatan Malalayang Kota Manado Tahun 2019. Jurnal KESMAS. 2019
Oct;8:521–7.

13. World Health Organization. Regional Office for South-East Asia. Pictorial
identification key of important disease vectors in the WHO South-East Asia
Region. New Delhi; 2020. 81 p.

14. Foster WA, Walker ED. Mosquitoes (culicidae). In: Medical and
Veterinary Entomology. Elsevier; 2018. p. 261–325.

15. Nabarro L, Morris-Jones S, Moore DAJ. Arthropod-Borne Diseases. In:


Peter’s Atlas of Tropical Medicine and Parasitology. Elsevier; 2020. p. 1–
108.

16. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin P, Sungkar S, editors. Buku ajar


Parasitologi Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. 245–269 p.

17. Rozendaal JA. Vector control: methods for use by individuals and
communities. World Health Organization; 1996. 10–16 p.

18. Heriyanto B, Boewono DT, Widiarti, Boesri H. Atlas vektor penyakit di


Indonesia. Salatiga: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan
Reservoir Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ; 2011.

19. Taxonomy, description and distribution of the mosquito Ae. aegypti. In:
Safety Assessment of Transgenic Organisms in the Environment.
Harmonisation of Regulatory Oversight in Biotechnology; 2018.

20. Culex species mosquito life cycle [Internet]. Centers for Disease Control
and Prevention . United States ; 2022. Available from: www.cdc.gov/sle

21. World Health Organization. World malaria report 2021. Geneva; 2021.

22. Goddard J. Mosquito-Borne Diseases. In: Infectious Diseases and


Arthropods. Springer International Publishing; 2018. p. 39–89.

23. Saleem MA, Lobanova I. Mosquito-borne diseases. In: Dengue Virus


Disease: From Origin to Outbreak. Elsevier; 2019. p. 57–83.

24. Lymphatic filariasis [Internet]. World Health Organization . 2022 [cited


2022 Dec 30]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/lymphatic-filariasis

25. Wins A, Kumari J, Babasaheb JS, Kumar R, Mahamuni RR, Sangeetha.


Text book of entomology [Internet]. 1st ed. Tamil Nadu : AIB Saliha
Publications;2022.Availablefrom:https://www.researchgate.net/publicatio
n/ 358604388

37
26. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kunci identifikasi nyamuk
Aedes. Jakarta; 2008. 18–31 p.

27. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kunci identifikasi nyamuk


Culex. Jakarta; 2008. 17–30 p.

28. Bernadus JBB, Pijoh VD, Kareth V. Kepadatan nyamuk dewasa Aedes Sp
di Kelurahan Malalayang I Malalayang Manado periode Januari-Pebruari
2010. Jurnal Biomedik. 2010;

29. Rahayuningsi H, Umboh JML, Sondakh R. Survei kepadatan nyamuk


Culex spp di Kecamatan Paal 2 Kota Manado. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2017;6(3):1–8.

30. Trovancia G, Sorisi A, Tuda JSB. Deteksi transmisi virus dengue pada
nyamuk wild Aedes Aegypti betina di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik .
2016;4(2).

31. Eman GJ, Bernadus J, Sorisi A. Survei nyamuk Culex spp di daerah
perumahan sekitar Pelabuhan Bitung. Jurnal Kedokteran Klinik . 2016
Dec;1(1):126–31.

32. Syahribulan, Biu FM, Hassan MS. Waktu aktivitas menghisap darah
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Desa Pa’lanassang
Kelurahan Barombong Makassar Sulawesi Selatan. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 2012 Dec;11(4):306–14.

33. Pratiwi AE, Hadi UK, Soviana S. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan
nyamuk di Venue Equestrian Asian Games 2018 Pulomas, Jakarta.
[Bogor]: Institut Pertanian Bogor ; 2018.

34. Rushadi, Hestiningsih R, Kusariana N, Yuliawati S. Kepadatan nyamuk di


wilayah buffer pelabuhan muara sabak . Jurnal Kesehatan Masyarakat.
2021 Mar;9(2):223–30.

35. Lestari BD, Gama ZP, Rahardi B. Identifikasi nyamuk di Kelurahan


Sawojajar Kota Malang. [Malang]: Universitas Brawijaya; 2009.

36. Sinda TI, Bernadus JB, Pijoh VD. Survei pemetaan nyamuk yang ditangkap
siang hari di kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado.
[Manado]: Universitas Sam Ratulangi; 2017.

37. Muhammad R, Soviana S, Hadi UK. Keanekaragaman jenis dan


karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas,
Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Jurnal Entomologi Indonesia. 2015
Nov;12(3):139–48.

38. Kusuma U, Widyanto A. Deskripsi Bionomik Nyamuk Anopheles Sp di


Wilayah Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2016;35(4):383–8.

38
39. Dalilah, Apriliani FA, Prasasty GD, Handayani D, Susilawati, Pahlepi RI.
Keragaman Spesies Nyamuk di Dusun Sukoharjo, Desa Bayung Lencir,
Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi
Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2022 Feb 15;9(1):109–
16.

40. Sambuaga JV, Duka RS. Kepadatan (Man Biting Rate) nyamuk Anopheles
di Desa Ranoketang Tua, Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2019;9(2):100–9.

39
LAMPIRAN 1

SURAT IZIN PENELITIAN

40
LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI PENELITIAN

Rapat dan meminta izin pada Penangkapan nyamuk di dalam


pemerintah Kel. Malalayang Satu ruangan
Barat

Proses identifikasi Genus nyamuk Penangkapan nyamuk di luar ruangan

Nyamuk dewasa Aedes spp Nyamuk dewasa Culex spp

41
LAMPIRAN 3

Tabel 7. Master Tabel Hasil Identifikasi Nyamuk


Genus
Aedes Culex
Ling I/O ♀
♂ ♀ ♂
N % N % N % N %
1 I 0 0 0 0 4 14,3 1 3,3
O 1 3 1 3,7 2 7,1 5 16,7
2 I 1 3 6 22,2 0 0 1 3,3
O 2 6,1 0 0 2 7,1 2 6,7
3 I 2 6,1 3 11,1 1 3,6 1 3,3
O 3 9,1 1 3,7 0 0 0 0
4 I 4 12,1 0 0 3 10,7 2 6,7
O 1 3 0 0 2 7,1 4 13,3
5 I 2 6,1 2 7,4 0 0 1 3,3
O 2 6,1 0 0 2 7,1 0 0
6 I 5 15,2 2 7,4 0 0 0 0
O 0 0 0 0 0 0 5 16,7
7 I 0 0 2 7,4 3 10,7 3 10
O 6 18,2 4 14,8 0 0 0 0
8 I 1 3 2 7,4 1 3,6 0 0
O 0 0 3 11,1 2 7,1 1 3,3
9 I 0 0 0 0 4 14,3 3 10
O 3 9,1 1 3,7 2 7,1 1 3,3
Total 33 100 27 100 28 100 30 100

42
LAMPIRAN 4

Tabel 8. Master Tabel Hasil Identifikasi dan Gambar Nyamuk


No O/I JK Genus Gambar
Lingkungan 1
11 O ♂ Culex

1 I ♀ Culex

12 O ♂ Culex

2 I ♀ Culex

13 O ♂ Culex

3 I ♀ Culex

14 O ♂ Culex

4 I ♀ Culex
Lingkungan 2

15 I ♀ Aedes
5 I ♂ Culex

16 I ♂ Aedes
6 O ♂ Aedes

17 I ♂ Aedes
7 O ♀ Aedes

18 I ♂ Aedes
8 O ♀ Culex

19 I ♂ Aedes
9 O ♀ Culex

20 I ♂ Aedes
10 O ♂ Culex

43
21 I ♂ Aedes 32 I ♂ Aedes

22 I ♂ Culex 33 I ♂ Aedes

23 O ♀ Aedes 34 I ♀ Culex

24 O ♀ Aedes 35 I ♂ Culex

25 O ♀ Culex 36 O ♀ Aedes

26 O ♀ Culex 37 O ♀ Aedes

27 O ♂ Culex 38 O ♀ Aedes

28 O ♂ Culex 39 O ♂ Aedes

Lingkungan 3 Lingkungan 4

29 I ♀ Aedes 40 I ♀ Aedes

30 I ♀ Aedes 41 I ♀ Aedes

31 I ♂ Aedes 42 I ♀ Aedes

44
43 I ♀ Aedes 54 O ♂ Culex

44 I ♀ Culex 55 O ♂ Culex

Lingkungan 5
45 I ♀ Culex
56 I ♀ Aedes

46 I ♀ Culex
57 I ♀ Aedes

47 I ♂ Culex
58 I ♂ Aedes

48 I ♂ Culex
59 I ♂ Aedes

49 O ♀ Aedes
60 I ♂ Culex

50 O ♀ Culex
61 O ♀ Culex

51 O ♀ Culex
62 O ♀ Aedes

52 O ♂ Culex
63 O ♀ Aedes

53 O ♂ Culex
64 O ♀ Culex

45
Lingkungan 6
76 O ♂ Culex
65 I ♀ Aedes
Lingkungan 7

66 I ♀ Aedes 77 I ♂ Aedes

67 I ♀ Aedes 78 I ♂ Aedes

68 I ♀ Aedes 79 I ♀ Culex

69 I ♀ Aedes 80 I ♀ Culex

70 I ♂ Aedes 81 I ♀ Culex

71 I ♂ Aedes 82 I ♂ Culex

72 O ♂ Culex 83 I ♂ Culex

73 O ♂ Culex 84 I ♂ Culex

74 O ♂ Culex 85 O ♀ Aedes

75 O ♂ Culex 86 O ♀ Aedes

46
87 O ♀ Aedes 98 I ♀ Culex

88 O ♀ Aedes 99 O ♂ Aedes

89 O ♀ Aedes 100 O ♂ Aedes

90 O ♀ Aedes 101 O ♂ Aedes

91 O ♂ Aedes 102 O ♀ Culex

92 O ♂ Aedes 103 O ♀ Culex

93 O ♂ Aedes 104 O ♂ Culex

Lingkungan 9
94 O ♂ Aedes
105 I ♀ Culex
Lingkungan 8

95 I ♀ Aedes 106 I ♀ Culex

96 I ♂ Aedes 107 I ♀ Culex

97 I ♂ Aedes 108 I ♀ Culex

47
109 I ♂ Culex 114 O ♀ Aedes

110 I ♂ Culex 115 O ♂ Aedes

111 I ♂ Culex 116 O ♀ Culex

112 O ♀ Aedes 117 O ♂ Culex

113 O ♀ Aedes 118 O ♀ Culex

48
LAMPIRAN 5

KUNCI IDENTIFIKASI NYAMUK DEWASA GENUS AEDES(26)

49
50
LAMPIRAN 6

KUNCI IDENTIFIKASI NYAMUK DEWASA GENUS CULEX(27)

51
52
RIWAYAT HIDUP

Sherina Vesveria Tampubolon, lahir di Bandung,

Jawa Barat, pada 10 Agustus 2001. Anak ketiga dari

empat bersaudara, pasangan Bapak Idris Tampubolon

dan Odoria Mayrisda Saragih. Penulis memiliki dua

kakak laki-laki bernama Yohanes Tampubolon dan

Youone Tampubolon, serta seorang adik perempuan

bernama Shevrilna Tampubolon.

Penulis memulai pendidikannya di TK Kasih Bunda Samarinda pada tahun

2007, menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2013 di SD Advent Samarinda,

kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama dan selesai pada tahun 2016

dari SMP Budya Wacana Yogyakarta, serta menempuh pendidikan menengah atas

dan selesai pada tahun 2019 dari SMA Budya Wacana Yogyakarta. Setelah itu,

Penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Univesitas Sam Ratulangi Manado dengan NIM 19011101107. Saat ini

penulis baru saja menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Genus

Nyamuk Dewasa yang Ditangkap pada Siang Hari di Kelurahan Malalayang

Satu Barat Kota Manado”.

53

Anda mungkin juga menyukai