Anda di halaman 1dari 65

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN PREMEDIKASI LIDOKAIN PERLAKUAN TORNIKET


DAN CAMPURAN LIDOKAIN UNTUK MENGURANGI DERAJAT NYERI
SAAT INDUKSI ANESTESI MENGGUNAKAN PROPOFOL DI RSSA
MALANG

TESIS

Yudi Hadinata

0806484490

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN INTENSIVE CARE
JAKARTA
APRIL 2013

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN PREMEDIKASI LIDOKAIN PERLAKUAN TORNIKET


DAN CAMPURAN LIDOKAIN UNTUK MENGURANGI DERAJAT NYERI
SAAT INDUKSI ANESTESI MENGGUNAKAN PROPOFOL DI RSSA
MALANG

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Dokter Spesialis Anestesiolologi

Yudi Hadinata

0806484490

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN INTENSIVE CARE
JAKARTA
APRIL 2013

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : dr. Yudi Hadinata

NPM : 0806484490

Tanda tangan :

Tanggal : 30 April 2013

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh


Nama : Yudi Hadinata
NPM : 0806484490
Program Studi : Anestesiologi
Judul Tesis : PERBANDINGAN PREMEDIKASI LIDOKAIN
PERLAKUAN TORNIKET DAN CAMPURAN LIDOKAIN
UNTUK MENGURANGI DERAJAT NYERI SAAT INDUKSI
ANESTESI MENGGUNAKAN PROPOFOL DI RSSA
MALANG

Telah berhasil dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis
Anestesiologi pada Program Studi Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Ditetapkan di : Malang

Tanggal : 30 April 2013

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan penelitian ini yang merupakan
salah satu tugas ilmiah kami selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis
I Anestesiologi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya / RSU dr Syaiful Anwar Malang. Tesis ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar dokter spesialis anestesiologi. Proses penyelesaian
tesis ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, sehingga pada kesempatan ini
perkenankan penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada :

1. dr. Susilo Chandra, SpAn, FRCA selaku Kepala Departemen Anestesiologi


dan Intensive Care FKUI/RSUPNCM dan dr. Arif HM. Marsaban, SpAn
selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan ini.
2. dr. Karmini Y. SpAn. KAP selaku Kepala SMF Anestesiologi dan Intensive
Care FKUB/RSSA dan dr. Djujuk R.B. SpAn. KAKV selaku Ketua Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan ini.
3. dr. Isngadi M.Kes, SpAn dan dr. Ristiawan Muji Laksono, SpAn sebagai
pembimbing penelitian ini, yang telah mencurahkan tenaga, waktu dan
pemikiran di sela-sela kesibukannya demi penyelesaian penelitian ini.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Anestesiologi dan Intensive Care
FKUI/RSUPNCM dan FKUB/RSSA atas segala perhatian dan bimbingannya
selama saya menjalani pendidikan.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


5. Orangtuaku Hamiadi dan Fairlie atas segala doa dan pengorbanan yang tidak
pernah berhenti dan segala dukungan yang terus diberikan kepada saya hingga
saat ini.
6. Istri tercinta Jullyanny Waty Wijaya dan calon anakku atas segala cinta,
dukungan, pengorbanan dan kepercayaan yang diberikan untuk dapat
menempuh dan menyelesaikan pendidikan sampai selesai saat ini.
7. Adikku Ivan dan Sanny yang juga telah memberikan dukungan yang berarti
dalam menyelesaikan pendidikan ini.
8. Teman-teman seangkatan di PARESTESI FKUI/RSUPNCM : Nopian, Cha-
Cha, Dimas, Capung, Dhanny. Sahat, Rinal, Agus, Nino, Cali, Willy, mas
Fery dan Nency. Semoga persahabatan dan persaudaraan kita tidak terputus.
9. Teman seperjuangan PARESTESI FKUB/RSSA, terima kasih atas semua
dukungan dan bantuan serta doanya.
10. Mbak Nurul dan Mbak Widi yang selalu sabar dan membantu dalam
kelancaran segala proses pendidikan saya. Banyak terima kasih atas
bantuannya.
11. Mas Eko staf perpustakaan FKUI/RSUPNCM dan Mbak yanti staf
perpustakaan FKUB/RSSA, yang selalu sabar dalam membantu saya mencari
literatur, serta menggunakan fasilitas-fasilitas perpustakaan.
12. Seluruh karyawan/ti Departemen Anestesiologi/ICU/ICU IGD, staf dan
paramedis IBP, IGD di FKUI/RSUPNCM dan FKUB/RSSA. Banyak
terimakasih atas bantuannya.

Mohon maaf atas segala kekurangan saya selama ini semoga Tuhan membalas semua
kebaikan dan memberikan keberkahan kepada kita semua. Amin.

Malang, April 2013

Yudi Hadinata

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :

Nama : Yudi Hadinata


NPM : 0806484490
Program Studi : Dokter Sp I Anestesiologi dan Intensive Care
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalti Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBANDINGAN PREMEDIKASI LIDOKAIN PERLAKUAN TORNIKET


DAN CAMPURAN LIDOKAIN UNTUK MENGURANGI DERAJAT NYERI
SAAT INDUKSI ANESTESI MENGGUNAKAN PROPOFOL DI RSSA
MALANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Di buat : Malang
Pada tanggal : 30 April 2013
Yang menyatakan

(Yudi Hadinata)

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Yudi Hadinata


Program Studi : Anetesiologi
Judul : PERBANDINGAN PREMEDIKASI LIDOKAIN
PERLAKUAN TORNIKET DAN CAMPURAN LIDOKAIN
UNTUK MENGURANGI DERAJAT NYERI SAAT INDUKSI
ANESTESI MENGGUNAKAN PROPOFOL DI RSSA
MALANG

Latar Belakang. Propofol merupakan salah satu jenis obat induksi intravena yang
paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan
rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian hingga 88%. Penggunaan
campuran lidokain dalam propofol dapat mengurangi nyeri tersebut, akan tetapi nyeri
masih dapat terjadi, sementara penggunaan premdikasi lidokain perlakuan torniket
jarang digunakan karena prosedur yang lebih lama dan tidak semudah campuran
lidokain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan premedikasi
lidokain perlakuan torniket selama 1 menit dan campuran lidokain untuk mengurangi
derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar tunggal, bersifat eksperimental.
Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang dilakukan randomisasi
sederhana menjadi 2 kelompok perlakuan dan mendapatkan perlakuan premedikasi
lidokain 40 mg iv dengan perlakuan torniket selama 1 menit, diikuti injeksi propofol
dan derajad nyeri dinilai berdasarkan verbal rating score. Kelompok lainnya
dilakukan pemberian campuran lidokain 40 mg iv dalam propofol dan dilakukan
injeksi campuran tersebut serta dilakukan penilaian Verbal Rating Score.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan pemberian lidokain perlakuan torniket dapat
menurunkan derajad nyeri yang lebih baik (96% tidak nyeri, 4% nyeri ringan))
dibandingkan kelompok campuran lidokain dalam propofol (40% tidak nyeri, 44%
nyeri ringan, 16% nyeri sedang) dengan nilai p = 0.000 (p bermakna < 0.05) pada uji
statistik menggunakan mann whitney.
Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa premedikasi lidokain perlakuan
torniket bermakna secara klinis dan statistik dalam menurunkan derajat nyeri
propofol dibandingkan pemberian campuran lidokain dalam propofol.

Kata kunci:
Nyeri Propofol, Lidokain, Torniket, Verbal Rating Score.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


ABSTRACT

Name : Yudi Hadinata


Study Program : Anesthesiology
Title : COMPARISON OF LIDOCAINE PREMEDICATION USING
TORNIQUET WITH PREMIXED OF LIDOCAINE TO
REDUCE PAIN DEGREE DURING ANESTHESIA
INDUCTION WITH PROPOFOL IN RSSA MALANG

Background. Propofol is one of the intravenous anesthesia drugs mostly used in


general anesthesia but It might cause pain during injection with the incidence until
88%. The technique using premixed lidocaine with propofol is commonly used to
reduce the pain, but incidence of pain during the injection still can happen, while the
use of lidocaine premedication with torniquet is not common due to complicated and
longer time to perform the procedure. The aim of the study is to compare the
premedication using torniquet for 1 minute and premixed lidocaine with the degree of
pain during anesthesia injection with propofol.
Methods. This research is a single blind experimental study. Total of 50 Patient with
ASA I-II were divided into two groups using simple randomized method and received
40 mg of iv lidocaine and torniquet performed for 1 minute, followed with propofol
injection and pain evaluation using verbal rating score. The other group were given
lidocaine 40 mg mixed with propofol and followed with injection of the mixing and
evaluated for Verbal Rating Score.
Result. The result of this study described that premedication of lidocaine using
torniquet can decrease degree of pain better than premixed lidocaine and propofol (no
pain 96%, mild pain 4% versus no pain 40%, mild pain 44%, moderate pain 16%)
with p value of 0.000 (significant p < 0.05) using mann whitney statistic test.
Conclusion. Conclusion of this research is that premedication of lidocaine using
torniquet is clinically and statistically significant in reducing degree of propofol pain
injection compare with premixed lidocaine in propofol.

Keywords:
Propofol Pain, Lidocaine, Torniquet, Verbal Rating Score.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………………...iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………………vii
ABSTRAK………………………………………………………………………viii
ABSTRACT………………………………………………………………………ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………………x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ……………………………………………xii
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................3
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................3
1.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................................3
1.5. Tujuan Penelitian..................................................................................... 3
1.5.1 Tujuan Umum ........................................................................................3
1.5.2 Tujuan Khusus .......................................................................................3
1.6. Manfaat Penelitian ......................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5


2.1 Nyeri ........................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Nyeri.................................................................................... 5
2.1.2 Fisiologi Nyeri ...................................................................................... 6
2.1.3 Persarafan Vena .................................................................................. 10
2.1.4 PEngukuran Nyeri .............................................................................. 10
2.2 Propofol .................................................................................................... 11
2.2.1 Farmakologi Propofol ......................................................................... 11
2.2.2 Nyeri Propofol ...................................................................................... l4
2.3 Lidokain.....................................................................................................15
2.3.1 Farmakologi Lidokain ......................................................................... 15
2.3.2 Mekanisme Kerja LIdokain Sebagai Anestesi Lokal
Terhadap Nyeri Propofol...................................................................... 17
2.4 Kerangka Teori.......................................................................................... 19
2.5 Kerangka Konsep ...................................................................................... 19

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian……………………………………………………….20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………………..20
3.4 Perkiraan Besar Sampel ………………………………………………..20
3.5 Kriteria Penerimaan ……………………………………………………21

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


3.6 Kriteria Penolakan ……………………………………………………..21
3.7 Kriteria Pengeluaran....…………………………………………………21
3.8 Cara Kerja Penelitian …………………………………………………..22
3.9 Alat dan Bahan Data …………………………………………………..23
3.10 Alur Penelitian …………………………………………………………24
3.11 Definisi Operasional ..………………………………………………….25
3.12 Analisis Statistik ..................................................................................... 26

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………..27


4.1 Hasil ........................................................................................................27
4.2 Pembahasan.............................................................................................30

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ........………………………………………35


5.1 Simpulan .................................................................................................35
5.2 Saran .......................................................................................................35

DAFTAR REFERENSI .......................................................................................36


LAMPIRAN

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.1 Tabel VRS .............................................................................................. 11


Tabel 3.1 Tabel Skor VRS Kelompok Perlakuan ................................................... 11
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Kelompok Perlakuan ............................................ 35
Gambar 2.1 Mekanisme Nyeri ................................................................................. 9
Gambar 2.2 Persarafan Vena.................................................................................... 10
Gambar 2.3 Skala Nyeri ........................................................................................... 11
Gambar 2.4 Rumus Molekul Propofol ..................................................................... 12
Gambar 2.5 Rumus Molekul Lidokain .................................................................... 15
Gambar 3.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 19
Gambar 3.2 Kerangka Konsep ................................................................................. 19
Gambar 4.1 Grafik skor VRS kelompok perlakuan ................................................. 28

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya tindakan medis untuk pembedahan maka
anestesi muncul sebagai salah satu ilmu yang paling berkembang di dalam dunia
kedokteran. Tindakan anestesi yang pertama kali dilakukan di dunia modern dan
ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri dipresentasikan di depan publik oleh
William T.G. Morton (1819-1868) pada tahun 1846. Peristiwa tersebut telah
menjadi tonggak awal sejarah anestesi dunia. Pada abad ke-20, anestesi umum
menjadi sangat terpercaya seiring dengan perkembangan teknik anestesi, teknik
pemantauan dan penemuan agen-agen anestesi baru dengan karakter
farmakokinetik dan farmakodinamik yang lebih baik.1
Tindakan anestesi pada umumnya didahului oleh induksi anestesi sebagai
tahapan awal anestesi. Induksi anestesi adalah pemberian obat atau kombinasi
obat pada saat dimulainya anestesi yang menyebabkan suatu stadium anestesi
umum atau suatu fase pasien dari keadaan sadar menjadi tidak sadar. Idealnya
induksi ini berjalan dengan lembut dan cepat, dengan keamanan dan kenyamanan
pasien merupakan salah satu tujuan dalam tindakan anestesi untuk pembedahan. 2
Propofol merupakan salah satu jenis obat induksi intravena yang paling
sering digunakan dalam pembiusan umum, karena memiliki onset yang cepat,
eksitasi minimal, supresi reflek laring dan faring, serta sifat antiemetik. Efek
bangun yang lebih cepat setelah pemberian obat propofol dihentikan membuat
obat ini lebih disukai penggunaannya.1 Akan tetapi, propofol dapat menimbulkan
rasa nyeri pada lokasi injeksi. Rasa nyeri akibat injeksi propofol dideskripsikan
oleh pasien sebagai sensasi nyeri tajam, menyengat atau terbakar pada pembuluh
darah vena yang dirasakan segera atau hingga 20 detik setelah suntikan diberikan.
Rasa nyeri yang terjadi dapat disebabkan oleh rangsangan serabut saraf aferen
pembuluh darah vena secara langsung oleh propofol, serta akibat reaksi inflamasi
karena aktivasi kaskade kinin. 3
Lee dan Russel dalam penelitiannya menemukan insiden nyeri akibat
penyuntikan propofol sebesar 70%. Beberapa strategi telah dilakukan untuk

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


mengurangi nyeri akibat injeksi propofol seperti penggunaan pethidine,
fentanyl, metoclopramide, atau penggunaan obat lokal anestesi lidokain. Dalam
penelitian tersebut dilaporkan bahwa pemberian premedikasi lidokain 40 mg
intravena (iv) dengan oklusi vena menggunakan torniket sesuai dengan onsetnya
memiliki efek penurunan derajat nyeri akibat injeksi propofol yang lebih baik. 4
Penelitian lainnya oleh Massad mendukung hal yang sama bahwa pemberian
premedikasi lidokain 40 mg iv dengan perlakuan oklusi vena selama 60 detik
sebelum pemberian propofol dapat menurunkan derajat nyeri yang lebih baik
berdasarkan nilai Verbal Rating Scale (VRS). 5
Morgan menganjurkan penggunaan lidokain 40 mg yang dicampur
6,7
bersama propofol untuk menghilangkan nyeri. Cara tersebut sesuai dengan
yang sering digunakan saat ini di rumah sakit Saiful Anwar Malang, selain itu
mencampur lidokain dengan propofol merupakan metode yang sangat populer
digunakan di dunia karena metode tersebut cepat, mudah dan tidak mempengaruhi
kerja propofol. 5 Akan tetapi nyeri karena penyuntikan propofol masih saja dapat
terjadi selama proses induksi anestesi berlangsung dan dapat mempengaruhi
kualitas pelayanan anestesi terhadap pasien. Salah satu hal yang dapat
menyebabkannya adalah pemberian lidokain yang belum sesuai onset kerjanya
yaitu 60-90 detik. Umumnya di rumah sakit Saiful Anwar, lidokain yang sudah
dicampur dengan propofol langsung diinjeksikan ke pasien sehingga sebelum
lidokain bekerja sebagai lokal anestesi, propofol dapat menyebabkan nyeri pada
pembuluh darah vena. Hal serupa juga diutarakan oleh Massad dalam
penelitiannya yang mengungkapkan bahwa pemberian lidokain dengan cara
dicampur tidak memberikan hasil lidokain yang optimal dikarenakan onset
lidokain sebagai lokal anestesi yang belum tercapai waktunya.

Melihat masalah tersebut diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti


berusaha membandingkan pemberian lidokain intravena yang disertai perlakuan
torniket untuk oklusi vena sebelum injeksi propofol (premedikasi) dengan
campuran lidokain dalam propofol (premixed) untuk mengurangi derajat nyeri
karena injeksi propofol di RSSA Malang.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan
suatu perumusan masalah: Bagaimanakah perbandingan premedikasi lidokain
perlakuan torniket dan campuran lidokain derajat nyeri saat induksi anestesi
menggunakan propofol di RSSA Malang?

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah perbandingan premedikasi lidokain perlakuan torniket dapat mengurangi


derajat nyeri saat induksi anestesi menggunakan propofol yang lebih baik
dibandingkan campuran lidokain di RSSA Malang?

1.4 Hipotesis Penelitian

Premedikasi lidokain perlakuan torniket dapat mengurangi derajat nyeri saat


induksi anestesi menggunakan propofol yang lebih baik dibandingkan campuran
lidokain dalam propofol di RSSA Malang.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan premedikasi lidokain perlakuan torniket dan campuran


lidokain untuk mengurangi derajat nyeri saat induksi anestesi menggunakan
propofol di RSSA Malang.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui angka kejadian nyeri saat induksi anestesi menggunakan


propofol yang mendapatkan perlakuan campuran lidokain.
2. Mengetahui angka kejadian nyeri saat induksi anestesi menggunakan
propofol yang mendapatkan perlakuan premedikasi lidokain perlakuan
torniket.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman melakukan
penelitian.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan penelitian ini juga diharapkan akan didapatkan data penelitian awal yang
dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya sebagai dasar untuk
mengembangkan kualitas pelayanan anestesi.
3. Bagi Pelayanan Masyarakat
Bila premedikasi lidokain perlakuan torniket secara signifikan dapat menurunkan
derajat nyeri yang lebih baik akibat induksi anestesi menggunakan propofol
dibandingkan dengan campuran lidokain, maka sebaiknya pemberian lidokain
dilakukan dengan perlakuan torniket saat induksi agar pasien mendapatkan
pelayanan anestesi yang lebih baik.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri
2.1.1 Pengertian Nyeri
Definisi nyeri berdasarkan The International Association for the Study of
Pain mendefinisikan nyeri sebagai sebuah sensasi subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan kerusakan
jaringan yang sebenarnya sebagai nyeri akut atau potensial untuk merusak
jaringan, yang fungsinya untuk membangkitkan reflek menghindar. 1,6
2.1.2 Fisiologi Nyeri
Nyeri selain dipengaruhi oleh rangsangan nyeri atau rangsangan nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang keluarga, budaya dan
lingkungan. Lingkungan yang asing seperti rumah sakit dengan kebisingan,
cahaya dan aktivitasnya dapat menambah nyeri. Selain itu pengaruh sosial dari
keluarga dapat memberikan dampak psikologis bagi seseorang yang diperoleh
dengan adanya kehadiran orang terdekat yang diberikan oleh pasangan, keluarga,
dan teman dekat. Seseorang akan merasa diperhatikan, dicintai, dan dihargai
sehingga meningkatkan kestabilan emosi yang akan mempermudah untuk
penyesuaian diri terhadap situasi stress yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri
seseorang. Latar belakang etnis dan warisan budaya telah diketahui sebagai faktor
yang mempengaruhi reaksi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri. Latar belakang
budaya dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang ditoleransi oleh individu. Pada
beberapa budaya Timur tengah dan Afrika, menghukum diri dengan dengan nyeri
adalah tanda dari berkabung atau berduka. Pada kelompok budaya lain, nyeri
mungkin diantisipasi sebagai bagian dari praktik kegiatan ritual dan oleh karena
itu toleransi terhadap nyeri menandakan kekuatan dan ketahanan. Selain itu
terdapat perbedaan yang signifikan dalam mengekspresikan rasa nyeri. Studi
menunjukkan bahwa individu keturunan Eropa Utara cenderung lebih dapat
menahan dan kurang mengekspresikan nyerinya dibandingkan dengan individu
dari Eropa Selatan. Sebuah studi menunjukkan bahwa setiap kelompok budaya
menggunakan deskriptor nyeri yang berbeda-beda. 8

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Rangsangan nyeri diterima oleh organ tubuh yang disebut sebagai reseptor
nyeri. Reseptor nyeri disebut juga nosiseptor. Nosiseptor adalah saraf aferen
primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung saraf bebas
nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis,
suhu listrik, atau kimiawi yang menimbulkan nyeri. Reseptor yang sensitive
terhadap bahan kimia disebut reseptor rasa sakit kemosensitif. Beberapa bahan
kimia yang dapat merangsang reseptor kemosensitif adalah bradikinin, serotonin,
histamin, ion kalium, prostaglandin, asetilkolin dan enzim proteolitik. Enzim
proteolitik merupakan bahan yang dapat merusak secara langsung ujung saraf
nyeri sedangkan bradikinin, prostaglandin merangsang ujung saraf nyeri tanpa
merusak jaringan saraf. 2
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (dinding pembuluh
darah) dan visceral. Dalam penghantaran nosiseptor sendiri terbagi dalam dua
komponen yaitu serat cepat tipe Aδ dan serat lambat tipe C. Kedua serabut saraf
ini merupakan suatu ujung saraf bebas untuk mendeteksi suatu nyeri. 9
Serat saraf Aδ merupakan serat bermielin dengan diameter 2-5 µm, yang
berfungsi sebagai deteksi sinyal nyeri tajam yang akut, dengan kecepatan
konduksi 12-30 m/detik. Lokalisasi nyeri jelas dan bersifat somatik. Serat saraf
tipe C merupakan serat saraf yang tidak bermielin dengan diameter 0,4-1,2 µm
yang berfungsi sebagai penjalaran tipe rasa sakit lambat, dengan kecepatan
2
konduksi 0,5-2,3 m/detik. Nyeri lambat ini dirasakan satu detik setelah
rangsangan yang mengganggu, dan lokalisasi yang kurang jelas dengan kualitas
nyeri seperti terbakar, berdenyut atau pegal. Karena sistem persarafan yang ganda
ini, maka cedera jaringan sering menimbulkan dua sensasi nyeri yang tersendiri
yaitu nyeri tajam yang lebih awal (disalurkan serabut saraf Aδ) diikuti nyeri
tumpul (disalurkan serabut saraf C). Kedua serabut saraf ini akan ditransmisikan
ke tingkat medulla spinalis, tingkat otak bagian bawah dan tingkat otak bagian
atas atau tingkat kortek. 9
Penjalaran rangsangan nyeri pada serabut saraf tipe cepat Aδ akan
melewati dua area pada radiks dorsalis medulla spinalis, yaitu pada area lamina I
(lamina marginalis) dan lamina V. Pada kedua lamina ini serabut saraf nyeri yang

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


masuk akan merangsang neuron kedua yang akan mengirimkan rangsangan nyeri
melewati daerah kontralateral pada sisi medulla spinalis yang lainnya dalam
komisura anterior dan selanjutnya melalui jaras sensorik anterolateral medulla
spinalis akan naik menuju ke otak. 2, 9
Perjalanan rangsangan nyeri yang melewati serabut tipe C akan melewati
lamina II dan III pada radiks dorsalis, suatu area yang disebut substansia
gelatinosa. Selanjutnya sebagian besar sinyal nyeri akan melewati satu atau lebih
neuron tambahan berserat pendek yang akan berakhir pada lamina V. Neuron
terakhir dalam rangkaian ini akan mempunyai akson yang panjang, yang sebagian
besar akan bersatu dengan saraf-saraf yang berasal dari jaras cepat dan melewati
komisura anterior menuju medulla spinalis sisi lainnya, lalu melalui jaras sensorik
divisi anterolateral naik menuju ke otak. 2, 9
Nyeri sendiri berdasarkan patofisiologinya dibagi menjadi nyeri nosiseptik
dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya
stimulasi noksius (trauma, penyakit, atau proses radang). Dapat diklasifikasikan
menjadi nyeri visceral, bila berasal dari rangsangan pada organ visceral, atau nyeri
somatik bila berasal dari jaringan seperti kulit, otot, tulang, atau sendi. Nyeri
somatik sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu superficial (dari kulit)
dan dalam (dari yang lain). Sebagai contoh nyeri somatik superficial digambarkan
sebagai sensasi tajam dengan lokasi yang jelas, atau rasa terbakar. Nyeri somatik
dapat digambarkan sebagai sensasi tumpul yang difus. Sedangkan nyeri visceral
digambarkan sebagai sensasi nyeri dalam yang sering disertai nyeri alih (nyeri
dirasakan pada daerah lain). 6
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya
kerusakan atau disfungsi dari sistem saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya
adalah trauma, radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus), infeksi (herpes
zoster), tumor, toksin dan penyakit neurologis primer. Dapat dikategorikan
berdasarkan sumber atau letak terjadinya gangguan utama yaitu sentral dan
perifer. Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis karena tidak
bertujuan atau tidak jelas kerusakan organnya.6,10 Mekanisme dasar terjadinya
nyeri adalah proses nosisepsi. Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi
adanya stimuli noksius di perifer ke sistem saraf pusat.9 Antara rangsangan nyeri

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


hingga terjadinya persepsi nyeri terdapat suatu rangkaian proses dasar.
Mekanisme dasar terjadinya nyeri dijelaskan dalam empat proses yaitu transduksi,
transmisi, persepsi dan modulasi. 2,9
Proses transduksi merupakan proses perubahan rangsangan nyeri menjadi
suatu aktivitas listrik yang akan diterima oleh ujung syaraf. Rangsangan nyeri
tersebut bisa berupa rangsangan fisik, kimia, ataupun panas. 9
Proses selanjutnya adalah transmisi yang merupakan proses pernjalaran
aktivitas listrik yang dihasilkan oleh proses tranduksi tadi melalui serabut saraf
sensorik. Pada tahap ini terdapat 3 komponen anatomis penting, yaitu serabut
saraf sensoris perifer yang melanjutkan rangsangan dari tempat tranduksi ke
terminalnya di medulla spinalis yang disebut neuron afferen primer. Kedua
adalah jaringan neuron yang naik dari medulla spinalis ke batang otak dan
thalamus atau disebut neuron penerima ke-2. Selanjutnya terdapat Neuron yang
menghubungkan thalamus dengan kortek serebri yang menyebabkan persepsi
subyektif atau disebut juga neuron penerima ke-3. 9
Proses Modulasi merupakan proses modifikasi terhadap stimulus nyeri.
Modifikasi ini dapat terjadi pada sepanjang proses sejak transmisi hingga ke
korteks serebri. Modifikasi dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun
inhibisi (penghambatan). 9
Proses terakhir adalah persepsi yang merupakan proses pada tingkat korteks
serebri. Proses ini berupa interpretasi dari rangsangan nyeri yang telah mencapai
korteks serebri dan selanjutnya berupa respon terhadap nyeri tersebut. 9

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


9
Gambar 2.1 Mekanisme Nyeri

Neurotransmitter seperti NMDA (N-methyl D-Aspartat) dan AMPA (Alfa-


amino-3-hidroxy-methyl-4-isoxazolepropionic acid) yang merupakan reseptor
inotropik dan metabotropik dari glutamat juga mempengaruhi sel saraf melalui
reseptornya di saraf. Reseptor opioid µ, δ dan κ juga dapat ditemui pada
persarafan. Selain itu ditemukan pula reseptor kolinergik baik nikotinik maupun
muskarinik, serta reseptor α2 adrenergik. Informasi yang diteruskan ke sistem
yang lebih tinggi pada akhirnya akan diterjemahkan sebagai persepsi nyeri. Baik
korteks atau sistem limbik terlibat dalam proses persepsi. Serabut saraf dari kornu
dorsalis akan melalui thalamus menuju area somatosensoris korteks serebri
kontralateral dan menghasilkan informasi mengenai lokasi, intensitas dan kualitas
dari nyeri. Persepsi ini berupa rasa tidak nyaman atau sensasi tidak
menyenangkan dan emosi negatif yang diartikan sebagai ancaman pada tubuh. 6
Modulasi dapat terjadi pada tingkat perifer, spinal ataupun supraspinal.
Namun sebagian besar terjadi pada kornu dorsalis dimana terdapat pengaruh dari
otak melalui jalur descenden. Modulasi yang terjadi di perifer salah satunya
adalah fenomena sensitisasi perifer. Sensitisasi di perifer terjadi karena
tersensitisasinya nosiseptor oleh rangsangan noksius (suhu, mekanik, atau kimia)
ataupun oleh rangsangan mediator inflamasi. Nosiseptor yang mengalami

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


sensitisasi menjadi lebih mudah untuk teraktivasi karena ambang rangsangnya
menjadi rendah. Nosiseptor yang tersensitisasi juga mengalami penurunan latensi
respon dan aktifitas spontan bahkan sesudah tidak adanya rangsangan. Sensitisasi
perifer berperan terhadap terjadinya kondisi klinis hiperalgesia atau respon yang
berlebihan terhadap rangsangan nyeri dan allodinia yaitu nyeri yang disebabkan
oleh rangsangan yang secara normal tidak menimbulkan nyeri.9

2.1.3 Persarafan Vena


Dinding pembuluh darah vena banyak mengandung persarafan. Akson
tidak bermielin yang merupakan vasomotor, berasal dari ganglion simpatis yang
masuk kedalam tunika adventisia dari pembuluh darah dan berakhir membentuk
hubungan dengan sel otot polos pada bagian tunika media. Serat saraf bermielin
sebagai reseptor atau berfungsi sensoris, berakhir sebagai ujung bebas sensorik
terdapat terutama di dalam adventisia. Pada vena, ujung saraf ditemukan dalam
tunika adventisia dan media. Ujung saraf tersebut berfungsi sebagai reseptor dari
nyeri visceral pada pembuluh darah vena.11, 12

12
Gambar 2.2 Persarafan vena

2.1.4 Pengukuran Nyeri


Intensitas nyeri dapat diukur melalui beberapa instrumen yang sering
digunakan, yaitu Visual Analog Score (VAS) dan Verbal Rating Scale (VRS).

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Instrumen VAS merupakan skala sepanjang 100 mm atau 10 cm yang pada ujung
kiri tertulis tidak nyeri (0 cm) dan pada ujung kanan tertulis sangat nyeri (10 cm),
selanjutnya pasien diminta untuk mendeskripsikan seberapa besar nyeri
berdasarkan skala angka tersebut. 13

Gambar 2.3 Skala Nyeri (Breivik et al. 2008)

Instrumen VRS merupakan pengukuran nyeri berupa pertanyaan mengenai


nyeri yang dirasakan dan dengan memperhatikan perubahan perilaku akibat nyeri
yang dirasakan oleh pasien.13

Tabel 2.1 Skala VRS


Skor Derajat Respon Pasien
Nyeri Nyeri
0 Tidak Tidak nyeri saat ditanya
1 Ringan Nyeri saat ditanya , tanpa perubahan perilaku
2 Sedang Nyeri saat ditanya dan disertai perubahan perilaku,
atau spontan menyatakan nyeri tanpa ditanya
3 Berat Nyeri dengan respon vokal yang kuat disertai
reflek wajah, gerak tangan, dan air mata

2.2 Propofol
2.2.1 Farmakologi Propofol
Propofol merupakan agen anestesi yang saat ini banyak digunakan.
Propofol pertama kali ditemukan pada tahun 1970 dengan rumus kimia 2,6
diisopropylphenol yang mengandung cincin phenol dengan dua ikatan isopropyl.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Penggunaan propofol secara klinis dilaporkan pertama kali pada tahun 1977 oleh
Kay dan Rolly untuk tindakan induksi anestesi. Propofol merupakan senyawa
golongan alkilfenil yang memiliki sifat hipnotik dengan pH 7,9 – 8,0. Alkilfenol
pada suhu kamar akan bersifat minyak, tidak larut dalam air tetapi dalam lemak.
Rumus bangun propofol ditunjukkan pada gambar berikut di bawah.2

2
Gambar 2.4 Rumus molekul propofol

Mekanisme propofol menyebabkan hipnotik sedatif melalui interaksi


dengan Gamma-aminobutyric acid (GABA). Ketika reseptor GABA diaktifkan
akan terjadi peningkatan konduksi klorida transmembran dan menyebabkan
hiperpolarisasi pada membran postsinaptik. Interaksi propofol dengan komponen
spesifik reseptor GABA (Subunit β1) akan menurunkan tingkat disosiasi GABA
dari reseptornya, sehingga meningkatkan durasi terbukanya kanal ion klorida yang
menyebabkan hiperpolarisasi membran sel. Melalui interaksi pada reseptor
GABA, propofol menghambat pelepasan asetilkolin di otak bagian hipokampus
dan kortek prefrontal. Propofol juga menghambat reseptor glutamate subtipe N-
methyl-D-aspartat (NMDA) melalui gerbang kanal natrium. Beberapa studi juga
menunjukkan propofol mampu mendepresi neuron pada medulla spinalis.
Penghambatan produksi serotonin pada area postrema di otak karena kerja
propofol pada reseptor GABA merupakan salah satu mekanisme antiemetik dari
propofol. 2
Metabolisme propofol terjadi secara intrahepatik dan ekstrahepatik.
Metabolisme intrahepatik terjadi di hati melalui proses konjugasi oleh glukoronat
dan sulfat yang akan membentuk metabolit tidak aktif larut dalam air dan
diekskresikan melalui ginjal. Kurang dari 0.3-1% dikeluarkan tanpa diubah dalam
urin dan hanya 2 % dikeluarkan melalui feses. Disfungsi ginjal tidak

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


mempengaruhi bersihan propofol meskipun hampir 75% metabolit propofol
dieliminasi melalui urin. Gangguan sirosis hati juga tidak terbukti mengganggu
eliminasi dari propofol. Metabolisme propofol ekstrahepatik terjadi pada organ
pernafasan paru dan ginjal. Pada pengukuran kadar propofol yang melewati
peredaran darah paru didapatkan penurunan kadar propofol sebesar 20-30% dan
metabolit propofol dalam plasma yang lebih tinggi. Ginjal juga berperan pada
bersihan propofol sebesar 30% dari bersihan total yang terjadi pada tubuh pasien.
Studi secara in vitro juga menunjukkan bahwa mikrosom pada usus halus dan
ginjal menunjukkan kemampuan untuk membentuk glukoronida propofol.
Metabolisme intrahepatik dan ekstrahepatik dari propofol yang luas tersebut
membuat propofol memiliki waktu paruh yang singkat dan masa pulih yang cepat
2-8 menit.6
Dosis induksi anestesi untuk propofol adalah 2 - 2.5 mg/kg berat badan.
Induksi anestesi adalah pemberian obat atau kombinasi obat pada saat dimulainya
anestesi yang menyebabkan suatu stadium anestesi umum atau suatu fase pasien
dari keadaan sadar menjadi tidak sadar. Premedikasi dengan obat golongan
opioid ataupun benzodiazepine dapat menurunkan kebutuhan dosis induksi
propofol.6
Dosis subhipnotik propofol merupakan dosis propofol sebesar 0.4 - 1
mg/KgBB dimana terjadi anxiolisis atau pasien tenang tersedasi tetapi tidak
kehilangan kontak verbal dengan kadar propofol plasma < 2.4 uq/ml pada darah.
Aplikasi dosis tersebut telah digunakan di beberapa penelitian untuk evaluasi
nyeri propofol dengan memberikan 25% dari dosis total induksi propofol dengan
kecepatan selama 10 detik akan memberikan kadar propofol plasma kurang dari
2.4 uq/ml pada darah.14
Beberapa efek propofol terhadap tubuh manusia telah dievaluasi pada
sistem organ tubuh manusia. Pada sistem kardiovaskuler dosis induksi propofol 2
- 2,5 mg/kgBB tanpa disertai dengan kelainan jantung dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah sistolik atau hipotensi hingga 25-40% dan penurunan
resistensi pembuluh darah hingga 25%. Untuk mengurangi hipotensi yang terjadi
maka dapat dilakukan pemberian cairan sebelum induksi dan pemberian propofol
dengan cara inkrimental (bertahap 10 hingga 30 mg) hingga kesadaran pasien

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


menghilang.2 Propofol dapat mendepresi sistem pernafasan hingga kondisi apneu.
Propofol juga menurunkan respon pernafasan terhadap kondisi hipoxemia dan
hiperkarbia.6

2.2.2 Nyeri Propofol


Angka kejadian nyeri akibat injeksi propofol bervariasi hingga 70%.4,7
Propofol pada awalnya digunakan dalam konsentrasi larutan kremofor, akan tetapi
karena tingginya insiden nyeri pada saat penyuntikan, dan adanya hubungan
antara kremofor dengan reaksi anafilaktoid maka dibuat formulasi alternatif
larutan propofol 1% dalam larutan minyak kedelai, gliserol dan fosfatida murni.
Saat ini konsentrasi propofol tersedia dalam sediaan intravena sebagai emulsi
minyak dalam air dengan pelarut kedelai 10%, gliserol 3,25% dan fosfatida telur
murni 1,2% berwarna susu putih serta agak kental. 2,15,16 Rasa nyeri akibat
injeksi propofol dideskripsikan oleh pasien sebagai sensasi nyeri tajam,
menyengat atau terbakar pada pembuluh darah vena yang dirasakan segera atau
hingga 20 detik setelah suntikan diberikan.17,18 Nyeri yang terjadi dapat
disebabkan oleh beberapa mekanisme, yaitu :
1. Iritasi
Kandungan propofol bebas yang tidak terikat dengan zat
pembawa yang bersifat lipofilik menyebabkan propofol dapat
mengiritasi secara langsung pada nosiseptor pembuluh darah vena.
Rangsangan yang ditangkap oleh nosiseptor akan dibawa dan
diteruskan oleh serabut saraf cepat tipe Aδ. Rangsangan nosiseptor
yang dibawa oleh serabut saraf tipe Aδ akan langsung dipersepsikan
sebagai nyeri akut saat injeksi. 18,19
2. Reaksi kinin-kallikrein
Propofol yang telah diinjeksikan pada vena perifer akan
mengaktifkan reaksi kinin-kallikrein dan memproduksi bradikinin.17
Bradikinin pada pembuluh darah perifer akan merangsang sel endotel
pembuluh darah untuk memproduksi nitric oxide (NO). Pada tahap
lebih lanjut, NO yang telah terbentuk akan menyebabkan otot polos
pada tunika media pembuluh darah relaksasi sehingga terjadi

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


venodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Bradikinin yang terbentuk akan merangsang nosiseptor pada tunika
media dan menyebabkan nyeri. Adanya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah sendiri akan menyebabkan bradikinin lebih mudah
untuk melewati endotel dan berikatan dengan nosiseptor pada tunika
media. Mekanisme ini akan menjelaskan nyeri yang dirasakan oleh
pasien yang mendapat injeksi propofol beberapa saat setelah injeksi
propofol. 19

2.3 Lidokain
2.3.1 Farmakologi Lidokain
Obat anestesi lokal secara umum dibagi menjadi dua golongan berdasarkan
struktur kimianya, yaitu golongan ester dan amida. Lidokain merupakan anestesi
lokal golongan amida yang ditemukan oleh Lofgren pada tahun 1943. Rumus
molekul dari lidokain digambarkan pada gambar berikut:

2
Gambar 2.5 Rumus molekul lidokain

Penjalaran rangsang elektrik pada serabut saraf dikenal sebagai potensial


aksi. Potensial aksi merupakan peningkatan lokal dari muatan positif atau
depolarisasi yang terjadi pada membran sel akibat masuknya ion natrium melalui
kanal natrium secara cepat dan mengakibatkan penurunan muatan elektrokimia
pada membran sel. Perubahan tersebut akan mengakibatkan rangsangan pada saraf
dapat menjalar hingga pusat saraf yang lebih tinggi. Anestesi lokal lidokain
bekerja dengan menghalangi transmisi dari hantaran saraf melalui hambatan pada
kanal natrium. Ikatan lidokain dengan kanal natrium intraseluler akan
menghambat ion natrium untuk masuk ke dalam sel dan menghalangi terjadinya

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


aksi potensial membran saraf. Mekanisme tersebut memberikan efek anestesi dan
analgesik dengan menghambat transmisi sensasi nyeri pada serabut saraf. 6
Lidokain sebagai obat anestesi lokal dapat diberikan secara intravena,
topikal pada kulit atau mukosa, infiltrasi subkutan, epidural atau spinal. Secara
klinis penggunaan paling sering dari anestesi lokal ialah untuk tindakan lokal,
regional dan analgesia. Anestesi dan analgesia saraf sentral dapat dicapai dengan
injeksi anestesi lokal secara epidural atau spinal. Penempatan kateter epidural dan
spinal memungkinkan anestesi lokal dan analgesia untuk durasi yang lebih lama.
Anestesia regional dengan intravena dan blok saraf perifer memungkinkan
anestesi kepala dan leher, termasuk jalan napas, ekstremitas atas, dan ekstremitas
bawah. Kateter untuk blok saraf perifer kontinu dapat digunakan untuk anestesi
dan analgesia yang lebih lama. Aplikasi topikal anestesi lokal pada jalan napas,
mata dan kulit menyediakan anestesi yang cukup untuk prosedur anestesi minor
dan bedah seperti intubasi trakea, penempatan kateter intravena, atau penusukan
epidural. Penggunaan klinis lain anestesi lokal termasuk pemberian lidokain
untuk menghilangkan respon saat intubasi trakea dan supresi disritmia jantung.
Pemberian intravena atau topikal dari lidokain memiliki tingkat kesuksesan
bervariasi dalam mencegah respon hemodinamik saat intubasi trakea dan
ekstubasi. Lidokain intravena efektif untuk menurunkan sensitivitas jalan nafas
terhadap instrumentasi melalui supresi reflek jalan nafas. Dosis lidokain untuk
intravena berkisar 1 hingga 1.5 mg/kgBB untuk mencegah respon hemodinamik
dan jalan nafas pada instrumentasi trakea. Onset yang diperlukan untuk lidokain
agar dapat bekerja dengan baik antara 60-90 detik dengan durasi kerja 60 - 120
menit sebagai anestesi lokal. Dosis lidokain untuk infiltrasi dan blok perifer atau
sentral dapat diberikan sebesar 4 mg/KgBB hingga 7 mg/KgBB dengan tambahan
epinephrine.6
Metabolisme dari lidokain terjadi di hepar melalui proses karboksilase oleh
enzim sitokrom p450. Gangguan pada fungsi hepar dapat mempengaruhi kadar
obat pada plasma dan meningkatkan resiko terjadinya toksisitas lidokain.
Gangguan fungi ginjal tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
eliminasinya, lidokain dapat terdistribusi dengan baik pada organ yang memiliki
banyak vaskularisasi seperti otak dan jantung, sehingga toksisitas yang terjadi

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


akibat pemberian lidokain lebih sering karena gangguan pada otak atau jantung.
Toksisitas pada otak mengakibatkan kejadian kejang, sementara pada jantung
dapat menyebabkan bradikardi hingga blok jantung bila dosis yang digunakan
tinggi dan pasien memiliki faktor predisposisi sebelumnya.2

Reaksi alergi terhadap golongan amida yaitu lidokain jarang terjadi dibandingkan
anestesi lokal kelompok ester. Reaksi alergi yang terjadi diakarenakan hasil
metabolisme para-aminobenzoic acid atau zat pembawa seperti methylparaben
dan metabisulfit yang biasa digunakan pada kelompok ester. Reaksi alergi yang
ringan seperti urtikaria hingga yang berat seperti anafilaktik dilaporkan pada
penggunaan golongan ester, sedangkan pada golongan amida sangat jarang
terjadi.20

2.3.2 Mekanisme Kerja Lidokain Sebagai Anestesi Lokal Terhadap Nyeri


Propofol
Anestesi regional dengan teknik intravena pertama kali diperkenalkan oleh
August K.G. Bier pada tahun 1908, dan semenjak saat itu dikenal sebagai blok
Bier. Teknik ini banyak dikerjakan untuk operasi ekstremitas atas. Awalnya
digunakan prilokain sebagai obat anestesi lokal, dan sejak tahun 1960 lebih sering
digunakan lidokain.21 Blok Bier dilakukan dengan cara memberikan obat anestesi
lokal secara intravena dan membuat oklusi aliran vena dengan torniket. Dengan
oklusi aliran vena maka diharapkan obat anestesi lokal yang berada di lumen vena
akan mampu berdifusi dan bekerja pada serabut saraf di sekitarnya menghambat
rangsang nyeri karena prosedur pembedahan. Beberapa dosis yang telah
dilaporkan penggunaannya adalah 50 cc lidokain 0.5% atau 12-15 cc lidokain 2%
untuk menghambat nyeri pada ekstremitas atas. Oklusi dikerjakan dengan
menggunakan torniket pada bagian proksimal lengan atas untuk menahan aliran
darah arteri dengan tekanan minimal 300 mmHg atau 100 mmHg diatas tekanan
darah sistolik. Dengan menggunakan metode ini maka durasi anestesi bisa
berlangsung hingga diatas 60 menit menggunakan lidokain. Dengan melakukan
teknik tersebut maka pembedahan untuk ekstremitas dapat dilakukan.21

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Aplikasi teknik tersebut dapat digunakan untuk menghambat proses
penghantaran nyeri karena injeksi propofol intravena. Dengan memberikan
lidokain intravena dan melakukan oklusi aliran vena maka diharapkan lidokain
akan mampu berdifusi dan manghambat depolarisasi pada serabut saraf di vena
dan mengurangi atau menghentikan rangsangan nyeri karena propofol. Beberapa
cara pemberian lidokain untuk mengurangi nyeri propofol telah diteliti, yaitu
dengan menggunakan lidokain sebagai premedikasi dengan atau tanpa oklusi vena
sebelum injeksi propofol dan dengan cara dicampur bersama propofol. Pemberian
campuran lidokain dengan propofol (campuran) dapat merubah komposisi
propofol yang terlarut dengan zat pembawa yang bersifat lipofilik sehingga dapat
mengurangi nyeri propofol dengan mengurangi pembentukan bradikinin melalui
jalur aktivasi kinin-kallikrein. Lidokain yang diberikan sebelum injeksi propofol
memiliki mekanisme sebagai lokal anestesi bila paparan lidokain pada saraf
pembuluh darah vena terjadi pada waktu yang cukup sesuai onset lidokain. Dosis
yang dapat digunakan untuk menghambat nyeri injeksi propofol pada vena perifer
memiliki rentang antara 10 mg hingga 40 mg dengan dosis yang optimal adalah
40 mg. Dosis lidokain hingga 80 mg juga telah diteliti, akan tetapi efek anti
nyerinya tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dosis 40 mg untuk
mengurangi nyeri propofol pada vena perifer. 7

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


2.4 Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar acak tunggal, bersifat


eksperimental dan ditujukan untuk mengetahui perbandingan efek premedikasi
lidokain perlakuan torniket dan campuran lidokain untuk mengurangi derajat nyeri
saat induksi anestesi menggunakan propofol di RSSA Malang.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Saiful Anwar Malang mulai bulan April


2013 setelah mendapat persetujuan dari Panitia Penilai Etika Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya serta persetujuan tertulis dari setiap pasien
yang telah mendapat penerangan dan persetujuan (informed consent) akan
tindakan yang akan dilakukan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah pasien yang akan menjalani operasi elektif di


Instalasi bedah sentral Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Sampel
penelitian adalah pasien operasi elektif dengan anastesi umum di Instalasi bedah
sentral RSSA Malang.

3.4 Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini didapatkan dengan perhitungan rumus: 22


(t-1) (r-1) ≥ 15

Dimana : t = banyaknya kelompok perlakuan

r = subyek penelitian
Dalam penelitian ini: t = 2 (kelompok premedikasi lidokain perlakuan
torniket dan kelompok campuran lidokain dalam propofol.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


(2-1) (r-1) ≥ 15
1 (r-1) ≥ 15
r-1 ≥ 15
r ≥ 16
Jadi untuk setiap masing-masing kelompok perlakuan dibutuhkan besar
sampel minimal 16 pasien, dengan total sampel minimal secara keseluruhan 32
pasien. Dalam pelaksanaannya akan diambil sampel masing-masing perlakuan
sejumlah 25 pasien, atau total sampel 50 pasien dalam penelitian ini.

3.5 Kriteria Penerimaan


1. Pasien Usia 17–40 tahun dan yang akan menjalani
anestesia umum untuk operasi elektif di RSSA
2. Status fisik ASA I – II
3. BMi 18.5-25 Kg/m2
4. Pasien bersedia dan menandatangani informed consent

3.6 Kriteria Penolakan

1. Pasien dengan riwayat alergi Propofol


2. Pasien dengan riwayat alergi Lidokain
3. Pasien dengan status fisik ASA > III
4. Pasien dengan gangguan konduksi jantung dari EKG
(blok AV)

3.7 Kriteria Pengeluaran

1. Pasien mengalami gangguan konduksi jantung saat


akan induksi anestesi
2. Phlebitis pada lokasi infus
3. Pasien tersedasi dan tidak bisa berkomunikasi secara
verbal

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


3.8 Cara Kerja Penelitian

Setelah mendapat ijin tetap dari komite etik penelitian Fakultas


Kedokteran Universitas Brawijaya, kepada seluruh pasien yang memenuhi kriteria
penerimaan penelitian maka akan dilakukan prosedur berikut :
1. Pasien diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diminta
kesediannya untuk menandatangani surat persetujuan penelitian,
selanjutnya pasien disiapkan untuk dilakukan tindakan anestesi umum.
2. Dilakukan randomisasi sederhana menggunakan kertas undian menjadi 2
kelompok yaitu:
a. Kelompok Premedikasi lidokain perlakuan torniket
b. Kelompok campuran lidokain
3. Pasien dipastikan terpasang infus dengan kanul ukuran 18 G pada dorsum
manus dengan cairan ringer laktat. Cairan infus dipastikan menetes
dalam kondisi lancar dan tidak didapatkan tanda-tanda radang atau
ekstravasasi. Bila tidak dapat dipastikan, dilakukan pemasangan ulang
kanul vena pada dorsum manus kontralateral.
4. Pasien dikamar operasi dipasang alat monitor saturasi oksigen,
elektrokardiografi, dan pengukur tekanan darah, untuk memastikan
kondisi pasien dalam keadaan baik sebelum dilakukan pemberian obat
anestesi.
5. Sebelum melakukan injeksi ditanyakan ada atau tidaknya nyeri pada
sekitar tempat injeksi dan dilakukan pencatatan data.
6. Kelompok campuran lidokain (premixed) mendapatkan injeksi propofol
yang telah dicampur lidokain (100 mg propofol + lidokain 40 mg).
7. Kelompok premedikasi mendapatkan perlakuan torniket sebelum injeksi
lidokain 40mg, dan oklusi vena dengan torniket dipertahankan selama 60
detik. Setelahnya torniket dilepaskan dan dilakukan injeksi propofol
intravena.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


8. Oklusi vena dilakukan dengan cara memberikan tekanan torniket pada saat
infus masih mengalir lancar hingga aliran infus berhenti yang dianggap
sebagai tekanan torniket optimal untuk menghentikan aliran darah vena
dorsum manus. Setelah oklusi vena tercapai maka pengatur aliran infus
dimatikan.
9. Derajat nyeri dievaluasi dengan nilai Verbal Rating Scale (VRS), dinilai
saat dimulainya injeksi propofol hingga 30 detik setelah penyuntikan
propofol dihentikan.
10. Selama memasukkan tiap obat, aliran infus dihentikan.
11. Setelah penelitian selesai, prosedur anestesi dilanjutkan oleh dokter
anestesi penanggung jawab pasien masing-masing kamar operasi.

3.9 Alat dan Bahan


1. Cairan Ringer Laktat
2. Propofol 1 % (1 cc = 10 mg)/(MCT/LCT)
3. Lidokain 2% (1 cc = 20 mg)
4. Kanul vena ukuran 18G
5. Infus set
6. Spuit 3 cc
7. Spuit 10 cc
8. Pencatat waktu
9. Torniket infus
10. Pengukur tinggi badan dan berat badan
11. Alat tulis dan Formulir penelitian

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


3.10 Alur

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


3.11 Definisi Operasional
1. Induksi anestesi dengan propofol

Induksi anestesi menggunakan propofol dosis 2 mg/KgBB intravena


atau hingga tingkat hipnosis yang diharapkan tercapai dan ditandai dengan
hilangnya reflek bulu mata serta respon pasien terhadap stimulasi verbal.
2. Nyeri penyuntikan
Nyeri yang dinilai adalah nyeri yang ditimbulkan saat penyuntikan
propofol intravena sebesar 25% dari total dosis induksi (Mahmood, 2010).
Evaluasi dilakukan hingga 30 detik setelah penyuntikan dihentikan sesuai
skala nyeri Verbal Rating Scale (VRS). Skala VRS digunakan dalam
penelitian ini karena menilai nyeri berdasarkan subyektif pasien dan secara
obyektif berdasarkan perubahan perilaku pasien terhadap respon nyeri dan
dikategorikan dalam kelompok berikut :

Skor Derajat Nyeri Respon Pasien


Nyeri
0 Tidak Tidak nyeri saat ditanya
1 Ringan Nyeri saat ditanya , tanpa perubahan
perilaku
2 Sedang Nyeri saat ditanya dan disertai
perubahan perilaku, atau spontan
menyatakan nyeri tanpa ditanya
3 Berat Nyeri dengan respon vokal yang
kuat disertai reflek wajah, gerak
tangan, dan air mata

3. Premedikasi lidokain perlakuan torniket


Lidokain premedikasi perlakuan torniket adalah lidokain 2% (2 cc)
dengan dosis 40 mg intravena yang diberikan satu menit sebelum injeksi
propofol, dimana sebelumnya dilakukan perlakuan torniket untuk
menghentikan aliran darah pada vena sehingga lidokain yang disuntikkan
akan tertahan pada pembuluh darah vena.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Perlakuan torniket adalah pemasangan torniket pada daerah lengan
bawah bagian proksimal dengan tujuan memberikan tekanan yang optimal
untuk membendung aliran darah pada vena perifer yang terpasang infus.
4. Campuran lidokain dalam propofol (campuran)
Merupakan campuran lidokain 2% (40 mg = 2 cc) dalam propofol 1% (100
mg = 10 cc).

3.12 Analisis Statistik


Data yang dikumpulkan dari kedua kelompok akan dimasukkan ke dalam
tabel induk, setelah diolah disajikan secara tekstual dan tabulasi silang.
Perhitungan statistik dilakukan dengan program SPSS, dan outcome hasil analisis
dapat dilihat pada lembar lampiran.
Data penelitian dari kedua kelompok perlakuan merupakan derajat nyeri
yang merupakan data kategorik berupa ordinal, sehingga untuk uji statistik pada
kedua kelompok perlakuan akan digunakan uji mann whitney untuk mengetahui
perbandingan efek kedua kelompok perlakuan terhadap penurunan nyeri injeksi
propofol.
Diterima atau tidaknya hipotesis penelitian ditentukan oleh nilai p, dengan
ketentuan :
a. p < 0,05 jika menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik.
b. p > 0,05 jika tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara
statistik.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Karakteristik data dari sampel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1
dan lampiran data. Karakteristik sampel yang dikaji adalah usia, berat badan
(BB), tinggi badan (BB), body mass index (BMI), tekanan darah sistolik, tekanan
darah diastolik, nadi, saturasi, jenis kelamin, dan ASA.
Hasil pengujian dari data demografi pasien pada kelompok campuran dan
kelompok premedikasi perlakuan torniket menggunakan lidokain memiliki nilai
signifikansi yang lebih besar dari nilai alpha 0.05 (p>0.05), dan dapat diartikan
bahwa karakteristik demografi pada kelompok campuran dan premedikasi
perlakuan torniket menggunakan lidokain tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap faktor usia, BB, TB, BMI, sitolik, diastolik, saturasi, jenis
kelamin dan status fisik ASA. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk faktor
karakteristik sampel yang diuji pada kedua perlakuan tidak memiliki perbedaan
signifikan yang dapat mempengaruhi variabel tergantung skor nyeri VRS pada
penelitian ini. Dengan demikian kedua kelompok sampel layak dibandingkan
untuk mengetahui derajat penurunan nyeri dari pemberian campuran dan
premedikasi perlakuan torniket dengan lidokain saat induksi anestesi
menggunakan propofol.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Tabel 4.1 Karekteristik sampel kelompok perlakuan
Karakteristik MeanSD Uji Beda 2 rata-rata kelompok
sampel Premedikasi +
Campuran Torniket nilai p Keterangan
a
Usia 30.12±7.8 33.32±6.2 0.115 Tidak berbeda signifikan
a
BB 56.44±6.3 54.28±5.01 0.187 Tidak berbeda signifikan
a
TB 1.64±0.06 1.62±0.05 0.438 Tidak berbeda signifikan
a
BMI 21.02±1.33 20.54±1.14 0.179 Tidak berbeda signifikan
a
Sistolik 122.6±13.5 120.08±11.93 0.487 Tidak berbeda signifikan
Diastolika 74.88±10.06 64.12±9.38 0.064 Tidak berbeda signifikan
a
Nadi 80±7.7 77.36±9.81 0.295 Tidak berbeda signifikan
Saturasib 98.3±0.68 98.56±0.711 0.084 Tidak berbeda signifikan
b
Jenis Kelamin
Laki - Laki 16 (32%) 12 (24%)
Perempuan 9 (18%) 13 (26%) 0.259 Tidak berbeda signifikan
b
ASA
ASA 1 14 (28%) 14 (28%)
ASA 2 11 (22%) 11 (22%) 1.0 Tidak berbeda signifikan
Keterangan : a = uji t independent (data berdistribusi normal)
b = uji mann whitney (data tidak berdistribusi normal)
nilai p (p-value) < 0.05 = ada perbedaan signifikan

Berdasarkan frekuensi secara deskriptif dari tabel 4.2 terdapat perbedaan


tingkat nyeri dari skor VRS, antara kelompok pasien yang mendapatkan perlakuan
campuran dengan kelompok premedikasi perlakuan torniket.

Tabel 5.2 Skor VRS kelompok perlakuan


Premedikasi + Nilai p
Campuran
Variabel Kategori Torniket (uji mann
Frekuensi % Frekuensi % whitney)
Tidak nyeri 10 20.0% 24 48.0%
Skor VRS Nyeri ringan 11 22.0% 1 2.0% 0.000
Nyeri sedang 4 8.0% 0 0.0%
Keterangan : Jika nilai p < 0.05 = ada perbedaan yang signifikan

Dari uji mann whitney didapatkan nilai p = 0.000 atau p < 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor VRS

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


antara pasien yang mendapatkan campuran dengan premedikasi perlakuan
torniket. Hal tersebut juga dapat terlihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Grafik skor VRS kelompok perlakuan

Gambar 4.1 menunjukkan perbandingan kelompok premedikasi perlakuan


torniket dengan kelompok campuran (premixed). Dari 25 orang sampel pasien
yang mendapat perlakuan campuran ada sebanyak 10 orang dengan skor VRS
yang tergolong tidak nyeri, 11 orang dengan skor VRS yang tergolong nyeri
ringan, dan ada 4 orang lainnya dengan skor VRS yang tergolong nyeri sedang.
Dari 25 orang sampel pasien yang mendapat perlakuan premedikasi dan torniket,
ada sebanyak 24 orang dengan skor VRS yang tergolong tidak nyeri, 1 orang
dengan skor VRS yang tergolong nyeri ringan, dan tidak didapatkan pasien
dengan nyeri sedang pada perlakuan tersebut. Data frekuensi tersebut
menunjukkan kecenderungan bahwa perlakuan premedikasi lidokain dengan
torniket dapat menurunkan derajat nyeri akibat injeksi propofol yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok campuran lidokain dalam propofol.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan penurunan derajat


nyeri berdasarkan skor VRS dari premedikasi lidokain perlakuan torniket dan
campuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di RSSA Malang.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan april 2013 di ruang bedah
sentral RSSA Malang segera setelah mendapatkan persetujuan dari panitia tetap
penilai etik dan penelitian RSSA.
Berdasarkan perhitungan formula statistik dengan dua kelompok
perlakuan, dapat ditentukan jumlah sampel minimal untuk masing-masing
kelompok perlakuan adalah 16 orang.22 Pada penelitian ini jumlah sampel yang
digunakan adalah 25 orang untuk masing-masing perlakuan, sehingga jumlah total
pasien adalah 50 orang. Dengan menambahkan jumlah sampel diharapkan hasil
yang diperoleh dapat memberikan pencerminan optimal terhadap populasinya atau
representatif.
Pada masing-masing kelompok perlakuan digunakan dosis lidokain yang
sama yaitu 40 mg dengan cara pemberian yang berbeda. Dosis lidokain 40 mg
dipilih karena merupakan dosis yang dianggap efektif pada masing-masing cara
perlakuan dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.5,7,15
Berdasarkan data yang telah didapatkan pada bab 5, dapat diketahui bahwa
karakteristik subyek penelitian tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada kedua kelompok yang meliputi usia, jenis kelamin, status fisik
ASA, BB, TB, BMI, sistolik, diastolik, nadi dan saturasi. Dengan demikian data
sampel kedua kelompok layak dibandingkan untuk mengetahui perbedaan
penurunan derajat nyeri pemberian campuran dan premedikasi perlakuan torniket
dengan lidokain 40 mg terhadap nyeri saat induksi anestesi menggunakan
propofol.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan penurunan
derajat nyeri pada kelompok perlakuan yang mendapatkan premedikasi lidokan
perlakuan torniket dengan kelompok yang mendapat campuran lidokain saat
induksi anestesi menggunakan propofol. Perbedaan tersebut ditunjukkan pada
tabel 4.2. Dari 25 orang sampel pasien yang mendapat perlakuan campuran ada
sebanyak 10 orang (40%) dengan skor VRS yang tergolong tidak nyeri, 11 orang

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


(44%) dengan skor VRS yang tergolong nyeri ringan, dan ada 4 orang (16%)
lainnya dengan skor VRS yang tergolong nyeri sedang. Dari 25 orang sampel
pasien yang mendapat perlakuan premedikasi dan torniket, ada sebanyak 24 orang
(96%) dengan skor VRS yang tergolong tidak nyeri, dan hanya 1 orang (4%)
dengan skor VRS yang tergolong nyeri ringan.
Data tersebut diatas menunjukkan ada kecenderungan yang cukup jelas
bahwa penggunaan premedikasi lidokain perlakuan torniket dapat lebih
menurunkan nyeri pasien dibandingkan dengan penggunaan campuran lidokain.
Pada premedikasi lidokain dengan perlakuan torniket hampir semua sampel pasien
tidak merasakan nyeri, sedangkan pada penggunaan campuran, masih cukup
banyak sampel yang merasakan nyeri ringan bahkan ada yang merasakan nyeri
sedang. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan premedikasi lidokain
disertai perlakuan torniket lebih baik dalam menurunkan tingkat nyeri pasien
dibandingkan dengan penggunaan campuran. Pernyataan diatas juga didukung
oleh analisa statistik menggunakan uji mann whitney dengan nilai signifikansi p <
0.05 (p = 0.000), yang menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok
premedikasi lidokain perlakuan torniket untuk menurunkan derajat nyeri
dibandingkan kelompok campuran.
Nyeri akibat injeksi propofol dapat terjadi pada saat induksi dan dapat
menyebabkan penurunan kualitas pelayanan anestesi serta meningkatkan
morbiditas pasien.7 Data dari penelitian yang dilakukan oleh Lee menunjukkan
insiden nyeri karena penyuntikan propofol dapat terjadi antara 30-70% melalui
beberapa mekanisme. Propofol merupakan agen anestesi yang saat ini tersedia
dalam bentuk sediaan intravena cair dengan pelarutnya adalah emulsi minyak
dalam air yang mengandung kedelai 10%, gliserol 3.25%, dan fosfatida telur
murni 1.2% berwarna putih susu serta agak kental.2 Campuran tersebut dengan
propofol akan membuat propofol berada dalam dua fraksi yaitu fraksi lipofilik dan
nonlipofilik.
Fraksi nonlipofilik atau fraksi bebas propofol dapat melewati
permeabilitas pembuluh darah vena sehingga merangsang nyeri pada nosiseptor
vena yang terletak pada tunika media, selanjutnya serabut saraf sensoris nyeri tipe
Aδ dan C akan membawa rangsang nyeri tersebut melalui fase transmisi

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


sepanjang serabut saraf perifer hingga ke medula spinalis. Modulasi nyeri terjadi
pada medulla spinalis sebelum diolah lebih lanjut pada otak untuk mengalami
persepsi sebagai nyeri yang didefinisikan pasien sebagai sensasi nyeri tajam,
menyengat atau terbakar pada pembuluh darah vena yang dirasakan segera atau
hingga 15-20 detik setelah suntikan propofol diberikan. Nyeri propofol yang
dirasakan 15 sampai 20 detik setelah injeksi propofol terkait dengan reaksi
kaskade pembentukan bradikinin pada endotel vena. Paparan propofol fraksi
bebas nonlipofilik pada sel endotel vena akan menyebabkan terbentuknya
bradikinin dengan waktu paruh plasma 15 detik. Hal tersebut serupa dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nakane. Pengukuran kadar bradikinin plasma
menunjukkan peningkatan pada pasien paska injeksi propofol intravena.17
Bradikinin merupakan suatu neurotransmiter nyeri yang dapat merangsang
nosiseptor vena secara langsung atau melalui proses pembentukan nitric oxide
oleh aktivasi bradikinin. Nitric oxide yang telah terbentuk akan menyebabkan
venodilatasi serta meningkatkan permeabilitas pori vena terhadap propofol
ataupun bradikinin yang telah terbentuk sebelumnya dan meningkatkan resiko
terjadinya nyeri pada injeksi propofol.
Penggunaan lidokain untuk mengurangi nyeri propofol memiliki
mekanisme yang berbeda tergantung cara lidokain diberikan. Premedikasi
lidokain sebagai anestesi lokal memiliki cara kerja menghambat nyeri melalui
hambatan pada tahapan transmisi ransang nyeri dengan menutup kanal natrium
dari dalam membran saraf, sehingga menghalangi pergerakan kation natrium
masuk kedalam sel. Hal tersebut akan menyebabkan depolarisasi rangsang nyeri
yang terjadi pada vena perifer akan terputus dan tidak tersalurkan pada serabut
saraf vena perifer.
Penggunaan torniket pada penelitian ini bertujuan untuk menghambat laju
aliran darah pada vena sehingga memberikan waktu bagi lidokain untuk bekerja
pada serabut saraf vena perifer di tunika media. Waktu oklusi vena yang
digunakan pada penelitian ini adalah 60 detik sesuai dengan onset dari lidokain.
Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dengan penggunaan lidokain perlakuan torniket antara 30-120 detik

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


menunjukkan hasil yang baik dibandingkan campuran lidokain dalam
5,23,24
menurunkan nyeri injeksi propofol.
Penggunaan lidokain dengan cara campuran yaitu mencampur lidokain
bersama propofol akan menyebabkan penurunan pH campuran larutan dan
menyebabkan penurunan fraksi propofol nonlipofilik, sehingga hasil akhirnya
dikaitkan dengan penurunan bradikinin yang menyebabkan nyeri serta penurunan
nitric oxide yang menyebabkan penurunan perubahan permeabilitas vena perifer.
Konsep tersebut didukung oleh hasil penelitian Eriksson yang menunjukkan
terdapat penurunan pH propofol yang dilakukan campuran dengan lidokain. pH
campuran turun menjadi 6.1 dari pH awal propofol yaitu 7.9-8.0.25 Mekanisme
diatas menunjukkan campuran lidokain bekerja dengan cara menghambat proses
transduksi nyeri.
Massad et al. mengungkapkan cara campuran lidokain merupakan cara
yang telah digunakan secara umum di dunia karena lebih mudah dan cepat. Akan
tetapi kejadian nyeri paska injeksi propofol masih dapat terjadi seperti hasil pada
penelitian ini.
Hasil pengukuran bradikinin plasma paska injeksi campuran lidokain pada
penelitian Nakane dan Iwama menunjukkan kadar bradikinin sebesar 120
pikogram/cc dibandingkan kelompok kontrol dengan injeksi propofol murni yang
memiliki kadar bradikinin 170 pikogram/cc.17 Hal tersebut menunjukkan
pemberian lidokain secara campuran tidak menyebabkan eliminasi total dari
produksi bradikinin, sehingga bradikinin masih dapat mensensitisasi nosiseptor
vena serta menyebabkan vasodilatasi dan perubahan permeabilitas yang
memungkinkan fraksi propofol bebas nonlipofilik merangsang nosiseptor.
Cara campuran (premixed) juga tidak memungkinkan lidokain bekerja
optimal berdasarkan onsetnya (60-90 detik) sebagai lokal anestesi dalam
menghambat transmisi syaraf di tunika media vena, karena lidokain yang masuk
kedalam intravena bersama propofol akan langsung mengalami hemodilusi dan
terbawa bersama aliran darah vena.
Campuran lidokain dalam propofol sebenarnya bermanfaat dalam
menurunkan derajat nyeri akibat propofol, hal tersebut terlihat pada penelitian
yang dilakukan oleh Koo. Koo melaporkan pemberian propofol murni memiliki

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


insiden nyeri sebesar 87% dengan derajat nyeri berdasarkan kriteria VRS untuk
kategori tidak nyeri, nyeri ringan, sedang dan berat berturut-turut adalah 13.2%,
42.9%, 36.3% dan 6.6 %.26 Zahedy dalam penelitiannnya juga melaporkan insiden
nyeri sebesar 88% dengan derajat nyeri berturut-turut sebesar 12%, 34%, 40% dan
14%.27
Hasil kelompok campuran pada penelitian ini memberikan insiden nyeri
sebesar 60% dengan derajat nyeri berdasarkan kriteria VRS berturut-turut adalah
40%, 44%, 16%, dan 0%. Data tersebut memberikan gambaran bahwa terjadi
penurunan insiden dan derajat nyeri akibat injeksi propofol dibandingkan dengan
data dari penelitian yang sudah dilakukan oleh Koo dan Zahedy. 26,27
Perbedaan mekanisme kerja lidokain pada kedua kelompok perlakuan
merupakan hal yang mendasari terjadinya perbedaan pada penurunan derajat nyeri
injeksi propofol. Dalam hal ini mekanisme penghambatan lidokain pada proses
transmisi nyeri dengan cara premedikasi lidokain disertai perlakuan torniket dapat
dianggap lebih baik dalam menurunkan derajat nyeri akibat injeksi propofol
dibandingkan penghambatan proses transduksi melalui perlakuan campuran
lidokain dalam propofol.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kelompok plasebo propofol yang
tidak kami gunakan dengan pertimbangan bahwa propofol murni akan
menyebabkan insiden nyeri yang tinggi pada pasien dan dapat menyebabkan
permasalahan etik terhadap pasien, hal serupa juga diungkapkan oleh Hwang
dalam penelitiannya, sehingga untuk data derajat nyeri injeksi propofol murni
kami gunakan data dari penelitian lain yang sudah dilakukan seperti Koo dan
Zahedy.28
Monitoring dan evaluasi selama proses penelitian tidak menemukan
adanya efek samping yang muncul akibat pemberian lidokain intravena dan tidak
ada pasien yang dikeluarkan pada penelitian ini.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Premedikasi lidokain yang disertai perlakuan torniket dapat menurunkan
derajat nyeri yang lebih baik dibandingkan campuran lidokain saat induksi
anestesi menggunakan propofol di RSSA Malang.

5.2 Saran

1. Perlu adanya perubahan cara penggunaan lidokain dari cara campuran


yang umumnya digunakan di RSSA Malang dengan cara baru, yaitu
premedikasi yang disertai perlakuan torniket untuk menurunkan derajat
nyeri saat induksi anestesi menggunakan propofol, bilamana tidak terdapat
kontraindikasi penggunaan lidokain.
2. Perlu dilakukan penelitian berikutnya dengan teknik dan agen lainnya
sebagai alternatif untuk mengurangi nyeri injeksi propofol saat induksi
bilamana didapatkan kontraindikasi untuk penggunaan lidokain.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengevaluasi faktor tingkat
pendidikan, sosial dan ekonomi terhadap derajat nyeri akibat injeksi
propofol saat induksi anestesi pada kelompok sampel.
4. Perlu dilakukan analisa data untuk mencari korelasi antara perlakuan
terhadap derajat nyeri akibat injeksi propofol saat induksi anestesi.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


DAFTAR REFERENSI

1. Soenarto RF dan Chandra S 2012, Buku Ajar Anestesiologi, Departemen


Anestesiologi dan Intensive Care FKUI/RSCM, Jakarta.
2. Miller RD 2010. Miller’s Anesthesia. 7thEdition, San Fransisco, Churchill
livingstone.
3. Sethi N, Jayaraman L, Sethi M, Sharma S, and Sood J. Prevention of
Propofol Pain: A Comparative Study. Middle East Journal of
Anesthesiology, 2009, 20(1): 71-74.
4. Lee P, and Russel WJ 2004, ‘Preventing Pain on Injection of Propofol: A
Comparison Between Lignocaine Pre-treatment and Lignocaine Added to
Propofol’, Anaesthesia and Intensive Care, vol. 32, no.4, pp.482-484.a
5. Massad IM, Ali HM, Halaweh SA, and Badran IZ 2006, ‘Venous
occlusion with lidocaine for preventing propofol induced pain’, Saudi
Medical Journal, 2006, vol.27, no.7, pp. 997-1000.
6. Morgan GE, Mikhail MS, and Murray MJ.2006, Clinical Anesthesiology,
4thedition. McGraw-Hill. Singapore.
7. Lee, SK 2010, ‘Pain on Injection With Propofol’, Korean Journal of
Anesthesiology. 2010, vol.59, no.5, pp. 297-298.
8. Berman A, Snyder S, Kozier B, dan Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta. EGC.
9. Fein A 2012, ‘Nociceptors And The Perception of Pain’, University of
Connecticut Health Center. Farmington.a
10. Melzak R, and Wall PD 2003, Handbook of Pain Management. 1st Edition,
Elsevier, Philadelphia.
11. Vanderah TW 2007, Patophysiology of Pain, The Medical Clinic, 2007,
vol. 91, pp. 1-12.
12. Donaldson, LF 2009, 'Neurogenic Mechanism in Arthritis', Elsevier, vol.
8, pp. 211-241.
13. Breivik H, Borchgrevink PC, Allen SM, Rosseland LA, Romundstand L,
Hals EKB, Kvarstein G, and Stubhaug A 2008, ‘Assesment of Pain’,
British Journal of Anesthesia, vol. 101, no. 1, pp. 17-24.
14. Tariq MA and Kamran M 2006, ‘Incidence of Pain on Propofol Injection
and Efficacy of Addition of Lignocaine or Selecting Big Vein or Both
Combined in Reducing It: A Randomized Control Trial’, Journal
Postgraduate Medical Institute, no. 20, pp.8-11.
15. Baker MT and Naguib M 2005, Propofol The Challenges of Formulation,
Journal of Anesthesiology, vol. 105, pp. 860-876.
16. Ravanelle F, Gori S, Garrec DL, Lessard D, Luo L, Palusova D, Sneyd JR,
and Smith D 2008, ‘Novel Lipid and Preservative-free Propofol

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Formulation: Properties and Pharmacodynamics’, Pharmaceutical
Research, vol. 25, no.2, pp. 313-319.
17. Nakane M, and Iwama H 1999, ‘A Potential Mechanism of Propofol-
induced Pain on Injection Based on Studies Using Namostat Mesilate’,
British Journal of Anesthesia, vol. 83, no.3, pp. 397-404.
18. Kang HJ, Kwon MY, Choi BM, Koo MS, Jang YJ, and Lee MA 2010,
‘Clinical factors affecting the pain on injection of propofol’, Korean
Journal of Anesthesiology, vol. 58, no.3, pp. 239-243.
19. Yamakage M, Iwasaki S, Satoh J, and Namiki A 2005, ‘Changes in
Concentrations of Free Propofol by Modification of the Solution’,
Anesthesia and Analgesia, vol. 101, pp. 385-388.
20. Barash PG 2009, Clinical Anesthesia 6thEdition, Philadelphia, Lippincot
Williams & Wilkins.a
21. Hadzic A, and Vloka JD 2004, Peripheral Nerve Blocks, McGraw-Hill,
China.a
22. Supranto J 2006, Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen, Penerbit
PT Rineka Cipta, Jakarta.
23. Picard P and Tramer M 2000, ‘Prevention of Pain on Injection With
Propofol: A Quantitative Systematic Review’, Anesthesia & Analgesia,
no. 90, pp. 963-969.
24. Jalota L, Kalira V, George E, Shi YS, Hornuss C, Radke O, Pace NL, and
Apfel CC 2011, ‘Prevention of Pain on Injection of Propofol Systematic
Review and Meta-analysis’, British Medical Journal, Vol.342, pp. 1-18.a
25. Eriksson M, Englesson S, Nikklason F, and Hartvig P 1999, ‘Effect of
Lignocaine and pH on Propofol Induced Pain, British Journal of
Anesthesia, Vol.78, pp. 502-506.
26. Koo, Seung-Woo, et al. 2006, 'Small-Dose Ketamine Reduces the Pain of
Propofol Injection', IARS, vol. 103, No. 6, pp. 1444-1447.
27. Zahedi, et al. 2009, 'Prevention of Propofol Injection Pain With Small-
Dose Ketamine', M.E.J. Anesthesia, Vol 20, No. 3, pp. 401-404.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Lampiran 1
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
1. Kami adalah dr. Yudi Hadinata, Jurusan Anestesiologi dan Terapi Intensif
dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam
penelitian yang berjudul “PERBANDINGAN PREMEDIKASI
LIDOKAIN PERLAKUAN TORNIKET DAN PREMIXED LIDOKAIN
UNTUK MENGURANGI DERAJAT NYERI PADA SAAT INDUKSI
ANESTESI MENGGUNAKAN PROPOFOL”
2. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbandingan premedikasi
lidokain perlakuan torniket dan campuran lidokain untuk mengurangi
derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol. Penelitian
ini dapat memberi manfaat terhadap pasien yaitu pasien akan mendapatkan
kualitas pelayanan anestesi yang lebih baik karena derajat nyeri akibat
propofol akan berkurang. Penelitian ini akan berlangsung selama ± 30
menit dan sampel berupa pasien yang akan diambil dengan cara
randomisasi.
3. Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan kotak
undian yang berisi amplop berisikan jenis perlakuan dengan keterangan
premedikasi lidokain perlakuan torniket atau premixed lidokain. Cara ini
mungkin dapat menyebabkan bradikardi, dan seandainya terjadi bradikardi
maka dapat diberikan sulfas atropin ulangan untuk mengatasinya.
Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda adalah proses
induksi anestesi akan lebih nyaman karena nyeri injeksi propofol akan
berkurang.
4. Seandainya anda tidak menyetujui cara ini maka anda dapat memilih cara
lain atau anda boleh tidak mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu
anda tidak akan dikenai sanksi apapun
5. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan

PENELITI

(dr. Yudi Hadinata)

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Lampiran 2
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK
BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar persetujuan
diatas dan telah dijelaskan oleh peneliti
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia / tidak
bersedia *) untuk ikut serta menjadi salah satu subjek penelitian yang
berjudul PERBANDINGAN EFEK PREMEDIKASI LIDOKAIN
PERLAKUAN TORNIKET DAN PREMIXED LIDOKAIN UNTUK
MENGURANGI DERAJAT NYERI PADA SAAT INDUKSI ANESTESI
MENGGUNAKAN PROPOFOL

Malang,……………..,2013

Peneliti , Saksi, Yang membuat pernyataan

(dr. Yudi Hadinata) (………………………) (…………..................)


NIM. 0806484490

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Lampiran 3

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Lampiran 4
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Kegiatan Nov Jan Mar Apr Mei

1 Penyusunan x
proposal

2 Seminar x
proposal

3 Ethical x
Clearance

4 Pengambilan x
data

5 Tabulasi x
dan analisa
data

6 Seminar x
Hasil

7 Pengujian x
karya akhir

8 Perbaikan x
karya akhir

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Lampiran 5
DATA PASIEN

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Lampiran 6

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Case Summaries a

Sex ASA
Perlakuan Premixed 1 L 1.00
2 L 1.00
3 L 2.00
4 L 1.00
5 P 2.00
6 P 1.00
7 P 2.00
8 P 2.00
9 L 1.00
10 P 2.00
11 L 1.00
12 P 2.00
13 P 1.00
14 L 1.00
15 L 2.00
16 L 1.00
17 L 1.00
18 L 2.00
19 P 2.00
20 L 1.00
21 P 1.00
22 L 1.00
23 L 2.00
24 L 2.00
25 L 1.00
Total N 25 25
Premedikasi + Torniket 1 L 2.00
2 L 1.00
3 L 2.00
4 P 2.00
5 P 2.00
6 P 1.00
7 L 1.00
8 P 2.00
9 P 1.00
10 L 1.00
11 P 1.00
12 L 2.00
13 L 2.00
14 L 1.00
15 L 1.00
16 P 2.00
17 P 1.00
18 P 2.00
19 L 2.00
20 P 2.00
21 P 1.00
22 P 1.00
23 P 1.00
24 L 1.00
25 L 1.00
Total N 25 25
Total N 50 50
a. Lim ited to first 100 cases .

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Case Summaries a

usia usia BB TB BMI Sistolik Diastolik nadi Sat


Perlakuan Premixed 1 40.00 36-40 th 60.00 1.67 21.51 120.00 70.00 70.00 99.00
2 27.00 25-29 th 65.00 1.70 22.49 120.00 80.00 86.00 99.00
3 36.00 36-40 th 62.00 1.66 22.50 110.00 60.00 88.00 99.00
4 21.00 20-24 th 60.00 1.70 20.76 120.00 70.00 80.00 98.00
5 35.00 30-35 th 50.00 1.55 20.81 130.00 90.00 85.00 97.00
6 24.00 20-24 th 60.00 1.65 22.04 110.00 80.00 85.00 98.00
7 40.00 36-40 th 50.00 1.55 20.81 115.00 75.00 72.00 99.00
8 38.00 36-40 th 56.00 1.59 22.15 140.00 80.00 91.00 99.00
9 20.00 20-24 th 60.00 1.65 22.04 120.00 60.00 74.00 99.00
10 38.00 36-40 th 48.00 1.58 19.23 150.00 90.00 82.00 98.00
11 24.00 20-24 th 60.00 1.72 20.28 132.00 78.00 88.00 98.00
12 37.00 36-40 th 56.00 1.58 22.43 140.00 70.00 88.00 98.00
13 40.00 36-40 th 54.00 1.60 21.09 130.00 70.00 72.00 97.00
14 20.00 20-24 th 60.00 1.70 20.76 121.00 64.00 72.00 98.00
15 26.00 25-29 th 65.00 1.75 21.22 136.00 72.00 84.00 98.00
16 20.00 20-24 th 50.00 1.63 18.82 107.00 59.00 91.00 99.00
17 21.00 20-24 th 65.00 1.76 20.98 139.00 80.00 87.00 98.00
18 20.00 20-24 th 46.00 1.57 18.66 107.00 76.00 82.00 98.00
19 39.00 36-40 th 51.00 1.62 19.43 124.00 84.00 76.00 98.00
20 36.00 36-40 th 52.00 1.61 20.06 131.00 92.00 64.00 99.00
21 24.00 20-24 th 54.00 1.55 22.48 106.00 81.00 82.00 99.00
22 24.00 20-24 th 55.00 1.65 20.20 98.00 77.00 77.00 97.00
23 36.00 36-40 th 70.00 1.70 24.22 131.00 76.00 82.00 98.00
24 34.00 30-35 th 48.00 1.55 19.98 126.00 84.00 76.00 98.00
25 33.00 30-35 th 54.00 1.62 20.58 102.00 54.00 66.00 99.00
Total N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Mean 30.1200 2.5200 56.4400 1.6364 21.0221 122.6000 74.8800 80.0000 98.2800
Std. Deviation 7.76380 1.38804 6.31189 .06422 1.32504 13.46910 10.05949 7.69740 .67823
Premedikasi 1 30.00 30-35 th 50.00 1.64 18.59 107.00 56.00 67.00 99.00
+ Torniket 2 29.00 25-29 th 60.00 1.65 22.04 121.00 72.00 86.00 99.00
3 20.00 20-24 th 50.00 1.63 18.82 99.00 62.00 76.00 99.00
4 40.00 36-40 th 51.00 1.59 20.17 140.00 90.00 82.00 99.00
5 35.00 30-35 th 48.00 1.57 19.47 117.00 59.00 81.00 98.00
6 23.00 20-24 th 49.00 1.59 19.38 126.00 74.00 83.00 99.00
7 34.00 30-35 th 65.00 1.71 22.23 110.00 45.00 62.00 99.00
8 39.00 36-40 th 54.00 1.57 21.91 127.00 71.00 73.00 99.00
9 36.00 36-40 th 56.00 1.65 20.57 114.00 68.00 67.00 99.00
10 40.00 36-40 th 60.00 1.71 20.52 104.00 59.00 76.00 99.00
11 27.00 25-29 th 47.00 1.59 18.59 121.00 62.00 84.00 98.00
12 24.00 20-24 th 59.00 1.63 22.21 117.00 76.00 85.00 98.00
13 24.00 20-24 th 51.00 1.60 19.92 109.00 56.00 94.00 99.00
14 36.00 36-40 th 53.00 1.62 20.20 119.00 58.00 82.00 99.00
15 27.00 25-29 th 61.00 1.73 20.38 106.00 54.00 92.00 99.00
16 40.00 36-40 th 51.00 1.59 20.17 127.00 62.00 86.00 99.00
17 39.00 36-40 th 59.00 1.64 21.94 132.00 74.00 60.00 98.00
18 38.00 36-40 th 51.00 1.56 20.96 140.00 68.00 79.00 98.00
19 40.00 36-40 th 60.00 1.65 22.04 112.00 54.00 89.00 96.00
20 40.00 36-40 th 56.00 1.62 21.34 140.00 70.00 70.00 99.00
21 38.00 36-40 th 49.00 1.57 19.88 128.00 55.00 65.00 98.00
22 32.00 30-35 th 51.00 1.59 20.17 106.00 62.00 76.00 99.00
23 31.00 30-35 th 50.00 1.60 19.53 117.00 64.00 87.00 98.00
24 34.00 30-35 th 56.00 1.62 21.34 132.00 62.00 64.00 99.00
25 37.00 36-40 th 60.00 1.68 21.26 131.00 70.00 68.00 98.00
Total N 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Mean 33.3200 3.0400 54.2800 1.6240 20.5448 120.0800 64.1200 77.3600 98.5600
Std. Deviation 6.24980 1.13578 5.01265 .04637 1.14256 11.93007 9.38225 9.81445 .71181
Total N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Mean 31.7200 2.7800 55.3600 1.6302 20.7835 121.3400 69.5000 78.6800 98.4200
Std. Deviation 7.16009 1.28238 5.74549 .05579 1.24798 12.65655 11.05506 8.83047 .70247
a. Limited to first 100 cases.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Frequency Table

Sex

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 28 56.0 56.0 56.0
P 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

ASA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1.00 28 56.0 56.0 56.0
2.00 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

VRS score

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Tidak nyeri 34 68.0 68.0 68.0
Ny eri ringan 12 24.0 24.0 92.0
Ny eri s edang 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Perlakuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Premixed 25 50.0 50.0 50.0
Premedikas i + Torniket 25 50.0 50.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Crosstabs

VRS score * Perlakuan Crosstabulation

Perlakuan
Premedikas i
Premixed + Torniket Total
VRS Tidak nyeri Count 10 24 34
score % of Total 20.0% 48.0% 68.0%
Nyeri ringan Count 11 1 12
% of Total 22.0% 2.0% 24.0%
Nyeri s edang Count 4 0 4
% of Total 8.0% .0% 8.0%
Total Count 25 25 50
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


VRS score Premixed 25 32.58 814.50
Premedikas i + Torniket 25 18.42 460.50
Total 50

Test Statistics a

VRS score
Mann-Whitney U 135.500
Wilcoxon W 460.500
Z -4.191
As ymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Perlakuan

Nilai p = 0.000 (p < 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


skor VRS yang berbeda secara signifikan.
NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


Sex Premixed 25 23.50 587.50
Premedikas i + Torniket 25 27.50 687.50
Total 50

Test Statistics a

Sex
Mann-Whitney U 262.500
Wilcoxon W 587.500
Z -1.128
As ymp. Sig. (2-tailed) .259
a. Grouping Variable: Perlakuan

Nilai p = 0.259 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan jenis kelamin yang relatif tidak berbeda secara signifikan.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


ASA Premixed 25 25.50 637.50
Premedikas i + Torniket 25 25.50 637.50
Total 50

Test Statistics a

ASA
Mann-Whitney U 312.500
Wilcoxon W 637.500
Z .000
As ymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a. Grouping Variable: Perlakuan

Nilai p = 1 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan ASA yang tidak berbeda secara signifikan.

NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks


Sat Premixed 25 22.32 558.00
Premedikas i + Torniket 25 28.68 717.00
Total 50

Test Statistics a

Sat
Mann-Whitney U 233.000
Wilcoxon W 558.000
Z -1.729
As ymp. Sig. (2-tailed) .084
a. Grouping Variable: Perlakuan

Nilai p = 0.084 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan saturasi yang relatif tidak berbeda secara signifikan.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


Uji t independent
T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
us ia Premixed 25 30.1200 7.76380 1.55276
Premedikasi + Torniket 25 33.3200 6.24980 1.24996

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
usia Equal variances
6.030 .018 -1.605 48 .115 -3.20000 1.99336 -7.20791 .80791
assumed
Equal variances
-1.605 45.906 .115 -3.20000 1.99336 -7.21264 .81264
not assumed

Nilai p = 0.115 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan usia yang relatif tidak berbeda signifikan.
T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
BB Premixed 25 56.4400 6.31189 1.26238
Premedikasi + Torniket 25 54.2800 5.01265 1.00253

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
BB Equal variances
1.289 .262 1.340 48 .187 2.16000 1.61204 -1.08122 5.40122
assumed
Equal variances
1.340 45.658 .187 2.16000 1.61204 -1.08552 5.40552
not assumed

Nilai p = 0.187 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan berat badan yang relatif tidak berbeda signifikan.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
TB Premixed 25 1.6364 .06422 .01284
Premedikasi + Torniket 25 1.6240 .04637 .00927

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
TB Equal variances
4.044 .050 .783 48 .438 .01240 .01584 -.01945 .04425
assumed
Equal variances
.783 43.676 .438 .01240 .01584 -.01953 .04433
not assumed

Nilai p = 0.438 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan tinggi badan yang relatif tidak berbeda signifikan.
T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
BMI Premixed 25 21.0221 1.32504 .26501
Premedikasi + Torniket 25 20.5448 1.14256 .22851

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
BMI Equal variances
.196 .660 1.364 48 .179 .47727 .34992 -.22630 1.18084
assumed
Equal variances
1.364 46.983 .179 .47727 .34992 -.22669 1.18124
not assumed

Nilai p = 0.179 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan BMI yang relatif tidak berbeda signifikan.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
Sis tolik Premixed 25 122.6000 13.46910 2.69382
Premedikas i + Torniket 25 120.0800 11.93007 2.38601

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Sistolik Equal variances
.320 .574 .700 48 .487 2.52000 3.59857 -4.71542 9.75542
assumed
Equal variances
.700 47.310 .487 2.52000 3.59857 -4.71814 9.75814
not assumed

Nilai p = 0.487 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan tekanan darah sistolik yang relatif tidak berbeda signifikan.
T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
Diastolik Premixed 25 74.8800 10.05949 2.01190
Premedikasi + Torniket 25 64.1200 9.38225 1.87645

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Diastolik Equal variances
.154 .697 1.933 48 .064 10.76000 2.75115 5.22845 16.29155
assumed
Equal variances
1.933 47.809 .065 10.76000 2.75115 5.22776 16.29224
not assumed

Nilai p = 0.065 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan tekanan darah diastolik yang relatif tidak berbeda
signifikan.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013


T-Test

Group Statistics

Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
nadi Premixed 25 80.0000 7.69740 1.53948
Premedikasi + Torniket 25 77.3600 9.81445 1.96289

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
nadi Equal variances
2.215 .143 1.058 48 .295 2.64000 2.49458 -2.37569 7.65569
assumed
Equal variances
1.058 45.421 .296 2.64000 2.49458 -2.38306 7.66306
not assumed

Nilai p = 0.296 (p > 0.05) menunjukkan kedua kelompok perlakuan mempunyai


jumlah pasien dengan berat badan yang relatif tidak berbeda signifikan.

Uji Normalitas data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

usia BB TB BMI Sistolik Diastolik nadi Sat


N 50 50 50 50 50 50 50 50
Normal Parametersa,b Mean 31.7200 55.3600 1.6302 20.7835 121.3400 69.5000 78.6800 98.4200
Std. Deviation 7.16009 5.74549 .05579 1.24798 12.65655 11.05506 8.83047 .70247
Most Extreme Absolute .165 .156 .106 .096 .095 .111 .147 .315
Differences Positive .140 .156 .106 .065 .095 .111 .067 .205
Negative -.165 -.130 -.095 -.096 -.073 -.078 -.147 -.315
Kolmogorov-Smirnov Z 1.167 1.103 .749 .680 .671 .787 1.036 2.231
Asymp. Sig. (2-tailed) .131 .175 .630 .745 .759 .566 .233 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Perbandingan premedikasi.., Yudi Hadinata, FK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai