Anda di halaman 1dari 80

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN GAMBARAN


FAAL PARU PADA JEMAAH HAJI PEROKOK DI
INDONESIA

TESIS

DADANG HERDIANA
0906564643

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1
ILMU PENYAKIT DALAM
JAKARTA
JULI 2014

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN GAMBARAN


FAAL PARU PADA JEMAAH HAJI PEROKOK DI INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Spesialis-1
IlmuPenyakitDalam

DADANG HERDIANA
0906564643

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1
ILMU PENYAKIT DALAM
JAKARTA
JULI 2014

i Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Dadang Herdiana

NPM : 0906564643

Tanda Tangan :

Tanggal : 23 Juli 2014

ii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Menerangkan dan mengesahkan bahwa penelitian yang berjudul:

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN GAMBARAN FAAL PARU


PADA JEMAAH HAJI PEROKOK DI INDONESIA

dilakukan oleh dr. Dadang Herdiana, NPM 0906564643.


Penelitian ini telah dilakukan di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta dan disetujui oleh:

Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam


Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD
NIP. 19580622 198403 1003
.......................................

Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1


dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, KGH
NIP. 19580716 198403 2 001
.......................................

Ketua Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis


Dr. dr. Cleopas Martin Rumende, SpPD, KP, FCCP
NIP. 19620824 199010 1 001
.......................................

Pembimbing 1
dr. Anna Ujainah, SpPD, KP, MARS
NIP. 19550307 198111 2 001
.......................................

Pembimbing 2
dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD
NIP. 19710703 200912 1 001
.......................................

Pembimbing Metodologi Penelitian dan Statistik


dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD
NUP. 100140310252404791
.......................................

iii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Tesis ini diajukan oleh :


Nama : dr. Dadang Herdiana
NPM : 0906564643
Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas : Kedokteran
Judul Tesis : Hubungan Perilaku Merokok dengan Gambaran Faal
Paru pada Jemaah Haji Perokok di Indonesia

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Spesialis-1 Ilmu
Penyakit Dalam pada Program Studi Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam


Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD
NIP. 19580622 198403 1003
.......................................

Mewakili Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1


Dr. dr. Kuntjoro Harimurti, SpPD, KGer, MSc
NIP. 19740827 200912 1 002
......................................

Ketua Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis


Dr. dr. Cleopas Martin Rumende, SpPD, KP, FCCP
NIP. 19620824 199010 1 001
.......................................

Penguji Umum
dr. Dono Antono, SpPD, KKV, FINASIM, FICA
NIP. 19640413 198903 1 002
......................................

Ditetapkan di: Jakarta


Tanggal : 23 Juli 2014

iv Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:

Nama : Dadang Herdiana


NPM : 0906564643
Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam
Departemen : Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royaly-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan Perilaku Merokok dengan Gambaran Faal


Paru pada Jemaah Haji Perokok di Indonesia

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusifini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta


Pada Tanggal :23 Juli 2014
Yang Menyatakan

(Dadang Herdiana)

v Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat yang
dilimpahkan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis sekaligus pendidikan saya
di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Saya menyadari bahwa apa yang telah saya capai sampai saat ini, baik selama
mengerjakan tesis maupun selama menjalani proses pendidikan di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, tidak terlepas dari bantuan, dukungan, kerjasama, bimbingan,
serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu izinkanlah saya menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

 Dr. dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD, sebagai Kepala Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI saat ini, dan Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono,
SpPD, KGer, M.Epid, FACP, sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI terdahulu, atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
dapat mengikuti pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, KGH, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Dokter Spesialis-I Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI saat ini,
dan Dr. dr. Aru W Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, sebagai Ketua Program
Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-I Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI terdahulu, serta kepada para staf koordinator pendidikan, atas
dukungan, bimbingan, dan perhatian yang diberikan selama masa pendidikan
saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 Dr. dr. Cleopas Martin Rumende, SpPD, KP, FCCP, sebagai Ketua Divisi
Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi saya untuk
melakukan penelitian di divisi yang beliau pimpin, serta menjadi sumber ide,
memberi masukan, arahan, dan dukungan selama saya menjalankan penelitian
ini.

vi Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


 dr. Anna Ujainah, SpPD, KP, MARS, sebagai pembimbing penelitian saya.
Beliau telah banyak sekali memberikan bimbingan, masukan, perhatian, dan
dukungan kepada saya selama proses penelitian dan pendidikan saya di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, KEMD, sebagai pembimbing penelitian
saya. Beliau telah banyak sekali memberikan bimbingan, masukan, perhatian,
dan dukungan kepada saya selama proses penelitian dan pendidikan saya di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD, sebagai pembimbing penelitian saya.
Beliau telah banyak sekali memberikan bimbingan, masukan, perhatian, dan
dukungan kepada saya selama proses penelitian dan pendidikan saya di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
 dr. Gurmeet Singh, SpPD, dr. Wawan Setiawan, SpPD, dr. Juferdy
Kurniawan, SpPD, KGEH, dr. Erwin Mulya, SpPD, dan dr. Arief
Wardoyo, SpPD, atas bimbingan, masukan, perhatian, dan dukungan kepada
saya selama proses pendidikan sayadi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
 Teman-teman tim peneliti jemaah haji: dr. Ali Sakti, SpPD, dr. Ikhsan
Mokoagaw, SpPD, dr. Yulidar, dr. Hadiki Habib, atas kebersamaan,
dukungan, dan kerjasama yang sangat baik selama ini.
 Para guru besar dan staf pengajar di lingkungan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
menjadi guru dan teladan selama masa pendidikan saya di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
 Para koordinator dan ketua divisi beserta staf di lingkungan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI yang telah memberikan dukungan sarana dan
prasarana selama proses pendidikan saya di Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.

vii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


 Staf administrasi di lingkungan Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit
Kritis serta staf administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam (Ibu Yanti,
Bapak Heryanto, dan Ibu Aminah) yang telah banyak membantu
kelancaran pendidikan saya selama ini.
 Segenap staf unit rekam medis RSCM yang telah banyak membantu saya
dalam pengumpulan data penelitian ini.
 Para perawat, paramedis, petugas penata rekening, petugas farmasi, dan
pegawai RS. Cipto Mangunkusumo, RS. Persahabatan, RS. Fatmawati,
RSUD Tangerang, RSPAD Gatot Soebroto, dan RS. Dharmais yang telah
menyertai perjalanan pendidikan saya hingga selesai.
 Para pasien di RS. Cipto Mangunkusumo, RS. Persahabatan, RS. Fatmawati,
RSUD Tangerang, RSPAD Gatot Subroto, dan RS. Dharmais yang bersedia
memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada saya selama proses
pendidikan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
 Para subjek penelitian dan keluarganya yang bersedia turut serta dalam
penelitian saya, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, semoga
penelitian ini bermanfaat bagi kebaikan pasien nantinya.
 Para senior dan teman sejawat sesama peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis di lingkungan Departemen Ilmu Penyakit Dalam atas dukungan dan
kerjasamanya selama ini.
 Teman-teman Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam
Angkatan Juli 2009: dr. Ade Yonata, SpPD, dr.Adeputri, SpPD, dr. Agus
Jati Sunggoro, SpPD, dr. Anna Ariane, SpPD, dr.Irwin Tedja, SpPD dr.
Arif Sejati, SpPD, dr. Bagus Anindito, dr. Barry Anggara Putra, dr.
Elizabeth Yasmine Wardoyo, SpPD, dr. Elli Arsita, SpPD, dr. Fatih
Anfasha, dr. Griskalia Christine, SpPD, dr. Hery Agung Samsu Alam, dr.
Hesti Novianti, dr. Indria Yogani, dr. Ken Ayu Mastini, dr. Lusiana
Kurniawati, SpPD, dr. Robert Sinto, SpPD, dr. Yulidar atas kebersamaan,
dukungan, dan kerjasama yang sangat baik selama ini.

viii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


 Khususnya kepada kedua orangtua saya, bapak Idik Ruhiyat, dan ibu Teti
Rohayati, atas kasih sayang, dorongan, dukungan, nasihat, serta doa yang
tiada habis dan tiada putus-putusnya yang dipanjatkan bagi saya. Sungguh
tiada ucapan terima kasih apapun di dunia ini yang dapat melukiskan betapa
besarnya rasa terima kasih saya kepada mereka. Tiada mungkin saya dapat
membalas apa yang telah mereka berikan selama ini. Permohonan maaf juga
saya haturkan atas perhatian dan waktu yang tidak banyak dapat saya berikan
selama saya menjalani masa pendidikan ini.
 Kedua mertua saya, bapak Drs. H. U. Muhibudin dan ibu Hj. U. Supriyah,
atas dukungan dan doanya untuk keberhasilan saya selama ini.
 Istri saya yang tercinta, Wia Robiatul Adawiah, atas kesabaran dan
pengertian, keihklasan, dukungan dan masukan, serta doa yang tak putus-
putusnya yang dipanjatkan bagi saya selama menjalani masa pendidikan ini.
Tiada kata yang dapat dilukiskan untuk semua penyertaanmu selama ini,
semoga kita dapat terus membina keluarga yang bahagia dan sejahtera.
 Anak-anak saya tercinta, Fellyza Hilma Nazhyfa, Arkan Hisyam Zulfan
Dee, dan Apriellya Mutiara Jasmine, yang selalu saya tinggal pergi dan
sabar menunggu saya pulang.
 Kakak, adik, kakak ipar, dan adik ipar saya,atas dukungan dan doanya untuk
keberhasilan saya selama ini.
 Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang juga banyak
memberikan bantuan dan dukungan kepada saya selama ini, terima kasih,
semoga Allah SWT membalas budi baik Anda sekalian.

Jakarta, 23 Juli 2014

Dadang Herdiana

ix Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Dadang Herdiana


Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam
Judul : Hubungan Perilaku Merokok dengan Gambaran Faal Paru
pada Jemaah Haji Perokok di Indonesia
Latar Belakang: Banyaknya jemaah haji Indonesia dengan kebiasaan merokok yang
bisa menyebabkan gangguan faal paru. Gangguan faal paru tersebut bisa berupa
obstruktif, restriktif, dan campuran. Belum ada penelitian tentang gambaran faal paru
pada jemaah haji perokok di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan karakteristik dan gambaran faal paru serta hubungan antara
perilaku merokok dengan gambaran faal paru jemaah haji perokok pada jemaah haji
embarkasi Jakarta-Pondok Gede tahun 2012.
Metode: Disain studi adalah potong lintang pada jemaah haji perokok pada saat
menjalani pemeriksaan kesehatan haji di Puskesmas Kecamatan dan Embarkasi
Jakarta-Pondok Gede. Penilaian perilaku merokok berdasarkan Indeks Brinkman dan
penilaian gambaran faal paru berdasarkan pemeriksaan spirometri. Analisis bivariat
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Pada studi ini didapatkan 209 subjek jemaah haji perokok. Karakteristik
jemaah haji perokok umumnya laki-laki (99,5%), usia < 60 tahun (78,0%), IMT
kategori lebih (63,2%), tidak disertai komorbid (68,9%), pendidikan kategori tinggi
(75,1%), Indeks Brinkman kategori sedang (53,1%). Gambaran faal paru masuk
kategori restriktif 51,2%, obtruktif 8,6%, campuran 8,1%, dan normal 32,1%.
Penelitian ini tidak menunjukan hubungan bermakna antara perilaku merokok dengan
gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks Brinkman sedang-berat
dibandingkan kelompok kategori Indeks Brinkman ringan (p=0,925).
Simpulan: Karakteristik jemaah haji perokok umumnya laki-laki, usia < 60 tahun,
IMT kategori lebih, tidak disertai komorbid, pendidikan kategori tinggi, Indeks
Brinkman kategori sedang. Gambaran faal paru umumnya masuk kategori restriktif.
Penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku
merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks Brinkman
sedang-berat dibandingkan kelompok Indeks Brinkman ringan.
Kata Kunci: gambaran faal paru, jemaah haji perokok, perilaku merokok

x Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Dadang Herdiana


Study Program : Internal Medicine
Title : Association between Smoking Behavior with Pulmonary
Function in Indonesia Smokers Pilgrims

Background: There are many of Indonesian pilgrims who have smoking habits.
Smoking can cause pulmonary function disorder. Pulmonary function could be
normal, obstructive, restrictive, or mixed. Previous studies had showed a close
association between smoking behavior and respiratory tract diseases. There is no
research about pulmonary function on smoking Indonesian pilgrims.
Aims: To obtain characteristics of pulmonary function and the association between
smoking behavior with pulmonary function on smoking Indonesian pilgrims at
Jakarta-Pondok Gede embarkation in 2012.
Method: This was a cross-sectional study on smoking Indonesian pilgrims during
Hajj health checkup at the health center and embarkation District of Jakarta-Pondok
Gede. Assessment of smoking behavior based on Brinkman index and pulmonary
function assessment based on spirometry screening using spirometry. Bivariate
analysis using Kolmogorov-Smirnov.
Result: This study got 209 subjects of smoker pilgrims. Subjects are generally male
(99.5%), < 60 years (78.0%), overweight (63.2%), no comorbidity (68.9%), high
education level (75.1%), medium Brinkman index (53.1%). Pulmonary functions are
categorized as restrictive 51.2%, obtructive 8,6%, mixed 8,1%, and normal 32,1%.
This study showed no significant association between smoking behavior with
pulmonary function in the medium-heavy Brinkman index group than the light
Brinkman Index group (p = 0.925).
Conclusion: Subjects are generally male, < 60 years, overweight, no comorbidity,
high education level, medium Brinkman index. Pulmonary functions are generally
categorized as restrictive. This study showed no significant association between
smoking behavior with pulmonary function in the medium-heavy Brinkman index
group than the light Brinkman Index group.
Key words: lung function, smokers pilgrims, smoking behavior

xi Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN …............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xviii

BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ...................................................... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................................ 3
1.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 4
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................ 4
1.5.1 Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.5.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1.6.1 Manfaat Akademis .................................................................. 4
1.6.2 Manfaat Pelayanan .................................................................. 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1 Mekanisme Penyakit Paru yang Disebabkan Asap Rokok ................ 6
2.2 Penyakit Paru Obtruktif .................................................................... 9
2.2.1 Epidemiologi PPOK ............................................................. 10
2.2.2 Patofisiologi PPOK karena Rokok ........................................ 11
2.2.3 Diagnosis dan Klasifikasi PPOK ........................................... 12
2.3 Penyakit Paru Restriktif .................................................................... 13
2.3.1 Epidemiologi Penyakit Paru Restriktif ................................. 16
2.3.2 Patofisiologi Interstitial Lung Disease karena Rokok ......... 17
2.3.3 Diagnosis dan Klasifikasi Penyakit Paru Restriktif ............. 18
2.4 Kanker Paru ....................................................................................... 19
2.5 Kerangka Teori .................................................................................. 20

xii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 21
3.1 Kerangka Konsep dan Identifikasi Variabel ...................................... 21
3.1.1 Kerangka Konsep .................................................................... 21
3.1.2 Identifikasi Variabel ................................................................. 21
3.2 Definisi Operasional .......................................................................... 22
BAB 4. METODE PENELITIAN .......................................................................... 24
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 24
4.2 Waktu, Tempat, dan Sumber Data Penelitian ................................... 24
4.3 Populasi dan Subjek Penelitian ......................................................... 24
4.4 Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian ................................................ 25
4.5 Besar Sampel .................................................................................... 25
4.6 Cara Pengambilan Sampel ................................................................ 28
4.7 Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 29
4.8 Alur Penelitian .................................................................................. 30
4.9 Analisis Data ..................................................................................... 31
4.10 Etika Penelitian ................................................................................. 31
4.11 Organisasi Penelitian ......................................................................... 31
BAB 5. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 32
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................... 34
5.2 Analisis Bivariat Hubungan Indeks Brinkman dengan Gambaran
Faal Paru .............................................................................................. 36
5.3 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran
Faal Paru Obstruktif ............................................................................ 36
5.4 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran
Faal Paru Restriktif .............................................................................. 37
BAB 6. PEMBAHASAN ........................................................................................ 38
6.1 Karakteristik Subyek Penelitian .......................................................... 38
6.2 Hubungan Perilaku Merokok (Indeks Brinkman) dengan
Gambaran Faal Paru ............................................................................ 40
6.3 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran
Faal Paru Obstruktif ............................................................................ 43
6.4 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran
Faal Paru Restriktif .............................................................................. 43
6.3 Hasil Tambahan.................................................................................... 44
6.4 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian ............................................... 44
6.5 Generalisasi Hasil Penelitian ............................................................... 44
6.5.1 Validitas Interna ........................................................................ 45
6.5.2 Validitas Eksterna ...................................................................... 45
BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN....................................................................... 47
7.1 Simpulan ............................................................................................. 47
7.2 Saran ..................................................................................................... 47

xiii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


RINGKASAN .......................................................................................................... 49
SUMMARY ............................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 53

xiv Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Konstituen Asap Rokok ............................................................................ 6


Tabel 2.2. Penyakit Paru yang Berhubungan dengan Merokok ................................. 8
Tabel 2.3. Faktor-Faktor Risiko (selain merokok) pada Perkembangan PPOK ........ 10
Tabel 2.4. Klasifikasi PPOK berdasarkan Pemeriksaan Spirometri ......................... 13
Tabel 2.5. Penyebab Penyakit Paru Restriktif .......................................................... 14
Tabel 2.6. Interstitial Lung Disease Berhubungan dengan Merokok ....................... 16
Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................................ 22
Tabel 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................. 34
Tabel 5.2. Analisis Bivariat Hubungan Indeks Brinkman dengan Gambaran
Faal Paru.................................................................................................. 36
Tabel 5.3. Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal Paru
Obstruktif ................................................................................................ 37
Tabel 5.4. Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal Paru
Restriktif .................................................................................................. 37
Tabel 6.1. Perbandingan Penelitian Faal Paru pada Jemaah Haji ............................ 40
Tabel 6.2. Perbandingan Penelitian Perilaku Merokok dan Faal Paru .................... 42

xv Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mekanisme Cedera Sel dan Kerusakan Jaringan oleh Reactive
Organic Radicals (ROR).................................................................... 7
Gambar 2.2. Algoritma DPLD sesuai American Thoracic Society (ATS)
dan European Respiratory Society (ERS) ............................................ 15
Gambar 2.3. Kerangka Teori .................................................................................... 20
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ................................................................................. 21
Gambar 4.1. Alur Penelitian ..................................................................................... 30
Gambar 5.1. Alur Seleksi Subjek Penelitian ........................................................... 33

xvi Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Penelitian .............................................................................. 59


Lampiran 2. Surat Persetujuan Etik Penelitian ......................................................... 61

xvii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


DAFTAR SINGKATAN

BHR : Bronchial Hyperresponsiveness


BPHI : Balai Pengobatan Haji Indonesia
CT scan : Computed Tomography scan
Depkes : Departemen Kesehatan
DIP : Desquamative Interstitial Pneumonia
DKI : Daerah Khusus Ibu kota
DLCO : Diffusing capacity of Lung for Carbon monoxide
DNA : Deoxyribonucleic Acid
DPLD : diffuse Parenchymal Lung Disease
EPI-SCAN : Epidemiologic Study of COPD in Spain
ETS : Environmental Tobacco Smoke
FEV1 : Force Ekspiratory Volume one second
FKUI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
FVC : Force Volume Capasity
GOLD : Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease
H2O2 : Hydrogen peroxide
IB : Indeks Brinkman
ICU : Intensive Care Unit
ILD : Interstitial Lung Disease
IMT : Indeks Masa tubuh
IPF : Idiopathic Pulmonary Fibrosis
NHANES : National Health and Nutrition Examination Survey
O2 : Oksigen
O2.- : Superoxide
–OH : Hydroxyl radical
PLCH : Pulmonary Langerhans’ Cell Histiocytosis
PPOK : Penyakit Paru Obstruksi Kronik
PT : Perguruan Tinggi
RB-ILD : Respiratory Bronchiolitis-associated Interstitial Lung Disease
RCT : Research Clinical Trial
RI : Republik Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
ROR : Reactive Organic Radicals
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
RSV : Resviratory Sincytial Virus
SISKOHAT : Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
TFP : Tes Fungsi Paru
TLC : Total Lung Capacity
VC : Vital Capacity

xviii Universitas Indonesia

Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibadah haji merupakan ibadah besar kaum muslimin yang dilaksanakan setiap tahun
di kota Makkah Al Mukarramah. Setiap tahun 2,5 – 3 juta jemaah haji datang ke Arab
Saudi untuk melaksanakan ibadah haji, hampir 10 % jemaah haji tersebut berasal dari
Indonesia dan merupakan kafilah haji terbesar di dunia.1

Penyelengaraan ibadah haji tidak terlepas dari permasalahan kesehatan jemaah haji.
Jemaah haji Indonesia sekitar 50% berumur lebih dari 50 tahun, umur tersebut rentan
menderita berbagai macam penyakit. Penyakit saluran pernapasan bersama penyakit
kardiovaskuler menempati jajaran teratas pada pemeriksaan jemaah haji di embarkasi.
Penyakit saluran pernapasan menempati urutan pertama pada pola penyakit rawat
jalan dan rawat inap jemaah haji Indonesia di Arab Saudi. Penyakit saluran
pernapasan juga merupakan salah satu penyebab kematian tersering jemaah haji
Indonesia di Saudi Arabia.2-4

Merokok merupakan faktor risiko utama pada perkembangan penyakit paru, termasuk
emfisema paru, fibrosis paru, dan kanker paru.5 Merokok masih merupakan faktor
risiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).6 Merokok
menyebabkan PPOK pada 15%-20% pada mereka yang merokok.7 Penelitian COPD
Working Group tahun 2002 pada 12 negara Asia Pasifik menunjukkan prevalensi
PPOK di Indonesia 5,6%.8 Prevalensi gambaran faal paru restriktif pada populasi
umum antara 7%-13%.9 Beberapa jenis penyakit paru interstitial/Interstitial Lung
Disease (ILD), yang memberikan gambaran faal paru restriktif, banyak ditemukan
pada perokok. Merokok juga secara signifikan meningkatkan risiko kanker paru.10
Pada sebagian besar negara maju diperkirakan 90% kasus kanker paru pada laki-laki
dan 80% pada perempuan berhubungan dengan merokok.11

1 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
2

Merokok menyebabkan pengurangan semua nilai tes fungsi paru dan peningkatan
timbulnya gejala respirasi.12,13 Peningkatan gejala respirasi berhubungan dengan
gambaran faal paru obstruktif dan/atau restriktif.14 Penyakit Paru Obstruktif Kronik
dan penyakit paru restriktif menjadi penyebab terpenting morbiditas dan mortalitas di
seluruh dunia. Morbiditas dari penyakit paru kronis termasuk tidak hanya perawatan
di rumah sakit tetapi juga berkurangnya aktivitas dan keterbatasan fungsional.15,16
Penelitian yang dilakukan oleh Soegito pada jemaah haji kota Medan (1988) saat
menunaikan ibadah haji menunjukkan adanya hubungan bermakna antara faal paru
dengan kemampuan melakukan aktivitas ibadah haji. Kondisi faal paru yang baik
akan memberikan hasil yang optimal bagi jemaah haji untuk mengikuti seluruh
aktivitas ibadah haji. Pada faal paru normal 94.7 % dapat melaksanakan aktivitas haji
dengan baik, untuk faal paru obstruktif dan restriktif masing-masing 66.7 %
melaksanakan ibadah haji dengan pelan-pelan dan untuk faal paru campuran 68.7 %
melaksanakan aktifitas haji dengan menggunakan bantuan kursi roda atau tidak
memenuhi seluruh rukun sunnah haji sehingga harus diwakilkan.17 Penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat pada jemaah haji kota Padang (2008), hasilnya tidak jauh
dengan hasil penelitian Soegito. Pada jemaah haji dengan faal paru normal, 89,2%
mampu melaksanakan kegiatan haji dengan baik dan 10,8% memerlukan bantuan.
Sedangkan pada jemaah haji dengan faal paru obstruksi, 78,8% mampu
melaksanakan kegiatan haji dengan baik dan 21,1% memerlukan bantuan. Jemaah
haji dengan faal paru restriksi, 62,7% mampu melaksanakan kegiatan haji dengan
baik dan 37,5% memerlukan bantuan.18

Gambaran faal paru bukan hanya dipengaruhi oleh merokok. Gambaran faal paru
juga dipengaruhi oleh usia, indeks masa tubuh, dan berbagai macam penyakit
penyerta.9,19-23

Indonesia menduduki posisi peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah Cina dan India. Prevalensi perokok penduduk Indonesia berumur 10 tahun ke
atas menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah sebesar 34,7%,
sedangkan prevalensi perokok penduduk Jakarta berumur 10 tahun ke atas sebesar

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
3

30,8%.24 Belum ada data mengenai prevalensi perokok pada jemaah haji Indonesia.
Prevalensi perokok pada jemaah haji Malaysia sebesar 8,8%.25

Adanya semua data di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran faal
paru pada jemaah haji perokok. Pemeriksaan faal paru merupakan pemeriksaan yang
lebih peka untuk mengetahui perubahan patologi pada saluran pernafasan
dibandingkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan radiologi. Pemeriksaan faal
paru yang dilakukan adalah pemeriksaan spirometri. Pemeriksaan ini mempunyai
beberapa keuntungan yaitu sederhana, murah, cukup sensitif, akurasinya tinggi, dan
reproduksibel. Dengan adanya pemeriksaan faal paru jemaah haji sebelum ke tanah
suci, maka dapat diketahui bagaimana keadaan sebenarnya paru jemaah tersebut.
Data ini tentu akan dapat pula memperkirakan keluhan respiratorik dan aktivitas
ibadah haji apa yang akan terjadi pada jemaah haji tersebut sehingga tentu akan dapat
pula dipersiapkan segala sesuatunya untuk mencegah dan mengatasinya.

Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang menilai gambaran faal
paru pada jemaah haji perokok.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi masalah yang merupakan
dasar penelitian ini:

1. Banyak ditemukan jemaah haji Indonesia dengan kebiasaan merokok.


2. Banyak ditemukan jemaah haji Indonesia mengalami hambatan saat
melaksanakan ibadah haji akibat masalah gangguan fungsi paru akibat merokok.
3. Belum adanya data mengenai gambaran spirometri pada jemaah haji perokok.
4. Perlu dicari hubungan antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru.
1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan


adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik jemaah haji perokok pada jemaah haji embarkasi


Jakarta-Pondok Gede tahun 2012?

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
4

2. Bagaimanakah gambaran spirometri jemaah haji perokok pada jemaah haji


embarkasi Jakarta-Pondok Gede tahun 2012?
3. Bagaimanakah hubungan antara perilaku merokok jemaah haji dengan gambaran
faal paru?

1.4 Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan antara perilaku merokok jemaah haji dengan gambaran faal paru.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

Mengetahui karakteristik jemaah haji perokok dan gambaran spirometri jemaah haji
perokok.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Mendapatkan karakteristik jemaah haji perokok pada jemaah haji embarkasi


Jakarta-Pondok Gede tahun 2012.
2. Mendapatkan gambaran spirometri jemaah haji perokok pada jemaah haji
embarkasi Jakarta-Pondok Gede tahun 2012.
3. Mendapatkan hubungan antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru
jemaah haji perokok di Indonesia.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Akademis

1. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang pulmonologi, khususnya


tentang informasi mengenai karakteristik dan gambaran spirometri pada jemaah
haji perokok.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian pada
jemaah haji selanjutnya.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
5

1.6.2 Manfaat Pelayanan

1. Dapat menilai karakteristik jemaah haji Jakarta saat pelaksanaan ibadah haji
tahun 2012.
2. Sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengadopsi kebijakan pelayanan
kesehatan pada jemaah haji Indonesia.
3. Sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan sistem penyelenggaraan haji
sehingga dapat mengurangi risiko morbiditas pada jemaah haji.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mekanisme Penyakit Paru yang disebabkan asap rokok

Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 zat yang secara farmakologi aktif sebagai
antigenik, sitotoksik, mutagenik, dan karsinogenik. Asap rokok mengandung radikal
bebas/reactive organic radicals (ROR).11

Tabel 2.1. Konstituen Asap Rokok

Efek iritan/pro-inflamasi/siliotoksik Mutagenik/karsinogenik

 Aldehid  Tar
 Asam hidrosianik  Hidrokarbon aromatik
 Akrolein  β-Naftilamin
 Amonia  Benzo(a)piren
 Katekol
 Nitrosamin
 Hidrazin
 Vinil kloride

Sumber: Behr J, Nowak D. Eur Respir Mon 2002; 21: 161–79 (telah diolah kembali)11

Oksidan dalam asap rokok telah terbukti menginduksi sekuesterasi neutrofil dan
monosit pada paru-paru yang bisa menembus sel endotel. Sel-sel ini, didominasi
granulosit neutrofilik, yang mampu menghasilkan anion O2.- (superoxide). Anion O2.-
berubah menjadi oksidan yang lebih agresif seperti H2O2 (hydrogen peroxide), dan –
OH (hydroxyl radical). Oksidan-oksidan ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif
pada berbagai substrat yang berbeda dan pada akhirnya akan menghasilkan
perubahan atau perusakan sel dan konstituen matriks ekstraseluler paru-paru.11,26

6 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
7

Asap rokok, retensi


mukus, infeksi

Fagosit teraktivasi

ROR

Lesi oksidatif Efek kooperatif Mediator Redoks/sinyal


nonspesifik dengan protease lipid/peroksidase

Protein, lipid, Prostaglandin, Faktor trnskripsi:


Proteolisis ↑
DNA tromboksan, NF-kB, AP-1,
leukotrien dll

Kerusakan Disfungsi endotel, Sitokin,


Cedera/mati sel
jaringan kerusakan proliferasi
vaskuler apoptosis, dll

Gambar 2.1. Mekanisme Cedera Sel dan Kerusakan Jaringan oleh Reactive
Organic Radicals (ROR)
Sumber: Behr J, Nowak D. Eur Respir Mon 2002; 21: 161–79 (telah diolah kembali)11

Efek yang disebabkan oleh asap rokok pada saluran pernapasan, dibedakan oleh dua
mekanisme utama, yaitu induksi inflamasi dan mutagenik/efek karsinogenik. Reaksi
inflamasi terdiri dari berbagai efek yang berbeda mencakup efek siliotoksisitas,
peningkatan sekresi mukus, dan akumulasi sel-sel inflamasi teraktivasi pada saluran
pernapasan. Hal ini mengakibatkan kecenderungan untuk timbulnya kolonisasi
bakteri dan terjadinya infeksi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan inflamasi.
Beberapa unsur asap rokok mempunyai sifat iritatif/pro-inflamasi/toksik, misalnya
amonia dan aldehid, dapat menyebabkan peradangan lokal, kerusakan sel, dan
kematian sel.11,27

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
8

Terdapat hubungan istimewa antara keseimbangan oksidan dan protease/antiprotease


dalam paru-paru. Oksidan dapat menonaktifkan antiprotease penting, seperti inhibitor
α1-proteinase, dan inhibitor leukoprotease sekretori. Secara keseluruhan, efek
oksidan menghasilkan ketidakseimbangan protease/antiprotease dalam mendukung
aktivitas proteolitik dan menginduksi kerusakan jaringan dan inflamasi. Interaksi
antara oksidan dan sistem protease/antiprotease disebut sebagai "efek kooperatif".11

Aspek penting lainnya cedera oksidan yang disebabkan oleh asap rokok adalah
kerusakan lapisan antioksidan paru-paru. Secara fisiologis, oksidan diimbangi oleh
antioksidan dalam paru-paru. Antioksidan sangat aktif dalam paru-paru termasuk
scavenger, enzim, dan sistem enzim, yang mencegah kerusakan oksidatif.11

Merokok berhubungan dengan penyakit paru obstruktif dan penyakit paru restriktif.
Hasil studi sekarang ini menunjukan terdapat korelasi negatif antara semua nilai Tes
Fungsi Paru (TFP) dengan jumlah dan durasi merokok. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Jawed S. dkk. pada tahun 2012 tentang pengaruh merokok terhadap
fungsi paru pada dewasa muda didapatkan perbedaan bermakna secara statistik nilai
rata-rata spirometri volume ekspirasi paksa menit pertama/Force Ekspiratory Volume
one second (FEV1), Kapasitas vital paksa/Force Volume Capasity (FVC), dan rasio
FEV1/FVC. Nilai FEV1 dan FVC secara signifikan lebih rendah pada perokok dengan
jumlah rokok > 10-20 rokok/hari.28

Merokok masih merupakan faktor risiko utama untuk perkembangan PPOK.


Merokok juga berimflikasi terjadinya penyakit paru restriktif, yaitu ILD-terkait rokok
dan kanker paru.29,30

Tabel 2.2. Penyakit Paru yang Berhubungan dengan Merokok

Kanker Paru

Penyakit Paru Obstruktif Kronik


 Bronkitis kronik
 Emfisema

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
9

Tabel 2.2. (Sambungan)

Interstitial Lung Disease (ILD)


 Desquamative interstitial pneumonia (DIP)
 Respiratory bronchiolitis-associated interstitial lung disease (RB-ILD)
 Pulmonary Langerhans’cell histiocytosis (PLCH)
 Idiopathic pulmonary fibrosis (IPF)

Sumber: Aymerich J, Monso E, Marrades R, Escarrbill J, Felez M, Sunyer J, et al. Am J Respir Crit
Care Med 2001;164:1002-07 (telah diolah kembali)29

2.2 Penyakit Paru Obtruktif

Penyakit paru obstruktif ditandai dengan penurunan kapasitas untuk mendapatkan


udara melalui saluran nafas dan penurunan kapasitas mengeluarkan udara dari paru-
paru. Penurunan aliran udara dapat disebabkan oleh penurunan diameter dari saluran
nafas (bronkospasme), kehilangan integritas saluran udara (bronkomalasia), atau
penurunan elastic recoil (emfisema) yang menyebabkan menurunnya driving
pressure. Penyakit paling umum yang berhubungan dengan fungsi paru obstruktif
adalah asma, emfisema, bronkitis kronik. Penyakit lain yang memberikan gambaran
faal paru obstruktif adalah bronkiektasis, infiltrasi dinding bronkus oleh tumor atau
granuloma, aspirasi benda asing, dan bronkiolitis.31

Penyakit paru obstruktif yang paling erat terkait dengan konsumsi rokok adalah
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), yang terdiri dari bronkitis kronis dan
emfisema. Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan sistem respirasi yang
ditandai oleh adanya obstruksi jalan napas dengan manifestasi klinis ekstrapulmonal
sebagai penyebab memberatnya penyakit, dengan karakteristik adanya hambatan
aliran udara yang umumnya bersifat progresif dan tidak membaik secara penuh serta
berhubungan dengan reaksi inflamasi terhadap partikel dan gas. Diagnosis PPOK
dipikirkan ketika didapatkan adanya faktor risiko (merokok, paparan partikel, dan
gas) yang ditandai oleh sesak yang progresif dan batuk produktif. Pemeriksaan
spirometri dianjurkan untuk diagnosis serta konfirmasi untuk menilai beratnya
obstruksi jalan napas pada PPOK.32

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
10

Meskipun merokok menjadi faktor risiko yang paling penting untuk perkembangan
PPOK, hanya sebagian kecil perokok yang berkembang mempunyai penyakit paru
obstruktif kronik. Oleh karena itu, kemungkinan ada faktor endogen yang
mempengaruhi perokok menjadi PPOK.11

Tabel 2.3. Faktor-Faktor Risiko (selain merokok) pada Perkembangan PPOK

Predisposisi genetik Faktor pejamu Faktor lingkungan

 Defisiensi inhibitor  Seks perempuan  Infeksi pernafasan pada


α1- proteinase masa kanak-kanak
 Atopi dan Bronchial
 Predisposisi familial Hyperresponsiveness  Status sosioekonomi
lainnya (BHR) rendah
 Eosinofilia  Konsumsi alkohol
 Pajanan industrial
 Pajanan Environmental
Tobacco Smoke (ETS)
 Polusi udara

Sumber: Behr J, Nowak D. Eur Respir Mon 2002; 21: 161–79 (telah diolah kembali)11

2.2.1 Epidemiologi PPOK

PPOK merupakan salah satu masalah kesehatan global yang ditimbulkan akibat
terjadinya transisi epidemiologi, dipengaruhi oleh meningkatnya usia harapan hidup
masyarakat, faktor demografi, faktor sosial ekonomi, faktor perilaku, dan faktor
lingkungan. PPOK merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
penyakit pada negara maju maupun berkembang serta memiliki dampak sosial yang
besar terhadap pembiayaan kesehatan.4 PPOK merupakan salah satu dari kelompok
penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia.33

Merokok menyebabkan PPOK pada 15%-20% pada mereka yang merokok.9 Murray
dan Lopez memperkirakan populasi perokok yang kemudian menderita PPOK
diperkirakan 0,7-0,8 pada pria dan 0,7 pada wanita.11 Prevalensi PPOK meningkat

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
11

pada mereka yang perokok dan bekas perokok serta pada usia diatas 40 tahun
dibanding kurang dari 40 tahun. Untuk data yang tepat belum didapatkan dikarenakan
adanya keterbatasan para klinisi dalam hal mendiagnosis PPOK, tetapi dari laporan
nasional beberapa negara prevalensi PPOK dilaporkan masih kurang dari 6%.32 Studi
epidemiologi pada komunitas di Kanada menunjukkan bahwa prevalensi PPOK
sekitar 4.4 % pada usia 35 tahun atau lebih.34 Studi PPOK di Spanyol memperkirakan
prevalensi PPOK pada usia 40-69 tahun adalah 9.1%.35 Studi populasi kejadian
PPOK di Inggris menunjukkan prevalensi PPOK berkisar 3%-10% populasi.36
Prevalensi di 12 negara Asia Pasifik didapatkan sebesar 6,3%, dengan prevalensi
terendah di Hong Kong dan Singapura (3,5%) dan tertinggi di Vietnam (6,3%).37 Di
China prevalensi sebesar 8,2% (12,4% laki-laki dan 5,1% perempuan).38 Penelitian
COPD Working Group tahun 2002 pada 12 negara Asia Pasifik menunjukkan
prevalensi PPOK di Indonesia 5,6%.8

World Health Organization (WHO) tahun 2004 melaporkan terdapat 64 juta penderita
PPOK diseluruh dunia. Saat ini sebanyak 3 juta orang meninggal karena PPOK dan
PPOK menjadi penyebab kematian keempat di dunia. WHO memperkirakan PPOK
akan menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun 2020.32 Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) Depkes Republik Indonesia pada tahun 1992 menemukan angka
kematian emfisema, bronkitis kronik, dan asma menduduki peringkat ke-6 dari 10
penyebab tersering kematian di Indonesia.39

2.2.2 Patofisiologi PPOK karena Rokok

Patogenesis PPOK karena merokok meliputi hipotesis protease/antiprotease,


oksidan/antioksidan, dan proses perbaikan abnormal. Produk proteolitik dari sel-sel
inflamasi, jika tidak cukup diimbangi dengan sistem pelindung antiprotease,
menyebabkan cedera bronkial dan kehancuran arsitektur alveolar. Hipotesis
protease/antiprotease didasarkan pada pengamatan emfisema dini pada pasien dengan
defisiensi inhibitor α1-proteinase yang berat. Terdapat peran patogenetik dari elastase
neutrofil dalam patogenesis PPOK. Elastase neutrofil dapat merusak epitel

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
12

pernapasan dan meningkatkan produksi lendir oleh sel goblet. Hal ini meningkatkan
interleukin-8, yang merupakan kemoatraktan untuk neutrofil. Selain neutrofil,
makrofag alveolar dan enzim elastase makrofag, sebuah metaloproteinase matriks,
memainkan peran dalam patofisiologi emfisema. Hipotesis oksidan/antioksidan
PPOK didasarkan pada sejumlah data yang menunjukkan bahwa stres oksidatif
berkontribusi untuk PPOK. Pada perokok dan subyek dengan PPOK, terjadi
peningkatan oksidan sistemik dan penurunan antioksidan. Proses perbaikan abnormal
menyebabkan perubahan dalam struktur subepitel yang menyebabkan fibrosis
jaringan periobronkial dan penghambatan remodeling matriks ekstraseluler.11,40

2.2.3 Diagnosis dan Klasifikasi PPOK

PPOK pada dasarnya merupakan diagnosis klinis, didasarkan atas anamnesis


mengenai riwayat perjalanan penyakit pasien dengan menilai faktor-faktor risiko
penyebab terjadinya PPOK. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk
menilai beratnya penyakit dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Adanya riwayat
sesak, batuk kronik, produksi sputum dan paparan terhadap faktor risiko berupa
rokok dan bahan kimia, serta usia lebih dari 40 tahun dapat menjadi dasar adanya
kemungkinan suatu PPOK. Dilanjutkan pemeriksaan konfirmasi dengan spirometri
untuk memastikan diagnosis dan derajat beratnya penyakit. 32,41

PPOK secara patognomonik ditandai oleh adanya penurunan kapasitas ekspirasi


paksa saluran napas yang terukur pada pemeriksaan spirometri. Terjadinya aliran
udara ekspirasi merupakan hasil interaksi dari elastisitas jaringan paru yang
mendorong udara keluar dan resistensi saluran napas yang membatasi aliran udara.
Kapasitas ekspirasi yang menurun pada PPOK disebabkan oleh karena terjadi
penurunan elastisitas jaringan paru yang disertai peningkatan resistensi saluran napas.
Kedua kondisi ini tercermin dari rendahnya nilai FEV1 dan FVC yang rendah.42

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
13

Tabel 2.4. Klasifikasi PPOK berdasarkan Pemeriksaan Spirometri

Derajat keparahan FEV1/FVC pasca FEV1 % prediksi


bronkodilator
PPOK ringan  0,7 > 80
PPOK sedang  0,7 50-80
PPOK berat  0,7 30-50
PPOK sangat berat  0,7 < 30

Sumber: Anzueto A. Eur Respir Rev 2010;19(16):113-18 (telah diolah kembali)32

Penilaian spirometri mutlak diperlukan, terkecuali beberapa keadaan dimana


spirometri tidak dapat dilakukan antara lain pada penyakit akut, pneumothoraks,
hemoptisis, pasien yang baru saja dilakukan operasi mata, operasi torak, operasi
abdomen, infark miokard baru, angina pektoris tidak stabil, dan aneurisma.43

Multicenter Lung Health Study menunjukkan sebuah penurunan abnormal yang cepat
(90-150 mL/tahun) pada pasien PPOK yang terus merokok. Berhenti merokok
menghasilkan peningkatan FEV1 selama tahun pertama dan angka penurunan
mendekati normal (30-50 mL/tahun) pada tahun-tahun berikutnya.31

2.3 Penyakit Paru Restriktif

Penyakit paru restriktif adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan udara ke dalam


paru-paru dan ketidakmampuan untuk mempertahankan volume paru-paru dalam
batas normal. Definisi terbaik penyakit paru restriktif adalah berkurangnya kapasitas
total paru/total lung capacity (TLC).31

Sejumlah faktor berhubungan dengan kelainan faal paru restriktif termasuk ILD, berat
badan lebih/obesitas, kerusakan paru paska tuberkulosis, kanker paru, masalah tulang
vertebra, dll.9,19,31 Gambaran faal paru restriktif pada pemeriksaan spirometri
berhubungan signifikan dengan memberatnya gejala pernafasan, gangguan
fungsional, dan peningkatan mortalitas.19,20

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
14

Tabel 2.5. Penyebab Penyakit Paru Restriktif

Interstitial lung disease


 Idiopathic pulmonary fibrosis (IPF)
 Sarkoidosis
 Penyakit vaskular kolagen
 Pnemokoniosis
 Penyakit paru diinduksi obat
 Edema paru

Penyakit paru infiltratif


 Granulomatosis
 Tumor

Penyakit pleura
 Efusi pleura
 Fibrotoraks
 Pnemotoraks

Penyakit dinding dada


 Kifoskoliosis
 Spondilitis ankilosing
 Penyakit neromuskular

Penyebab miselaneus
 Obesitas
 Kehamilan
 Asites
 Paralisis diafragma

Reseksi paru

Sumber: Connolly MJ, Lowe D, Anstey K, Hosker HS. Pearson MG, Roberts CM. Thorax
2006;61:843-48 (telah diolah kembali)31

ILD disebut juga diffuse infiltrative lung disease/diffuse parenchymal lung disease
(DPLD).44 ILD merupakan grup heterogen kelainan paru dengan penyebab yang
diketahui dan yang tidak diketahui. Interstitial lung disease umumnya dicirikan
dengan sesak, infiltrat parenkim paru difus, disfungsi paru restriktif, dan gangguan
pertukaran gas. Mayoritas ILD tidak diketahui penyebabnya.29 American Thoracic
Society/European Respiratory Society (ATS/ERS) sudah melakukan standarisasi
diagnosis dan klasifikasi ILD.45

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
15

DiffuseParenchymal
Diffuse Parenchymal Lung
LungDisease
Disease

DPLD yang Idiopathic DPLD Bentuk lain


diketahui interstitial Granulomatosa DPLD cont.
penyebabnya:
penyebabnya pneumonia cont. sarkoidosis LAM, HX, dll
cont.
obat obat
atau ada
atau
hubungan
ada hubungan
cont.
penyakit
cont. penyakit
kolagen
vaskular
kolagen vaskular

Idiopathic Pulmonary IIP selain idiopathic


fibrosis pulmonary fibrosis

Desquamative interstitial Respiratory bronchiolitis


pneumonia interstitial lung disease

Acute interstitial pneumonia Cryptogenic organising


pneumonia

Nonspecific interstitial Lymphocytic interstitial


pneumonia pneumonia

Gambar 2.2. Algoritma DPLD sesuai American Thoracic Society (ATS) dan European
Respiratory Society (ERS)

Sumber: Scarlata S, Pedone C, Fimognari FL, Bellia V, Forastiere F, Incalzi RA. Respiratory Medicine
2008; 102: 1349-54 dan Gulati M. Prim Care Respir J 2011; 20(2): 120-7 (telah diolah kembali)46,47

Ada empat ILD yang berhubungan dengan merokok, yaitu desquamative interstitial
pneumonia (DIP), respiratory bronchiolitis-associated interstitial lung disease (RB-
ILD), pulmonary Langerhans’ cell histiocytosis (PLCH), dan idiopathic pulmonary
fibrosis (IPF).29,30,48

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
16

Tabel 2.6. Interstitial Lung Disease (ILD) Berhubungan dengan Merokok

 Desquamative interstitial pneumonia (DIP)


 Respiratory bronchiolitis ILD (RB-ILD)
 Pulmonary Langerhans’cell histiocytosis (PLCH)
 Idiopathic pulmonary fibrosis (IPF)

Sumber: Bahadori K, Gerald. International Journal of COPD 2007;2(3):241-51(telah diolah kembali)

2.3.1 Epidemiologi Penyakit Paru Restriktif

Prevalensi gambaran faal paru restriktif berdasarkan pemeriksaan spirometri pada


populasi umum dewasa berkisar 7% - 13% pada sejumlah survei.9 Prevalensi faal
paru restriktif diperkirakan 15% pada populasi lansia.49 Kasus ILD yang memberikan
gambaran faal paru restriktif diperkirakan 15% kelainan paru pada praktek dokter
umum di Amerika Serikat.50 Insiden ILD diperkirakan 31,5 per 100.000 laki-laki dan
26,1 per 100.000 perempuan.46 Prevalensi perokok bervariasi pada beberapa jenis
ILD-terkait rokok, yaitu kurang lebih 90% pada DIP, 100% pada RB-ILD, lebih dari
90% pada PLCH, dan antara 41%-83% pada IPF.29

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bano dkk. pada tahun 2009 mengenai tes fungsi
paru pada perokok dan bukan perokok pada area rural di India, didapatkan hasil tes
fungsi paru pada perokok yaitu faal paru normal 58%, faal paru obstruktif 36%, faal
paru restriktif 2%, dan faal paru campuran 4%.51 Pada penelitian yang dilakukan oleh
Lederer dkk. pada tahun 2008 tentang hubungan merokok dengan penyakit paru
parenkimal subklinis didapatkan merokok menyebabkan penyakit paru parenkimal
subklinis yang dideteksi dengan spirometri dan Computed Tomography (CT).
Prevalensi gambaran restriktif pada spirometri sebesar 10% dan mengalami
peningkatan relatif sebesar 8% untuk masing-masing 10 bungkus rokok/tahun pada
analisis multivariat.48

Pada studi EPI-SCAN (Epidemiologic Study of COPD in Spain) yang dilakukan oleh
Soriano dkk. pada tahun 2011, didapatkan prevalensi faal paru restriktif 12,7% (95%
CI 9,7%-15,7%). Karakteristik partisipan dengan faal paru restriktif adalah rata-rata

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
17

umur 63 tahun, 57% laki-laki, rata-rata Indeks Masa Tubuh (IMT) 29,3kg/m2 (13,5%
dengan obesitas [IMT >35kg/m2]), dan terpapar rokok (rata-rata 31,5 bungkus per
tahun pada 20% perokok dan 33% bekas perokok). Pada studi EPI-SCAN juga
ternyata didapatkan partisipan dengan kelainan paru restriktif (12,7%) lebih besar
daripada kelainan paru obstruktif (10,2%).9

Pada penelitian yang dilakukan oleh Soegito pada tahun 1998 mengenai manfaat
pemeriksaan faal paru pada jamaah haji kotamadya Medan didapatkan hasil faal paru
normal 75%, faal paru obstruktif 3%, faal paru restriktif 6%, dan faal paru campuran
16%.17 Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dkk. pada tahun 2008 mengenai
hubungan pemeriksaan faal paru dan keluhan respiratorik pada jemaah haji kota
Padang pada tahun 2008 didapatkan hasil faal paru normal 53,3%, faal paru obstruktif
19,7%, dan faal paru restriktif 19,7%.18

Ada bukti yang menunjukan adanya peningkatan hubungan dan frekuensi morbiditas
dan mortalitas pada faal paru restriktif. Pada suatu studi di Italia dengan jumlah
partisipan sebanyak 265 orang tua (51,9% laki-laki, umur 65-97 tahun), ternyata
kelainan faal paru restriktif berhubungan dengan peningkatan mortalitas.9 Pola
ventilasi restriktif berhubungan dengan dengan mortalitas pada populasi National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) I dengan adjusted hazard ratio
1,4 sampai 1,7.19,52

2.3.2 Patofisiologi Interstitial Lung Disease karena Rokok

Merokok dikenal sebagai faktor risiko pada perkembangan ILD. Terdapat bukti kuat
yang menyokong hubungan merokok dengan perkembangan RB-ILD, PLCH, dan
DIP. Terdapat peningkatan risiko perkembangan IPF pada perokok dan bekas
perokok.29,30

Mekanisme yang mendasari hubungan merokok dengan ILD belum jelas. Rokok
dapat menyebabkan cedera endotelial dan sel epitel alveolus karena peningkatan stres
oksidatif dan peningkatan inflamasi parenkim paru. Cedera endotelial dan sel epitel
alveolus menyebabkan penyembuhan luka yang abnormal dan terjadi fibrosis

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
18

parenkimal. Pada model binatang percobaan, rokok juga meningkatkan jumlah


miofibroblas paru, yang mungkin disebabkan oleh peningkatan level
metaloproteinase-9 matriks, dan lebih lanjut terjadi fibrosis karena adanya stimulasi
pelepasan transforming growth factor-β1 dari fibroblas.48,53

2.3.3 Diagnosis dan Klasifikasi Penyakit Paru Restriktif

Diagnosis penyakit paru restriktif dengan melakukan pengukuran volume paru-paru.


Pada penyakit paru restriktif terjadi penurunan pada semua subdivisi volume paru-
paru tanpa terjadi penurunan aliran udara.54 Penyakit paru restriktif dicurigai jika dari
hasil pemeriksaan spirometri, nilai FVC rendah (< 80% prediksi) dan nilai FEV1/FVC
normal (< 0,7).31 Penurunan total lung capacity (TLC) adalah pengukuran yang
paling akurat untuk fungsi paru restriktif. TLC dapat diukur dengan berbagai teknik,
yaitu metode dilusi gas dan pletismografi. TLC paling baik diukur dengan
pletismografi.31 Pemeriksaan spirometri dengan nilai FVC yang rendah dan tidak
adanya obstruksi bronkial sudah cukup menggambarkan penyakit paru restriktif.49

Untuk diagnosis ILD, pada anamnesis didapatkan keluhan batuk dan sesak pada saat
aktivitas, pada pemeriksaan fisik didapatkan suara crackle (suara yang disebabkan
karena bukaan ruang alveolus yang kolaps yang dikelilingi oleh interstitial fibrotik)
pada saat inspirasi, pada pemeriksaan radiografi didapatkan gambaran infiltrat
interstitial difus bilateral, penurunan nilai Diffusing capacity of Lung for Carbon
monoxide (DLCO), abnormalitas nilai PO2 alveolus-arteriol [(A-a)O2] pada saat
istirahat dan aktivitas, dan abnormalitas gambaran histopatologis parenkim paru.
Abnormalitas parenkim paru digambarkan dengan berbagai derajat inflamasi,
fibrosis, dan remodeling.50,55

Tingkat keparahan penyakit paru restriktif belum dibakukan. Namun banyak


laboratorium mengklasifikasikan penyakit paru restriktif, yaitu penurunan TLC
ringan (TLC > 65% - ≤ 80% prediksi), sedang (TLC > 50% - ≤ 65% prediksi), atau
berat (TLC ≤ 50% prediksi).31

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
19

2.4 Kanker Paru

Sejak awal abad ke-20, kanker paru-paru berangsur menjadi jenis kanker mematikan
di seluruh dunia. Murray dan Lopez memperkirakan kanker paru-paru menjadi yang
tersering ke-10 penyebab kematian sekarang ini. Kanker paru menyebabkan sekitar 1
juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Mereka juga meramalkan bahwa pada
tahun 2020 kanker paru-paru akan menjadi penyebab kematian keempat di negara
maju dan penyebab kematian kelima seluruh dunia.11

Hubungan kausal antara kanker paru dan merokok pertama kali dilaporkan dengan
baik pada studi kasus-kontrol pada tahun 1950 dan kemudian dikonfirmasi dalam
studi kohort, prospektif, dan berbasis populasi dengan jumlah besar. Pada sebagian
besar negara maju diperkirakan bahwa 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan
80% pada wanita yang diakibatkan oleh merokok. Faktor risiko kritis adalah awal
mulai merokok, durasi merokok, jumlah rokok yang dihisap setiap hari, dan cara
merokok.11

Seperti telah disebutkan di atas, dari sudut pandang patogenesis, bahwa asap rokok
mengandung campuran senyawa yang sangat beracun seperti iritan, mutagenik dan
zat karsinogenik, termasuk ROR yang sepenuhnya mampu merangsang proliferasi
sel, kerusakan kromosom, deoxyribonucleic acid (DNA)-adduct formation, dan
aktivasi onkogen. Denissenko dkk. melaporkan selektive benzo(a)pyrene diol-epoxide
adduct formation bersama ekson p53 pada epitel sel bronkus, menjelaskan hubungan
mekanisme langsung antara asap tembakau dan kanker paru-paru. Oleh karena itu,
cedera atau kematian sel yang disebabkan toksin menciptakan lingkungan untuk
perkembangan inflamasi dan perkembangan sinyal pertumbuhan, yang akhirnya
terjadinya hiperplasia, metaplasia, dan transformasi mutagenik/karsinogenik sel
saluran pernafasan. Kanker paru-paru berkembang pada <20% perokok, hal ini
menunjukkan bahwa ada faktor host yang terlibat.11,27,55

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
20

2.4 Kerangka Teori

Rokok

Oksidan inflamatori Bersihan silia terganggu Oksidan karsinogenik

Inflamasi infeksi Karsinogenesis

PPOK ILD-terkait rokok Kanker paru

Obstruktif Restriktif

Interstitial lung disease


Usia

Penyakit dinding dada

Penyakit paru infiltratif


Indeks masa tubuh

Reseksi paru

 Asma
 Bronkiektasis Penyebab miselaneus
 Infiltrasi dinding bronkus
oleh tumor atau granuloma
 Aspirasi benda asing, Penyakit pleura
 Bronkiolitis

Keterangan:
Hubungan kausal satu arah pemicu
Faktor yang dinilai dalam penelitian ini

Gambar 2.3. Kerangka Teori

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
21

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep dan Identifikasi Variabel

3.1.1 Kerangka Konsep

Perilaku Merokok Gambaran Faal Paru

Keterangan:
Variabel bebas adalah perilaku merokok sementara variabel terikat adalah faal paru.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.1.2 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat:

1. Variabel bebas:
1) Perilaku merokok (Indeks Brinkman)
2. Varibel terikat:
1) Gambaran faal paru

21 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
22

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian diuraikan dalam tabel berikut:


Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Hasil Pengukuran Skala

Umur Usia berdasarkan KTP/ Dikelompokkan: Ordinal


Identitas lain. - < 60 tahun
- > 60 tahun

Jenis kelamin Pria atau wanita. Dikelompokkan: Nominal


- Laki-laki
- Wanita

Tingkat Pendidikan terakhir. Dikelompokkan: Ordinal


pendidikan - Rendah:
tidak sekolah, SD,
SMP
- Tinggi :
SMU atau Perguruan
Tinggi

Berat Badan Nilai yang didapat dari Dikelompokkan: Numerik


(BB) penimbangan pasien. - BB 40-50 kg
- BB 51-60 kg
- BB 60-70 kg
- BB > 70 kg

Tinggi Badan Nilai yang didapat dari Dikelompokkan: Numerik


(TB) pengukuran tinggi - TB 150-160 cm
badan. - TB 161-170 cm
- TB > 171 cm

Indeks Massa Dihitung dengan rumus: Indeks massa tubuh Ordinal


Tubuh (IMT) IMT= BB/(TB)2.56 menurut WHO yang
sudah disesuaikan untuk
orang Asia adalah:
- Kurang : < 18,5
- Normal : 18,5 – 22,9
- Lebih : ≥ 23

Indeks Berdasarkan keterangan Dikelompokan: Ordinal


Brinkman pasien, yaitu jumlah - Ringan : 0 – 200
batang rokok per hari - Sedang : 201 – 600
dikalikan lama merokok - Berat : > 600
dalam tahun.57

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
23

Tabel 3.1. (Sambungan)

Faal paru Berdasarkan spirometri, Dikelompokkan: Kategorik


mengukur nilai FEV1 - Normal:
dan FVC. FEV1/FVC > 70%,
dan FVC > 80% pred.
- Obstruktif:
FEV1/FVC < 70%,
dan FVC > 80% pred.
- Restriktif:
FEV1/FVC > 70%,
dan FVC < 80% pred.
- Campuran :
FEV1/FVC < 70%,
dan FVC < 80% pred.

Komorbid Adanya penyakit Wawancara, pemeriksaan Nominal


penyerta lain yang buku kesehatan haji .
diderita jemaah haji Dikelompokkan :
berupa penyakit jantung - Ada komorbid
koroner, gagal jantung - Tidak ada komorbid
atau diabetes mellitus.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
24

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi potong lintang, pengambilan sampel menggunakan


data retrospektif.

4.2 Waktu, Tempat, dan Sumber Data Penelitian

Penelitian dilakukan di RSCM, Jakarta, pada bulan Januari 2014. Data bersumber
dari data pemeriksaan kesehatan jemaah haji sebelum pemberangkatan dari Jakarta ke
Saudi Arabia pada bulan Juli – September 2012. Data tersebut merupakan data pada
penelitian yang dilakukan oleh Divisi Pulmonologi FKUI/RSCM Jakarta tahun 2012,
yang berjudul Profil dan Analisis Kejadian Eksaserbasi Akut Penyakit Paru Obstruksi
Kronik pada Jemaah Haji Embarkasi Jakarta-Pondok Gede Tahun 2012.

4.3 Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah data calon jemaah haji dengan kebiasaan
merokok.

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah data calon jemaah haji Embarkasi
Jakarta-Pondok Gede dengan kebiasaan merokok yang datang untuk pemeriksaan
kesehatan sebelum keberangkatan di Puskesmas Kecamatan dan Embarkasi Jakarta-
Pondok Gede sebelum pemberangkatan jemaah haji dari Jakarta ke Saudi Arabia pada
bulan Juli – September 2012.

Subjek penelitian adalah data populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dan menandatangani surat persetujuan informed consent untuk ikut serta
dalam penelitian Divisi Pulmonologi FKUI-RSCM Jakarta.

24 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
25

4.4 Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian

4.4.1 Kriteria Inklusi

1. Data calon jemaah haji usia ≥ 40 tahun.


2. Data calon jemaah haji yang mempunyai kebiasaan merokok.
3. Data calon jemaah haji yang dilakukan pemeriksaan spirometri.

4.4.2 Kriteria Ekslusi

Data demografi atau data spirometri tidak lengkap.

4.5 Besar Sampel

Hubungan perilaku merokok dengan gambaran faal paru menggunakan rumus besar
sampel untuk komparatif kategorik ordinal. Perhitungan dilakukan dua kali, yaitu
membandingkan perilaku merokok antara faal paru normal dengan obstruktif serta
faal paru normal dengan restriktif.

4.5.1 Perhitungan Perbandingan Perilaku Merokok antara Faal Paru Normal


dengan Obstruktif

Perhitungan perbandingan perilaku merokok antara faal paru normal dengan


obstruktif adalah sebagai berikut:

6z  z  / ln(OR) 2
2
n1  n2  (4.1)
1  ( pi  pii  piii  piv )
3 3 3 3

n1 = jumlah subjek dengan faal paru normal

n2 = jumlah subjek dengan faal paru obstruktif

α = kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 5% sehingga zα = 1,96

β = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 5% sehingga zβ = 0,84

OR minimal yang dianggap bermakna ditetapkan sebesar 3.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
26

Berdasarkan kepustakaan, proporsi tidak merokok, perokok ringan, perokok sedang,


dan perokok berat pada faal paru normal adalah 30%, 30%, 20%, dan 20%. Dengan
OR ditetapkan 3, maka proporsi tidak merokok, perokok ringan, perokok sedang, dan
perokok berat pada faal obstruktif adalah 12,5%, 20,8%, 23,8% dan 42,9%.
(catatan: perhitungan menggunakan perangkat lunak excel).

Pi = rerata proporsi tidak merokok pada faal paru normal dan obstruktif, berdasarkan
kepustakaan, proporsi tidak merokok pada faal paru normal adalah= (30+12,5)/2 =
21,25

Pii = rerata proporsi indeks brinkman ringan pada faal paru normal dan obstruktif =
(30+20,8)/2 = 25,4

Piii = rerata proporsi indeks brinkman sedang pada faal paru normal dan obstruktif =
(20+23,8)/2 = 21,9

Piv = rerata proporsi indeks brinkman berat pada faal paru normal dan obstruktif =
(30+42,9)/2 = 31,45

61,96  0,84 / ln(3) 2


2
n1  n2   41,8  42 (4.2)
1  (21,253  25,4 3  21,9 3  31,453 )

4.5.2 Perhitungan Perbandingan Perilaku Merokok antara Faal Paru Normal


dengan Restriktif

Perhitungan perbandingan perilaku merokok antara faal paru normal dengan restriktif
adalah sebagai berikut:

6z  z  / ln(OR) 2
2
n1  n2  (4.3)
1  ( pi  pii  piii  piv )
3 3 3 3

n1 = jumlah subjek dengan faal paru normal

n2 = jumlah subjek dengan faal paru restriktif

α = kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 5% sehingga zα = 1,96

β = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 5% sehingga zβ = 0,84

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
27

OR minimal yang dianggap bermakna ditetapkan sebesar 3.

Berdasarkan kepustakaan, proporsi tidak merokok, perokok ringan, perokok sedang,


dan perokok berat pada faal paru normal adalah 30%, 30%, 20%, dan 20%. Dengan
OR ditetapkan 3, maka proporsi tidak merokok, perokok ringan, perokok sedang, dan
perokok berat pada faal restriktif adalah 12,5%, 20,8%, 23,8% dan 42,9%.
(catatan: perhitungan menggunakan perangkat lunak excel).

Pi = rerata proporsi tidak merokok pada faal paru normal dan restriktif, berdasarkan
kepustakaan, proporsi tidak merokok pada faal paru normal adalah = (30+12,5)/2 =
21,25

Pii = rerata proporsi indeks brinkman ringan pada faal paru normal dan restriktif =
(30+20,8)/2 = 25,4

Piii = rerata proporsi indeks brinkman sedang pada faal paru normal dan restriktif =
(20+23,8)/2 = 21,9

Piv = rerata proporsi indeks brinkman berat pada faal paru normal dan restriktif =
(30+42,9)/2 = 31,45

61,96  0,84 / ln(3) 2


2
n1  n2   41,8  42 (4.4)
1  (21,253  25,4 3  21,9 3  31,453 )

4.5.3 Koreksi Perhitungan Besar Sampel

Berdasarkan perkiraan, perbandingan jumlah subjek dengan faal paru normal,


obstruktif, dan restriktif diperkirakan 7:1,5:1,5. oleh karena itu, dilakukan koreksi
besar sampel berdasarkan rasio tersebut.

nk  1
n'  (4.5)
2k
n’= jumlah subjek dengan faal paru obstruktif

n = jumlah subjek awal = 42

k = rasio normal dibandingkan obstruksi = 7:1,5 = 4,66

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
28

nk  1 424,66  1
n'    25,5  26 (4.6)
2k 2 x 4,66

Jumlah subjek dengan faal paru obstruktif = 26


Jumlah subjek dengan faal paru normal = 26 x 4,66 = 121
Dengan cara yang sama, koreksi dilakukan untuk faal paru restriktif. Karena rasio
sama, maka diperoleh hasil yang sama dengan perhitungan obstruktif. Dengan
demikian, jumlah subjek yang diperlukan adalah 121 faal paru normal, 26 faal paru
obstruktif, dan 26 faal paru restriktif. Total jumlah subjek yang diperlukan adalah
173.

4.6 Cara Pengambilan Sampel

Berdasarkan data pada penelitian yang dilakukan Divisi Pulmonologi FKUI/RSCM


Jakarta tahun 2012. Semua data dikumpulkan dan diperiksa apakah memenuhi
kriteria penelitian atau tidak. Peneliti mendapat jemaah haji yang masuk ke dalam
penelitian sebanyak 209 jemaah, dengan jumlah subjek minimal adalah 173. Berdasar
hal tersebut, peneliti mengambil sampel secara total sampling. Ternyata data subjek
yang memenuhi kriteria lebih banyak daripada jumlah subjek minimal, maka peneliti
mempunyai presisi penelitian yang lebih baik.

Pengambilan sampel pada penelitian yang dilakukan oleh Divisi Pulmonologi


FKUI/RSCM tahun 2012, yaitu pada saat pemeriksaan calon jemaah haji di
Puskesmas dan Embarkasi Jakarta-Pondok Gede sebelum keberangkatan ke tanah
suci. Subjek penelitian diambil secara konsekutif berdasarkan seleksi calon jemaah
haji yang memiliki faktor risiko gangguan faal paru, yaitu usia > 40 tahun dan
mempunyai kebiasaan merokok. Selanjutnya jemaah haji yang ikut dalam penelitian
akan mengisi inform consent penelitian. Pada tahap awal dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan buku kesehatan haji
(berisi catatan medis kesehatan haji), pemeriksaan spirometri menggunakan
spirometri Chestograph, produksi Tokyo-Jepang tahun 2007. Spirometri dilakukan
dalam posisi berdiri sebanyak 3 kali dan diambil nilai terbaik. Peneliti mendapatkan

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
29

pelatihan kalibrasi alat spirometri dan penggunaan alat spirometri di Divisi


Pulmonologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, dan menggunakan
buku panduan dari British Thoracic Society tahun 2005.58 Kalibrasi alat dilakukan
tiap minggu. Pengukuran spirometri dilakukan terutama oleh peneliti dan dibantu
asisten peneliti.

4.7 Cara Kerja Penelitian

1. Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian.


Catatan medis dari subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian
dikumpulkan. Subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian adalah subjek
yang berdasar informasi data sekunder berusia 40 tahun, merokok, dan dilakukan
pemeriksaan spirometri.

2. Pengecekan kriteria penelitian


Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data demografis serta kelengkapan
data spirometri dari catatan medis yang telah terkumpul. Subjek dengan catatan
medis tidak lengkap tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

3. Pencatatan data
Data dimasukkan ke dalam formulir penelitian. Data yang dicatat mencakup
demografis (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, berat badan,
tinggi badan, indeks massa tubuh, dan indeks Brinkman), spirometri, jumlah rata-
rata rokok yang dihisap setiap hari, dan lama merokok (tahun) .

4. Pengolahan dan analisa data


Pengolahan dan analisis data dapat dilihat pada sub judul analisis data.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
30

4.8 Alur Penelitian

Identifikasi data subjek yang


berpotensi masuk ke dalam
penelitian

Pengecekan
kriteria
penelitian

Tidak memenuhi Memenuhi


kriteria inklusi kriteria inklusi

Pencatatan demografi,
spirometri, jumlah
rokok dan lama
merokok

Pengolahan dan
analisisa data

Gambar 4.1. Alur Penelitian

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
31

4.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dicatat dalam formulir penelitian. Setelah dilakukan editing
mengenai kelengkapan pengisian formulir penelitian, data ini dikoding untuk
selanjutnya direkam dalam cakram magnetik mikro komputer. Proses validasi data
dilakukan untuk menjamin keabsahan data yang direkam dan setelah dipastikan
kebersihan dari data penelitian barulah dilakukan proses pengolahan data
menggunakan perangkat SPSS versi 17.0. Data demografis (umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan
indeks Brinkman) disajikan dalam jumlah dan persentase. Faal paru disajikan dalam
jumlah dan persentase serta interval kepercayaan 95%.

Hubungan antara indeks Brinkman dengan gambaran faal paru menggunakan analisa
bivariat dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

4.10 Etika Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan oleh Divisi
Pulmonologi FKUI/RSCM Jakarta tahun 2012, yang berjudul Profil dan Analisis
Kejadian Eksaserbasi Akut Penyakit Paru Obstruksi Kronik pada Jemaah Haji
Embarkasi Jakarta-Pondok Gede Tahun 2012, dengan peneliti utama dr. Anna
Uyainah Z.N., SpPD, KP, MARS. Adapun ethical clearance mengacu kepada ethical
clearance penelitian tersebut diatas yang sudah dikeluarkan oleh Panitia Tetap Etik
Penelitian Kedokteran FKUI Jakarta No. 461/PT 02.FK/ETIK/2012. Semua data
rekam medis yang digunakan akan dijaga kerahasiaannya.

4.11 Organisasi Penelitian

Peneliti Utama : dr. Dadang Herdiana


Pembimbing I : dr. Anna Ujainah Z.N., SpPD, KP, MARS
Pembimbing II : dr. Tri Juli Tarigan, SpPD
Pembimbing Metodologi dan Statistik : dr. Pringgodigdo Nugroho, SpPD

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
32

BAB 5
HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari data penelitian Divisi Pulmonologi FKUI/RSCM


Jakarta tahun 2012, yang berjudul Profil dan Analisis Kejadian Eksaserbasi Akut
Penyakit Paru Obstruksi Kronik pada Jemaah Haji Embarkasi Jakarta-Pondok Gede
Tahun 2012. Perekrutan subjek penelitian pada penelitian Divisi Pulmonologi FKUI
tersebut, dilakukan pada saat jemaah haji menjalani pemeriksaan kesehatan haji di
Puskesmas Kecamatan dan pada saat pemeriksaan kesehatan haji di Embarkasi
Jakarta-Pondok Gede sebelum pemberangkatan jemaah haji dari Jakarta ke Saudi
Arabia pada bulan Juli – September 2012. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi
Haji Terpadu (SISKOHAT) tahun 2012, terdapat 7.074 jemaah haji berasal dari
Provinsi DKI Jakarta. Perekrutan subjek penelitian pada penelitian Divisi
Pulmonologi FKUI, dilakukan berdasarkan seleksi anamnesis faktor risiko gangguan
faal paru. Salah satu faktor risiko gangguan faal paru adalah merokok, baik itu
merokok aktif, pasif, current smoker, maupun bekas perokok. Berdasarkan seleksi
tersebut, didapatkan 516 jemaah haji yang memiliki faktor risiko gangguan faal paru
dan semuanya merokok, ada yang merokok aktif, pasif, current smoker, dan bekas
perokok. Jemaah haji yang berjumlah 516 tersebut, kemudian dilakukan pemeriksaan
spirometri untuk menentukan faal paru.

Dari data 516 jemaah haji pada penelitian Divisi Pulmonologi FKUI di atas,
didapatkan 209 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Alur
pengambilan subjek penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 5.1.

32 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
33

Data SISKOHAT DKI Jakarta


7.074 jemaah
Berusia kurang dari 40 tahun
1.194 jemaah

Jemaah berusia lebih dari 40 tahun


5.880 jemaah Jemaah bukan sebagai perokok
aktif/pasif/ current
smoker/bekas perokok
atau menolak pemeriksaan
spirometri
5.364 jemaah
Jemaah sebagai perokok aktif/pasif/
current smoker/bekas perokok
516 jemaah
Perokok pasif & bekas perokok
60 jemaah

Jemaah sebagai current smoker


456 jemaah
Data spirometri tidak lengkap
44 jemaah

Jemaah sebagai current smoker dan


data spirometri lengkap
412 jemaah
Data jumlah rokok & lama
merokok tidak lengkap
197 jemaah

Data jumlah rokok & lama merokok


lengkap
215 jemaah
Data pendidikan tidak lengkap
6 jemaah

Subjek penelitian
209 jemaah

Gambar 5.1. Alur Seleksi Subjek Penelitian.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
34

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian.

Gambaran karakteristik subjek penelitian pada penelitian ini seperti tampak pada
tabel 5.1.

Tabel 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian.

Karakteristik Subjek n (%) Median Rerata


(rentang nilai) (+ SB)
Jenis Kelamin - -
Laki-laki 208 (99,5)
Perempuan 1 (0,5)
Usia 53,0 (40,0-80,0) -
< 60 tahun 163 (78,0)
> 60 tahun 46 (22,0)
IMT - 24,7 (+ 3,90)
Kurang 9 (4,3)
Normal 68 (32,5)
Lebih 132 (63,2)
Komorbid - -
Ada 65 (31,1)
Tidak ada 144 (68,9)
Pendidikan - -
Tidak sekolah 2 (1,0)
SD 30 (14,4)
SLTP 20 (9,6)
SLTA 99 (47,4)
PT 58 (27,8)
Tingkat Pendidikan - -
Rendah 52 (24,9)
Tinggi 157 (75,1)
Indeks Brinkman 336 (5-1800)
Ringan 62 (29,7)
Sedang 111 (53,1)
Berat 36 (17,2)
Faal paru - -
Normal 67 (32,1)
Obstruktif 18 (8,6)
Restriktif 107 (51,2)
Campuran 17 (8,1)

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
35

Penelitian ini mendapatkan hasil hampir semua subjek penelitian berjenis kelamin
laki-laki, hanya 1 subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Usia subjek
penelitian lebih banyak yang berusia kurang dari 60 tahun, yaitu sebesar 78%. Indeks
Masa Tubuh subjek penelitian paling besar berada pada kategori lebih yaitu sebesar
63,5%, disusul kategori normal sebesar 32,5%, dan terakhir kategori kurang sebesar
4,3%. Subjek penelitian umumnya tidak memiliki komorbid, pada penelitian ini
didapatkan subjek penelitian yang tidak memiliki komorbid sebesar 68,9%. Tingkat
pendidikan subjek penelitian paling banyak berada pada tingkat SLTA yaitu sebesar
47,4%, disusul tingkat Perguruan Tinggi sebesar 27,8%, tingkat SD sebesar 14,4%,
tingkat SLTP 9,6%, dan terakhir subjek penelitian yang tidak sekolah sebesar 1,0%.

Nilai Indeks Brinkman dilihat sebagai gambaran perilaku merokok jemaah haji.
Jemaah haji paling banyak mempunyai Indeks Brinkman kategori sedang yaitu
sebanyak 111 subjek (53,1%), disusul Indeks Brinkman kategori ringan sebanyak 62
subjek (29,7%), dan terakhir Indeks Brinkman kategori berat sebanyak 36 subjek
(17,2%).

Gambaran faal paru paling banyak menunjukan gambaran faal paru restriktif yaitu
sebanyak 107 subjek (51,2%), disusul faal paru normal sebanyak 67 subjek (32,1%),
faal paru obstruktif sebanyak 18 subjek (8,6%), dan terakhir faal paru campuran
sebanyak 17 subjek (8,1%).

Untuk kepentingan analisis statistik, dilakukan penggabungan antara IMT kategori


kurang dan normal, sehingga didapatkan 2 kelompok IMT yaitu kurang-normal dan
lebih, juga dilakukan penggabungan antara Indeks Brinkman sedang dan berat,
sehingga didapatkan 2 kelompok Indeks Brinkman yaitu ringan dan sedang-berat.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
36

5.2 Analisis Bivariat Hubungan Indeks Brinkman dengan Gambaran Faal


Paru.

Hubungan antara Indeks Brinkman dengan gambaran faal paru pada jemaah haji
perokok dengan analisis bivariat untuk mendapatkan nilai kemaknaan (p) (Tabel 5.2).

Tabel 5.2. Analisis Bivariat Hubungan Indeks Brinkman dengan


Gambaran Faal Paru.

Faal Paru
Variabel Obstruktif Restriktif Campuran Normal p
n (%) n (%) n (%) n (%)
Indeks Brinkman
Sedang - Berat 10 (6,8) 77 (52,4) 11 (7,5) 49 (33,3) 0,925
Ringan 8 (12,9) 30 (48,4) 6 (9,7) 18 (29,0)

Pada kedua kategori Indeks Brinkman, proporsi yang menunjukan gambaran faal paru
restriktif ternyata lebih besar, yaitu 52,4% pada kelompok kategori sedang-berat dan
48,4% pada kelompok kategori ringan. Pada penelitian ini juga mendapatkan hasil
sekitar 30% pada kedua kategori Indeks Brinkman, yaitu 33,3% pada kategori Indeks
Brinkman sedang-berat dan sekitar 29,0% pada kategori Indeks Brinkman ringan
ternyata menunjukan gambaran faal paru normal.

Hasil analisis bivariat tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara
perilaku merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks
Brinkman sedang-berat dibandingkan kelompok Indeks Brinkman ringan (p=0,925).

5.3 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal Paru


Obstruktif.

Pada kedua kategori Indeks Brinkman, proporsi jemaah haji yang mempunyai
gambaran faal paru obstruktif ternyata lebih sedikit, yaitu 16,9% pada kategori Indeks
Brinkman sedang-berat dan 30,8% pada kelompok Indeks Brinkman ringan.
Persentase jemaah haji yang mempunyai gambaran faal paru obstruktif lebih besar
pada kategori Indeks Brinkman ringan (30,8% vs 16,9%). Tabel 5.3. memperlihatkan
sebaran gambaran faal paru obstruktif.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
37

Tabel 5.3. Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal


Paru Obstruktif.

Faal Paru
Obstruktif Normal
Indeks Brinkman Total
(n=18) (n=67)
n (%) n (%)
Sedang-Berat 10 (16,9) 49 (83,1) 59
Ringan 8 (30,8) 18 (69,2) 26

5.4 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal Paru


Restriktif.

Pada kedua kategori Indeks Brinkman, proporsi jemaah haji yang mempunyai
gambaran faal paru restriktif ternyata lebih besar, yaitu 61,1% pada kategori Indeks
Brinkman sedang-berat dan 62,5% pada kelompok Indeks Brinkman ringan.
Persentase jemaah haji yang mempunyai gambaran faal paru restriktif lebih besar
pada kategori Indeks Brinkman ringan (62,5% vs 61,1%). Tabel 5.4. memperlihatkan
sebaran gambaran faal paru restriktif.

Tabel 5.4. Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal


Paru Restriktif.

Faal Paru
Restriktif Normal
Indeks Brinkman Total
(n=107) (n=67)
n (%) n (%)
Sedang-Berat 77 (61,1) 49 (38,9) 126
Ringan 30 (62,5) 18 (37,5) 48

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
38

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Subyek Penelitian.

Penelitian ini mendapatkan hasil hampir semua subjek penelitian berjenis kelamin
laki-laki, hanya 1 subjek penelitian berjenis kelamin perempuan. Kebiasaan merokok
yang tinggi pada laki-laki di Indonesia berperan terhadap perbedaan angka kejadian
pada kedua jenis kelamin tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010, yaitu prevalensi penduduk Indonesia berumur > 15 tahun dan
24
sebagai current smoker, adalah pada laki-laki 65,9% dan pada perempuan 4,2 %.
Hal ini berbeda dengan penelitian Boskabady di Iran, yang mendapatkan prevalensi
perokok pada laki-laki hanya 17,2%, tetapi pada perempuan hampir sama, yaitu
2,5%.13 Data Riskesdas 2010 yang menunjukan prevalensi perokok laki-laki jauh
lebih tinggi daripada perempuan dan adanya dominasi subjek laki-laki pada penelitian
ini, maka penelitian ini diharapkan dapat mewakili kondisi umum pada populasi di
Indonesia, terutama populasi jemaah haji Indonesia.

Usia subjek penelitian lebih banyak yang berusia kurang dari 60 tahun (78%) dengan
median usia 53 tahun (40-80 tahun). Hal ini sama dengan data jemaah haji dari Pusat
Kesehatan Haji Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 dan tahun
2012 yang menunjukkan bahwa jemaah haji Indonesia kebanyakan berusia kurang
dari 60 tahun. 4,33

Indeks Masa Tubuh subjek penelitian paling besar berada pada kategori lebih yaitu
sebesar 63,5%, dengan rerata IMT 24,74 + 3,90. Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian Bano di India, yang mendapatkan rerata IMT pada
perokok sebesar 23,52 + 3,20.51

Subjek penelitian umumnya tidak memiliki komorbid, yaitu sebesar 68,9%. Tingkat
pendidikan subyek penelitian paling banyak berada pada tingkat SLTA yaitu sebesar

38 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
39

47,4%, disusul tingkat Perguruan Tinggi sebesar 27,8%, tingkat SD sebesar 14,4%,
tingkat SLTP 9,6%, dan terakhir subyek penelitian yang tidak sekolah sebesar 1,0%.
Hasil penelitian ini berbeda dengan tingkat pendidikan jemaah haji Indonesia tahun
2012, yaitu tingkat pendidikan SD 34,57%, SLTP+SLTA 36,63%, dan Perguruan
Tinggi 28,75%. 33 Hal ini terjadi mungkin karena subjek penelitian ini berada di kota
besar yaitu Jakarta, dimana kemampuan untuk sekolah ke tingkat yang lebih tinggi
lebih besar.

Nilai Indeks Brinkman dilihat sebagai gambaran perilaku merokok jemaah haji.
Jemaah haji dengan Indeks Brinkman kategori ringan sebesar 29,7% dan Indeks
Brinkman kategori sedang-berat sebesar 70,3%. Berbeda dengan penelitian Bano
pada populasi perokok di India, mendapatkan hasil subjek penelitian dengan Indeks
Brinkman kategori ringan sebesar 74%, Indeks Brinkman kategori sedang-berat
sebesar 26%.51 Perbedaan ini mungkin karena subjek penelitian Bano berada pada
rentang usia 30-60 tahun, dimana rentang usia lebih sempit dibandingkan dengan
penelitian ini.

Penelitian ini mendapatkan hasil gambaran faal paru obstruktif 8,6%, restriktif
51,2%, campuran 8,1%, dan normal 32,1%. Berbeda dengan penelitian Bano pada
populasi perokok di India, dimana didapatkan gambaran faal paru obstruktif 36%,
restriktif 2%, campuran 4%, dan normal 58%.51 Proporsi gambaran faal paru normal
pada penelitian ini lebih sedikit dari pada proporsi gambaran faal paru normal
penelitian Bano, hal ini terjadi karena pada penelitian ini proporsi Indeks Brinkman
kategori sedang-berat lebih besar daripada proporsi Indeks Brinkman kategori
sedang-berat pada penelitian Bano. Banyaknya gambaran faal paru restriktif pada
penelitian ini karena IMT pada subjek penelitian paling banyak pada katagori lebih
(63,5%). Indeks masa tubuh kategori lebih berhubungan dengan sindrom metabolik,
dan sindrom metabolik berhubungan dengan gangguan faal paru terutama faal paru
restriktif.21-23,59

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
40

6.2 Hubungan Perilaku Merokok (Indeks Brinkman) dengan Gambaran Faal


Paru.

Beberapa penelitian tentang gambaran faal paru pada jemaah haji yang pernah
dilakukan di Indonesia sebelumnya mengkhususkan sampel pada populasi jemaah
haji secara umum. Pada penelitian ini menggunakan subyek penelitian yang lebih
sempit karakteristiknya yaitu jemaah haji perokok.

Penelitian yang dilakukan oleh Soegito pada calon jemaah haji kota Medan (1988),
didapatkan faal paru obstruktif sebesar 3%, restriktif sebesar 6%, campuran sebesar
16%, dan normal sebesar 75%.17 Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat pada calon
jemaah haji kota Padang (2008), didapatkan faal paru obstruktif sebesar 27%,
restriktif sebesar 19,7%, dan normal sebesar 53,3%.18 Populasi yang digunakan pada
kedua penelitian tersebut adalah jemaah haji secara umum, bukan jemaah haji
perokok.

Tabel 6.1. Perbandingan Penelitian Faal Paru pada Jemaah Haji.

Dadang dkk. Soegito.17 Hidayat dkk.18

Populasi Jemaah haji current Jemaah haji Jemaah haji


smoker (209 subjek) (100 subjek) (122 subjek)

Usia Subjek 40-80 tahun. (tidak ada data) 30-89 tahun


Disain studi Potong lintang Retrospektif Deskriptif Prospektif Analitik
Analitik
Perilaku IB Ringan 29,7% (tidak dinilai) (tidak dinilai)
merokok IB Sedang-Berat 70,3%
Faal Paru Current smoker:
Obstruktif 8,6% Obstruktif 3% Obstruktif 27%
Restriktif 51,2% Restriktif 6% Restriktif 19,7%,
Campuran 8,1% Campuran 16% Campuran 0,0%
Normal 32,1% Normal 75%. Normal 53,3%

Pada penelitian kami ini mendapatkan hasil gambaran faal paru obstruktif sebesar
8,6%, restriktif sebesar 51,2%, campuran sebesar 8,1%, dan normal sebesar 32,1%.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
41

Sedikitnya gambaran faal paru normal pada penelitian ini karena penelitian ini
dilakukan pada populasi perokok, sedangkan penelitian Soegito dan Hidayat
dilakukan pada populasi jemah haji secara umum.

Pada penelitian Bano terhadap 100 subjek laki-laki, yang terdiri dari 50 subjek
current smoker dan 50 subjek bukan perokok, didapatkan subjek dengan Indeks
Brinkman kategori ringan 74% dan Indeks Brinkman kategori sedang-berat 26%.
Penelitian Bano juga mendapatkan hasil faal paru obstruktif 36,0%, restriktif 2,0%,
campuran 4,0% dan normal 58,0%. Pada penelitian Bano tidak melakukan analisis
hubungan Indeks Brinkman dengan gambaran faal paru.51 pada penelitian Mannino
terhadap 2323 current smoker di Amerika Serikat, menggunakan data NHANES I,
mendapatkan hasil ternyata prevalensi faal paru obstruktif maupun restriktif makin
besar sejalan makin tingginya konsumsi rokok.

Kedua penelitian tersebut tidak terlepas dari pengaruh rokok. Oksidan dalam asap
rokok telah terbukti menginduksi sekuesterasi neutrofil dan monosit pada paru-paru
yang bisa menembus sel endotel. Sel-sel ini, didominasi granulosit neutrofilik, yang
mampu menghasilkan anion O2.- (superoxide). Anion O2.- berubah menjadi oksidan
yang lebih agresif seperti H2O2 (hydrogen peroxide), dan –OH (hydroxyl radical).
Oksidan-oksidan ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada berbagai substrat
yang berbeda dan pada akhirnya akan menghasilkan perubahan atau perusakan sel
dan konstituen matriks ekstraseluler paru-paru.11,26 Hasil studi sekarang ini
menunjukan terdapat korelasi negatif antara semua nilai Tes Fungsi Paru (TFP)
dengan jumlah dan durasi merokok. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jawed S.
dkk. pada tahun 2012 tentang pengaruh merokok terhadap fungsi paru pada dewasa
muda didapatkan perbedaan bermakna secara statistik nilai rata-rata spirometri
Volume Ekspirasi Paksa menit pertama/Force Ekspiratory Volume one second
(FEV1), Kapasitas Vital Paksa/Force Volume Capasity (FVC), dan rasio FEV1/FVC.
Nilai FEV1 dan FVC secara signifikan lebih rendah pada perokok dengan jumlah
rokok > 10-20 rokok/hari.28

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
42

Tabel 6.2. Perbandingan Penelitian Perilaku Merokok dan Faal Paru.

Dadang dkk. Bano dkk.51 Mannino dkk.52

Populasi Jemaah haji current Laki-laki current Populasi umum USA,


smoker smoker NHANES I
(209 subjek, (100 subjek, 50 subjek (5542 subjek,
208 laki-laki dan perokok dan 50 subjek 2323 sebagai current
1 perempun). bukan perokok). smoker).
Usia Subjek Usia 40-80 tahun. Usia 30-60 tahun. Usia 25-74 tahun.
Disain studi Potong lintang Potong lintang Kohort
Perilaku IB Ringan 29,7% IB Ringan 74% < 30 pack year 35,1%
merokok IB Sedang-Berat 70,3% IB Sedang-Berat 26% 30-<60 pack year 17,3%
> 60 pack year 9,5%
Faal Paru Current smoker: Current smoker: Current smoker:
Obstruktif 8,6% Obstruktif 36,0% Obstruktif 16,7 %
Restriktif 51,2% Restriktif 2,0% Restriktif 9,2 %
Campuran 8,1% Campuran 4,0%
Normal 32,1% Normal 58,0%
Hasil Prevalensi faal paru Semua parameter Prevalensi faal paru
Obstruktif, Restriktif, fungsi paru menurun Obstruktif maupun
maupun Campuran lebih secara signifikan pada Restriktif makin besar
tinggi pada kategori IB perokok dibandingkan sejalan makin tingginya
Ringan daripada pada bukan perokok. konsumsi rokok.
kategori Sedang-Berat. Perokok:
Tidak menunjukan < 30 pack year:
adanya hubungan yang  Obstruktif 14,5%
bermakna antara  Restriktif 8,8%
perilaku merokok 30 - < 60 pack year:
dengan gambaran faal  Obstruktif 26,7%
paru pada kategori  Restriktif 9,6%
Indeks Brinkman > 60 pack year:
Sedang-Berat  Obstruktif 31,9%
dibandingkan kategori  Restriktif 11,4%
Indeks Brinkman
Ringan (p=0,925)

Hasil penelitian kami ini mendapatkan subjek dengan Indeks Brinkman kategori
sedang-berat sebanyak 147 jemaah haji, yang terdiri dari 10 jemaah (6,8%)
mempunyai gambaran faal paru obstruktif, 77 jemaah (52,4%) faal paru restriktif, 11
jemaah (7,5%) faal paru campuran, dan 49 jemaah (33,3%) faal paru normal.
Perhitungan statistik masih belum menunjukan adanya hubungan yang bermakna

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
43

antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks
Brinkman kategori sedang-berat dibandingkan kelompok Indeks Brinkman kategori
ringan.

Hasil statistik penelitian ini tidak bermakna mungkin dipengaruhi oleh banyaknya
data yg tidak lengkap tentang jumlah rokok dan lama merokok. Mungkin juga karena
perokok yg sudah lama berhenti (bekas perokok) tidak masuk dalam penelitian ini,
yang mana mungkin mereka lebih banyak mempunyai gambaran faal paru yg berat.

6.3 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal Paru


Obstruktif.

Pada penelitian ini didapatkan 8,6% jemaah haji mempunyai gambaran faal paru
obstruktif. Jemaah haji yang mempunyai gambaran faal paru obstruktif tersebar pada
kelompok kategori Indeks Brinkman kategori sedang-berat sebesar 16,9% dan pada
kelompok kategori ringan sebesar 30,8%.

Sebesar 36% subjek penelitian Bano dan 16,7% subjek penelitian Mannino
mempunyai gambaran faal paru obstruktif.51,52 Merokok menyebabkan PPOK pada
15%-20% pada perokok.7 Merokok menjadi faktor risiko paling penting pada
perkembangan PPOK, tetapi hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi PPOK.
Faktor-faktor lain, selain merokok, yang berperan pada perkembangan PPOK yaitu
defisiensi inhibitor α1- proteinase proteinase, jenis kelamin perempuan, infeksi
pernapasan pada masa kanak-kanak, konsumsi alkohol, polusi udara, dll.11

6.4 Sebaran Kategori Indeks Brinkman Berdasarkan Gambaran Faal Paru


Restriktif.

Pada penelitian ini didapatkan 51,2% jemaah haji mempunyai gambaran faal paru
restriktif. Jemaah haji yang mempunyai gambaran faal paru restriktif tersebar pada
kelompok kategori Indeks Brinkman kategori sedang-berat sebesar 61,1% dan pada
kelompok kategori ringan sebesar 62,5%.

Persentase jemaah haji pada Indeks Brinkman kategori sedang-berat dan pada
kategori ringan hampir sama yaitu + 60%. Persentase yang hampir sama tersebut

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
44

disebabkan mungkin jumlah rokok dan lama merokok tidak mempengaruhi pada
penurunan nilai FVC.

6.5 Hasil Tambahan

Penelitian ini mendapatkan hasil prevalensi jemaah haji perokok pada jemaah haji
Indonesia usia lebih dari 40 tahun adalah sebesar 8,8%. Hasil penelitian ini sama
dengan prevalensi jemaah haji perokok pada jemaah haji Malaysia, yaitu sebesar
8,8%.25 Hasil yang sama tersebut mungkin disebabkan karena Indonesia dan
Malaysia merupakan negara serumpun dengan karakteristik masyarakat dan
kebiasaan hidup yang hampir sama.

6.6 Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian.

Kelebihan penelitian ini adalah merupakan penelitian yang pertama yang


mendapatkan angka prevalensi jemaah haji perokok pada jemaah haji Indonesia usia
lebih dari 40 tahun. Meskipun sudah ada penelitian di Indonesia yang menilai
gambaran faal paru pada jemaah haji Indonesia, akan tetapi penelitian ini tetap
merupakan penelitian yang pertama kali pada jemaah haji perokok di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data retrospektif dari data penelitian Divisi Pulmonologi
FKUI/RSCM Jakarta tahun 2012, sehingga banyak ditemukan missing value.
Keterbatasan lainnya adalah tidak memasukan aktivitas fisik sehari-hari jemaah haji
sebelum keberangkatan menunaikan ibadah haji. Walaupun demikian, tetapi peneliti
merupakan anggota dari Tim Peneliti pada penelitian Divisi Pulmonologi
FKUI/RSCM Jakarta tahun 2012 tersebut, yang berjudul Profil dan Analisis Kejadian
Eksaserbasi Akut Penyakit Paru Obstruksi Kronik pada Jemaah Haji Embarkasi
Jakarta-Pondok Gede Tahun 2012, yang berperan aktif dalam pengumpulan data dan
bersama peneliti utama memastikan pengambilan data spirometri sesuai dengan cara
penggunaan yang benar.

6.7 Generalisasi Hasil Penelitian.

Pada bagian akhir pembahasan ini, perlu diulas mengenai seberapa jauh hasil
penelitian ini dapat diaplikasikan pada populasi yang lebih luas. Sesuai dengan

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
45

prinsip representasi sampel terhadap populasi dan teknik pengambilan sampel, maka
penilaian generalisasi dilakukan terhadap validitas interna dan eksterna I dan II.

6.7.1 Validitas Interna

Validitas interna dinilai dari kesahihan data dari penelitian yang telah dilakukan.
Dalam menilai validitas interna penelitian ini, dapat dinilai validitas seleksi pada
penelitian ini. Sampel diambil dari data penelitian Divisi Pulmonologi, dimana
metode perekrutan subjek (sampling) dari populasi terjangkau dilakukan dengan cara
konsekutif. Adanya kemungkinan bias jender dalam penelitian ini belum dapat
disingkirkan mengingat sebagian subyek penelitian berjenis kelamin laki-laki. Namun
demikian, jumlah proporsi perempuan dengan kebiasaan merokok yang sedikit di
Indonesia dapat merupakan alasan terhadap kondisi tersebut. Terdapat banyak
missing value dari data yang diambil dalam penelitian ini, tetapi setelah diolah
terhadap data yang tidak lengkap (non-partisipan) tersebut, ternyata data non-
partisipan tersebut mempunyai karateristik yang mirip dengan data partisipan (subjek
penelitian). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan validitas interna
penelitian ini cukup baik.

6.7.2 Validitas Eksterna

Untuk melihat validitas eksterna I, penilaian dilakukan dengan melihat apakah subjek
yang direkrut berdasarkan pemilihan (intended sample) mewakili populasi terjangkau
(accessible population). Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah data calon
jemaah haji Embarkasi Jakarta-Pondok Gede dengan kebiasaan merokok yang
datang untuk pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan di Puskesmas
Kecamatan dan Embarkasi Jakarta-Pondok Gede sebelum pemberangkatan jemaah
haji dari Jakarta ke Saudi Arabia pada bulan Juli – September 2012. Teknik
perekrutan subjek dari populasi terjangkau dilakukan dengan cara consecutive
sampling. Teknik sampling ini merupakan jenis nonprobability sampling yang paling
baik merepresentasikan populasi terjangkau. Berdasarkan hal tersebut, maka validitas
eksterna I dari penelitian ini dianggap cukup baik.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
46

Untuk validitas eksterna II, penilaian dilakukan secara common sense berdasarkan
pengetahuan umum yang ada untuk melihat apakah populasi terjangkau merupakan
representasi dari populasi target (calon jemaah haji Indonesia dengan kebiasaan
merokok). Populasi terjangkau pada penelitian ini yaitu jemaah haji Embarkasi
Jakarta-Pondok Gede dianggap memiliki karakteristik yang serupa dengan jemaah
haji perokok di embarkasi lain. Oleh karena itu, peneliti menyatakan bahwa validitas
eksterna II dari penelitian ini cukup baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka generalisasi hasil penelitian ini bisa dilakukan pada
jemaah haji perokok dari seluruh embarkasi yang ada di Indonesia.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
47

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Karakteristik jemaah haji perokok umumnya laki-laki, usia < 60 tahun, Indeks
Masa Tubuh kategori lebih, tidak disertai komorbid, pendidikan kategori tinggi,
dan Indeks Brinkman kategori sedang.

2. Gambaran faal paru umumnya masuk kategori restriktif, baik pada jemaah haji
dengan Indeks Brinkman kategori sedang-berat maupun pada jemaah haji dengan
Indeks Brinkman kategori ringan.

3. Penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku
merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks Brinkman
kategori sedang-berat dibandingkan kelompok Indeks Brinkman kategori ringan.

4. Kurang lebih 70% jemaah haji perokok mempunyai gambaran faal paru yang
abnormal.

7.2 Saran

1. Jemaah haji:
a. Perlu memeriksakan faal paru terutama pada jemaah haji perokok yang
mempunyai IMT kategori lebih, usia > 60 tahun, dan mempunyai penyakit
penyerta..
2. Petugas Kesehatan:
a. Perlu pelatihan pemeriksaan spirometri kepada petugas kesehatan haji di
Puskesmas maupun di embarkasi, sehingga dapat mendiagnosis gangguan faal
paru lebih cepat dan tepat.
b. Perlu melakukan pemeriksaan spirometri pada jemaah haji dengan faktor
risiko, yaitu perokok dan usia > 40 tahun, untuk mendiagnosis dan melakukan
evaluasi serta tatalaksana terhadap pasien yang mempunyai gangguan faal

47 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
48

paru sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas jemaah haji saat
melakukan aktivitas haji.
3. Peneliti:
a. Perlu penelitian sejenis dengan cara yang lebih tepat dan data yang lebih
lengkap, yang bisa menggambarkan hubungan perilaku merokok dengan faal
paru.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
49

RINGKASAN

Banyaknya jemaah haji Indonesia dengan kebiasaan merokok. Merokok dapat


menyebabkan gangguan faal paru. Gambaran faal paru bisa berupa gambaran normal,
obstruktif, restriktif, atau campuran. Penelitian sebelumnya menunjukan hubungan
erat antara merokok dengan penyakit saluran pernapasan. Belum ada penelitian
tentang gambaran faal paru pada jemaah haji di Indonesia

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan gambaran faal paru serta
hubungan antara perilaku merokok dengan gambaran faal paru jemaah haji perokok
pada jemaah haji embarkasi Jakarta-Pondok Gede tahun 2012.

Disain studi adalah potong lintang pada jemaah haji perokok pada saat menjalani
pemeriksaan kesehatan haji di Puskesmas Kecamatan dan Embarkasi Jakarta-Pondok
Gede. Penilaian perilaku merokok berdasarkan nilai Indeks Brinkman, yaitu perkalian
jumlah batang rokok per hari dengan lama merokok dalam tahun. Nilai Indeks
Brinkman ringan 0-200, Indeks Brinkman sedang 201-600, dan Indeks Brinkman
berat > 600. Penilaian gambaran faal paru berdasarkan pemeriksaan spirometri
menggunakan spirometri Chestograph, produksi Tokyo-Jepang tahun 2007. Faal paru
dikelompokkan ke dalam faal paru normal (FEV1/FVC > 70%, dan FVC > 80%
prediksi), obstruktif (FEV1/FVC < 70%, dan FVC > 80% prediksi), restriktif
(FEV1/FVC > 70%, dan FVC < 80% prediksi), dan campuran (FEV1/FVC < 70%,
dan FVC < 80% prediksi). Analisis bivariat menggunakan metode Kolmogorov-
Smirnov. Analisis data menggunakan perangkat SPSS 17.0.

Hasil studi mendapatkan 209 subjek jemaah haji perokok. Karakteristik jemaah haji
perokok umumnya laki-laki (99,5%), usia < 60 tahun (78,0%), IMT kategori lebih
(63,2%), tidak disertai komorbid (68,9%), pendidikan kategori tinggi (75,1%), Indeks
Brinkman kategori sedang (53,1%). Gambaran faal paru umumnya masuk kategori
restriktif (51,2%). Penelitian ini tidak menunjukan hubungan bermakna antara
perilaku merokok dengan gambaran faal paru pada kelompok kategori Indeks

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
50

Brinkman kategori sedang-berat dibandingkan kelompok kategori Indeks Brinkman


kategori ringan (p=0,925).

Banyaknya gambaran faal paru restriktif pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh
komorbid pada jemaah haji yang ikut berperan pada terjadinya gangguan faal paru.
Jemaah haji Indonesia yang umumnya berusia tua ( > 40 tahun) berisiko mempunyai
penyakit penyerta.

Hasil statistik penelitian ini tidak bermakna mungkin dipengaruhi oleh banyaknya
data yg tidak lengkap tentang jumlah rokok dan lama merokok. Mungkin juga karena
perokok yg sudah lama berhenti (bekas perokok) tidak masuk dalam penelitian ini,
yang mana mungkin mereka lebih banyak mempunyai gambaran faal paru yg berat.
Perlu penelitian sejenis dengan cara yang lebih tepat dan data yang lebih lengkap,
yang bisa menggambarkan hubungan perilaku merokok dengan faal paru.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
51

SUMMARY

There are many of Indonesian pilgrims who have smoking habits. Smoking can cause
pulmonary function disorder. Pulmonary function could be normal, obstructive,
restrictive, or mixed. Previous studies had showed a close association between
smoking behavior and respiratory tract diseases. There is no research about
pulmonary function on smoking Indonesian pilgrims.

This study aims to obtain characteristics of pulmonary function and the association
between smoking behavior with pulmonary function on smoking Indonesian pilgrims
at Jakarta-Pondok Gede embarkation in 2012.

This was a cross-sectional study on smoking Indonesian pilgrims during Hajj health
checkup at the health center and embarkation District of Jakarta-Pondok Gede.
Assessment of smoking behavior used Brinkman index values, the multiplication of
number of cigarettes smoked per day by long of smoking habit in year. Light
Brinkman index value was 0-200, medium Brinkman index was 201-600, and heavy
Brinkman index weight was > 600. Pulmonary function assessment used Chestograph
spirometry, Tokyo-Japan production in 2007. Normal pulmonary function (FEV1 /
FVC > 70%, and FVC > 80% predicted), obstructive (FEV1/FVC < 70%, and FVC >
80% predicted), restrictive (FEV1/FVC > 70%, and FVC < 80% predicted), and
mixed (FEV1/FVC < 70% and FVC < 80% predicted). Bivariate analysis used the
Kolmogorov-Smirnov method. Data analysis used SPSS 17.0 software.

This study got 209 subjects of smoker pilgrims. Subjects are generally male (99.5%),
< 60 years (78.0%), overweight (63.2%), no comorbidity (68.9%), high education
level (75.1%), medium Brinkman index (53.1%). Pulmonary functions are generally
categorized as restrictive (51.2%). This study showed no significant association
between smoking behavior with pulmonary function in the medium-heavy Brinkman
index group than the light Brinkman Index group (p = 0.925).

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
52

A large number of a restrictive pulmonary function in this study may be caused by


comorbid condition on pilgrims. Indonesian pilgrims who are older (> 40 years) had
higher risk of comorbidities.

The unsignificant statistical results of this study can be caused by large amount of
incomplete data on the number of cigarettes and duration of smoking. Also smokers
who had stopped smoking for a long time (ex-smokers) and may have more severe
pulmonary function, are not included in this study. Therefore, further reseach with
more precise and complete data is needed to describe the relationship of smoking
with pulmonary function.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
53

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Kesehatan Haji Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan


penyelenggaraan Kesehatan Haji tahun 2009. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2009.
2. Pusat Kesehatan Haji Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan
penyelenggaraan Kesehatan Haji tahun 2008. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2008.
3. Pusat Kesehatan Haji Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan
penyelenggaraan Kesehatan Haji tahun 2010. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2010.
4. Pusat Kesehatan Haji Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan
penyelenggaraan Kesehatan Haji tahun 2011. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2011.
5. Aoshiba K, Nagai A. Oxidative stress, cell death, and other damage to alveolar
epithelial cells induced by cigarette smoke. Tobacco induced diseases 2003;
1(3): 219-226.
6. Waked M, Salame J, Khayat G, Salameh P. Correlates of COPD and chronic
bronchitis in nonsmokers: data from a cross-sectional study. International
Journal of COPD 2012; 7: 577–85.
7. Willemse BWM, Postma DS, Timens W, ten Hacken NHT. The impact of
smoking cessation on respiratory symptoms, lung function, airway
hyperresponsiveness and inflammation. Eur Respir J 2004; 23: 464–76.
8. Roisin R, Anzueto A, Bourbeao J, Deguia TS, Hui DSC, Jenskin C. Et al.
Global Initiative For Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Global stategy
for the diagnosis, management, and prevention of chronic obstructive
pulmonary disease (Up date 2010). 2010.
9. Soriano JB, Miravitlles M, García-Río F, Muñoz L, Sánchez G, Victor
Sobradillo V, et.al. Spirometrically-defined restrictive ventilatory defect:

53 Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
54

population variability and individual determinants. Prim Care Respir J 2012;


21(2): 187-93.
10. Gold DR, Wang X, Wypij D, Speizer FE, Ware JH, Dockery DW. Effects of
cigarette smoking on lung function in adolescent boys and girls. N Engl J Med
1996; 335: 931-7.
11. Behr J, Nowak D. Tobacco smoke and respiratory disease. Eur Respir Mon
2002; 21: 161–79.
12. Shieh CY, Sze PY. Bronchial responsiveness and lung function related to
cigarette smoking and smoking cessation. Chang Gung Med J 2002; 25: 645-
55.
13. Boskabady MH, Mahmoodinia M, Boskabady M, Heydari GR. Pulmonary
function tests and respiratory symptoms among smokers in the city of mashhad
(north east of Iran). Rev Port Pneumol 2011; 17(5): 199-204.
14. Abbasi IN, Ahsan A, Nafees AA. Correlation of respiratory symptoms and
spirometric lung patterns in a rural community setting, Sindh, Pakistan: a cross
sectional survey. BMC Pulmonary Medicine 2012; 12: 81.
15. Mannino DM, Ford ES, Redd SC. Obstructive and restrictive lung disease and
functional limitation: data from the Third National Health and Nutrition
Examination. J of Internal Med 2003; 254: 540–47.
16. Ancochea J, Badiola C, Duran-Tauleria E, Río FG, Miravitlles M, Muñoz L,
et.al. The EPI-SCAN Survey to assess the prevalence of chronic obstructive
pulmonary disease in Spanish 40-to-80-year-olds: Protocol summary. Arch
Bronconeumol 2009; 45(1): 41-7.
17. Soegito. Manfaat Pemeriksaan Faal Paru pada Jamaah Haji Kotamadya Medan
tahun 1998. Tesis Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. 2004.
18. Hidayat T, Zainoeddin ZY, Chan Y, Taufik. Hubungan Pemeriksaan Faal Paru
dan Keluhan Respiratorik pada Jemaah Haji Kota Padang Tahun 2008.
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Padang. J Respir Indo 2012; 32:130-7.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
55

19. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2010.
20. Deris ZZ, Hasan H, Wahab MS, Sulaiman SA. The association between pre-
morbid conditions and respiratory tract manifestations amongst Malaysian Hajj
pilgrims. Tropical Biomedicine 2010;27(2): 294–300.
21. Banerjee S, Chattopadhyay R, Ghosh A, Koley H, Panda K, Roy S, et.al.
Cellular and molecular mechanisms of cigarette smoke-induced lung damage
and prevention by vitamin C. Journal of Inflammation 2008; 5: 21.
22. Kamholz SL. Pulmonary and cardiovascular consequences of smoking. Med
Clin N Am 2004; 88: 1415–30.
23. Jawed S, Ejaz S, Rehman R. Influence of smoking on lung functions in young
adults. JPMA 2012; 62: 772.
24. Ryu JH, Colby TV, Hartman TE, Vassallo R. Smoking-related interstitial lung
disease: a concise review. Eur Respir J 2001; 17: 122-32.
25. Attili AK, Kazerooni EA, Gross BH, Flaherty KR, Myers JL, Martinez FJ.
Smoking-related Interstitial Lung Disease: Radiologic-clinical-pathologic
correlation. RadioGraphics 2008; 28: 1383–98.
26. Peters JI, Levine SM. Chapter 27: Introduction to Pulmonary Function Testing
in section 3: respiratory disorder in Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach, 8e. Editor DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG,
Posey LM.
27. Yousuf M, Pattern of repiratory disease among the pilgrims visiting Madinah
Al-Munawaroh.Pak.J.Chest Med 1999;5 (4):7-10.
28. Pusat Kesehatan Haji Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan
penyelenggaraan Kesehatan Haji tahun 2012. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2012.
29. Aymerich J, Monso E, Marrades R, Escarrbill J, Felez M, Sunyer J, et al. Risk
factor for hospitalization for a chronic obstructive pulmonary disease
exacerbation EFRAM STUDY. Am J Respir Crit Care Med 2001;164:1002-07.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
56

30. Bahadori K, Gerald. Risk factor of hospitalization and readmission of patient


with COPD exacerbation-systematic review. International Journal of COPD
2007;2(3):241-51.
31. Connolly MJ, Lowe D, Anstey K, Hosker HS. Pearson MG, Roberts CM.
Admission to hospital with exacerbations of chronic obstructive pulmonary
disease: effect of age related factors and service organisation. Thorax
2006;61:843-48.
32. Anzueto A. Impact of exacerbation on COPD. Eur Respir Rev
2010;19(16):113-18.
33. Eiser M, Anthonisen N, Coultas D, Kuenzli N, Perez R, Postma D, et al. An
official American Thorasic Society public planning statement novel risk factors
and the global burden of COPD. Am. J. Respir Crit Care Med 2010;182: 693-
718.
34. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Penelitian Penyebab Kematian Jemaah Haji Indonesia
tahun 1429 H/2008 M. 2009.
35. Toshinori Y, Tuder RM. Pathobiology of cigarette smoke-induced chronic
obstructive pulmonary disease. Physiol Rev 2007; 87: 1047-82.
36. Cataluna-soler, Garcia, Sanchez, Salcedo, Navarro, Orchando. Severe acute
exacerbation and mortality in patient with COPD. Thorax 2005;60:925-31.
37. National Clinical Guidelines Centre, COPD: management of chronic
obstructive pulmonary disease in adult in primary and secondary care. Royal
Collage of physician of london. 2010.
38. Miravitlles. Exacerbations of chronic obstructive pulmonary disease: when are
bacteria important? Eur Respir J 2002; 20(Suppl. 36):9s–19s.
39. Mannino DM, Holguin F, Pavlin BI, Ferdinands JM. Risk factors for
prevalence of and mortality related to restriction on spirometry: findings from
the First National Health and Nutrition Examination Survey and follow-up. Int
J Tuberc Lung Dis 2005; 9(6): 613–21.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
57

40. Guerra S, Sherrill DL, Venker C, Ceccato CM, Halonen M, Martinez FD.
Morbidity and mortality associated with the restrictive spirometric pattern: a
Longitudinal study. Thorax 2010; 65(6): 499–504.
41. Ryu JH, Daniels CE, Hartman TE, Yi ES. Diagnosis of interstitial lung
diseases. Mayo Clin Proc 2007; 82(8): 976-86.
42. American Thoracic Society/European Respiratory Society. International
multidisciplinary consensus classification of the idiopathic interstitial
pneumonias. Am J Respir Crit Care Med 2002; 165: 277–304.
43. Madkour AM. Adult interstitial lung diseases: an approach to diagnosis and
management. EJB 2011; 5(1): 46-54.
44. Danoff SK, Terry PB, Horton MR. A clinician’s guide to the diagnosis and
treatment of interstitial lung diseases. Southern Medical Journal 2007; 100(6):
579-87.
45. Lederer DJ, Enright PL, Kawut SM, Hoffman EA, Hunninghake G, van Beek
EJR, et.al. Cigarette smoking is associated with subclinical parenchymal lung
disease, The Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA)–Lung Study. Am J
Respir Crit Care Med 2009; 180: 407–14.
46. Scarlata S, Pedone C, Fimognari FL, Bellia V, Forastiere F, Incalzi RA.
Restrictive pulmonary dysfunction at spirometry and mortality in the elderly.
Respiratory Medicine 2008; 102: 1349-54.
47. Gulati M. Diagnostic assessment of patients with interstitial lung disease. Prim
Care Respir J 2011; 20(2): 120-7. .
48. Bano R, Mahagaonkar AM, Kulkarni NB, Ahmad N, Nighute S. Study of
pulmonary function tests among smokers and non-smokers in a rural area.
Pravara Med Rev 2009; 1(1): 11-6.
49. Mannino DM, Buist AS, Petty TL, Enright PL, Redd SC. Lung function and
mortality in the United States: data from the First National Health and Nutrition
Examination Survey follow up study. Thorax 2003; 58: 388–93.
50. Wilson MS, Wynn TA. Pulmonary fibrosis: pathogenesis, etiology and
regulation. Mucosal Immunol 2009; 2(2): 103–121.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
58

51. Pellegrino R, Viegi G, Brusasco V, Crapo RO, Burgos F, Casaburi R, et.al.


Interpretative strategies for lung function tests. Eur Respir J 2005; 26: 948–68. .
52. Raghu G, Brown KK. Interstitial lung disease: clinical evaluation and keys to
an accurate diagnosis. Clin Chest Med 2004; 25: 409– 19.
53. WHO expert consultation. Appropriate body mass index for Asian populations
and its implications for policy and intervention strategies. The Lancet
2004:157-63.
54. Lappere TS, Postma DS, Gosman MMS, Stroband JBS, Hacken NHT, Hiemstra
PS, et al. Relation between duration of smoking cessation and bronchial
inflammation in COPD. Thorax 2006;61:115-21.
55. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK): diagnosis dan penatalaksanaan. Jakarta: PDPI. 2011:h.1-2.
56. Paek YJ, Jung KS, Hwang YI, Lee KS, Lee DR, Lee JU. Association
betweenlow pulmonary function and metabolic risk factors in Korean adults:
the Korean National Health and Nutrition Survey. Metabolism.
2010;59(9):1300–06.
57. Lin WY, Yao CA, Wang HC, Huang KC. Impaired lung function is associated
with obesity and metabolic syndrome in adults. Obesity (Silver Spring).
2006;14(9):1654–61.
58. Nakajima K, Kubouchi Y, Muneyuki T, Ebata M, Eguchi S, Munakata H. A
possible association between suspected restrictive pattern as assessed by
ordinary pulmonary function test and the metabolic syndrome. Chest.
2008;134(4): 712–18.
59. Fimognari FL, Pasqualetti P, Moro L, et al. The association between metabolic
syndrome and restrictive ventilatory dysfunction in older persons. J Gerontol A
Biol Sci Med Sci. 2007;62(7):760–65.

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
59

Lampiran 1. Formulir Penelitian

Hubungan Perilaku Merokok dengan Gambaran Faal Paru pada Jemaah Haji
Perokok di Indonesia

I. Identitas Jemaah

No. Rekam Medik : ...................................................................................................


Nama pasien : ...................................................................................................
Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita
Tempat/tanggal lahir : ...................................................................................................
Usia : .............................. tahun
Pendidikan : ……………………………………........……………………..
Alamat pasien : ..................................................................................................
No. Telepon : ..................................................................................................

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
60

Lampiran 1. (Sambungan)

II. Faktor risiko :

1. Riwayat merokok a. aktif = 0 b. Pasif =1 c. bekas perokok = 2


2. Jumlah rata-rata rokok dihisap tiap hari: .........................
3. Lama merokok (tahun): .................................

III. Komorbid

1. Diabetes mellitus a. Tidak = 0 b.Ya = 1


2. Gagal jantung kongestif a. Tidak = 0 b.Ya = 1
3. Penyakit serebrovaskular a. Tidak = 0 b.Ya = 1
4. Penyakit ginjal a Tidak = 0. b.Ya = 1
5. Lain-Lain :……………………………

IV. Pemeriksaan Fisik

TD : ............../..............mmHg Kesadaran : …...........


Nadi : .............x/menit BB : ............... Kg
Napas : .............x/menit TB : ............... Cm
0
Suhu : ............. C IMT : ............... Kg/m2

Mata : ...................................................................................................................
Leher : ...................................................................................................................
Paru : ...................................................................................................................
Jantung : ...................................................................................................................
Abdomen : ...................................................................................................................
Ekstremitas : ...................................................................................................................

V. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan spirometri
a.FEV1 : ............. b. FVC : .............. c. FEV1/FVC: ..............
d. FEV1% pred: .............. e. FVC %pred: .................

VI. Buku Kesehatan Jamaah Haji

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014
61

Lampiran 2. Surat Persetujuan Etik Penelitian

Universitas Indonesia
Hubungan perilaku..., Dadang Herdiana, FK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai